Anda di halaman 1dari 29

Referat

URETRITIS GONORE

Disusun Oleh:
Azmi Nawaliya, S. Ked
H1AP15028

Pembimbing : dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Azmi Nawaliya


NPM : H1AP15028
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Bengkulu
Judul : Uretritis Gonore
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Pembimbing : dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas SMF Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas Kedokteran
Universitas Bengkulu, Bengkulu..

Bengkulu, 27 Januari 2021

dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini
disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas
Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Sabrina Yufica Sani Tampubolon sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual
kepada Kami dalam menyusun laporan kasus ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Kami sangat
berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bengkulu, 27 Januari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................................3

DAFTAR ISI..........................................................................................................4

BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6

2.1 Definisi.........................................................................................................6

2.2 Epidemiologi................................................................................................6

2.3 Etiologi.........................................................................................................9

2.4 Faktor Risiko..............................................................................................12

2.5 Patogenesis.................................................................................................12

2.6 Manifestasi Klinis......................................................................................14

2.7 Diagnosis....................................................................................................16

2.8 Diagnosis Banding.....................................................................................18

2.9 Komplikasi.................................................................................................19

2.10 Penatalaksanaan.......................................................................................23

BAB III. KESIMPULAN....................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28

4
BAB I. PENDAHULUAN
Penyakit gonore secara umum tampak sebagai uretritis akut. Uretritis
gonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
diplokokus gram negatif Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan uretra.
Penyakit ini dapat bermanifestasi juga pada leher rahim, rektum, tenggorokan, dan
konjungtiva. Infeksi ini merupakan infeksi menular seksual yang cukup tinggi
diantara Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya. Data morbiditas di RSCM infeksi
ini menempati urutan ke-3 setelah kondiloma akuminata dan infeksi genital non
spesifik. Penularan gonore selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual
yaitu genito-genital, oro-genital, dan ano-genital, dapat juga ditularkan secara
manual melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita seperti
pakaian terutama pakaian dalam, haduk, termometer, dan sebagainya.1,2
Uretritis gonore bermanifestasi pada uretritis anterior akut yang dapat
meluas ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan
diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra
di sekitar orifisium uretra eksternum (OUE), kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari OUE yang kadang- kadang
disertai darah dan disertai nyeri pada waktu ereksi. Infeksi juga bisa tanpa gejala,
terutama pada wanita. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin
kemudian menginfeksi selaput yang ada di dalam pinggul sehingga menimbulkan
nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Penderita pembawa asimtomatik lebih
mungkin menularkan penyakit dibandingkan orang dengan infeksi terbuka.
Demikian pula, infeksi anorektal dan faring, yang tidak jarang terjadi pada wanita
dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan pria, sering terjadi tanpa
gejala akan tetapi tetap merupakan sumber penularan yang potensial.2

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Uretritis gonore adalah peradangan pada uretra akibat infeksi Neisseria
gonorrhoeae yang ditandai dengan kelurnya duh tubuh purulent dan atau nyeri
saat buang air kecil.1 Uretritis gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae, sebuah Diplococcus gram negatif yang reservoirnya
adalah manusia. Infeksi ini hampir selalu dikontrak selama aktifitas seksual. 3
Menurut kamus saku dorlan gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrheae yang sebagian besar kasus ditularkan melalui
hubungan seksual.4
2.2 Epidemiologi

Gambar 2. 1. Laporan Jumlah Kasus Gonore berdasarkan Tahun, 1941-2018. 5

Pada tahun 2018, Centre of Disease Control and Prevention (CDC)


melaporkan 583.405 kasus gonore menjadikan penyakit ini urutan kedua
terbanyak setelah klamidia di Amerika Serikat. Kejadian gonore meningkat 82,6%
setelah paling rendah pada tahun 2009.5

6
Gambar 2. 2 Peningkatan Kasus Gonore berdasarkan Jenis Kelamin, 2012-20185
Pada tahun 2018, kasus gonore pada laki-laki dilaporkan 212,8 kasus per
100.000 laki-laki yang secara signifikan lebih tinggi daripada perempuan 145,8
kasus per 100.000 perempuan. Dari tahun 2017-2018, tingkat gonore dilaporkan
meningkat 6% di kalangan pria dan 3,6% di kalangan wanita. Selama 2012-2018,
tingkat gonore pada laki-laki meningkat 102,6% sedangkan perempuan 35,4%.
Peningkatan kejadian gonore yang signifikan diantara laki-laki dalam beberapa
tahun terakhir disebabkan peningkatan yang nyata hubungan seks antar laki-laki
(men who have sex with men / MSM).5

