Disusun Oleh:
Priscilia Dwi Utari
H1AP19013
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSHD Bengkulu,
Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Gita Dianty, SpOG sebagai pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan,
petunjuk serta bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik
material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1. Anamnesis.........................................................................................................1
1.1.1. Identitas pasien......................................................................................1
1.1.2. Riwayat Perkawinan..............................................................................1
1.1.3. Riwayat Reproduksi..............................................................................1
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan...........................................................1
1.1.5. Riwayat Antenatal Care (ANC)............................................................2
1.1.6. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi...............................................................2
1.1.7. Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................2
1.1.8. Riwayat Penyakit Keluarga...................................................................2
1.1.9. Anamnesis Khusus................................................................................2
1.2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................3
1.3. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................5
1.4. Diagnosis Kerja.................................................................................................6
1.5. Penatalaksanaan................................................................................................6
1.6. Prognosis...........................................................................................................7
1.7. Follow Up.........................................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13
ii
2.2.8. Cara Persalinan............................................................................................16
2.2.9. Komplikasi...................................................................................................17
3.1. Covid 19..........................................................................................................19
3.1.1 Definisi..................................................................................................19
3.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi................................................................21
3.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................25
3.1.5 Tatalaksana Covid 19 pada Kehamilan.................................................28
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
BAB I. LAPORAN KASUS
1.1. Anamnesis
1.1.1. Identitas pasien
Nama : Ny. P
No. MR : 086453
Usia : 18 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Menarch : 12 tahun
KB :-
1
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
Tabel 1.1. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
♀/ Umur Jenis BBL PB Usia Anak
No. Tempat Penolong
♂ Kehamilan Persalinan (gr) (cm) Sekarang
1. Abortus
2. Hamil ini
1.1.5.
1.1.6. Riwayat Antenatal Care (ANC)
-
2
1.1.9. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan Utama:
3
Kepala : Normocephali, tidak terdapat jejas, rambut tidak mudah
rontok, berwarna hitam, dan tidak ada folikulitis.
Hidung : Simetris, tidak ada deviasi, tidak ada sekret, tidak ada tanda-
tanda perdarahan
Telinga : Tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan di mastoid dan
tragus.
Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak pucat, mukosa bibir tidak kering,
tidak ada stomatitis, dan tidak ada ulkus.
Thorax
4
- Cor : I : Iktus kordis tidak terlihat
Superior
Inferior
5
Parameter yang diperiksa Hasil Nilai Rujukan
PH 6 4.5 – 8
6
Hasil pemeriksaan Swab SARS- CoV-2 Ag
Diagnosis masuk :
7
G2P0A1 Hamil 34 minggu dengan Partus Prematurs Iminens Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala + Susp. Covid-19
1.5. Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Dexamethason 2 x 6mg IV
- Premaston 2 x 1
- Histolan 2 x ½
- Nifedipine 4 x 10 mg p.o
- Pro PCR
1.6. Prognosis
1.7. Follow Up
8
Suhu : 37,5 °C Nifedipine 4 x 10 mg tab p.o
Remdesivir 1 x 1 p.o
SPO2 : 99% Paracetamol 3x 500mg tab p.o
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
SPO2 : %
9
9
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
9
punggung kanan, bagian terbawah
janin kepala, U 5/5, his 1x/10’/35”,
DJJ 132 x/menit, TBJ 2170 gram
Pemeriksaan luar:
S/ Batuk (+)
O/ A/ G2P0A1 Hamil 34 minggu dengan
PPI Janin Tunggal Hidup
St. Present Presentasi Kepala + Covid19
terkonfirmasi
KU : Baik P/
10
Sens : Compos mentis Observasi KU, TTV
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
Pemeriksaan Dalam:
Laporan Persalinan
Tanggal 11 Agustus 2021
Pukul 19.00 Tampak pasien ingin mengedan kuat, VT Ø lengkap, ketuban
WIB (+)
11
WIB cc, eksplorasi jalan lahir didapatkan ruptur perineum derajat 2.
Dilakukan Perineum rupture hecting.
Pukul 20.00 Pemantauan kala IV
WIB
A/ P1A1 post partus prematurus
Suhu : 36,6 °C
SPO2 : 98%
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
12
aktif (5cc), lokhia (+) rubra, vulva dan
vagina tenang.
