ABORTUS INKOMPLIT
Pendamping :
dr. Jauhari Assukri Hasibuan
Disusun Oleh :
dr. Nur Indah Sari
PKM RANGKASBITUNG
PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA
SEPTEMBER 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Pendamping,
Ditetapkan di : Lebak
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mini Proyek “Abortus Inkomplit” sebagai
kelengkapan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Rangkasbitung. Bahan-bahan
dalam pembuatan tugas ini didapat dari buku-buku yang membahas mengenai “Abortus
Inkomplit”, internet, dan beberapa sumber lainnya.
Terima kasih kepada dokter pembimbing di Puskesmas Rangkasbitung dr. Jauhari, dr.
Resti dan dr. Maya yang telah membantu dalam terselesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
STATUS PASIEN
2.2 ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Keluar darah dari kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang :
G1P0A0 Hamil 12 minggu mengeluh keluar darah dari kemaluan sejak ± 7 jam SMRS.
Darah yang keluar terus-menerus dan berwarna merah segar yang kemudian diikuti dengan
keluarnya gumpalan-gumpalan seperti daging. Keluar darah pertama kali saat pasien sedang
beristirahat setelah melakukan pekerjaan rumah tangga. Keluhan disertai nyeri perut bagian
bawah. Os juga merasa lemas, kram pada perut dan pusing. Mual dan muntah tidak ada. Riwayat
trauma, demam, dan minum jamu sebelumya tidak ada.
Riwayat Pengobatan :
OS belum mengkonsumsi obat apapun sejak timbul keluhan.
Riwayat Psikososial :
Pola makan teratur, konsumsi rokok dan alkohol tidak ada. Suami pasien merokok 1 hari
habis 1 bungkus dan alergi tidak ada.
Hidung : mukosa kering, deviasi septum (-), secret (-/-), darah (-/-).
Paru-Paru :
Vesikular (+/+)
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi I/II murni, regular
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2D.
-Vulva/Vagina/Perineum: t.a.k
Uterus teraba sedikit mengecil dari usia kehamilan, nyeri goyang porsio tidak ada, OUE
terbuka, nyeri dan massa adnexa (-).
2.7 RESUME
Seorang perempuan usia 23 tahun G1P0A0 Hamil 12 minggu datang ke RS dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan sejak ± 7 jam SMRS. Darah yang keluar terus-menerus dan berwarna
merah segar yang kemudian diikuti dengan keluarnya gumpalan-gumpalan seperti daging.
Keluar darah pertama kali saat pasien sedang beristirahat setelah melakukan pekerjaan rumah
tangga. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah. Os juga merasa lemas, kram pada perut dan
pusing. Mual dan muntah tidak ada. Riwayat trauma, demam, dan minum jamu sebelumya tidak
ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, TD: 100/70mmHg, N:
80x/menit, R: 18 x/menit, S: 36,5oC, Status generalis dalam batas normal. Status obstetri didapat:
pada pemeriksaan luar genitalia terlihat perdarahan pervaginam (+), pada pemeriksaan
dalam genitalia uterus teraba sedikit mengecil dari usia kehamilan, nyeri goyang porsio tidak ada,
OUE terbuka, nyeri dan massa adnexa (-).
2.8 DIAGNOSIS
G1P0A0 Hamil 12 minggu + Abortus inkomplit
2.9 PLANNING
- Pro rujuk rencana kuretase
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak
kurang dari 500 gram.
3.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas.
Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara spontan
hampir selalu didahului oleh kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan
berikutnya, seringkali sebelum ekspulsi janin masih hidup dalam uterus.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya5.
Faktor Maternal
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa abortus tersebut
mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih
belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi.
Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah terlibat dalam peristiwa
abortus euploidi.
a. Infeksi
Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria
gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simplek, cytomegalovirus Listeria
monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan
dapat menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari
traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan hipotesis
yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat
menyebabkan abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama.
b. Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes maternal
pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus spontan, tetapi
kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya.
c. Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan
defisiensi progesteron. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat
dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut
dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara
teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan
dalam peristiwa kematiannya.
d. Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya
menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Nausea serta vomitus yang lebih
sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrien yang ditimbulkan,
jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagaian besar mikronutrien pernah dilaporkan
sebagai unsur yang penting untuk mengurangi abortus spontan.
e. Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan.
f. Faktor-faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan
yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan antibodi anti cardiolipin (ACA)
yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta destruksi plasenta.
g. Gamet yang Menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan.
Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi empat
hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan
bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat
menaikkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga selaras
dengan hasil observasi tersebut.
h. Trauma Fisik dan Trauma Emosional
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau
kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan kecelakaan
tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi
beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional bersifat
spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus dipengaruhi oleh rasa ketakutan
marah ataupun cemas.
i. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul
dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang dapat terjadi secara spontan
atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol (DES). Cacat uterus akuisita yang
berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus
yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya.
Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar
kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun demikian, leiomioma dapat dianggap
sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan
histerogram menunjukkan adanya defek pengisian dalam kavum endometrium. Miomektomi
sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan
berikutnya, sebelum atau selama persalinan.
