Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI KASUS

Gravida 2 Para 1 Abortus 0, Usia 26 Tahun, Hamil 40 Minggu 3 Hari, Janin


Tunggal Hidup Intrauterin dengan IUGR, Oligohidramnion, dan Riwayat Abortus
Imminens

Pembimbing:
dr. Herman Sumawan, M.Sc., Sp.OG

Disusun oleh:
Caroline Astrid G1A014103
Yayan Ruhdiyanto G1A014104
Avlya Zelyka Az Zahra G1A014105
Titis Pudyatika Destya Andira G1A014106

SMF ILMU KEBIDANAN DAN ILMU PENYAKIT KANDUNGAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
I. PENDAHULUAN

Di Indonesia angka kematian perinatal masih tinggi dibandingkan dengan


Negara maju. BBLR sampai saat ini masih merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas perinatal. BBLR dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan prematur dan
bayi yang mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT)/ Intrauterine Growth Retardation (IUGR) merupakan masalah
klinis yang penting. Prevalensi PJT sekitar 8% dari popolasi Global (Mari, 2002).
Di Asia terdapat 9.248 kasus PJT dan di Indonesia kasus PJT mencapai
angka 19,8%. Ini ditunjukan dengan 52% bayi lahir mati yang berhubungan
dengan PJT dan 10% terjadi kematian masa perinatal sebagai konsekuensi dari
PJT. Sampai dengan 72% terjadi kematian janin yang berhubungan dengan PJT
(Mandruzzato et al, 2008). PJT merupakan 10% komplikasi dari seluruh
kehamilan. Dimana hal ini berhubungan dengan angka kematian perinatal yaitu 6
sampai 10 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan pertumbuhan yang normal dan
merupakan penyebab kedua terpenting kematian perinatal setelah persalinan
prematuritas (Mari, 2002).
Tingginya angka kejadian tersebut berhubungan erat dengan faktor risiko
yang ada, sepert malnutrisi, keadaan sosial dan ekonomi (golongan sosial
ekonomi rendah), tingkat pendidikan rendah, status bekerja dan perkawinan yang
tidak sah). Lingkungan gizi yang tidak memadai dalam rahim dapat menjadi salah
satu penyebab terbatasnya pertumbuhan janin (Castro, 2003). Penelitian
sebelumnya menunjukkan beberapa faktor risiko terjadinya bayi dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Faktor tersebut berupa umur ibu, adanya
riwayat hipertensi, kadar hematocrit menurun, kadar hemoglobin menurun,
merokok, paritas, ras, dan penggunaan alkohol (Resnik, 2002).
II. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Dwi Nur Asiyah
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Purwodadi RT 5 RW 1, Kembaran
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Kunjungan : Sabtu, 16 Desember 2017 (Poli Klinik
Kebidanan dan Kandungan RSMS)
No. Registrasi : 1712160465
No. Pasien : 00735939

