MOLA HIDATIDOSA
Disusun Oleh:
Siti Habiburrahmah Ash Shadar, S.Ked.
H1AP9017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstertri dan Ginekologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu dan RSHD Kota Bengkulu, Fakultas Kedokteran Universitas
Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr.Violita, Sp.OG sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta bantuan
dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual
kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1 Anamnesis.................................................................................................1
1.1.1 Identitas...................................................................................................1
1.4 Diagnosis......................................................................................................7
1.5 Penatalaksanaan...........................................................................................7
1.6 Prognosis......................................................................................................7
ii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................11
2.1.1 Pengertian..............................................................................................11
2.1.2 Epidemiologi.........................................................................................11
2.1.4 Klasifikasi.............................................................................................12
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................14
2.1.6 Diagnosis...............................................................................................15
2.1.7 Penatalaksanaan....................................................................................18
2.1.8 Komplikasi............................................................................................20
2.1.9 Prognosis...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
iii
BAB I. LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis
1.1.1 Identitas
Nama : Ny. DM
No. MR : 844467
Usia : 22 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Mukomuko, Bengkulu
MRS : Selasa, 4 Januari 2022 pukul 16.40 WIB
Hidung : Simetris, tidak ada deviasi, tidak ada sekret, tidak ada tanda-
tanda perdarahan
Telinga : Tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan di mastoid dan
4
tragus.
Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak pucat, mukosa bibir tidak kering,
tidak ada stomatitis, dan tidak ada ulkus.
Thorax
- Pulmo : I : Dinding dada simetris saat statis dan dinamis, tidak ada
retraksi dinding dada
Anterior
P : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Inspekulo : Portio tidak livide, OUE tertutup, flour (-), fluxus (-),
E/L/P (-)
Vaginal toucher : Portio kenyal, OUE tertutup, nyeri goyang (-), CUT-
20 minggu, AP kanan/kiri lemas, CD tidak menonjol.
Rectal Toucher : TSA baik, mukosa licin, massa intralumen (-), ampula
recti kosong, CUT-20 minggu, AP kanan/kiri lemas,
CD tak menonjol.
Kesan : gambaran daerah anekoik yang berasal dari vili hidropik (snow strom)
yang tidak ditemukan adanya embrio atau janin serta tidak terdapat cairan amnion
1.4 Diagnosis
Mola Hidatidosa
1.5 Penatalaksanaan
Tatalaksana yang diberikan sebagai berikut:
- Observasi tanda vital ibu dan tanda-tanda perdarahan
- IVFD RL gtt xx/menit
1.6 Prognosis
- Prognosis Ibu : Dubia ad bonam
Follow Up
Mola hidatidosa, lebih umum dikenal dengan sebutan hamil anggur, adalah
kehamilan yang ditandai dengan perkembangan trofoblas yang tidak wajar. Pada
mola hidatidosa, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili korialis berbentuk
gelembung - gelembung seperti anggur. Mola hidatidosa merupakan tipe yang
paling umum terjadi.2
2.1.2 Epidemiologi
Secara umum insidensi mola hidatidosa di Asia dan di Amerika Latin lebih
tinggi bila dibandingkan dengan negara barat. Insidensi di Eropa dan Amerika
Serikat adalah 1-2 per 1000 kehamilan, sedangkan insidensi di Asia Tenggara
delapan kali lebih tinggi. Insidensi tertinggi kejadian mola hidatidosa per 1.000
12
2.1.4 Klasifikasi
Secara patologi dan genetik, mola hidatidosa dibagi menjadi dua tipe,
yaitu mola hidatidosa komplet dan parsial. Mola hidatidosa komplet (MHK)
merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio, seluruh vili korialis mengalami
degenerasi hidropik yang secara makroskopis menyerupai buah anggur. MHK
sering disebut sebagai kehamilan anggur. Pada pemeriksaan patologi anatomi
terlihat stroma vili korialis yang membengkak, ketiadaan vaskularisasi dan
hiperplasia sel sito dan sinsitiotrofoblas. Mola hidatidosa parsial sebagian vili
mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan
janin akan bergantung kepada luas plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi
janin tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim. Pemeriksaan
patologis anatomi terlihat degenerasi hidropik vili korialis setempat dan
13
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Hertig et al mola hidatidosa disebabkan oleh insufisiensi
peredaran darah akibat kematian embrio pada minggu ke-3 hingga ke-5
sehingga cairan tertimbun di dalam jaringan vili dan membentuk kista-kista
kecil yang kian membesar, hingga akhirnya terbentuk gelembung mola.