Gambar 2.3. Kasus Gonore berdasarkan Jenis Kelamin, 2012-20185


Berdasarkan kelompok usia, tingkat kasus gonore tertinggi pada tahun
2018 terjadi diantara orang berusia 20-24 tahun, dengan usia 25-29 tahun yang
memiliki tingkat kasus tertinggi kedua.5

7
Gambar 2. 4. Prevalensi Infeksi Menular Seksual dan gejala IMS berdasarkan
provinsi, 2017 6

8
Gambar 2. 5. Prevalensi Infeksi Menular Seksual dan gejala IMS
berdasarkan umur, 2017 6
Berdasarkan status perkawinan, persentase prevalensi tertinggi mengalami
IMS atau gejalanya terjadi pada wanita belum kawin (20%). Berdasarkan umur,
wanita umur 15-19 tahun dan pria kawin umur 20-24 tahun merupakan kelompok
dengan prevalensi tertinggi yang mengalami IMS atau gejalanya (masing-masing
21% dan 4%).6
2.3 Etiologi
Penyebab gonore adalah bakteri gonokok yang ditemukan oleh Neisser
pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Bakteri tersebut termasuk

9
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N.
meningitidis yang bersifat patogen serta N. catarrhalis dan N. pharyngis ini sukar
dibeadakan kecuali dengan tes fermentasi. 6
Bakteri Neisseria gonorrhoeae termasuk golongan diplokok berbentuk
seperti biji kopi berukuran lebar 0,8 μm dan panjang 0,6 μm, bersifat tahan asam.
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram yang bersifat gram-negatif akan
terlihat di luar dan di dalam leukosit yang tidak tahan lama di udara bebas dan
cepat mati dalam keadaan kering, selain itu tidak tahan suhu di atas 39°C serta
tidak tahan cat desinfektan. 6
Secara morfologik bakteri gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel
dan akan menimbulkan reaksi radang.6
Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif,
diplokokus, non motil, berdiameter mendekati 0,8 μm. Masing-masing
cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung
akan berdekatan.7

Gambar 2.6 Penampakan mikroskopik N. Gonore

Pada kultur, selama 48 jam pada media yang diperkaya


(misalnya Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci
berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid

10
berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, dan tidak bersifat
hemolitik.7

Gambar 2.7 Kultur N. Gonore di agar biakan


Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob, namun
beberapa spesies dapat tumbuh pada lingkungan anaerob. Mereka
membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks.Sebagian besar
neisseriae memfermentasikan karbohidrat, menghasilkan asam tetapi
bukan gas dan pola fermentasi karbohidratnya merupakan faktor yang
membedakan spesies mereka. Neisseria menghasilkan oksidase dan
memberikan reaksi oksidase positif, tes oksidase merupakan kunci
dalam mengidentifikasi mereka. Ketika bakteri terlihat pada kertas
filter yang telah direndam dengan tetrametil parafenilenediamin
hidroklorida (oksidase), neisseria akan dengan cepat berubah warna
menjadi ungu tua.7
Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung
substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin,
protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari
media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat dengan cepat
mati oleh pengeringan, penjemuran, pemanasan lembab dan
desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari
pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25º C dan pada
pH alkalis.7

11
Gonoccoci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil
dibandingkan neisseriae lainnya. Gonoccoci yang membutuhkan
arginin, hipoxantin dan urasil cenderung tumbuh dengan sangat lambat
pada kultur primernya. Gonoccoci diisolasi dari spesimen klinis atau
dipertahankan oleh subkultur nonselektifr yang memiliki ciri koloni
kecil yang mengandung bakteri berpili.Pada subkultur nonselektif,
koloni yang lebih besar yang mengandung gonoccoci yang berpili juga
terbentuk.Varian yang pekat dan transparan pada kedua bentuk koloni
(besar dan kecil) juga terbentuk, koloni yang pekat berhubungan
dengan keberadaan protein yang berada di permukaan, yang disebut
Opa.7

