Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

PITYRIASIS VERSICOLOR

Moderator:

dr. Widyanto, Sp.KK

Disusun Oleh:

Nabila Kinantia Sarjono 2110221061

Dipresentasikan pada:

Kamis, 13 Januari 2022

HALAMAN JUDUL

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 3 JANUARI– 5 FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan kasus berjudul Ptyriasis Versicolor. Makalah ini dibuat sebagai
pemenuhan tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Mata RSPAD Gatot Soebroto.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. dr. Widyanto, Sp.KK selaku moderator pada kegiatan pemaparan laporan kasus
ini.
2. Dokter-dokter spesialis kulit kelamin beserta dokter-dokter residen di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto atas bimbingan dan
arahannya.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kata sempurna. Sehingga,
masukkan dan saran dibutuhkan sebagai sarana pembelajaran bersama.

Jakarta, 11 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iv
BAB I STATUS PASIEN .......................................................................................................... 1
1.1 Identitas Pasien ................................................................................................................. 1
1.2 Anamnesis......................................................................................................................... 1
1.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................. 2
I.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................... 5
I.5 Resume .............................................................................................................................. 7
I.6 Diagnosis .......................................................................................................................... 7
I.7 Diagnosis Banding ............................................................................................................ 7
I.8 Anjuran Pemeriksaan ........................................................................................................ 7
I.9 Penatalaksanaan................................................................................................................. 7
I.10 Prognosis ....................................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 11
II.1 Definisi ........................................................................................................................... 11
II.2 Epidemiologi .................................................................................................................. 11
II.3 Etiologi ........................................................................................................................... 11
II.4 Patogenesis ..................................................................................................................... 12
II.5 Gambara Klinis .............................................................................................................. 12
II.6 Diagnosis ........................................................................................................................ 13
II.7 Diagnosis Banding ......................................................................................................... 13
II.8 Tatalaksana..................................................................................................................... 13
II.10 Prognosis ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lesi Lengan Atas Kanan ..................................................................... 4


Gambar 2. Lesi Lengan Atas Kiri ......................................................................... 4
Gambar 3. Lesi Punggung ..................................................................................... 4
Gambar 4. Lesi Kedua Lengan .............................................................................. 4
Gambar 5. Lesi Lengan Bawah Kanan .................................................................. 5
Gambar 6. Lesi Lengan Bawah Kiri ...................................................................... 5
Gambar 7. Hasil Pemeriksaan Lampu Wood ........................................................ 6
Gambar 8. Hasil Pemeriksaan KOH 10% ............................................................. 6

iv
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. M

Usia : 56 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Pendidikan : SMA
Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

1.2 Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 5 Januari 2021 di Poliklinik


Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

1.2.1 Keluhan Utama


Pasien mengeluhkan bercak-bercak putih pada punggung dan kedua
lengan disertai dengan sisik halus sejak 6 bulan SMRS.
1.2.2 Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan.
1.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit
6 bulan SMRS pasien mengeluhkan terdapat bercak putih sebesar
titik-titik pada punggung belakang bagian bawah. 5 bulan SMRS bercak
putih bertambah ke punggung bagian atas kemudian membesar seperti koin.
2 bulan SMRS bercak-bercak putih terus membesar membentuk lingkaran
besar dan saling menyatu, menyebar hingga hampir seluruh punggung. 1
bulan SMRS bercak-bercak putih juga muncul pada kedua lengan pasien
berbentuk bulat-bulat seperti koin. Bercak putih yang ada pada lengan
pasien bersisik jika digores dengan jari. Bercak yang dirasakan tidak gatal.
Pasien menyangkal adanya gatal saat berkeringat. Pasien sempat