Suhu : 36,6 °C
SPO2 : %
9
9
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
13
S/ tidak ada keluhan
O/
Suhu : 36,6 °C
SPO2 : 98%
St. Obstetri
Pemeriksaan luar:
Laporan Bayi
Nama : By Ny. Pomi
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Lahir : 11 Agustus 2021
Berat Badan Lahir : 2600 gram
PB: 48cm LK/LD : 31/30cm
Diagnosis : Neonatal pneumonia
Confirmasi covid19
Keluar Rumah Sakit : 25 Agustus 2021
14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Mayor3
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
15
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
Minor3
3. Riwayat pielonefritis
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan
259 hari
2. His 1x/10’/30”
16
3. Dilatasi serviks ≥2cm atau perubahan dilatasi dalam waktu 1 jam.
Bakteriologi vagina
Amniosentesis Surfaktan
2. Pemeriksaan ultrasonografi
17
2.2.6. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal.
2. Pemberian tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban Tidak ada - Tinggi/tidak jelas - Rendah/pecah
pecah
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm
Golongan beta-mimetik
18
Salbutamol perinfus : 20-50 µg/menit, peroral : 2 mg, 2-4
kali/hari (maintenance).
Janin sungsang
19
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa,
dan sebagainya).
2. Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus
dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar
karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan
oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi
prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat
bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi
Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan
kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada
bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu
ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan
20
(bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang
dihubungkan dengan trakea bayi).
6. Displasia bronkopulmoner.
8. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil
pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru
21
lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah
yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat menyebabkan
sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya
masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan
mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat
ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi
pencernaan bayi.
10. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-
ubah, bisa tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
11. Anemia
Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,
betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.8
22
Gambar 1. 1 Struktur Coronavirus2
Virus SARS-CoV-2 merupakan Coronavirus, jenis baru yang
menyebabkan epidemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal
31 Desember 2019. Analisis isolat dari saluran respirasi bawah pasien tersebut
menunjukkan penemuan Coronavirus tipe baru, yang diberi nama oleh WHO
COVID-19. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakitnya
menjadi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus tipe baru ini
merupakan tipe ketujuh yang diketahui di manusia. SARS-CoV-2 diklasifikasikan
pada genus betaCoronavirus. Pada 10 Januari 2020, sekuensing pertama genom
SARS-CoV-2 teridentifikasi dengan 5 subsekuens dari sekuens genom virus
dirilis. Sekuens genom dari Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui hampir
mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV.8
23
Gambar 1. 2 Alur Waktu Kejadian Virus Corona11,12,13
24
Gambar 1. 3 Gambaran mikroskopik SARS-CoV-2 menggunakan
transmission electron microscopy8
25
Penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang
ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-
nya serta penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-
2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus
halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi
dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan
dan rilis virus. Berikut gambar siklus hidup virus (Gambar 1.5). Setelah terjadi
transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel
saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran
napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan
virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.8
26
Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di saluran
napas bawah. Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai reseptor, sama
dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-binding domain) termasuk
RBM (receptorbinding motif) pada SARS-CoV-2 kontak langsung dengan enzim
ACE 2 (angiotensin-converting enzyme 2). Hasil residu pada SARS-CoV-2 RBM
(Gln493) berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia, konsisten dengan kapasitas
SARS-CoV-2 untuk infeksi sel manusia. Beberapa residu kritis lain dari SARS-
CoV-2 RBM (Asn501) kompatibel mengikat ACE2 pada manusia, menunjukkan
SARS-CoV-2 mempunyai kapasitas untuk transmisi manusia ke manusia. Analisis
secara analisis filogenetik kelelawar menunjukkan SARS-CoV-2 juga berpotensi
mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan yang menggunakan spesies hewan
ini sebagai inang perantara. Pada penelitian 41 pasien pertama pneumonia
COVID-19 di Wuhan ditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan MCP1,
dan kemungkinan mengaktifkan respon sel T-helper-1 (Th1).2 Selain itu,
berdasarkan studi terbaru ini, pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan di
ICU ditemukan konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan
TNFα dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan di ICU. Hal
tersebut mendasari kemungkinan adanya cytokine storm yang berkaitan dengan
tingkat keparahan penyakit. Selain itu, pada infeksi SARS-CoV2 juga
menginisiasi peningkatan sekresi sitokin T-helper-2 (seperti IL4 dan IL10) yang
berperan dalam menekan inflamasi, yang berbeda dengan infeksi SARS-CoV.8
27
Gambar 1. 5 Replikasi Corona, Covid 192
3.1.4 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 derajat celcius), batuk
dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom
klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.1
28
1. Tanpa gejala: Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak
ditemukan gejala.
2. Ringan: Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia,
napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit
tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul
sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua
dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan
tidak ada demam.
3. Sedang: Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara Pedoman
Tatalaksana COVID-19 7 ruangan ATAU Anak-anak : pasien dengan
tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas
cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia
berat). Kriteria napas cepat : usia 5 tahun, ≥30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat: Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan
tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu
dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 <
93% pada udara ruangan. ATAU Pada pasien anak : pasien dengan tanda
klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya
satu dari berikut ini: sianosis sentral atau SpO25 tahun, ≥30x/menit.