Gambar 2.8 Struktur permukaan protein Opa pada N. Gonorrheae


2.4 Faktor Risiko
Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui
alat-alat, pakaian, handuk, termometer dan sebagainya.2
Beberapa faktor risiko infeksi ini:1
a. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa
pelindung dan partner seksual yang banyak.
b. Pada anak-anak infeksi ini dapat terjadi akibat pelecehan seksual
yang dilakukan oleh orang yang terinfeksi.
c. Pada bayi saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi.
2.5 Patogenesis

12
Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual
atau melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama
mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis urethritis
gonorrhea terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut: 7
Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi
selama infeksi, fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin
oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan
selaput lendir. Protein membran luar PII atau yang dikenal sebagai Oppacity
Associated Protein (OPA) yang kemudian membantu bakteri mengikat dan
menyerang sel inang.
Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membrane sel
kolumnar, membentukvakuola.
Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang,
dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel
dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo
Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah
banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor,
atau TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi
neutrophil.
Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae
dan neutrophil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu
Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang
menyebabkan hilangnya aktivitas antibody dan mempromosikan virulensi.

13
Gambar 2.9 Patogenesis Gonore.7
2.6 Manifestasi Klinis
Penularan uretritis gonorrhea dapat terjadi malalui kontak seksual dengan
penderita gonore. Masa inkubasi penyakit ini terutama pada laki laki bevariasi
berkisar antara 2-5 hari. Biasanya bisa lebih lama berkisar 1-14 hari, hal ini
disebabkan karena penderita sudah mengobati diri sendiri. Pada wanita sulit
ditemukan masa tunasnya karena pada umumnya asimtomatik.2
Gejala yang paling sering ditemukan pada pria adalah uretritis anterior
akut dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi
lokal,asendens dan diseminata.Keluhan subyektif yang dirasakan adalah rasa gatal
dan panas dibagian distal uretra, terutama disekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh yang kadang kadang
disertai dengan darah dari ujung uretra dan disertai rasa nyeri pada saat ereksi.
Pada saat pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum hiperemis, edema dan

14
ektropion. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal medial unilateral atau bilateral.1,2,3,5
Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak didapati
kelaianan obyektif. Pada umumnya perempuan datang mencari pengobatan, bila
sudah terjadi komplikasi. Sebagian besar kasus ditemukan pada saat pemeriksaan
antenatal dan pemeriksaan keluarga berencana.2 Pada perempuan dewasa, infeksi
umumnya mengenai serviks uteri. Duh tubuh mukopurulen, kadang-kadang
disertai darah, serta mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang
uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rektum dan dapat menjalar ke atas
sampai pada daerah indung telur. Gejala utama ditemukan disuria, kadang-kadang
poliuria, pruritus vagina dan keputihan mukopurulen. Pada pemeriksaan, OUE
tampak merah, edematosa dan ditemukannya sekret mukopurulen.2,3

Gambar 2.10 Gonore akut pada pria dengan manifestasi duh purulen di OUE 3

Gambar 2.11 Pembengkakan di bagian distal batang penis disebut “bull head
clap” 3

15
Gambar 2.12 Gonore akut pada pria yang tidak disirkumsisi, tampak duh purulen
keluar dari uretra dan inflamasi di glans dan preputium. 3
2.7 Diagnosis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar anamnesis, dari anamnesis
didapatkan keluhan rasa gatal dan panas dibagian distal uretra, terutama disekitar
orifisium uretra eksternum, kemudia disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh
yang kadang kadang disertai dengan darah dari ujung uretra dan disertai rasa nyeri
pada saat ereksi. Pada pemeriksaan fisik tampak orifisium uretra eksternum
hiperemis, edema dan ektropion. Pemeriksaan penunjang : sediaan hapus duh
tubuh didapatkan diplokokus Gram negatif intraseluler,kultur media yang
digunakan tumbuh koloni Neisseria gonorrhoe, tes Thomson terjadi kekeruhan
pada gelas yang berisi urin, test definitif pada tes toksidasi terjadi perubahan wana
dari jernih ke merah muda, test fermentasi bakteri memfermentasi glukosa, test
beta-laktamase terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah.1,2,5
1. Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung bahan sediaan yang digunakan diambil pada pasien
pria dari pus di uretra yang keluar spontan atau melalui pijatan, sedimrn urin,
masase prostat. Sedangkan pada wanita muara uretra, muara kelenjar bartolini,
servic, rektum. Bahan yang diambil setelah dibuat sediaan kemudian dilakukan
pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman diplococcus gram negatif berbentuk
seperti biji kopi yang terletak intra dan ekstra seluler.1,2,5
2. Percobaan dua gelas (tes Thomson)