B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien kontrol kehamilan dengan keluhan gerakan janin melemah.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan RSMS pada hari
Sabtu, pukul 08.26 WIB untuk kontrol. Pasien mengeluhkan gerakan janin
melemah. Kenceng-kenceng dirasakan masih jarang, keluar cairan dari jalan
lahir (air ketuban) disangkal, lendir (+), darah (-), gatal (-), panas (-) gerakan
janin (+) dirasakan satu sampai dua kali setiap jam. Tidak mengonsumsi obat-
obatan apapun.
 HPHT: 9-3-2017
 HPL: 16-12-2017
 UK: 40 minggu 3 hari
 R. ANC: rutin/bidan/18 kali
 R. haid: teratur/5 hari/siklus 28 hari/dismenore (-)
 R. nikah: 1x/9 tahun
 R. KB: implan/1,5 tahun; suntik/3 bulan
 R. obstetri: G2P1A0
1. Laki-laki/7 tahun/spontan/bidan/2700 gram, tidak ASI eksklusif (ASI
hanya 1,5 bulan)
2. Hamil ini
Riwayat penyakit dahulu:
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat infeksi ToRCH pada kehamilan sebelumnya (-)
 Riwayat preeklampsia dan eklampsia (-)
 Riwayat hemofilia (-)
 Riwayat abortus imminens pada usia kehamilan 8 minggu (+), rawat inap
di RSMS selama 3 hari
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat asma (-), riwayat
alergi (-), riwayat penyakit ginjal (-), riwayat hemofilia (-)
Riwayat sosial ekonomi:
Pasien tinggal bersama suami dan satu anak. Kebiasaan makan sehari-hari,
yaitu makan 3x/hari dengan sayur bayam, jagung, brokoli, dan wortel. Pasien
jarang makan makanan yang mengandung protein seperti telur, daging, dan
susu. Pasien juga jarang melakukan olah raga. Pasien dan suami tidak
merokok dan mengonsumsi alkohol.
Pendidikan terakhir pasien dan suami adalah SMP. Pasien dan suami bekerja
sebagai karyawan swasta dengan penghasilan sejumlah UMR. Pasien bekerja
lima hari dalam seminggu, berangkat pukul 08.00 dan pulang pukul 12.00
atau 13.00, tergantung pencapaian target yang ditetapkan oleh tempat kerja.
Selama bekerja, pasien kadang mendapatkan paparan rokok (perokok pasif).
Pasien sudah cuti bekerja sejak akhir Oktober 2017.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu badan : 36 ºC
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan awal : 46 kg
Berat badan sekarang : 58 kg
Status generalis
Kepala
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik pada
mata kanan dan kiri
- Telinga : Tidak ada otorrhea
- Hidung : Tidak keluar sekret
- Mulut : Tidak tampak sianosis
- Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
Status vegetatif
Buang air besar (+), buang air kecil (+), flatus (+)
Pemeriksaan thorax
Paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada
gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium
intercostalis.
- Palpasi : Gerakan dada simetris, vokal fremitus kanan sama dengan
kiri.
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah
kasar di parahiler dan ronkhi basah halus di basal pada
kedua lapang paru, dan tidak ditemukan wheezing.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada
sebelah kiri atas.
- Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 1 jari
medial Linea Midklavikula Sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II Linea Parasternal Dextra
Batas jantung kanan bawah SIC IV Linea Parasternal
Dextra
Batas jantung kiri atas SIC II Linea Parasternal Sinistra
Batas jantung kiri bawah SIC V Linea Midklavikula
Sinistra
- Auskultasi : S1>S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan
gallop.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Cembung gravid
- Auskultasi : DJJ 12 – 12 – 13 reguler, stetoskop Laenec
- Perkusi :-
- Palpasi : TFU 28 cm
L1: teraba lunak (bokong)
L2: teraba tahanan memanjang di kanan (puka)
L3: tidak dapat digerakan
L4: divergen
His : jarang
TBJ (Rumus Johnson) : 155 x (TFU-K) = 155 x (28-12) = 2480 gram
Pemeriksaan ekstremitas
Tidak tampak sianosis, akral hangat, tidak ada edema
Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan dalam (VT) oleh dr. Marta, Sp.OG:
1. Inspeksi: vulva vagina dan uretra tenang, tidak ada lesi, tidak ada
kondiloma, tidak ada kista
2. Dinding vagina: licin
3. Portio: konsistensi kenyal, posisi serviks tidak dinilai, effacement tidak
dinilai, dilatasi 1 cm
4. Presentasi terbawah: kepala, letak muka tidak dapat dinilai
5. Kulit ketuban (+)
6. Pengeluaran air (-)
7. Estimasi panggul luar: promontorium tidak teraba, linea terminalis teraba
lebih dari sepertiga, arcus pubis lebih dari 45o
8. Sarung tangan: lendir (+), darah (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG oleh dr. Marta, Sp.OG

Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ positif, gerak positif, plasenta di corpus
posterior kanan, grade 3, air ketuban minimal, AVG sesuai dengan 34-35
minggu, taksiran berat janin 2488 gram.
Kesan: kehamilan posterm, oligohidramnion, IUGR.
E. DIAGNOSIS AWAL
Gravida 2 Para 1 Abortus 0, Usia 26 Tahun, Hamil 40 Minggu 3 Hari, Janin
Tunggal Hidup Intrauterin dengan IUGR, Oligohidramnion, dan Riwayat
Abortus Imminens
F. SIKAP DAN PENATALAKSANAAN
1. Rujuk ke fasilitas kesehatan tingkat dua bila berada di fasilitas kesehatan
primer
2. KIE keluarga (suami pasien): informed consent, definisi, faktor risiko,
dan prognosis IUGR, pentingnya pemberian dukungan untuk ibu
misalnya memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh wajah
ibu di antara kontraksi
3. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
4. Terminasi kehamilan dengan persalinan pervaginam
5. Induksi persalinan dengan oksitosin 5IU/500ml RL maksimal 20 tpm
6. Observasi djj, his, dan kemajuan persalinan
7. Menjaga privasi ibu dalam persalinan dengan menggunakan tirai
8. Memposisikan ibu tidur miring ke kiri dan menyarankan untuk berjalan
9. Mengajarkan ibu bernafas panjang, menahan nafasnya sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu terasa kontraksi
10. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang akan terjadi serta
hasil-hasil pemeriksaan kepada ibu
11. Meminta ibu mencukupi kebutuhan minum dan energi
12. Menyarankan ibu berkemih sesering mungkin
13. Meminta untuk menjaga kebersihan diri agar terhindar dari infeksi
14. Jika ada darah, lendir, atau cairan ketuban harus segera dibersihkan
15. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan ibu
H. DIAGNOSIS AKHIR
P2A0, usia 26 tahun postpartus spontan patologis dengan induksi oksitosin
atas indikasi prolonged pregnancy

I. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : bonam
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)


Intrauterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan
dimana janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat
adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan
yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari
umur kehamilannya (Hasibuan, 2009). Menurut Institute of obstetricians &
Gynaecologist Royal College of Physycians of Ireland and Health Service
Executive (2017), IUGR merupakan istilah yang digunakan dalam
mendeskripsikan keadaan fetus dengan estimated fetus weight (EFW) <10
persentil, oligohidroamnion, abnormal Doppler dan atau interval kecepatan
pertumbuhan dan atau EFW <3.
IUGR juga telah digambarkan sebagai penyimpangan dari atau
pengurangan pola pertumbuhan janin yang diharapkan dan biasanya
merupakan hasil dari potensi pertumbuhan bawaan yang berkurang atau
karena banyak efek buruk pada janin. IUGR adalah penyebab utama dan tidak
terduga pada banyak morbiditas dan mortalitas janin dan neonatus. IUGR
didefinisikan sebagai kecepatan pertumbuhan janin yang kurang dari normal
untuk potensi pertumbuhan janin tersebut. Istilah IUGR dan small for
gestational age (SGA) sering digunakan bersama. IUGR/SGA merupakan
hasil akhir dari banyak etiologi, terdiri dari faktor maternal, plasenta, dan fetal
serta faktor genetik (Sharma, et al., 2016).
Morbiditas IUGR perlu diperhatikan pada sekuel jangka panjang,
dimana dapat terjadi defisit perkembangan saraf, penyakit jantung, diabetes
dan lain sebagainya. Mortalitas untuk IUGR meningkat 5-10 kali lebih tinggi
disbanding bayi dengan berat normal sesuai berat gestasi (Szymanski, 2009).
B. Klasifikasi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Ada tiga jenis IUGR: IUGR asimetris (bayi kurang gizi), IUGR
simetris, dan IUGR campuran. jenis ketiga, yang biasanya terlihat di negara
berkembang, dinamakan sebagai campuran IUGR. Bayi dengan jenis ini
memiliki jumlah sel dan ukuran sel yang lebih rendah. Neonatus ini memiliki
gambaran klinis IUGR simetris dan asimetris saat lahir. Jenis hasil IUGR saat
awal IUGR lebih dipengaruhi oleh penyebab plasenta pada akhir kehamilan.
Menurut Shama, 2016 klasifikasi pada IUGR yaitu :
Tabel 3.1 Klasifikasi IUGR (Sharma, et al., 2016).
Karakteristik Simetris Asimetris
Periode Trimester 1 & 2 Trimester 3
Insiden 20% - 30% 70 % - 80%
Etiologi Penyakit genetik, Insufisiensi pembuluh
infeksi darah plasenta
Antenatal scan lingkar Semua bagian tubuh Kepala lebih besar dari
kepala, lingkar perut, kecil abdomen
diameter biparietal dan
panjang femur
Jumlah sel Berkurang Normal
Ukuran sel Normal Berkurang
Ponderal index Normal (lebih dari 2) Menurun (kurang dari 2)
Postnatal antropometri Kurang dari 3 cm Lebih dari 3 cm
(berat, panjang, dan
lingkar kepala)
Perbedaan antara Kurang pada seluruh Normal
lingkar kepala dan parameter
lingkar dada pada
IUGR
Ciri malnutrisi Kurang jelas Lebih jelas
Prognosis buruk Baik

C. Faktor Risiko Intrauterine Growth Restriction (IUGR)


IUGR dapat disebabkan oleh faktor maternal, plasental, fetal, dan
genetik. Sebanyak kurang lebih sepertiga kasus IUGR terjadi akibat faktor
genetik dan dua pertiga kasus IUGR berhubungan dengan lingkungan fetal
(Sharma, et al., 2016).
Gambar 3.1 Faktor Risiko IUGR (Sharma, et al., 2016).

