Pembimbing:
dr. Herman Sumawan, M.Sc., Sp.OG
Disusun oleh:
Caroline Astrid G1A014103
Yayan Ruhdiyanto G1A014104
Avlya Zelyka Az Zahra G1A014105
Titis Pudyatika Destya Andira G1A014106
2017
I. PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Dwi Nur Asiyah
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Purwodadi RT 5 RW 1, Kembaran
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Kunjungan : Sabtu, 16 Desember 2017 (Poli Klinik
Kebidanan dan Kandungan RSMS)
No. Registrasi : 1712160465
No. Pasien : 00735939
B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien kontrol kehamilan dengan keluhan gerakan janin melemah.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSMS pada hari
Sabtu, pukul 08.26 WIB untuk kontrol. Pasien mengeluhkan gerakan janin
melemah. Kenceng-kenceng dirasakan masih jarang, keluar cairan dari jalan
lahir (air ketuban) disangkal, lendir (+), darah (-), gatal (-), panas (-) gerakan
janin (+) dirasakan satu sampai dua kali setiap jam. Tidak mengonsumsi obat-
obatan apapun.
HPHT: 9-3-2017
HPL: 16-12-2017
UK: 40 minggu 3 hari
R. ANC: rutin/bidan/18 kali
R. haid: teratur/5 hari/siklus 28 hari/dismenore (-)
R. nikah: 1x/9 tahun
R. KB: implan/1,5 tahun; suntik/3 bulan
R. obstetri: G2P1A0
1. Laki-laki/7 tahun/spontan/bidan/2700 gram, tidak ASI eksklusif (ASI
hanya 1,5 bulan)
2. Hamil ini
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat infeksi ToRCH pada kehamilan sebelumnya (-)
Riwayat preeklampsia dan eklampsia (-)
Riwayat hemofilia (-)
Riwayat abortus imminens pada usia kehamilan 8 minggu (+), rawat inap
di RSMS selama 3 hari
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat asma (-), riwayat
alergi (-), riwayat penyakit ginjal (-), riwayat hemofilia (-)
Riwayat sosial ekonomi:
Pasien tinggal bersama suami dan satu anak. Kebiasaan makan sehari-hari,
yaitu makan 3x/hari dengan sayur bayam, jagung, brokoli, dan wortel. Pasien
jarang makan makanan yang mengandung protein seperti telur, daging, dan
susu. Pasien juga jarang melakukan olah raga. Pasien dan suami tidak
merokok dan mengonsumsi alkohol.
Pendidikan terakhir pasien dan suami adalah SMP. Pasien dan suami bekerja
sebagai karyawan swasta dengan penghasilan sejumlah UMR. Pasien bekerja
lima hari dalam seminggu, berangkat pukul 08.00 dan pulang pukul 12.00
atau 13.00, tergantung pencapaian target yang ditetapkan oleh tempat kerja.
Selama bekerja, pasien kadang mendapatkan paparan rokok (perokok pasif).
Pasien sudah cuti bekerja sejak akhir Oktober 2017.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu badan : 36 ºC
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan awal : 46 kg
Berat badan sekarang : 58 kg
Status generalis
Kepala
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik pada
mata kanan dan kiri
- Telinga : Tidak ada otorrhea
- Hidung : Tidak keluar sekret
- Mulut : Tidak tampak sianosis
- Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
Status vegetatif
Buang air besar (+), buang air kecil (+), flatus (+)
Pemeriksaan thorax
Paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada
gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium
intercostalis.
- Palpasi : Gerakan dada simetris, vokal fremitus kanan sama dengan
kiri.
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah
kasar di parahiler dan ronkhi basah halus di basal pada
kedua lapang paru, dan tidak ditemukan wheezing.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada
sebelah kiri atas.
- Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 1 jari
medial Linea Midklavikula Sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II Linea Parasternal Dextra
Batas jantung kanan bawah SIC IV Linea Parasternal
Dextra
Batas jantung kiri atas SIC II Linea Parasternal Sinistra
Batas jantung kiri bawah SIC V Linea Midklavikula
Sinistra
- Auskultasi : S1>S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan
gallop.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Cembung gravid
- Auskultasi : DJJ 12 – 12 – 13 reguler, stetoskop Laenec
- Perkusi :-
- Palpasi : TFU 28 cm
L1: teraba lunak (bokong)
L2: teraba tahanan memanjang di kanan (puka)
L3: tidak dapat digerakan
L4: divergen
His : jarang
TBJ (Rumus Johnson) : 155 x (TFU-K) = 155 x (28-12) = 2480 gram
Pemeriksaan ekstremitas
Tidak tampak sianosis, akral hangat, tidak ada edema
Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan dalam (VT) oleh dr. Marta, Sp.OG:
1. Inspeksi: vulva vagina dan uretra tenang, tidak ada lesi, tidak ada
kondiloma, tidak ada kista
2. Dinding vagina: licin
3. Portio: konsistensi kenyal, posisi serviks tidak dinilai, effacement tidak
dinilai, dilatasi 1 cm
4. Presentasi terbawah: kepala, letak muka tidak dapat dinilai
5. Kulit ketuban (+)
6. Pengeluaran air (-)
7. Estimasi panggul luar: promontorium tidak teraba, linea terminalis teraba
lebih dari sepertiga, arcus pubis lebih dari 45o
8. Sarung tangan: lendir (+), darah (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG oleh dr. Marta, Sp.OG
Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ positif, gerak positif, plasenta di corpus
posterior kanan, grade 3, air ketuban minimal, AVG sesuai dengan 34-35
minggu, taksiran berat janin 2488 gram.
Kesan: kehamilan posterm, oligohidramnion, IUGR.
E. DIAGNOSIS AWAL
Gravida 2 Para 1 Abortus 0, Usia 26 Tahun, Hamil 40 Minggu 3 Hari, Janin
Tunggal Hidup Intrauterin dengan IUGR, Oligohidramnion, dan Riwayat
Abortus Imminens
F. SIKAP DAN PENATALAKSANAAN
1. Rujuk ke fasilitas kesehatan tingkat dua bila berada di fasilitas kesehatan
primer
2. KIE keluarga (suami pasien): informed consent, definisi, faktor risiko,
dan prognosis IUGR, pentingnya pemberian dukungan untuk ibu
misalnya memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh wajah
ibu di antara kontraksi
3. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
4. Terminasi kehamilan dengan persalinan pervaginam
5. Induksi persalinan dengan oksitosin 5IU/500ml RL maksimal 20 tpm
6. Observasi djj, his, dan kemajuan persalinan
7. Menjaga privasi ibu dalam persalinan dengan menggunakan tirai
8. Memposisikan ibu tidur miring ke kiri dan menyarankan untuk berjalan
9. Mengajarkan ibu bernafas panjang, menahan nafasnya sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu terasa kontraksi
10. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang akan terjadi serta
hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu
11. Meminta ibu mencukupi kebutuhan minum dan energi
12. Menyarankan ibu berkemih sesering mungkin
13. Meminta untuk menjaga kebersihan diri agar terhindar dari infeksi
14. Jika ada darah, lendir, atau cairan ketuban harus segera dibersihkan
15. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan ibu
H. DIAGNOSIS AKHIR
P2A0, usia 26 tahun postpartus spontan patologis dengan induksi oksitosin
atas indikasi prolonged pregnancy
I. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : bonam
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor Ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap
janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia.
Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah
(BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan
selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat
badan total adalah 9-12 kg (Hidayati, 2009).
2. Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu.
Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada
kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang
terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih
tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-
ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan
bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum
matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa (Hidayati, 2009).
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada
saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu
yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah
dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (Hidayat dan Alimul, 2008).
4. Penyakit Menahun Ibu
- Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen
(O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu
akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan
premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin) (Hidayati, 2009).
- Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2-10%, dan
dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria
dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan
premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia (Hidayati,
2009).
- Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan
atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi
penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu
dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta,
hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi
kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini
dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin
sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah (Hidayati, 2009).
5. Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan
penggunaan obatobatan (11-27% wanita hamil, bergantung pada lokasi
geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran
premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan
gejala putus obat pada janin. Konsumsi alkohol pada saat hamil:
Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran
(aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin
(Bobak, 2004).
B. Faktor Kehamilan
1. Pre-eklampsia/Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati.
Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk
ke janin berkurang (Zulaikha, 2010).
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD)
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau
dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini,
merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu (Zulaikha, 2010).
3. Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion
adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai
akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik
karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan
lain-lain (Varney, 2008).
4. Hamil Ganda/Gemelli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada
janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil,
mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan
kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi aterm umumnya pada kehamilan kembar
kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah
kecenderungan terjadinya partus prematurus (Hani, 2010).
5. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan
diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi
dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada
janin bahkan terjadi intrauterin yang mengakibatkan kematian janin
intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan
lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia
(Wiknjosastro, 1999).
C. Faktor janin
1. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi
yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya (Hidayati, 2009).
2. Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis salh satunya, hepatitis berpengaruh terhadap
kehamilan karena bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur
dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke
janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi
hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan
berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi
berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin (Hidayati, 2009).
D. Faktor Genetik
Gambar 3.3 Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan
(POGI, 2006).
Taksiran berat badan Janin (TBJ) yang paling banyak digunakan yakni
pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head
circumference (HC), abdominal circumference (AC), dan femur length (FL).
Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis IUGR adalah
rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi dengan lingkar
perut (HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia kehamilan 32 minggu
sampai 34 minggu dan kurang dari 1.0 setelah usia kehamilan 34 minggu.
Pada IUGR asimetrikal, HC tetap lebih besar dibanding AC karena
otak merupakan organ yang gpaling sedikit terpengaruh ukurannya oleh
hambatan pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling banyak
mengalami gangguan. Sedangkan IUGR simetrikal, HC dan AC kedua –
duanya sama – sama lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak membantu,
rasio lainnya yang berguna adalah rasio panjang femur per lingkar perut
(FL/AC).
Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata
dapat diperkirakan suati pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner
mengatakan bahwa persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas
yang tinggi yakni 98.1 % dalam mendiagnosa IUGR, sedangkan TBJ
mempunyai nilai sensitivitas 85.7% (POGI, 2006).
Risiko fetus mengalami IUGR dapat dilihat dari EFW ≤ persentil 10
meskipun EFW tersebut bukan merupakan hal definitif untuk menentukan
insufisiensi uteroplasenta. Tanda-tanda insufisiensi uteroplasenta antara lain
oligohidramnion dan pemeriksaan Doppler abnormal (Ross, 2015).
Faktor risiko IUGR secara umum terdiri dari faktor risiko maternal,
plasental, fetal, dan genetik. Pada pasien didapatkan beberapa faktor risiko
maternal, yaitu status sosial ekonomi rendah dan tinggal di negara berkembang
sebagai faktor risiko independen IUGR. Rendahnya status sosial ekonomi dan
tinggal di negara berkembang memungkinkan rendahnya nutrisi bagi ibu yang
akhirnya menimbulkan IUGR. Selain itu, terdapat riwayat paparan nikotin
(perokok pasif) dari lingkungan tempat kerja pasien. Paparan nikotin merupakan
faktor risiko berat badan lahir rendah dan merokok menurunkan berat lahir sekitar
150 hingga 200 gram (Sharma, et al., 2016).
IUGR dapat dicegah dengan adanya intervensi sosial. Kejadian IUGR pada
negara berkembang kebanyakan terjadi karena masalah sosial, seperti diskriminasi
gender (nutrisi yang lebih buruk bagi perempuan daripada laki-laki
mengakibatkan status kesehatan yang buruk dan malnutrisi pada perempuan
sehingga membuat janin IUGR). Intervensi sosial misalnya menjaga pemenuhan
nutrisi perempuan, mencegah kekerasan terhadap perempuan (bisa mengurangi
diskriminasi gender sehingga memperbaiki nutrisi perempuan), dan menangani
penyakit kronik serta kelainan-kelainan masa kehamilan dapat menurunkan
kejadian IUGR di negara-negara berkembang. Intervensi yang telah terbukti dapat
mencegah janin IUGR antara lain pemberian suplemen protein energi seimbang,
pencegahan malaria saat kehamilan, pemberian suplemen mikronutrien, dan
pengurangan merokok (Sharma, et al., 2016).
Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa pemberian balanced energy
protein supplementation dan multiple micronutrient supplementation memberikan
penurunan kejadian IUGR. Menurut penelitian Ota et al. (2015), pemberian
balanced energy protein supplementation pada 12 penelitian yang melibatkan
6.705 perempuan hamil telah meningkatkan berat lahir rata-rata secara signifikan
serta menurunkan risiko small-for-gestational age secara signifikan pada 4.408
perempuan hamil. Ulasan sistematis pada 17 penelitian yang melibatkan 137.791
perempuan hamil terkait pemberian multiple micronutrient supplementation
dibandingkan dengan pemberian dua atau kurang dari dua mikronutrien dapat
menurunkan kejadian berat badan lahir rendah secara signifikan (Haider, 2015).
V. KESIMPULAN
Cunningham, FG., Mac, Donald. 2001. Williams Obstetrics edisi 21. Prentice Hall
Inc, USA: 1111-39
Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika
Hasibuan, Dessy, S. 2009. Volume dan Sekresi Ginjal pada Pertumbuhan Janin
Terhambat dan Normal dengan Pemeriksaan Ultrasonografi. Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU. Medan.