16
Digunakan untuk mengetahui infeksi sudah sampai uretra bagian anterior
atau posterior.
Tes Thompson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu
1) Sebamnya dilakukan setelah bangun pagi
2) Urin dibagi dalam dua gelas
3) Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
4) Syarat mutlak ialah kandung kemih harus mengandung air seni paling
sedikit 80 – 100 ml. Jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar di
nilai karena baru menguras urethra anterior
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada Infeksi
Keruh Jernih Infeksi Urethra Anterior
Keruh Keruh Paraurethritis
Jernih Keruh Tidak Mungkin
Tabel 2.1 Hasil Pembacaan Tes Thomson
3. Kultur
Pada pemeriksaan kultur digunakan media selektif berupa:2
a. Thayer Martin
Media ini selektif untuk megisolasi gonokokus. media ini
mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-
Gram, kolestimeta untuk menekan pertumbuhan gakteri negatif-Gram, dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
b. Modifikasi Thayer Martin
Isi media ini adalah media thayer martin ditambah dengan
trimethoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus spp.
c. Agar coklat McLeod
Media ini berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain
kuman gonokokus bakteri lain juga dapat tumbuh pada media ini.
4. Tes Definitif (dari hasil kultur yang positif) 2
a. Tes oksidasi

17
Memberikan hasil tes oksidase positif. Tes oksidase dilakukan dengan
cara meneteskan Coloni Gonokokus tersangka + laruan tetrametil-p-
fenilendiamin hiroklorida 1 % hasil positif bila warna koloni berubah dari
jernih ke merah muda atau merah lembayung
b. Tes fermentasi
Menggunakan glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman Gonokokus
hanya memfermentasi glukosa
c. Tes beta-laktamase
Menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung
chromogenic chepalosporin. Bila kuman megandung beta-laktamase akan
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah.
2.8 Diagnosis Banding
Uretritis Infeksi Salurah Kencing
Nongonokokus
Disuria Demam
Anamnesis Sering BAK Susah BAK
(frequency) Nyeri saat diakhir BAK
Duh tubuh uretra (disuria terminal)
seropurulen Sering BAK (frequency)
Bisa asimtomatik Nokturia
Anyang-anyangan
(Polakisuria)
Nyeri suprapubik
Duh tubuh uretra Febris
Pem. Fisik spontan atau Nyeri tekan suprapubik
diporeoleh dengan Nyeri ketok CVA (+)
pengurutan/massage
uretra
Pewarnaan gram Urin mikroskopik >103
Pem. mukopus serviks : bakteri/lp (fasilitas
Penunjang Diplokokus (-), sekunder)
pseudo hifa (-)
PMN >5/lpb

Tabel 2.2 Diagnosis banding pada pria1,2,8,9,10

18
IGNS Trikomoniasis Bakterial Kandidosis
Vaginosis vulvovaginitis
Keputihan kuning Duh tubuh Keputihan Keputihan
Anamnesis nanah putih- putih/abu- gumpal,
Disuria kekuningan- abu, Tidak putih/kuning
Sering kencing kuning gatal Pruritus vulva
Nyeri di daerah kehijauan Tidak nyeri Tidak bau
pelvis Berbuih Bau amis Panas
Dispareuni Bau amis Nyeri setelah
(malodor) miksi
Dispareuni Dispareuni
Perdarahan -Riw. AKDR,
pasca coitus riw.
Perdarahan Pembersih V,
intermenstrual daun sirih,
pantyliner
Serviks hiperemis, Dinding vagina Fluor albus Fluor albus
Pem. Fisik edema, folikel- merah dan (+) keputihan seperti tahu
folikel kecil sembab di sepanjang (gumpalan
mudah berdarah Strawberry dinding susu) warna
Duh tubuh serviks apperance vagina putih
mukopurulen kekuningan
Kekakuan
adneksa
dan serviks pada
nyeri angkat
palpasi bimanual
Pewarnaan gram Sediaan basah duh Sediaan gram Sediaan gram
Pem. mukopus serviks : forniks : duh vagina :
Penunjang Diplokokus (-), posterior : Clue cells Sel ragi
pseudo hifa (-) Ada gerakan Tes amin (+) Pseudohifa
PMN >30/lpb Trichomonas Ph >4,5
vaginalis
Tabel 2.3 Diagnosis banding pada wanita1,2,8,9,10
2.9 Komplikasi
a. Komplikasi pada pria :
1. Tysonitis
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan segmen, dimana
infeksi biasany dapat terjadi pada penderita yang mempunyai proputium sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik, pada komplikasi ini biasanya
diagnosis dibuat derdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yang nyeri tekan.2,3