A. Faktor Ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap
janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia.
Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah
(BBLR). Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan
selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat
badan total adalah 9-12 kg (Hidayati, 2009).
2. Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu.
Persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada
kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang
terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih
tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-
ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan
bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum
matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa (Hidayati, 2009).
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada
saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu
yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah
dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (Hidayat dan Alimul, 2008).
4. Penyakit Menahun Ibu
- Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen
(O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu
akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan
premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin) (Hidayati, 2009).
- Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2-10%, dan
dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria
dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan
premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia (Hidayati,
2009).
- Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan
atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi
penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu
dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta,
hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi
kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini
dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin
sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah (Hidayati, 2009).
5. Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan
penggunaan obatobatan (11-27% wanita hamil, bergantung pada lokasi
geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran
premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan
gejala putus obat pada janin. Konsumsi alkohol pada saat hamil:
Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran
(aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin
(Bobak, 2004).
B. Faktor Kehamilan
1. Pre-eklampsia/Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati.
Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk
ke janin berkurang (Zulaikha, 2010).
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi
sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD)
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau
dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini,
merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu (Zulaikha, 2010).
3. Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion
adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai
akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik
karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan
lain-lain (Varney, 2008).
4. Hamil Ganda/Gemelli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada
janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil,
mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan
kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi aterm umumnya pada kehamilan kembar
kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah
kecenderungan terjadinya partus prematurus (Hani, 2010).
5. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan
diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi
dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada
janin bahkan terjadi intrauterin yang mengakibatkan kematian janin
intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan
lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia
(Wiknjosastro, 1999).
C. Faktor janin
1. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi
yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya (Hidayati, 2009).
2. Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis salh satunya, hepatitis berpengaruh terhadap
kehamilan karena bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur
dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke
janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi
hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan
berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi
berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin (Hidayati, 2009).
D. Faktor Genetik

Gambar 3.2 Faktor Risiko Genetik IUGR (Sharma, et al., 2016).