5. Kritis: Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
sepsis dan syok sepsis.
29
Gambar 1. 6 Derajat Penyakit Covid-1914,15
30
3.1.5 Tatalaksana Covid 19 pada Kehamilan
Terapi Medis dan Suportif Ibu hamil dengan penyakit ringan namun
mempunyai komorbiditas (misalnya, hipertensi yang tidak terkontrol atau diabetes
gestasional atau pregestasional, penyakit ginjal kronis, penyakit kardiopulmoner
kronis, keadaan imunosupresif) atau penyakit sedang sampai kritis harus dirawat
di rumah sakit. Pasien rawat inap yang hamil dengan penyakit berat, yang
mendapat terapi oksigen disertai komorbiditas, atau dalam kondisi kritis harus
dirawat oleh tim multi disiplin di rumah sakit rujukan tingkat lanjut tipe B atau A
dengan layanan obstetri dan unit perawatan intensif orang dewasa (ICU). Status
COVID-19 saja tidak selalu menjadi alasan untuk memindahkan wanita hamil
yang tidak kritis dengan dugaan atau konfirmasi COVID-19.
31
Ringan, setiap tanda dan gejala (misalnya, demam, batuk, sakit
tenggorokan, malaise, sakit kepala, nyeri otot) tanpa sesak napas, dyspnea,
atau foto thoraks abnormal.
Sedang, adanya bukti gangguan saluran napas bawah dengan penilaian
klinis atau pencitraan dan saturasi oksigen (SpO2) > 93 % pada suhu
kamar.
Berat, frekuensi pernapasan > 30 kali per menit, SpO2 ≤ 93 persen pada
suhu kamar, rasio PaO2/FiO2 < 300, atau infiltrasi paru > 50 %.
Terapi Suportif Oksigen Selama kehamilan, saturasi oksigen perifer ibu (SpO2)
harus dijaga pada ≥95 persen, yang melebihi kebutuhan pengiriman oksigen ibu,
untuk kebutuhan janin. Jika SpO2 turun di bawah 95 persen, analisis gas darah
arteri (AGD) diperlukan untuk mengukur tekanan parsial oksigen (PaO2):
Maternal PaO2 > 70 mmHg diperlukan untuk mempertahankan gradien difusi
oksigen dari ibu ke sisi janin dari plasenta.
32
memperpanjang ini sampai 6 minggu pascapersalinan untuk wanita dengan
morbiditas berkelanjutan yang signifikan.
Deksametason
33
saat ini sedang dalam uji klinis. Beberapa data pendahuluan dari studi RCT
multinasional (Adaptive COVID-19 Treatment Trial [ACTT]) menunjukkan
bahwa pasien Covid-19 yang mendapat remdezivir memiliki waktu pulih secara
klinis lebih pendek dibandingkan yang mendapat plasebo. Namun data uji klinis
untuk menilai efektifitas remdesivir pada pasien dengan gejala ringan dan sedang
masih sangat terbatas. Obat ini telah digunakan tanpa laporan tentang toksisitas
janin pada wanita hamil dengan Ebola dan infeksi virus Margburg. Hampir semua
uji acak dari obat selama pandemi COVID-19 telah mengecualikan wanita hamil
dan menyusui. Karena persediaan remdesivir terbatas, direkomendasikan agar
remdesivir diprioritaskan untuk digunakan pada pasien yang dirawat di rumah
sakit dengan COVID-19 yang membutuhkan oksigen tambahan tetapi yang tidak
menggunakan oksigen aliran tinggi, ventilasi noninvasif, ventilasi mekanis, atau
oksigenasi membran ekstrakriloreal (ECMO). Penggunaan selama 5 hari atau
sampai keluar rumah sakit (AI). Jika pasien yang menggunakan oksigen tambahan
saat menerima remdesivir berkembang hingga membutuhkan oksigen aliran
tinggi, ventilasi mekanis noninvasif atau invasif, atau ECMO, maka pemberian
remdesivir harus dihentikan.