19
2. Parauretritis
Biasanya terjadi pada penderita denga orifisium uretra eksternum yang
terbuka atau hipospadia. Infeksi ini dapat ditandai dengan adanya buti pus yang
ditemukan pada kedua muara parauretra.2,3
3. Cowperitis
Jika infeksi hanya mengenai duktus biasanya tanpa disertai gejala. Akan
tetapi jika yang terkena pada kelenjar cowper dapat ditandai dengan terjadinya
abses. Keluhan yang dirasakan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perinium disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria.
Jika tidak diobati maka abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau
rektum dan mengakibatkan proktitis.2,3
4. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah
perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuria,
spasme otot uretra sehingga dapat terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang
air besar dan obstipasi. Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran prostat
dengan konsistensi kenyal, nyeri tekandan didapatkan fluktuasi bila telah
terjadi abses. Pada pemeriksaan prostat didapatkan prostat terasa kenyal,
berbentuk nodus, dan terasa nyeri pada penekanan dan biasanya didapatkan
fluktuasi jika terdapat abses..2,3
5. Vesikulitis
Vesikulitis merupakan suatu radang akut yang mengenai bagian
vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris, dapat juga timbul menyertai
prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif yang timbul hampir
menyerupai gejala prostatitis akut berupa demam, polakisuri, hematuria
termina, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung
darah. Pada pemeriksaan yang dilakukan melalui rektum dapat teraba vesikula
seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang diatas
prostat.2,3
6. Epididimitis

20
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya
disertai oleh deferenitis ( infeksi duktus deferen). Keadaan yang dapat
menimbulkan epididimitis biasanya adalah treuma pada uretra posterior,
biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam penanganan atau kelalaian yang
dilakukan oleh penderita sendiri. Faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ini
antara lain irigasi yang sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau
pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang terlalu berlebihan.
aktivitas seksual dan jasmani yang terlalu berlebihan. Epididimis teraba panas
dan membengkak, juga testis, menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan
terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididirmis dapat mengakibatkan
sterilitas.2,3
7. Trigonitis
Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala berupa poli uria, disuria terminal, dan
hematuria.2,3
b. Komplikasi pada wanita :
1. Servisitis
Pada infeksi ini dapat berupa asimtomatok biasanya menimbulkan
rasanyeri pada punggung bawah. Kasus ini tidak terdeteksi atau diterima
sebagai veriation normal. Pada pemeriksaan leher rahim bisa terlihat normal,
atau mungkin menunjukkan perubahan inflamasi ditandai dengan erosi serviks
dan nanah memancar dan sekret mukopurulen, duh tubuh terlihat lebih
banyak.2,3
2. Bartholinitis
Pada infeksi ini labia mayor pada sisi yang terkena membengkak,
merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartolini membengkak dan terasa nyeri sekali
apabila penderita berjalan dan selain itu juga penderita sukar untuk duduk.
Bartholin yang bengkak dapat teraba sebagai massa membengkak jauh di
setengah bagian belakang labia majora jika saluran kelenjar tersebut timbul
abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. kalo tidak diobati dapat
menjadi rekuren dan menjadi kusta. 2,3