E. Patofisiologi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Penyebab maternal pada IUGR antara lain hipertensi kronik,
hipertensi kehamilan, penyakit jantung sianotik, diabetes, hemoglobinopati,
penyakit autoimun, malnutrisi akibat kekurangan protein, merokok,
malformasi uterus, dan trombofilia. Penyebab plasental atau umbilical cord
pada IUGR antara lain twin-to-twin transfusion syndrome, abnormalitas
plasenta, abrupsi kronik, plasenta previa, insersi plasenta abnormal, anomali
plasenta, dan gestasi multipel (Ross, 2015).
IUGR terjadi ketika pertukaran gas dan nutrisi ke fetus tidak
mencukupi. Proses ini kebanyakan terjadi karena penyakit maternal yang
menyebabkan penurunan kapasitas pembawa oksigen (misalnya penyakit
jantung sianotik, merokok, hemoglobinopati), disfungsi sistem transportasi
oksigen ke penyakit vaskular maternal (misalnya diabetes dengan gangguan
vaskular, hipertensi, penyakit autoimun yang mengganggu pembuluh-
pembuluh ke plasenta), atau kerusakan plasenta akibat penyakit maternal
(misalnya merokok, trombofilia, penyakit autoimun) (Ross, 2015).
Janin meredistribusikan aliran darah untuk fungsi organ-organ yang
penting dan untuk pertumbuhan organ vital karena adanya keterbatasan
nutrisi yang didapatkan janin. Hal ini disebut brain-sparing effect dan
menyebabkan peningkatan aliran darah relatif ke otak, jantung, adrenal, dan
plasenta dan penurunan aliran darah relatif ke sumsum tulang, otot, paru,
saluran pencernaan, dan ginjal. Brain-sparing effect ini dapat menimbulkan
pola pertumbuhan janin yang berbeda (Ross, 2015).
F. Penegakan Diagnosis Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Diagnosis pasti IUGR baru dapat diketahui setelah janin dilahirkan.
Syarat utama utama untuk mengetahui apakah pertumbuhan janin berjalan
normal atau tidak, adalah keharusan utnuk mengetahui usia kehamilan secara
tepat. Tanpa diketahui usia kehamilan, ketepatan pertumbuhan janin tidak
dapat ditentukan dan kekeliruan yang serius dalam penatalaksanaan pasien
bisa saja terjadi.
Usia kehamilan dapat dihitung dari tanggal hari pertama haid terakhir
(HPHT) pada wanita yang siklus haidnya teratur. Sebelum USG berkembang,
IUGR di diagnosa dengan berkurangnya penambahan berat badan ibu dimana
pertambahan berat badan kurang dari 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu
atau kurang dari 8 kg pada kehamilan 32 minggu ( untuk ibu dengan BMI
kurang dari 30) ; pemeriksaan palapsi (leopold), dimana akurasinya terbatas
dalam mendeteksi janin Kecil Masa Kehamilan (KMK) sebesar 30%, sehingga
perlu pemeriksaan tambahan biometri janin; dan pengukuran tinggi fundus
uteri (TFU) yang sampai saat ini masih banyak digunakan (Cunningham &
Mac, 2001).
TFU akan sesuai dengan jumlah minggu usia kehamilan 22 minggu
sampai 32 minggu dengan syarat kandung kemih dalam keadaan kosong. Jika
diperoleh hasil pengukuran tinggi fundus uteri ≤ 3 cm lebih rendah dari yang
diharapkan pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, maka perlu dicurigai
adanya IUGR. Namun pengukuran ini tidak dapat dilakukan bila usia
kehamilan lebih dari 35 minggu. Hasil pengukuran ini tidak bisa diterapkan
pada kehamilan multipel, hidramnion atau janin dengan letak lintang, obesitas
dan ukuran plasenta yang besar (Cunningham & Mac, 2001).
Data yang paling akurat dalam menentukan usia kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan USG. Pada usia kehamilan 4 minggu sampai 6
minggu, parameter yang dipakai untuk menetukan usia kehamilan adalah
diameter kanting gestasi. Pada usia kehamilan 7 minggu sampai 12 minggu,
parameter yang dipakai adalah jarak kepala–bokong (crown-rump length atau
CRL).
Pada usia kehamilan 12 minggu sampai 20 minggu, parameter yang
dipakai adalah diameter biparietal (DBP) dengan kesalahan sekitar 7 hari.
Pada kehamilan trimester ke-2 dan trimester ke-3, penentuan usia kehamilan
dapat juga dilakukan dengan menggunakan parameter biometri lainnya,
seperti lingkar kepala, femur, humerus, dan sebagainya. Penentuan HPHT,
pengukuran besar uterus pada awal kehamilan, dan deteksi DJJ merupakan
cara yang paling bermanfaat dalam menetukan usia kehamilan (Cunningham
& Mac, 2001).
Cara yang paling umum digunakan dalam penetuan pertumbuhan janin
adalah dengan memperkirakan BB janin pada usia kehamilan tertentu. Disini
dianggap bahwa usia kehamilan sudah diketahui dengan tepat. Dugaan IUGR
adalah apabila pada usia kehamilan tertentu BB janin yang diobservasi
ternyata lebih kecil dari BB janin yang diharapkan dalam normogram.

Gambar 3.3 Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan
(POGI, 2006).

Taksiran berat badan Janin (TBJ) yang paling banyak digunakan yakni
pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head
circumference (HC), abdominal circumference (AC), dan femur length (FL).
Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis IUGR adalah
rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi dengan lingkar
perut (HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia kehamilan 32 minggu
sampai 34 minggu dan kurang dari 1.0 setelah usia kehamilan 34 minggu.
Pada IUGR asimetrikal, HC tetap lebih besar dibanding AC karena
otak merupakan organ yang gpaling sedikit terpengaruh ukurannya oleh
hambatan pertumbuhan janin dibanding dengan hepar yang paling banyak
mengalami gangguan. Sedangkan IUGR simetrikal, HC dan AC kedua –
duanya sama – sama lebih kecil, karenanya rasio HC/AC tidak membantu,
rasio lainnya yang berguna adalah rasio panjang femur per lingkar perut
(FL/AC).
Hasil pengukuran AC kurang dari persentil ke-10 dibawah rata-rata
dapat diperkirakan suati pertumbuhan asimetris. Baschat dan Weiner
mengatakan bahwa persentil AC yang rendah mempunyai nilai sensitivitas
yang tinggi yakni 98.1 % dalam mendiagnosa IUGR, sedangkan TBJ
mempunyai nilai sensitivitas 85.7% (POGI, 2006).
Risiko fetus mengalami IUGR dapat dilihat dari EFW ≤ persentil 10
meskipun EFW tersebut bukan merupakan hal definitif untuk menentukan
insufisiensi uteroplasenta. Tanda-tanda insufisiensi uteroplasenta antara lain
oligohidramnion dan pemeriksaan Doppler abnormal (Ross, 2015).