Proliferasi trofoblas terjadi akibat tekanan vili yang membengkak.1
Menurut park penyebab mola hidatidosa adalah abnormalitas jaringan
trofoblas beserta fungsinya, sehingga terjadi absorpsi cairan berlebihan ke
dalam vili. Keadaan ini menekan pembuluh darah dan akhirnya mematikan
embrio.1
Menurut sitogenetika mola hidatidosa terjadi karena sebuah ovum
yang tidak berinti (kosong) atau yang intinya tidak berfungsi dibuahi oleh
sebuah sperma haploid 23X, sehingga terbentuk hasil konsepsi dengan
kromosom 23X. Kromosom ini kemudian mengadakan penggandaan sendiri
(endoreduplikasi) menjadi 46XX. Jadi kromosom ini menyerupai kromosom
seorang perempuan yakni homozigot tetapi kedua kromosom X nya berasal
dari ayah dan tidak ada faktor ibu. Kehamilan sempurna terdiri dari unsur
ibu, yang akan membentuk bagian embrional (anak), dan unsur ayah yang
akan membentuk bagian ekstraembrional (plasenta, air ketebuban, dll)
secara seimbang. Oleh karena tidak ada unsur ibu, maka tidak ditemukan
janin yang hanya bagian ekstraembrional patologis berupa vili korialis yang
mengalami degenerasi hidropik seperti anggur.1,16
Kekosongan ovum terjadi karena gangguan proses meosis: diploid
46XX yang seharusnya pecah menjadi 2 haploid 23X, gagal terpisah oleh
suatu peristiwa yang disebut non disjungji, sehingga hasil pemecahan malah
berupa 0 dan 46XX. Gangguan proses meosis ini antara lain dapat terjadi
pada kelainan struktur kromos, berupa translokasi seimbang. Terkadang
pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y (dispermi) sehingga
terjadi 46X atau 46XY. Dalam keadaan ini mola hidatidosa bersifat
heterozigot tetapi androgenik sehingga dapat terjadi kehamilan kembar
15
dizigot yang terdiri atas satu bayi normal dan Mola hidatidosa walau
kemungkinannya sangat jarang.1,14,15
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis gejala klinis didapatkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kehamilan mola terjadi
dengan periode amenore yang berlangsung beberapa minggu hingga
berbulan bulan, mual muntah (lebih hebat daripada kehamilan biasa),
diikuti oleh perdarahan pervaginam trimester pertama karena jaringan mola
terpisah dari endometrium, perdarahan pervaginam digambarkan sebagai
“prune juice" karena akumulasi produksi perdarahan sekunder pada cavum
uteri dan hasil dari oksidasi dan likuaifaksi darah. Jaringan yang melewati
vagina digambarkan vesikel seperti anggur, uterus lebih besar dari lamanya
amenore, ovarium akan ikut mengalami pembesaran akibat adanya kista
theca lutein. Tidak ditemukannya tanda pasti kehamilan seperti ballotement
dan hasil pemeriksaan denyut jantung janin dengan Doppler ataupun USG
tidak akan menampilkan hasil, hiperemesis, dan jarang keluarnya vesikel
pervaginam.5
Pendarahan pervaginam merupakan gejala umum (84%) yang terjadi,
sedangkan muntah terjadi pada 28%. Hiperemesis gravidarum biasanya
terlihat pada kasus mola hidatidosa yang memiliki kadar hCG tinggi jauh
lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa, kadar β-hCG darah
paling tinggi 100.000 mIU/ml, sedangkan pada Mola hidatidsoda dapat
mecapai 5.000.000 mIU/ml. Pada kehamilan mola, kadar hCG yang
meningkat tidak hanya terjadi pada trimester awal, tetapi juga terus
meningkat ke tingkat diatas 100.000 mIU/ml.5
Setelah trimester pertama (14 hingga 16 minggu kehamilan tanda dan
gejala hipertiroidisme yaitu takikardia dan tremor, disebabkan karena
tingginya kadar hCG disirkulasi. Gejala sisa lanjut lainnya adalah
preeklamsia, yaitu hipertensi pada kehamilan dan proteinuria dan/atau
16
2.1.7 Penatalaksanaan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologis dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan. Terapi yaitu perbaikan keadaan umum, transfusi darah untuk
mengatasi syok hipovelemik atau anemia dan penanganan penyulit, seperti
preeklamsi berat atau tirotoksikosis.1,5
19
Kuretase