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Asherman) paling sering terjadi akibat
tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion atau mungkin pula
akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium
yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis
yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk mendukung
implatansi hasil pembuahan.
j.. Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi pada
trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta mengalami
ruptur pada prolaps yang disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam vagina.
Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya
abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom sperma dapat menimbulkan zigot yang
mengandung bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.
Faktor Fetal
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan janin antara lain kelainan kromosom, lingkungan
kurang sempurna dan pengaruh dari luar. Kelainan kromosom merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spotan seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila lingkungan endometrium di
sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu. Pengaruh dari luar seperti radiasi,virus, obat-obat yang sifatnya teratogenik.
Faktor Plasenta
Seperti endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa
terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi yang menahun.
3.6 Diagnosis
Anamnesis: riwayat kehamilan dan abortus sebelumnya, jumlah perdarahan, jaringan
yang keluar, riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan;
Pemeriksaan obstetrik dan ginekologik: maneuver leopold, denyut jantung janin, dan
inspeksi ostium serviks;
Pemeriksaan penunjang:
- Darah perifer lengkap: kadar Hb untuk menilai anemia, leukosit dan laju endap darah
untuk abortus septik,
- Pemeriksaan kehamilan: kadar β-hCG dapat digunakan untuk memeriksa kehamilan,
- Ultrasonografi: melihat kantung gestasi, embrio, denyut jantung, dan sebagainya.
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus sesuai dengan jenis abortus:
1. Abortus imminens:
a. Pertahankan kehamilan
b. Tidak perlu pengobatan khusus
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubugan seksual
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termsuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu.
Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
e. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
f. Tablet penambah darah
g. Vitamin ibu hamil diteruskan
2. Abortus insipiens
a. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
paska keguguran.
b. Jika usia kehamilan < 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus; jika evakuasi tidak
dapat dilakukan segera: berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
c. Jika usia kehamilan > 16 minggu: tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara
spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus
oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes
permenit.
d. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, bila kondisi
baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
e. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
f. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila
kadar Hb > 8 gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang.
3. Abortus Inkomplit
a. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
b. Kuretase
4. Abortus Komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberikan
sulfas ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung banyak protein, vitamin
dan mineral.
5. Missed Abortion
a. Lakukan konseling
b. Jika usia kehamilan < 12 minggu: evakuasi dengan AVM/sendok kuret.
c. Jika usia kehamilan 12-16 minggu: pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan
pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase.
Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
d. Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks lalu evakuasi
dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl 0,9% RL dengan kecepatan 40
tpm hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak
terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
e. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
3.8 Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung pada jumlah
perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens juga baik. Pada abortus
insipiens, inkomplit, dan komplit, prognosis sang ibu baik.
3.9 Komplikasi
Perdarahan hebat dan persisten, sepsis, infeksi, sinekia intrauterine, infertilitas, perforasi
dinding uterus, serta cedera usus dan kandung kemih.
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien wanita berusia 23 tahun G1P0A0 Hamil
12 minggu datang ke RS dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak ± 7 jam SMRS.
Darah yang keluar terus-menerus dan berwarna merah segar yang kemudian diikuti dengan
keluarnya gumpalan-gumpalan seperti daging. Keluar darah pertama kali saat pasien sedang
beristirahat setelah melakukan pekerjaan rumah tangga. Keluhan disertai nyeri perut bagian
bawah. Os juga merasa lemas dan pusing. Mual dan muntah tidak ada. Riwayat trauma, demam,
dan minum jamu sebelumya tidak ada.
Faktor yang dapat dicurigai sebagai penyebab terjadinya abortus ini adalah faktor lingkungan
yang secara epidemiologi berperan dalam 1-10% kasus abortus. Faktor lingkungan yang
terutama berperan adalah paparan terhadap asap rokok yang diketahui dari anamnesa bahwa
dilingkungan sekitarnya sering terpapar asap rokok karena diketahui suami pasien merokok
sehari habis I bungkus rokok.. Asap rokok mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin
yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD: 100/70mmHg, N:
80x/menit, R: 18 x/menit, S: 36,2oC, Status generalis dalam batas normal. Status obstetri didapat:
pada pemeriksaan luar genitalia terlihat perdarahan pervaginam (+). Pada pemeriksaan dalam
genitalia didapatkan uterus teraba sedikit mengecil dari usia kehamilan, OUE terbuka (+).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik pada pasien ini dapat disimpulkan dengan diagnosis
abortus inkomplit. Data tersebut sesuai dengan teori pada kasus abortus inkomplit. Pada pasien
ini dengan diagnosis abortus inkomplit ditatalaksana dengan kuretase (prorujuk rs) dengan tujuan
untuk membersihkan hasil konsepsi. Dan post kuretase diberikan: obat antibiotik, methergin:
obat ini bekerja pada otot polos rahim secara langsung meningkatkan tonus, frekuensi, dan
amplitude dari ritme kontraksi Rahim Peningkatan kontraksi ini berguna untuk mencegah dan
mengontrol perdarahan rahim. Dan SF (sulfas ferrosus): SF ini merupakan zat besi yang
digunakan untuk mengobati atau mencegah kadar zat besi rendah.
DAFTAR PUSTAKA