1
memberikan bedak herosin dan salep Cina yang dibeli sendiri di apotik
namun keluhan bercak putih tidak membaik. Pasien tidak ingat merk salep
tersebut. Sebelum keluhan bercak putih muncul pasien memiliki kebiasaan
berjemur selama 30 menit pada pagi hari dan mengaku banyak
mengeluarkan keringat setelah berjemur. Pasien mengaku tidak langsung
mandi tetapi baru mandi pada sore harinya. Pasien mengaku mandi 2 kali
sehari dan berganti baju hanya 1 kali sehari.
1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 124/74 mmHg
Nadi : 78x/menit, reguler
Pernapasan : 20x/menit, reguler
Suhu : 36.o C
Status Gizi
BB : 67 kg
TB : 165 cm
IMT : 24.8 kg/m2 = Overweight berdasarkan
Asia Pasific

Kepala Normocephal,
: rambut berdistribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva
: anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

THT Napas
: cuping hidung (-), mukosa mulut lembab, faring

2
hiperemis (-), faring edema (-), tonsil T1/T1 tenang
Leher Pembesaran
: KGB (-)
Thorax Pulmo
:
Inspeksi : Bentuk dada normal, pernapasan
regular, simetris pada statis dan
dinamis, otot bantu pernapasan (-)
Palpasi : Gerakan napas sama kuat pada kedua
lapang paru.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : VBS +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen supel,
: tidak distensi, bising usus normal, tidak ada pembesaran
hepar dan lien
Ekstremitas CRT
: <2 detik, akral hangat, edema (-), kuku tidak ada kelainan

1.3.2 Status Dermatologikus

Lokasi : Truncus posterior, ekstremitas superior dextra et sinistra


Efloresensi : Bercak hipopigmentasi, multiple, ukuran lentikuler hingga
plakat, konfluens, berbatas tegas dengan skuama halus diatas
permukaan lesi.

3
Gambar 1. Lesi lengan atas kanan Gambar 2. Lesi lengan atas kiri

Gambar 3. Lesi punggung Gambar 4. Lesi kedua lengan bawah

4
Gambar 5. Lesi lengan bawah kanan Gambar 6. Lesi lengan bawah kiri

I.4 Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan dengan lampu Wood (+) dengan fluoresensi kuning


keemasan.
• Pemeriksaan sediaan dari lesi punggung bawah dengan KOH 10%:
hifa (+) dan spora berkelompok (-).

5
Gambar 7. Hasil pemeriksaan Lampu Wood

Gambar 8. Hasil pemeriksaan KOH 10%

6
I.5 Resume
Pasien Ny. M, perempuan, berusia 57 tahun mengeluhkan bercak-bercak putih
pada punggung dan kedua lengan disertai dengan sisik halus sejak 6 bulan SMRS.
Bercak-bercak putih sebesar titik-titik pada punggung belakang bagian bawah. 5 bulan
SMRS bercak-bercak putih muncul pada punggung atas disertai dan membesar seperti
koin. 2 bulan SMRS bercak putih membesar seperti lingkaran besar, saling menyatu
dan meluas hingga hampir seluruh punggung. 1 bulan SMRS muncul bercak-bercak
putih pada kedua lengan. Bercak putih disertai dengan sisik. Pasien sempat
menggunakan obat Herosin dan salep Cina namun tidak membaik. Pasien mengaku
sering berkeringat setelah berjemur tetapi tidak langsung mandi,. Pasien mengganti
baju 1 kali sehari.
Status generalis didapatkan status gizi overweight. Pemeriksaan status
dermatologikus pada truncus posterior dan ekstremitas superior sinistra et dextra
ditemukan bercak hipopigmentasi, multiple, ukuran lentikuler hingga numular, difus,
berbatas tegas dengan skuama halus diatas permukaan lesi. Pada pemeriksaan lampu
Wood (+) dengan flurosensi kuning keemasan. Pada sediaan dari lesi punggung bawah
dengan KOH 10% didapatkan hifa (+) dan spora berkelompok (-).

I.6 Diagnosis Kerja

Pityriasis Versicolor

I.7 Diagnosis Banding

Tidak terdapat diagnosis banding.

I.8 Pemeriksaan Anjuran

Tidak ada

I.9 Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa.
• Tidak menggunakan handuk secara bersamaan dengan orang lain.
• Bila sedang berkeringat maka pakaian harus segera diganti.