34
Hydrochloroquine (HCQ) adalah analog chloroquine yang digunakan untuk terapi
penyakit autoimun, seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Rheumatoid
Arthritis (RA). Hydrochloroquine memiliki keuntungan dengan efek toksisitas
berat yang lebih ringan dan interaksi obat yang lebih sedikit dibandingkan
chloroquine. Hydrochloroquine adalah obat yang sedang dalam penelitian untuk
terapi Covid-19 dan sampai saat ini belum terbukti efektif pada kehamilan. HCQ
teramsuk aman dalam kehamilan, sudah dibuktikan melalui terapi SLE dan
penyakit rematik pada kehamilan. Selain itu HCQ juga aman pada ibu menyusui
karena kadar yang terdeteksi di air susu ibu sangat sedikit. Direkomendasikan
untuk tidak menggunakan klorokuin atau hydroxychloroquine untuk pengobatan
COVID-19, kecuali dalam uji klinis (AII). Panel merekomendasikan untuk tidak
menggunakan klorokuin dosis tinggi (600 mg dua kali sehari selama 10 hari)
untuk pengobatan COVID-19 (AI). Direkomendasikan pula untuk tidak
menggunakan hydroxychloroquine plus azithromycin untuk pengobatan COVID-
19, kecuali dalam uji klinis (AIII). Beberapa penelitian menunjukkan kejadian
aritmia pada pasien covid-19 yang mendapat terapi HCQ atau chloroquine, sering
pada kombinasi dengan azithromycin dan obat lain yang memperpanjang interval
QTc, karena itu FDA merekomendasikan untuk tidak menggunakan HCQ atau
chloroquine untuk terapi covid-19 di luar rumah sakit atau uji klinis. 6.6.
Antibiotik Kerusakan paru-paru yang luas oleh virus secara substansial
meningkatkan risiko pneumonia bakteri sekunder. Antibiotik diindikasikan hanya
jika ada bukti infeksi bakteri sekunder. Namun, antibiotik harus diberikan tanpa
penundaan jika sepsis bakteri dicurigai. Ceftriaxone intravena dapat diberikan
pada awalnya sambil menunggu hasil kultur dan sensitivitas.
35
penanganan Covid-19 pada kehamilan tidak dianjurkan, melainkan hanya untuk
uji klinis. Dari beberapa obat ini, hanya Tocilizumab yang digunakan sebagai obat
off-label untuk ibu hamil dengan gejala berat atau kritis dengan kecurigaan
adanya sindroma aktivasi sitokin (cytokine storm) dengan peningkatan kadar IL-6
sebagai upaya terakhir atau berdasar protokol penelitian.
36
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Pada kasus ny. P usia 18 tahun dengan diagnosis G2P0A1 Hamil 34 minggu dengan
prematurs iminens Janin Tunggal Hidup +Covid19 terkonfirmasi. Dalam kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, serta perjalanan penyakit pasien.
37
dipantau untuk melihat reaksi pemberian tokolitik. Denyut jantung janin
di observasi untuk memantau keadaan/kesejahteraan janin.
38
peningkatan kemampuan dan volume maksimal paru, menurunkan
permeabilitas vaskuler, meningkatkan pembersihan cairan paru, maturasi
struktur parenkim, memperbaiki fungsi respirasi, serta memperbaiki
respon paru terhadap pemberian terapi surfaktan post natal
d. Nifedipine
Pemberian Nifedipine 4 x 10mg p.o pada pasien ini juga sudah
tepat. Hal ini dikarenakan nifedipine merupakan calcium channel blocker
yang bekerja pada otot polos arteriolar dan menyebabkan vasodilatasi
dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel dan juga sebagai
tokolitik. Berkurangnya resistensi perifer akibat pemberian calcium channel
blocker dapat mengurangi afterload, sedangkan efeknya pada sirkulasi vena
hanya minimal. Dengan pemberian nifedipine maka dapat meberikan cukup
waktu untuk mematangkan paru janin.
e. Remdesivir
f. Ceftizoxime
39
40
BAB IV. KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
3. Iams J.D. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine 5th ed.
USA: Saunders; 2007.
22
11. Gralinski LE, Menachery VD. Return of the Coronavirus: 2019-nCoV.
Viruses. 2020;12:135.
12. World Health Organization. Novel Coronavirus (COVID-19) Situation
Report - 25. [Internet]. 2020 [cited 14 February 2020] Available from:
https://www.who.int/docs/defaultsource/coronaviruse/situationreports/202
00214-sitrep-25-covid19.pdf?sfvrsn=61dda7d_2.
13. World Health Organization. Getting your workplace ready for COVID-19.
[Internet]. 2020 [cited 3 March 2020] Available from:
https://www.who.int/docs/default
14. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi
Novel Coronavirus (2019- nCoV). Available from:
https://covid19.kemkes.go.id/downloads/#.Xtva kWgzbIU [Accessed 30
January 2020]
15. World Health Organization. Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel coronavirus (2019-nCoV) infection is
suspected. Geneva: WHO, 2020.
16. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A,
dkk. Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi 2. Jakarta: PDPI-PERKI-
PAPDI-PERDATIN-IDAI; Agustus 2020.
17. Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 pada Anak. Edisi 3. Jakarta:
Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia; Juni 2020.
18. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Tatalaksana Covid-19. Edisi 3. Tahun
2020.
23