21
3. Salpingitis
Pada peradangan yang terjadi dapat bersifat akut, subakut, ataupun
kronik. Ada beberapa faktor sebagai predis posisi diantaranya masa puerperium
(nifas), dilatasi setelah kuretase, dan pemakaian AIU, tindakan AKDR. Cara
infeksi dapat langsung melalui tuba falopi sampai pada daerah salping dan
ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul. Kurang lebih
10% wanita dengan mengalami penyakit gonore akan berakhir dengan penyakit
radang panggul. Gejala yang dirasakan berupa nyeri yang dirasakan pada
daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuri, dan menstruasi yang tidak
teratur atau abnormal.2,3
c. Penyakit gonore selain menginfeksi genetalia dapat juga menginfeksi organ lain
non-genitalia.
1. Proktitis
Proktitis yang terjadi pada pria dan wanita pada umumnya asimtomatik.
Pada wanita biasanya terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang -
kadang terjadi karena hubungan seksual genetoanal seperti pada pria. Keluhan
yang dirasakan pada wanita biasanya lebih ringan dari pada pria, terasa panas
seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan yang dilakukan
tampak mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus mukopurulen.2,3
2. Orofaringitis
Cara infeksi pada penyakit ini melalui kontak langsung secara
orogenital. Faringitis gonore dan tonsilitis gonore lebih sering daripada
gingivitis, stomatis, atau laringitis. Keluhan yang dirasakan biasanya bersifat
asimtomatik. Pada pemeriksaan yang dilakukan di daerah orofaring tampak
eksudat mukopurulen.2,3
3.Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore. Gejala pada bayi ditemukan kelainan bilateral
dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian
menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka
dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi

22
merah, kemotik dan tebal. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularang
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan yang dirasakan pada
penderita berupa fotofobia, konjungtiva bengkak, konjungtiva merah dan
keluar eksudat mukopurulen.1,2,3,5

Gambar 2.13 Konjungtiva gonore pada bayi 3


4. Gonore diseminata
Penyakit gonore akan berkelanjutan menjadi penyakit gonore
diseminata kurang lebih 1% kasus gonore. DGI adalah infeksi sistemik yang
mengikuti penyebaran hematogen dari gonococcus dari situs mukosa yang
terinfeksi ke kulit, tenosynovium, dan sendi. Penyakit ini biasanya banyak
terjadi pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya terutama terjadi
pada wanita. gejala yang timbul pada penyakit ini dapat berupa demam, lesi
acral petechial atau berjerawat, arthralgias asimetris, tenosynovitis, atau
arthritis septik.1,2,3,5

Gambar 2.14 Infeksi gonokokus diseminata. Pustul nekrotik dan hemoragik


dengan dasar eritematosa di jari dan telapak tangan.3
2.10 Penatalaksanaan

23
Bakteri N. gonorrhoeae terkenal karena kemampuannya untuk beradaptasi
dan dapat resistensi terhadap pengobatan. RekomendasiCDC 2015 untuk
pengobatan infeksi gonokokal tanpa komplikasi dari leher rahim, uretra, dan
rektum adalah diberikan terapi ganda yaitu antibiotik ceftriaxone 250 mg
diberikan IM dosis tunggal dikombinasi azitromisin 1 g dosis tunggal diberikan
secara oral. Regimen sefalosporin dosis tunggal yg lainnya termasuk ceftizoxime
(500 mg IM), cefoxitin (2 g IM dengan probenesid 1 g oral) dan cefotaxime (500
mg IM).5
Jika ceftriaxone tidak tersedia, maka cefixime dapat digunakan sebagai
alternatif. Namun, sekarang tingkat resistensi cefixime pada bakteri N.
gonorrhoeae telah meningkat. Untuk alasan ini, cefixime harus digunakan hanya
ketika ceftriaxone tidak tersedia. Ketika digunakan, cefixime harus diberikan
sebagai dosis oral tunggal 400 mg. Jika pasien memiliki alergi sefalosporin, dapat
menggunakan dua pengobatan yaitu gemifloxacin 320 mg dosis tunggal secara
oral dan azitromisin 2 gr secara oral atau gentamisin diberikan 240 mg IM dosis
tunggal dan azitromisin 2 gr secara oral.5
CDC 2015 merekomendasikan bahwa pasien dengan infeksi gonokokal
tanpa komplikasi pada faring dapat diobati dengan regimen yang terdiri dari
ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal dan azitromisin 1 g dosis oral tunggal. Uji
klinis menunjukkan bahwa pengobatan infeksi faring dengan ceftriaxone
menghasilkan tingkat kesembuhan >90%.5
Pasien anak dengan berat badan <45 kg dengan infeksi gonokokal tanpa
komplikasi vulvovaginitis, servisitis, uretritis, faringitis atau proctitis dapat
diberikan ceftriaxone 25-50 mg/kgBB secara IV atau IM dosis tunggal dan tidak
melebihi 125 mg pada IM.5
Pasien dengan infeksi gonokokal tanpa komplikasi dari leher rahim, uretra,
dan atau rektum tidak memerlukan follow-up lebih lanjut jika mereka
ditatalaksana berdasarkan rekomendasi lini pertama atau pengobatan alternatif
yang diberikan.5
Infeksi gonokokal dengan komplikasi lebih jarang daripada infeksi tanpa
komplikasi dan dapat menyebabkan kondisi serius, seperti septic arthritis,

24
endokarditis, dan / atau meningitis. Pasien dengan infeksi gonokokal dengan
komplikasi mengakibatkan arthritis harus menerima ceftriaxone 1 g IM atau IV
setiap 24 jam selama minimal 7 hari, selain diberi azitromisin 1 g dosis oral
tunggal. Jika ceftriaxone tidak tersedia, sefotaksim 1 g setiap 8 jam atau
ceftizoxime 1 g setiap jam dapat diberikan IV dikombinasi pemberian azitromisin
1 g dosis oral tunggal selama minimal 7 hari.5
Pedoman CDC 2015 menyatakan bahwa pasien dengan meningitis
gonorrheal dapat diberi antibiotik ceftriaxone 1 sampai 2 g IV setiap 12 sampai 24
jam selama 10 sampai 14 hari, ditambah dosis oral tunggal azitromisin 1 g. Pasien
dengan endocarditis gonorrheal harus menerima agen yang sama, tetapi
ceftriaxone harus diberikan selama minimal 4 minggu.5

Gambar 2.15 PengobatanInfeksi Gonore menurut CDC, 2015.5


Menurut WHO 2016 pengobatan infeksi gonokokal tanpa komplikasi
(leher rahim, uretra, rektum), pasien dengan HIV-positif dan pada MSM diberikan
terapi ganda ataupun dapat diberikan terapi tunggal. Pada terapi ganda

25
rekomendasinya sama seperti CDC 2015. Pada terapi tunggal dapat diberikan
ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal atau cefixime 400 mg oral dosis tunggal atau
spectinomycin 2 g IM dosis tunggal.7
Berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual
2016 terapi yang diberikan pada pasien dengan uretritis gonore perlu
dipertimbangkan ketersediaan sarana pemeriksaan pada lokasi layanan kesehatan.
Yang paling ideal adalah melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab. Untuk daerah tanpa fasilitas pemeriksaan dan
laboratorium lengkap, tatalaksana dapat dilakukan dengan sindromic approach
(pendekatan sindrom) berupa penilaian faktor risiko dan langsung mengobatinya
untuk kedua infeksi tersebut. Untuk lokasi layanan kesehatan yang mempunyai
fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap, pendekatannya dapat lebih
sempurna.1

Gambar 2.16 Pengobatan Uretritis menurut Pedoman Nasional


Penanganan Infeksi Menular Seksual, 20161

26
BAB III. KESIMPULAN
Uretritis gonore merupakan penyakit menular seksual yang bersifat akut
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Neisseria gonorrhoeae dapat
ditularkan melalui kontak seksual atau melalui penularan vertikal pada saat
melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal
manusia.
Penegakan diagnosis gonore (paling banyak uretritis Gonore anterior
akut) dari anamnesis didapatkan keluhan rasa gatal dan panas dibagian distal
uretra, terutama disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang kadang-kadang disertai dengan
darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada saat pemeriksaan tampak orifisium
uretra eksternum hiperemis, edema dan ektropion. Pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan sediaan langsung, kultur (pemeriksaan biakan), tes thomson dan test
definitif. Dalam penatalaksanaan pada gonore dapat diberikan terapi kombinasi
(CDC 2015 dan WHO 2016) ataupun terapi tunggal (WHO 2016 dan Pedoman
Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016) menggunakan antibiotik
yang sesuai tingkat kepatuhan pasien selama pengobatan agar tidak terjadi
komplikasi lainnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Repunlik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
Menular Seksual. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2016.
2. Nilasari H, Daili SF. Gonore. In : Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2019.h. 443-449
3. Rosen T. Gonorrhea, Mycoplasma and Vaginosis. Dalam: Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick‟s
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill;
2012.h2514-2519.
4. Perpustakaan nasional. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Ed.25.EGC.
Jakarta.
5. CDC. Guidelines for treatment of sexually transmitted disease, 2015.
MMWR;2015:60-68.
6. WHO. Guidelines for treatment of Neisseria Gonorrhoeae. Geneva:WHO,
2016.
7. Todar K. Pathogenic Neisseriae: Gonorrhea, Neonatal Ophthalmia and
Meningococcal Meningitis. In : TODAR‟S Online Textboox of Bacteriology.
http://textbookofbacteriology.net/neisseria_2.html(diakses 6 Juli 2020 11:29
WIB).
8. Ismanoe G. Gonore. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi
B, Syam AF, editor. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-6.
Jakarta: InternaPublishing, 2015.H.812-818
9. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi 1. Jakarta:Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia, 2017.
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulis dan Kelamin Indonesia. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.