G. Tata Laksana Intrauterine Growth Restriction (IUGR)


Ketika IUGR telah terdeteksi, manajemen kehamilan harus berusaha
memaksimalkan usia kehamilan dan meminimalkan risiko morbiditas dan
mortalitas neonatal. Penanganan efektif IUGR masih belum diketahui
sehingga tujuan manajemen IUGR adalah melahirkan fetus sematur mungkin
pada kondisi fisiologis terbaik yang memungkinkan serta meminimalkan
risiko bagi ibu. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan antenatal sehingga
dapat mendeteksi IUGR sebelum janin mengalami asidosis.
Rekomendasi dari Royal College of Obstetrics and Gynaecology
(RCOG) tentang manajemen fetus IUGR mencakup monitoring dan metode
persalinan. Janin yang small for gestational age (SGA) pada usia kehamilan
24+0 dan 35+6 minggu harus mendapat kortikosteroid antenatal sebelum
persalinan. Usia kehamilan yang optimal untuk melahirkan janin SGA
tergantung pada usia gestasional janin dan pemeriksaan Doppler pada arteri
umbilikalis. Pada janin SGA dengan arteri umbilikalis absent or reversed end
diastolic flow (AREDF) direkomendasikan untuk dilahirkan dengan caesarean
section. Wanita dengan janin SGA yang sedang mengalami persalinan spontan
direkomendasikan untuk mendapatkan perawatan agar dapat dilakukan
pemantauan laju nadi janin secara terus-menerus. Berikut adalah gambar alur
manajemen IUGR (Sharma, et al., 2016).

Gambar 3.4 Tatalaksana IUGR (Sharma, et al., 2016).

H. Pencegahan Intrauterine Growth Restriction (IUGR)


Kejadian IUGR pada negara berkembang kebanyakan terjadi karena
masalah sosial, seperti diskriminasi gender (nutrisi yang lebih buruk bagi
perempuan daripada laki-laki mengakibatkan status kesehatan yang buruk dan
malnutrisi pada perempuan sehingga membuat janin IUGR). Intervensi sosial
misalnya menjaga pemenuhan nutrisi perempuan, menunda waktu kehamilan
pertama, mencegah kekerasan terhadap perempuan (bisa mengurangi
diskriminasi gender sehingga memperbaiki nutrisi perempuan), dan
menangani penyakit kronik serta kelainan-kelainan masa kehamilan dapat
menurunkan kejadian IUGR di negara-negara berkembang. Interensi yang
telah terbukti dapat mencegah janin IUGR antara lain pemberian suplemen
protein energi seimbang, pencegahan malaria saat kehamilan, pemberian
suplemen mikronutrien, antiplatelet untuk preeklampsi, dan pengurangan
merokok (Sharma, et al., 2016).
I. Prognosis Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Pada kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati
(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang
dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus IUGR dapat muncul, sekalipun ibu
dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok
adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan
makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur
dapat menekan risiko munculnya IUGR. Perkiraan saat ini mengindikasikan
bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit
memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat
(Reeves, 2012).
J. Komplikasi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
Pada kasus neonatus IUGR cenderung mengalami komplikasi setelah
kelahiran. Beberapa komplikasi ini meliputi asfiksia perinatal, aspirasi
mekonium, hipertensi pulmonal persisten, hipotermia, hipoglikemia,
hiperglikemia, hipokalsemia, polisitemia, ikterus, kesulitan makan,
intoleransi makanan, sepsis late onset, pulmonary hemorrhage, dan
sebagainya. Bayi juga memiliki neuro-behavioral abnormalities dan feritin
serum rendah (Sharma, et al., 2016).

Gambar 3.5 Komplikasi IUGR (Sharma, et al., 2016).


Komplikasi jangka panjang pada bayi dengan riwayat IUGR adalah
bayi dengan IUGR cenderung mengalami pertumbuhan dan perkembangan
saraf yang buruk hasilnya akan nampak ketika mereka mencapai usia
sekolah dan masa dewasa (Sharma, et al., 2016).

Gambar 3.5 Komplikasi IUGR (Sharma, et al., 2016).