7
• Mengganti pakaian setelah mandi.
• Menjaga agar kulit tetap kering
• Mengurangi aktivitas yang membuat keringat berlebihan.
• Memberitahu pasien bahwa repigmentasi memerlukan waktu
beberapa bulan
• Menyarankan pasien untukkonsul ke spesialis gizi klinik untuk
mengurangi berat badan.
• Melakukan kontrol kembali 1 bulan setelahnya.
b. Medikamentosa
Topikal
• Sampo ketokonazol 2% pada daerah lesi, 10-15 menit sebelum
mandi 3 kali seminggu.

I.10 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Pityriasis Versicolor adalah infeksi kulit superfsisial kronik yang
disebababkan oleh genus Malassezia.1,2

II.2 Epidemiologi
Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, terutama pada usia 20-40
tahun.3 Sebanyak 2-8% populasi penduduk di Amerika mengalami penyakit
pityriasis versicolor. PV mudah terkena pada kelompok remaja dan dewasa muda
karena peningkatan produksi lipid oleh kelenjar sebasea yang sangat aktif pada
kelompok tersebut.2

II.3 Etiologi

Penyebab pityriasis versicolor adalah Malassezia furfur, jamur lipid-


dependent dimorfi. Malassezia adalah komponen flora normal, juga bisa menjadi
patogen oportunistik. Jamur tersebut terdapat pada kulit yang sehat pada fase jamur
dan menyebabkan lesi klinis hanya ketika pertumbuhan hifa terjadi.. Terdapat
duabelas spesies dalam klasifikasi jamur ini. Malassezia globosa dan Malassezia
furfur adalah spesies dominan terkait dengan tinea versicolor. Malassezia secara
alami ditemukan pada permukaan kulit binatang, termasuk manusia. Ada tujuh
spesies dalam genus Malassezia berdasarkan molekul, morfologi dan profil
biokimia: tergantung jenis lipid yaitu M.furfur, M.sympodialis, M. globosa,
M.obtusa, M. restricta dan M.slooffiae dan satu lipid independen spesies,
Malassezia pachydermatis. Serta terdapat jenis lain M.japonica, M equi, M.
dermatitis, M. nana dan M.yamatoensis.2,4

Pada kondisi perubahan suh yang tinggi, kelembapan lingkungan yang


tinggi dan tegangan CO2 yang tinggi merupakan faktor resiko terjadinya kelainan
kulit ini. Daerah dengan lipidcontaining akibat sekresi sebasea berlebih dapat
mendorong pertumbuhan lebih cepat.5 Kondisi hiperhidrosis, tinggi tegangan
permukaan kulit akibat oklusi, konsisi imunosupresif, malnutrisi dan genetik juga

11
merupakan faktor predisposisi pada PV.1

II.4 Patogenesis
Malassezia furfur mengeluarkan produk metabolit berupa pityriacitrin.1,2
Zat ini merupakan zat yang dapat mengabsorpsi sinar ultraviolet (UV).
Kemampuan untuk menyerap sinar UV digunakan untuk mengkatabolisme asam
lemak seperti asam arakhidonat dan asam dikarboksilat yang terdapat pada kulit,
kedua zat tersebut yang berperan dalam penghambatan enzim thyrosinase sehingga
menyebabkan produksi melanin oleh melanosit terhambat.2 Berkurangnya pigmen
tersebut menyebabkan terjadinya lesi kulit berupa hipopigmentasi pada penderita
PV. Mekanisme terkait lesi hiperpigmentasi belum jelas tetapi terjadi pembesaran
melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.1
Selain produk tersebut, Malassezia furfur memproduksi zat-zat metabolit
yaitu: Mallasezecin, Pityrilactone dan Pityriarubin. Mallasezin merupakan reseptor
uryl hidrocarbon yang berperan dalam apoptosis sel melanosit. Pityrilactone
merupakan indole alkaloid yang akan memendarkan warna dibawah sinar UV
dengan panjang gelombang 366nm. Pityriarubin merupakan red indol yang
mencegah aktivitas 5-Lipooxygenase.2