28
Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Kulis dan Kelamin Indonesia, 2017.

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Ny. H Sindroma Nefrotik
    Ny. H Sindroma Nefrotik
    Dokumen23 halaman
    Ny. H Sindroma Nefrotik
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Tn. M GEA Post-Kemo
    Tn. M GEA Post-Kemo
    Dokumen22 halaman
    Tn. M GEA Post-Kemo
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • To Be Better. - Prolog - Wattpad
    To Be Better. - Prolog - Wattpad
    Dokumen1 halaman
    To Be Better. - Prolog - Wattpad
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Sulthan
    Lapsus Sulthan
    Dokumen53 halaman
    Lapsus Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat PDL Sulthan
    Referat PDL Sulthan
    Dokumen32 halaman
    Referat PDL Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Tn. R CKD
    Tn. R CKD
    Dokumen23 halaman
    Tn. R CKD
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Tn. W Hepatitis B
    Tn. W Hepatitis B
    Dokumen19 halaman
    Tn. W Hepatitis B
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Medikolegal
    Referat Medikolegal
    Dokumen11 halaman
    Referat Medikolegal
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Desan Bismillah
    Referat Desan Bismillah
    Dokumen22 halaman
    Referat Desan Bismillah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Tn. A Intoksikasi Paraquat
    Tn. A Intoksikasi Paraquat
    Dokumen19 halaman
    Tn. A Intoksikasi Paraquat
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Jurding
    Jurding
    Dokumen22 halaman
    Jurding
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Sulthan
    Referat Sulthan
    Dokumen61 halaman
    Referat Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Psikorfarmaka Sulthan
    Psikorfarmaka Sulthan
    Dokumen47 halaman
    Psikorfarmaka Sulthan
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Forensik
    Referat Forensik
    Dokumen26 halaman
    Referat Forensik
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit SSJ
    Referat Kulit SSJ
    Dokumen17 halaman
    Referat Kulit SSJ
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Presbikusis
    Referat Presbikusis
    Dokumen16 halaman
    Referat Presbikusis
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Dokumen21 halaman
    Manajemen Nyeri
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Case Ahmad Fandi PDL
    Case Ahmad Fandi PDL
    Dokumen54 halaman
    Case Ahmad Fandi PDL
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen60 halaman
    Referat Jiwa
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Dokumen32 halaman
    Long Case Sulthan Salsabil Neza
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Dokumen5 halaman
    Laporan Penyuluhan Psikiatri - Nadya Aprilianti
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Patria Wati
    Patria Wati
    Dokumen2 halaman
    Patria Wati
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan Praktikum Histologi Sesi 1
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    Dokumen6 halaman
    (Oktober) Tor Meptalk Ismki Wilayah 1 (Fixed)
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Dokumen52 halaman
    Refrat Anisa (Hepatitis C)
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan IKK
    Laporan IKK
    Dokumen7 halaman
    Laporan IKK
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Dokumen56 halaman
    Referat Bedah Sulthan Fix Insyaallah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • Case Report Bedah Iffah
    Case Report Bedah Iffah
    Dokumen78 halaman
    Case Report Bedah Iffah
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • LTM 2 Ikk Jolanda
    LTM 2 Ikk Jolanda
    Dokumen14 halaman
    LTM 2 Ikk Jolanda
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat
  • LTM 2 IKK Gianinda
    LTM 2 IKK Gianinda
    Dokumen3 halaman
    LTM 2 IKK Gianinda
    Sulthan Salsabil Neza Wikramawardhana
    Belum ada peringkat