Kuretase dapat segera dilakukan bila gelembung mola sudah keluar dan
keadaan umum penderita stabil, atau dapat dilakukan dengan persiapan
bila gelembung mola belum keluar dan serviks masih tertutup. Setelah
kuretase dinding uterus dibersihkan dengan kuret tajam. Sediaan
patologi anatomi diambil dari jaringan yang melekat ke dinding uterus.1,5
Histerektomi totalis
Histerektomi totalis (HT) hanya dikerjakan pada penderita golongan
risiko tinggi yakni usia >35 tahun dengan jumlah anak hidup cukup,
sebagai tindakan profilaksis kemungkinan keganasan uterus. HT dapat
dilakukan dengan jaringan mola in toto atau beberapa hari setelah
kuretase. Kista lutein tidak perlu diangkat bila memang mengganggu
kista cukup didekompresi. 1,5
Kemoterapi
Kemoterapi diberikan kepada penderita GRT bila menolak untuk tidak
dapat menjalani HT, atau bila penderita masih berusia muda dan
menunjukan hasil patologi anatomi yang mencurigakan. Kemoterapi
yang diberikan berupa methotrexate (MTX) 20 mg/ hari selama 5 hari
berturu-turut. Asam folat sebagai antidotum dan acinomycin D1
flakon/hari selama 5 hari berturut-turut.1,5
Tindak lanjut bertujuan untuk menilai normal-tidaknya involusi
dari segi anatomi (uterus), laboratorium ( kadar β-hCG) maupun
fungsional (menstruasi) dan menentukan adanya transformasi keganasan,
terutama pada tingkat yang sangat dini.1,5
Tindak lanjut dilakukan selama satu tahun, dengan jadwal sebagai berikut:
Tiga bulan pertama : tiap dua minggu
Tiga bulan kedua : tiap satu bulan
Enam bulan terakhir : tiap dua bulan
Dalam kunjungan dilakukan pemeriksaan ginekologi dan β-hCG
serta Rontgen toraks, bila perlu. Kunjungan dinyatakan selesai bila setelah
satu tahun pascaevakuasi mola, penderita tidak mempunyai keluhan, kadar
20
β-hCG <5 mIU/ml atau ibu sudah kembali mengalami kehamilan normal.
Selama kunjungan ibu dianjurkan untuk tidak hamil dahulu dan
menggunakan kontrasepsi berupa kondom.1,5
2.1.8 Komplikasi
Kehamilan mola komplit ditandai dengan adanya perdarahan
melalui vagina pada usia kehamilan 6-16 minggu pada 90% kasus. Hal ini
dapat memicu terjadinya komplikasi berupa anemia. Selain itu terdapat
juga komplikasi lainnya sepeti hipertiroidisme dan embolisasi trofoblas,
tetapi keduanya sangat jarang ditemui (<1%).12
Rata-rata 10% sampai 20% wanita dengan kehamilan mola komplit
dan 0,5% sampai 11% dengan kehamilan mola parsial berkembang
menjadi penyakit trofoblas gestasional invasif yang persisten, termasuk
mola hidatidosa persisten, koriokarsinoma, atau tumor trofoblas pada
plasenta.13
2.1.9 Prognosis
Risiko kematian/kesakitan penderita mola hidatidosa meningkat akibat
perdarahan, perfrasi uterus, preeklamsi berat/eklamsia, tirotoksikosis atau
infeksi. Akan tetapi kematian akibat mola saat ini sudah jarang. Segera
setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar β-hCG
menurun dan akan mencapai kadar normal sekitar 10-12 minggu pasca
evakuasi. Kista lutein juga mengecil. Sebagian besar penderita mola akan
kembali sehat setelah menjalani kuretase. Bila kembali hamil, umumnyua
kehamilan akan berjalan normal. Mola hidatidosa dapat berulang meski
jarang. Sekitar 15-20% kasus pasca mola hidatidosa dapat mengalami
degenerasi keganasan menjadi TTG (tumor trofoblas gestational).1
BAB III. PEMBAHASAN
Hasil anamnesis pada pasien ini didapatkan wanita usia 22 tahun dengan
keluhan perdarahan pervaginam seperti gelembung berwarna merah segar, 2 bulan
sebelumnya terlambat menstruasi dan hasil PT test (+).
DAFTAR PUSTAKA
3. Jean JC. 2017. The hydatidiform mole. USA :CEll adhesion Migration.
10. Ling C, Zhao J, Qi X. 2018. Partial molar pregnancy in the cesarean scar: A
case report and literature review. Medicine (Baltimore).
15. Yuk JS, Baek JC, Park JE, Jo HC, Park JK, Cho IA. 2019. Incidence of
gestational trophoblastic disease in South Korea: a longitudinal,
population-based study. PeerJ.