II.5 Gambara Klinis


Ditemukan makula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan, sampai
hitam didaerah predileksi di badan bagian atas, leher dan ekstremitas superior.
Kadang ditemukan pada wajah, skalp juga aksila, lipat paha dan genitalia. Ukuran
dapat bermacam-macam dan kadang disertai dengan adanya skuama halus
(pitiriasiformis).1 Umumnya PV asimpomatis tanpa disertai dengan gatal. Gatal
dapat muncul sangat ringan dan apabila berkeringat atau berada pada lingkungan
dengan kelembapan yang tinggi. Keluhan pasien hanya sebatas pada kosmetik
saja.1,2, 6

12
II.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi
lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Pada anamnesis didapatkan
adanya bercak di kulit, yang kadang menimbulkan rasa gatal terutama bila
berkeringat. Rasa gatal umumnya ringan atau tidak dirasakan sama sekali oleh
pasien. Warna dari bercak bervariasi dari putih, merah muda hingga coklat
kemerahan. Status dermatologikus menunjukkan predileksi lesi terutama di daerah
seboroik, yaitu tubuh bagian atas, leher, wajah dan lengan atas; berupa bercak
hipopigmentasi, eritema hingga kecoklatan, konfluen dengan skuama halus.3
Pada pemeriksaan penunjang Wood lamp menghasilkan cahaya dapat digunakan
untuk menunjukkan fluoresensi tembaga-jingga atau juga keemasan (coppery-
orange) pada Pityriasis versicolor.1,2,4
Diagnosis dikonfirmasi dengan pemeriksaan kerokan kulit dengan kalium
hidroksida (KOH). Hasil pemeriksaan dengan KOH tampak spora berukuran 1-2 μ
dengan miselium pendek tebal 3-8 μ yang disebut sebagai spaghetti and
meatballs.6Untuk visualisasi yang lebih baik dapat ditambahkan tinta biru, tinta
Parker, methylene blue, atau cat Swartz- Medrik dengan persiapan KOH.1,2,4

II.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding antara lain: pityriasis alba, pityriasis rosea, dermtitis


seboroik, infeksi dermatofitosis. Dapat dipikirkan juga kemungkinan eritrasma,
vitiligo, psoriasis, dan morbus Hansen tipe tuberkuloid.1,2

II.8 Tatalaksana
1. Medikamentosa2,7,8

Beberapa agen topikal yang efektif dalam pengobatan tinea versikolor antara
lain selenium sulfida, zinc pyrition, sodium sulfasetamid, siklopiroksolamin, begitu
juga golongan azole dan preparat anti jamur alilamin. Protokol yang digunakan
secara luas dan tidak mahal yaitu penggunaan losion selenium sulfida 2,5% yang
diaplikasikan pada area yang terkena selama 7-10 menit kemudian dibersihkan.
Penggunaan harian dipertimbangkan pada kasus yang luas, aplikasi 3-4 kali per

13
minggu umumnya cukup adekuat dan frekuensinya dapat diturunkan hingga sekali
atau dua kali dalam sebulan dan digunakan sebagai regimen pemeliharaan untuk
mencegah kekambuhan. Sebagai alternatif, dapat digunakan ketokonazole shampo
2% pada area yang terkena, didiamkan selama 5 menit kemudian dibilas.
Pengobatan ini diulang selama tiga hari berturut-turut. Terbinafin solusio 1% yang
diaplikasikan dua kali sehari pada area yang terkena selama 7 hari dapat
memberikan kesembuhan lebih dari 80%. Walaupun terapi topikal ideal untuk
infeksi yang terlokalisir, atau ringan terapi sistemik mungkin diperlukan untuk
pasien dengan penyakit yang luas, sering berulang, atau jika tidak berhasil dengan
agen topikal.2,7
Ketokonazole, flukonazole, dan itrakonazole merupakan terapi oral pilihan
dengan berbagai variasi dosis yang efektif. Ketokonazole oral 200 mg per hari
selama 7 atau 10 hari atau itrakonazole 200-400 mg per hari selama 3-7 hari hampir
secara umum efektif. Ketokonazole oral yang diberikan dosis tunggal 400 mg
merupakan regimen yang gampang diberikan dengan hasil yang sebanding. Dosis
tunggal itrakonazole 400 mg juga menunjukkan efektivitas lebih dari 75% dan
dalam satu penelitian memiliki efektivitas yang sama dengan itrakonazole selama 1
minggu. Flukonazole juga efektif diberikan dosis tunggal 400 mg. Terbinafin oral
merupakan suatu alilamin, tidak direkomendasikan untuk pengobatan kelainan
terkait Malassezia, karenaobat ini tidak dihantarkan secara efisien ke permukaan
kulit. Potensi toksisitasobat serta interaksi melalui pengaruh azol pada isoenzim
sitokrom P450 harus diperhatikan pada penggunaan azole oral untuk pengobatan
tinea versikolor. Pengobatan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan PV
adalah golongan azol, oleh karena efektivitasnya yang tinggi.8
Rekurensi yang relatif sering dan bercak hipopigmentasi yangbertahan lama
merupakan masalah paling sering dihadapi pada pengobatan PV. Pengobatan
kombinasi dengan terapi topikal dan sistemik, dapat digunakan, meskipun belum
ada pustaka yang melaporkan tentang keuntungan terapi kombinasi tersebut. Terapi
kombinasi ini dapat digunakan, mengingat angka rekurensi dari PV yang tinggi dan
adanya faktor risiko yang sulit dihindari.5 Sebagai contoh kombinasi topikal sampo
selenium sulfida 1,8% sekali seminggu, 1 jam sebelum mandi pagi dan ketokonazol
400mg/minggu pada hari yang sama selama 3 bulan. Cara tersebut dapat dipilih

14
terutama untuk kasus dengan lesi yang luas.2,5
Terapi topikal yang mengandung asam salisilat 3-6%, asam undesilenat,
tolnaftat, masih dapat digunakan untuk PV lesi terbatas, meskipun efektivitasnya
lebih rendah dibandingkan dengan obat antijamur baru. Secara in vitro, Malassezia
spp. sensitif terhadap terbinafin, akan tetapi pemberian terbinafin oral tidak efektif
untuk pengobatan PV. Sediaan terbinafin topikal bentuk gel 1% dan solusio 1%
sekali sehari dilaporkan berhasil baik pada PV dan telah disetujui FDA (Food and
Drug Association), meskipun bentuk krim tidak dianjurkan.2,5
Tujuan pengobatan yaitu membuat Malassezia sebagai koloni normal atau
komensal pada tubuh, bukan untuk mengeradikasi Malaseezia.5,7 Terapi preventif
yang dapat digunakan antara lain berupa obat topikal 1 - 2kali per bulan;
ketokonazol 400mg sekali sebulan atau 200mg/ hari selama tiap hari berturut-turut
di awal bulan; atau itrakonazol 2 kali 200mg/ hari setiap bulan.5,7 Meskipun
demikian, sebaiknya diobati ulang saat PV kambuh daripada pemberian terapi
supresif atau preventif dalam jangka lama.7

Nama Sediaan/dosis Cara penggunaan Keterangan


Obat topikal
Berbagai derivat Krim 1-2% 1-2x/hari Untuk lesi terbatas
azol, misal
mikonazol
Terbinafin Krim 1-2x/hari Untuk lesi terbatas.
Tidak dianjurkan
FDA untuk PV

Ketokonazole Sampo 2% 1x 5 menit/hari


sebelum mandi
Selenium sulfide Sampo 1,8% a. Minimum 1x10 Mewarnai pakaian,
menit/hari sebelum tidak untuk wajah
mandi dangenitalia
b. Setiap dua hari
sekali tiap malam
sebelum tidur

15
Sodium tiosulfat Solusio 20-25% 2x/hari setiap hari Bau menyengatsulit
hilang, sebaiknya
tidak untuk wajah

Propylene glycol Solusio 50% 2x/hari


Zinc pyrithioe Sampo Dioleskan 5
menit/hari selama
2 minggu
Obat sistemik
Ketoconazol Tablet 200mg a. 1 tablet/hariselama Perhatian pada efek
7-10hari samping dan
b. Dosis tunggal 2 interaksi obat
tablet atau diulang
hingga 4 dosis dalam
2minggu