Bayi dengan riwayat IUGR cenderung mengalami gangguan


pertumbuhan fisik. Faktor postnatal yang memengaruhi pertumbuhan anak
ini adalah growth retardation (paling penting), nutrisi postnatal, status
ekonomi orang tua, dan lingkungan sosial tempat anak akan tumbuh
nantinya. Anak dengan IUGR simetris karena sel-sel yg memang sudah
sedikit saat lahir tidak berkembang lagi saat postnatal dan biasanya anak
tersebut akan tetap memiliki badan kecil seumur hidupnya. Disisi lain,
anak dgn IUGR asimetris progonsisnya lebih baik dan pertumbuhan post
natalnya lebih baik karena memiliki jumlah sel yang cukup. Pada
penelitian anak dgn IUGR, tinggi akhirnya (saat dewasa nanti) dipengaruhi
oleh tinggi ibu, ayah dan panjang saat lahir (Sharma, et al., 2016).
Anak dengan IUGR lebih cenderung mengalami gangguan
perkembangan saraf dan gangguan kognitif mayor. Banyak intervensi
yang telah dilakukan untuk mengurangi kerusakan otak yang terjadi pada
anak IUGR dan juga dapat menyebabkan perkembangan sarafnya malah
menjadi buruk. Gangguan yang sering muncul antara lain skor IQ rendah,
sulit masuk sekolah, disfungsi motorik minor dan mayor, gagal tumbuh,
lemah dan kapasitas kerjanya rendah, cerebral palsy, kemampuan sosial
rendah, kemampuan akademis buruk, hiperaktif, gangguan visual-motorik,
kemampuan motorik buruk, gangguan membaca dan matematika serta
gangguan persepsi (Sharma, et al., 2016).
IV. PEMBAHASAN

Faktor risiko IUGR secara umum terdiri dari faktor risiko maternal,
plasental, fetal, dan genetik. Pada pasien didapatkan beberapa faktor risiko
maternal, yaitu status sosial ekonomi rendah dan tinggal di negara berkembang
sebagai faktor risiko independen IUGR. Rendahnya status sosial ekonomi dan
tinggal di negara berkembang memungkinkan rendahnya nutrisi bagi ibu yang
akhirnya menimbulkan IUGR. Selain itu, terdapat riwayat paparan nikotin
(perokok pasif) dari lingkungan tempat kerja pasien. Paparan nikotin merupakan
faktor risiko berat badan lahir rendah dan merokok menurunkan berat lahir sekitar
150 hingga 200 gram (Sharma, et al., 2016).
IUGR dapat dicegah dengan adanya intervensi sosial. Kejadian IUGR pada
negara berkembang kebanyakan terjadi karena masalah sosial, seperti diskriminasi
gender (nutrisi yang lebih buruk bagi perempuan daripada laki-laki
mengakibatkan status kesehatan yang buruk dan malnutrisi pada perempuan
sehingga membuat janin IUGR). Intervensi sosial misalnya menjaga pemenuhan
nutrisi perempuan, mencegah kekerasan terhadap perempuan (bisa mengurangi
diskriminasi gender sehingga memperbaiki nutrisi perempuan), dan menangani
penyakit kronik serta kelainan-kelainan masa kehamilan dapat menurunkan
kejadian IUGR di negara-negara berkembang. Intervensi yang telah terbukti dapat
mencegah janin IUGR antara lain pemberian suplemen protein energi seimbang,
pencegahan malaria saat kehamilan, pemberian suplemen mikronutrien, dan
pengurangan merokok (Sharma, et al., 2016).
Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa pemberian balanced energy
protein supplementation dan multiple micronutrient supplementation memberikan
penurunan kejadian IUGR. Menurut penelitian Ota et al. (2015), pemberian
balanced energy protein supplementation pada 12 penelitian yang melibatkan
6.705 perempuan hamil telah meningkatkan berat lahir rata-rata secara signifikan
serta menurunkan risiko small-for-gestational age secara signifikan pada 4.408
perempuan hamil. Ulasan sistematis pada 17 penelitian yang melibatkan 137.791
perempuan hamil terkait pemberian multiple micronutrient supplementation
dibandingkan dengan pemberian dua atau kurang dari dua mikronutrien dapat
menurunkan kejadian berat badan lahir rendah secara signifikan (Haider, 2015).
V. KESIMPULAN

 Intrauterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana


janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya
gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang
dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur
kehamilannya
 Klasifikasi IUGR terbagi menjadi tiga yaitu, IUGR asimetris (bayi kurang
gizi), IUGR simetris, dan IUGR campuran
 Faktor risiko IUGR dapat disebabkan oleh faktor maternal, faktor plasental,
daktor fetal, dan faktor genetik.
 Diagnosis pasti IUGR baru dapat diketahui setelah janin dilahirkan. Syarat
utama untuk mengetahui apakah pertumbuhan janin berjalan normal atau
tidak, adalah keharusan utnuk mengetahui usia kehamilan secara tepat.
Taksiran berat badan Janin (TBJ) yang paling banyak digunakan yakni
pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), head
sircumference (HC), abdominal sircumference (AC) dn femur length (FL)
pada saat USG.
 Penanganan efektif IUGR masih belum diketahui sehingga tujuan manajemen
IUGR adalah melahirkan fetus sematur mungkin pada kondisi fisiologis
terbaik yang memungkinkan serta meminimalkan risiko bagi ibu.
 Pencegahan terjadinya IUGR diantaranya, menjaga pemenuhan nutrisi
perempuan, menunda waktu kehamilan pertama, mencegah kekerasan
terhadap perempuan (bisa mengurangi diskriminasi gender sehingga
memperbaiki nutrisi perempuan), dan menangani penyakit kronik serta
kelainan-kelainan masa kehamilan dapat menurunkan kejadian IUGR
 Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dari IUGR yaitu asfiksia perinatal,
aspirasi mekonium, hipertensi pulmonal persisten, hipotermia, hipoglikemia,
hiperglikemia, hipokalsemia, polisitemia, ikterus, kesulitan makan, intoleransi
makanan, sepsis late onset, pulmonary hemorrhage, dan sebagainya. Bayi
juga memiliki neuro-behavioral abnormalities dan feritin serum rendah
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas /


Maternity Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I.
Anugerah, Jakarta : EGC

Castro, Lony. 2003. Intrauterine Growth Restriction Is Accompanied By


Decreased Renal Volume In The Human Fetus. Am J Obstet Gynecol, 188
: 1320-325

Cunningham, FG., Mac, Donald. 2001. Williams Obstetrics edisi 21. Prentice Hall
Inc, USA: 1111-39

Haider, B.A., Z.A. Bhutta. 2015. Multiple-micronutrient supplementation for


women during pregnancy. Cochrane Database Syst Rev. 11: CD004905.

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika

Hasibuan, Dessy, S. 2009. Volume dan Sekresi Ginjal pada Pertumbuhan Janin
Terhambat dan Normal dengan Pemeriksaan Ultrasonografi. Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU. Medan.

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika

Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Institute of Obstetricians & Gynaecologist Royal College of Physicians of Ireland


and Health Service. 2017. Clinical practice guideline fetal growth
restriction – recognition, diagnosis & management. Dublin: Institute of
Obstetricians & Gynaecologist Royal College of Physicians of Ireland and
Health Service

Mandruzzato Giampaulo et al. 2008. Intrauterine Restriction (IUGR),


Recommendations and Guidelines for Perinatal Practice. J. Perinat. Med 36
pp:277-281

Mari, G. 2002. Intrauterine Growth Retardation. Diakses http://www.hygea.org /


poems8
Ota, E., H. Hori, R. Mori. 2015. Antenatal dietary education and supplementation
to increase energy and protein intake. Cochrane Database Syst Rev. 6:
CD000032.
Perkumpulan Obstetrik Ginekologi Indonesia (POGI). 2006. Panduan Pengelolaan
Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat di Indonesia. Edisi I.
Himpunan FM POGI 1-24

Reeves S, Galan HL. Fetal growth restriction. In: Berghella V, editor.Maternal-


fetal evidence based guidelines. 2nd ed.London: Informa Health Care; 2012.
Excellent evidence-based chapter on IUGR, easy to read format with tables
and algorithms.p; 329–44.

Resnik Robert., 2002 Intrauterine Growth Restriction. The American Collage of


Obstetricians and Gynecologist Vol.99 No.3 pp:490-496

Ross, M.G. 2015. Fetal Growth Restriction (online). Medscape. Diakses 17


Desember 2017. https://emedicine.medscape.com/article/261226-
overview#a1

Sharma, D., S. Shastri, N. Farahbakhsh, P. Sharma. 2016. Intrauterine growth


restriction – part 1. J Matern Fetal Neonatal Med. 29(24):3977-87.

Sharma, D., S. Shastri, P. Sharma. 2016. Intrauterine growth Restriction:


Antenatal and Postnatal Aspects. Clin Med Insights Pediatr. 10:67-83.

Szymanski P. 2009. Diagnosis and management of Pregnancy with severe fetal


growth factor restriction- a case report. Perinatal Medicine. 15(3):170:5

Varney,H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

World Health Organization (WHO). 2015. Maternal Mortality

Zulaikha, Fatikah. 2010. Jurnal KTI tentang Hubungan Pengetahuan Kesehatan


Reproduksi Remaja Putri terhadap Sikap Menghadapi PMS di SMA N 05
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai