OLEH :
Kelompok 1/ Poli kandungan
1. Muh.Aswar,S.Kep/NS0621102
2. Risdaniar,S.Kep/NS0621127
3. Rahmawati Arsyad,S.kep/NS0621124
4. Serlina,S.Kep/NS0621133
5. Ayuni Kurnia,S.kep/NS0621062
6. Antonius Adam.M,S.Kep/NS0621056
7. Elsi Andriani,S.Kep/NS0621068
8. Andi Karmila Sari/NS0621068
CI LAHAN CI INSTITUSI
( Dorkas,S.ST.,M.Kes ) ( Ernawati,S.kep.,Ns.,M.kes )
NIP/NIDN NIP/NIDN
1
KATA PENGANTAR
KELOMPOK 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….......3
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..5
1.1 Pengkajian……………………………………………………………...…15
1.2 Diagnosis Keperawatan…………………………………..…..……...........15
1.3 Rencana Asuhan Keperawatan……………………………………………16
1.4 Implementasi Keperawatan………………….……………………………18
1.5 Evaluasi……………………………………………………………...……18
2.1 Pengertian……………..………………………………...…………….......21
2.2 Etiologi…………..…………………………………………………………21
2.3 Patofisiologi………………………………………………………………..22
2.6 Prognosa……………………………………………………………...…….30
3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………38
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………...38
4.2 Saran……………………………………………………………...………...38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Analisa Data……………………..…………………………………...15
5
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Pengkajian
a. Data Umum Klien
Inisial Klien : Ny “A”
Usia : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Makassar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Balang, Takalar
b. Identitas Penanggung Jawab
Inisial Klien : Tn D
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Alamat : Balang, Takalar
Hub dengan pasien : Suami
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Klien ingin melakukan pemeriksaan dibagian vagina dikarenakan ada
sesuatu yang dia rasakan seperti lesi di area vagina
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Selama hamil, pasien mengurangi beban kerjanya dikarenakan
perutnya sering merasakan nyeri yang tiba-tiba.
6
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit parah sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan sejauh ini keluarganya tidak mengalami sakit yang
serius.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
40 33
Keterangan :
G1 : Generasi Pertama : Perempuan
G2 : Generasi Kedua : Laki-laki
P : Pasien
: Meninggal
7
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
f. Riwayat Ginekologi
2. BB sebelum hamil : 48 Kg
8
h. Data Umum Kesehatan Saat Ini
1. Status Obstetric : G3 P2 A0 (23 minggu)
2. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 51 kg/152 cm
3. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 99 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Kepala : mesocephal, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva berwarna merah, sclera berwarna putih, pupil
isokor
Hidung : Simetris, tidak ada deviasi, tidak ada nyeri tekan
Mulut : Bibir lembab, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan
benjolan
Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan tidak ada kemerahan
Leher : Tidak ada deviasi trakea, denyut karotis teraba, tidak ada
benjolan dan nyeri tekan
Masalah Khusus : tidak ada masalah yang didapatkan
b. Dada
Jantung : bunyi jantung normal (tidak ada gangguan)
Paru : bunyi vesikuler, tidak ada gangguan pernapasan,
pengembangan dada simetris kiri dan kanan
Payudara : payudara simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
benjolan atau kelainan, dan payudara sudah mulai membesar
Putting susu : tampak hiperpigmentasi pada aerola mammae dan
putting susu tampak menonjol.
Pengeluaran ASI : Belum ada
9
Masalah Khusus : tidak ada masalah yang didapatkan
c. Abdomen
Uterus
TFU : 24 cm
Leopold I :
TFU 24 cm, 2 jari diatas pusat. Pada fundus teraba lunak, tidak bulat
dan tidak melenting (kosong). Tafsiran berat janin 400 gram
Leopold II :
Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong
pada fosa iliaka yang lain pada perut ibu sebelah kanan teraba bagian
memanjang keras seperti papan, dan teraba bagian-bagian kecil janin
diseblah kiri (punggung kanan)
Leopold III : Tidak ditemukan bagian terendah janin
Leopold IV : Tidak ditemukan bagian terendah janin
Pigmentasi
10
Berapa Lama :-
Nyeri : Ya/Tidak
Masalah Khusus : masalah dibagian vagina terdapat lesi dengan tepi
yang teratur
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : tidak ada
Varises : tidak ada
Ekstremitas bawah
Edema : Tidak
Varises : Tidak
Refleks patella : baik
Masalah khusus : semuanya tampak baik dan tidak ada gangguan
f. Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK : 5-6 kali sehari
Fekal : Kebiasaan BAB : 1-2 kali sehari
g. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : baik
Latihan/senam : pasien tidak pernah mengikuti latihan
senam
Masalah khusus : tidak ada
h. Pola tidur yang meningkatkan risiko kehamilan :
Sejauh ini pola tidur pasien baik dan tidak ada gangguan
i. Persiapan persalinan :
pasien belum menyiapkan apapun terkait persalinannya
j. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
Konsumsi obat : obat penambah darah, vitamin C, Kalacalsium, vitamin
B12 (sudah konsumsi dua bulan yang lalu)
k. Hasil pemeriksaan penunjang :
l. Pola kebutuhan dasar (data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
11
1. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Saat dikaji : klien mengatakan apabila ada anggota
keluarga yang sakit yang dilakukan klien membawanya
kepuskesmas atau rumah sakit.
b. Pola nutrisi
Sebelum hamil : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk,
sayur dan minum 7-8 gelas air putih serta tidak pantangan.
Saat dikaji : klien tetap makan 3 kali sehari dengan nasi,
lauk, sayur dan air putih 8-10 gelas tiap hari, klien juga
minum susu khusus ibu hamil 1 gelas tiap hari.
c. Pola eliminasi
Sebelum hamil : klien BAK 5-6 kali sehari warna kuning
jernih, bau khas dan BAB 1-2 kali sehari warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek dan bau khas.
Saat dikaji : klien BAK 5-6 Kali sehari warna kuning
keruh bau khas BAB 1-2 kali sehari warna kuning
kecoklatan, konsistensi lembek dan bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum hamil : klien dalam beraktivitas tanpa bantuan
orang lain, klien bisa melakukan pekerjaannya sebagai ibu
rumah tangga.
Saat dikaji : klien tidak mengalami gangguan dalam
beraktivitas dan tidak dibantu bahkan jika ada pekerjaan
dikantor, klien masih mampu membantu.
Keperawatan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan minum 0
Mandi 0
Toileting 0
12
berpakaian 0
berpindah 0
Keterangan : 0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total
13
h. Pola peran dan hubungan
Sebelum hamil : klien berhubungan dengan keluarga dan
tetangga baik.
Saat dikaji : klien berhubungan baik dengan keluarga,
dan tetangga
i. Pola reproduksi dan seksual
Sebelum hamil : klien menyatakan berhubungan seksual
teratur, klien menyatakan dalam berhubungan seksual suami
mengeluarkan spermanya didalm vagina.
Saat dikaji : klien menyatakan jarang melakukan
hubungan seksual setelah mengetahui dirinya hamil
14
1.2 Analisa data
a. Gangguan integritas kulit b/d lesi pada lapisan kulit ditandai dengan
Terlihat penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm,
berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak
meradang, dan bila diraba ada pengerasan.
b. Defisit pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit ditandai
dengan pengungkapan secara verbal ketidaktahuan penyakit dan
permintaan pemberian informasi terkait penyakitnya
15
1.4 Rencana asuhan keperawatan
Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan
16
tahu tentang penyakit yang dia hasil : menerima informasi.
derita 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Do : Terlihat pasien dengan skor 5 meningkatkan dan menurunkan motivasi
kebingungan dan 2. Kemampuan menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat.
membutuhkan penjelasan pengetahuan tentang suatu topic E:
terkait penyakit yang diderita meningkat dengan skor 5 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
3. Perilaku sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan meningkat dengan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
skor 5 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
4. Pertanyaan tentang masalah yang untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dihadapi menurun dengan skor 5 dan sehat.
17
1.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 1.3 Implementasi Keperawatan 1
18
dukungan untuk pengobatan yang
disarankan
4. Menganjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti
sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan.
Hasil : klien banyak mengajukan
pertanyaan terkait pengobatan
yang akan dilakukan
25/5/202 Defisit Pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : klien mengatakan tidak tahu tentang
2 kemampuan menerima informasi. penyakit yang dia derita
11.00 Hasil : pasien bersedia menerima O : Terlihat pasien kebingungan dan
informasi terkait kesehatannya membutuhkan penjelasan terkait penyakit
yang akan dijelaskan oleh dokter yang diderita
2. Mengidentifikasi faktor-faktor A : Masalah belum teratasi
yang dapat meningkatkan dan P : Intervensi dilanjutkan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat.
Hasil : klien diberikan penjelasan
19
terkait tentang pentingnya
meningkatkan perilaku yang
sehat terkait dengan penyakit
sifilis.
3. Menjelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
Hasil : klien diberitahukan
tentang faktor risiko apa saja
yang dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit sifilis terutama
risiko pada kehamilannya.
4. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Hasil : klien diajarkan
pencegahan apa saja yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan pasien dengan
penyakit sifilis.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.
Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum
pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan
Treponema pallidum endemicum.
21
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat
motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk
ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga
dapat menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental
selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks
memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan
yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender (mucus).
Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran
darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.
2.3 Patofisiologi
22
mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening
terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri. Luka tersebut
hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan.
Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya
penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang
muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering
ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran
kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala,
tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan
menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang
dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan
bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan
sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan
pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit
kepala, kaku kuduk dan ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput
lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk daerah yang
menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa
kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-
abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada
kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya
adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual,
lelah, demam dan anemia.
23
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki
fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa
berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi
kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala
bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3
kelompok utama :
1) Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul
di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap
dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di
hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki
dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang
juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam
yang biasanya semakin memburuk di malam hari.
2) Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi
aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan
nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak
diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis
meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik.
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi
tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak
dengan medulla spinalis:
24
- Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing,
konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur,
kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang,
pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil,
gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan anggota gerak
pada separuh badan.
- Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa
kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan
dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang
otot (paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih dan peradangan sebagian dari medulla spinalis
yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot
dalam keadaan kendur (paralisa flasid).
b. Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal
secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun.
Secara perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya
berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh
badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam
berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah,
letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan
berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga,
depresi, khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.
c. Neurosifilis tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla
spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala
awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai
yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan
goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua
tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya.
25
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh
sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering
mengalami infeksi saluran kemih.Bisa terjadi impotensi. Bibir,
lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran. Tulisan
tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar penderita
berperawakan kurus dengan wajah yang memelas. Mereka
mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama
lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang
sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa
di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak
kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya
sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang,
maka sendi penderita bisa mengalami cedera.
2.4 Manifestasi Klinik
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-
beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.
a. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema
pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa
penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat,
dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila
diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi
dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat
lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening
di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada
perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya.
Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi
umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
26
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan
dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya
lesi
b. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah
sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu.
Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul
gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher
biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada
kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain.
Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan
kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
c. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter
beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ,
termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat
ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis
dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
d. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah
infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini.
Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis
terutama disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan
apabila dapat ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan
27
dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-
turut). Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada
lesi primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik
sifilis) dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen
pada TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR,
dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi
negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik,
sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya
Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun
pengobatan diberikan pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif,
bahkan dapat seumur hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu
diagnosis.
e. Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini)
a. Kelainan kongenital dini
• Makulopapular pada kulit
• Retinitis
• Terdapat tonjolan kecil pada mukosa
• Hepatosplenomegali
• Ikterus
• Limfadenopati
• Osteokondrosis
• Kordioretinitis
• Kelainan pada iris mata
b. Kelainan kongenital terlambat (lanjut)
• Gigi hutchinnson
• Gambaran mulberry pada gigi molar
• Keratitis intertinal
• Retaldasi mental
• Hidrosefalus
28
2.5 Penatalaksanaan Medik
29
utama penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara IM setiap minggu 3x, tetapi
jika ibu mengalami alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromicin 500 ng
PO selama 30 hari.
Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin G
akueous kristalin 2,4 juta unit 4x selama 10-14 hari diikuti dengan penisilin G
Benzethin 2,4 juta unit secara IM. Atau dapat diberi pinisilin G akueous
prokain 2,4 juta unit IM setiap hari dengan probenesid 500 mg PO selama 10-
14 hari, kemudian diikuti dengan penisilin G Benzethin 2,4 juta secara IM.
2.6 Prognosa
30
2.7 Diagnostik Test
Diagnosis pada ibu hamil agak sulit di tegakkan karena pada ibu hamil
terjadi perubahan hormon. Diagnosis dapat ditegakkan
a. Pemeriksaan serologik: VDRL (veneral diesses research laboratory).
b. Dengan mempergunakan lapangan gelap, untuk membuktikan langsung
terdapat spirokaeta treponea palidum.
c. Fungsi lumbal untuk membuktikan neurosifilis.
31
10) Apa disertai dengan febris, anoreksia
11) Pada sifilis kongietal selain anamnesa diatas, perlu ditanya orang
tua apakah pernah keluar secret bercampur darah dari hidung,
perforasi palatum durum, gangguan pengelihatan dan pendengaran,
gangguan berjalan, serta keterlambatan tumbuh kembang.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Adanya eritema dan papula, macula, postula, vesikula dan
ulkus
b) Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah,
tonsil, jari dan anus
c) Kelainan selaput lender dan limfa denitis
d) Kelainan pada mata dan telinga
e) Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
2) Palpasi
Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan
3) Auskultasi
Perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan
2. Diagnosa Keperawatan
c. Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh
(lebih dari 37,2 derajat celcius) kulit teraba hangat
d. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal,
sikap melindungi area nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak
gelisah.
e. Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya
tanda elfloresensi
f. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon non verbal terhadap
perubahan actual pada tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan
negative terhadap tubuh)
32
g. Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit d/d
pengungkapan secara verbal ketidaktahuan penyakit permintaan
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 1.4 Intervensi Keperawatan SLKI dan SIKI
33
dan elektrolit
intravena.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan selama 1×24 1. Identifikasi lokasi,
jam didapatkan kriteria hasil karakteristik, durasi,
yaitu : frekuensi, kualitas,
1. Kemampuan menuntaskan intensitas nyeri.
aktivitas meningkat 2. Identifikasi skala
dengan skor 5 nyeri.
2. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon
dengan dengan skor 5 nyeri non verbal
3. Meringis menurun dengan 4. Identifikasi yang
skor 5 memperberat dan
4. Frekuensi nadi membaik memperingan nyeri
dengan skor 5 T:
5. Pola napas membaik 1. Berikan teknik
dengan skor 5 nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
E:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
34
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan O:
integritas kulit keperawatan selama 1×24 1. Identifikasi
jam didapatkan kriteria hasil pengetahuan tentang
yaitu : pengobatan yang di
4. Kerusakan jaringan rekomendasikan
menurun dengan skor 5 T:
5. Kerusakan lapisan kulit 2. Berikan dukungan
menurun dengan skor 5 untuk menjalani
6. Nyeri menurun dengan program pengobatan
skor 5 dengan baik dan
7. Perdarahan menurun benar
dengan skor 5 3. Libatkan keluarga
8. Nekrosis menurun dengan untuk memberikan
skor 5 dukungan pada
pasien selama
pengobatan.
E:
4. Jelaskan manfaat dan
efek samping
pengobatan.
1. Anjurkan bertanya
jika ada sesuatu yang
tidak dimengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan
dilakukan.
4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan O:
tubuh keperawatan 1×24 jam 1. Identifikasi harapan
didapatkan kriteria hasil citra tubuh
yaitu : berdasarkan tahap
1. Melihat bagian tubuh perkembangan.
35
membaik dengan skor 5 2. Identifikasi
2. Menyentuh bagian tubuh perubahan citra
membaik dengan skor 5 tubuh yang
3. Verbalisasi perasaan mengakibatkan
negatif tentang perubahan isolasi sosial.
tubuh menurun dengan 3. Monitor frekuensi
skor 5 pernyataan kritik
4. Respon non verbal pada terhadap diri sendiri
perubahan tubuh membaik 4. Monitor apakah
dengan skor 5 pasien bisa melihat
5. Hubungan sosial membaik bagian tubuh yang
dengan skor 5 berubah.
T:
1. Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
2. Diskusikan
perubahan akibat
perubahan pubertas,
kehamilan, dan
penuaan.
3. Diskusikan kondisi
stress yang
mempengaruhi citra
tubuh.
E:
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh.
36
5. Kurang Setelah dilakukan tindakan O:
pengetahuan keperawatan selama 1×24 3. Identifikasi kesiapan
jam didapatkan kriteria hasil dan kemampuan
yaitu : menerima
5. Perilaku sesuai anjuran informasi.
meningkat dengan skor 5 4. Identifikasi faktor-
6. Kemampuan menjelaskan faktor yang dapat
pengetahuan tentang suatu meningkatkan dan
topic meningkat dengan menurunkan
skor 5 motivasi perilaku
7. Perilaku sesuai dengan hidup bersih dan
pengetahuan meningkat sehat.
dengan skor 5 E:
8. Pertanyaan tentang 5. Jelaskan faktor risiko
masalah yang dihadapi yang dapat
menurun dengan skor 5 mempengaruhi
9. Menjelaskan pemeriksaan kesehatan
yang tidak tepat menurun 6. Ajarkan perilaku
dengan skor 5 hidup bersih dan
sehat
7. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat.
37
BAB III
1.1 Kesimpulan
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS).
Lesi sifilis biasa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan
lesi bisa dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita
lainnya.
Efek sifilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi
tersebut terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik,
maka ibu akan melahirkan bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya
jika tidak segera diobati akan menyebabkan abortus dan partus prematurus
dengan bayi meninggal di dalam rahim atau menyebabkan sipilis kongenital.
Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan. Apabila sifilis terjadi
pada kehamilan tua, maka plasenta memberi perlindungan terhadap janin
sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi
sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan pengobatan dengan
segera, sehingga kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.
1.2 Saran
1.2.1 Bagi Pasien
Diharapkan keluarga pasien agar selalu memantau ketepatan waktu
dalam meminum obat sesuai anjuran dokter, menjaga pola makan, dan
istirahat yang cukup.
1.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan dapat mempertahankan kualitas dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan mempertahankan kerjasama yang baik
antara tim kesehatan maupun klien, untuk mendukung, meningkatkan,
kesehatan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan, khususnya pada oksigenasi.
38
DAFTAR PUSTAKA
39