Itrakonasol Kapsul 100 mg a. 800-1000mg Untuk kasus


terbagi dalam 5 hari rekalsitran.
b. 200-400 Perhatian pada efek
mg/hari selama
samping dan
3-7 hari
c. 400 mg dosis interaksi obat
tunggal

Flukonasol Tablet 50 mg 400 mg dosis tunggal Tidak dianjurkan


dan 150 mg atau diulang setelah 2 FDA untuk PV
minggu

Tabel 1. Daftar obat untuk Pitiriasis Versikolor yang ada di Indonesia 2,5

2. Non medikamentosa1,2,5
Selain dengan terapi topikal dan sistemik, perlu diberikan edukasi
pada pasien untuk menjaga kebersihan kulit dan lingkungan, memakai
pakaian dari katun, tidak ketat dan dianjurkan tidak bertukar pakaian
dengan orang lain. Kebersihan pribadi dengan mandi teratur
menggunakan sabun ringan dan menjaga agar kulit yang sakit tetap
kering.4 Menghindari faktor predisposisi seperti berkeringat meningkat,
berbagi handuk dan pakaian, kekurangan gizi, pakaian sintetis akan
membantu untuk mengontrol penyakit ini.4 Pasien harus diberi edukasi
bahwa tinea versicolor disebabkan oleh jamur yang biasanya terdapat di

16
permukaan kulit dan karena itu tidak dianggap menular. Kondisi ini tidak
meninggalkan bekas luka permanen apapun atau perubahan pigmen, dan
perubahan warna kulit ke semula dalam waktu 1-2 bulan setelah
pengobatan telah dimulai. Biasanya terjadi sehingga perlu terapi
profilaksis dapat membantu mengurangi tingkat kekambuhan tinggi.5

II.10 Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun,


dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi
negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.1
Kriteria sembuh pada pasien Pitiriasis Versikolor dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan klinis dan mikologis. Dengan terapi yang benar,
menjaga kebersihan kulit, pakaian dan lingkungan, prognosis tinea
versicolor adalah baik. Penting juga untuk menghilangkan sumber
penularan untuk mencegah reinfeksi dan penyebaran lebih
lanjut.1Prognosis baik. Rekurensi dapat terjadi, dilaporkan 60% dalam 1
tahun pertama. Quo ad vitam : bonam .Quo ad functionam : bonam. Quo
ad anactionam : dubia.3

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro, Erdina HD. Pitiriasis Versicolor. Dalam: Menaldi, SLSW;


Bramono K. Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. h. 103-105.

2. Schmader KE, Oxman MN. Tinea Versiocolor and Pityrosporum Foluculitis.


Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff
K, dkk, Penyunting, Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi
Ke-8. New York: McGraw-Hill;2012. h.2307-2310.

3. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan Y. Panduan Praktik Klinis Bagi


Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2017. h. 1271-128

4. Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Pitiriasis Versikolor. Dalam Kapita Selekta


Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Hal : 103-105

5. Radiono S, Suyoso S, Bramono K. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Bramono


K, Suyoso S, Indriatmi W, Ramali LM, Widaty S, Ervianti E, editor.
Dermatomikosis Superfisialis. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2013. h. 24-34

6. R.S. Siregar. 2005. Pitiriasis Versicolor. Dalam Prof. Dr. R.S. Siregar,
Sp.KK(K): Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hal 10.

7. Hay RJ and Ashbee HR. Mycology. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N,


Griffiths C, Editors. Rook’s Textbook of Dermatology. Edisi 8. Oxford:
Wiley- Blackwell; 2010. Hal 3610 – 3612.

8. Mellen LA., Vallee J, Feldman SR, Fleischer AB. Dalam: Treatment of


Pityriasis Versicolor in United States. J Dermatolog Treat 2004; 15: Hal 89-
92.

18
19

Anda mungkin juga menyukai