Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

TINEA CAPITIS

Moderator
dr.Widyanto, Sp.KK

Disusun Oleh:
Shabrina Amalia Suci
(NPM : 2110221045)

Dipresentasikan Hari/Tanggal:
Kamis, 09 Desember 2021

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
29 NOVEMBER 2021- 31 DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Tinea Capitis”. Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat kepaniteraan klinis departemen kulit dan kelamin Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada para
dokter dan staff departemen kulit dan kelamin yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian laporan kasus ini serta rekan-rekan seperjuangan
dalam kepaniteraan kulit dan kelamin.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak
yang berkepentingan.

Jakarta, 09 Desember 2021


Penulis

Shabrina Amalia Suci


NPM: 2110221045
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... 5
BAB I STATUS PASIEN ............................................................................ 6
I.1. Identitas Pasien ........................................................................................ 6
I.2. Anamnesis ............................................................................................... 6
I.1.1. Keluhan Utama .............................................................................. 6
I.1.2. Keluhan Tambahan ........................................................................ 6
I.1.3. Riwayat Perjalanan Penyakit ......................................................... 6
I.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu .............................................................. 7
I.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga ........................................................... 7
I.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 7
I.4. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 10
I.5. Resume.................................................................................................. 12
I.6. Diagnosis Banding ................................................................................ 12
I.7. Diagnosis Kerja ..................................................................................... 12
I.8. Anjuran Pemeriksaan ............................................................................ 12
I.9. Penatalaksanaan .................................................................................... 13
I.10. Prognosis ............................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 14
II.1 Definisi.................................................................................................. 14
II.2 Epidemiologi......................................................................................... 14
II.3 Etiologi.................................................................................................. 14
II.4 Patogenesis............................................................................................ 14
II.5 Gejala dan Tanda Klinis Klinis ............................................................. 16
II.6 Diagnosis .............................................................................................. 17
II.7 Diagnosis Banding ................................................................................ 18
II.8 Tatalaksana ........................................................................................... 18

3
II.9 Komplikasi ............................................................................................ 19
II.10 Prognosis ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Regio Vertex ........................................................................................ 9


Gambar 2. Regio Oksipitalis .................................................................................. 9
Gambar 3. Regio Bilateral Temporal ................................................................... 10
Gambar 4. Hasil Pemeriksaan Hair Pull .............................................................. 10
Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Wood’s Light ...................................................... 11
Gambar 6. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Kerokan Kulit dengan KOH 10%.. 11
Gambar 7. Variasi Klinis Tinea Kapitis............................................................... 16

5
BAB I
STATUS PASIEN

I.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. R
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tangerang Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah

I.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 09 Desember 2021 di poliklinik kulit dan kelamin RSPAD Gatot
Soebroto.
I.1.1. Keluhan Utama
Rambut rontok di bagian puncak kepala, kepala belakang bagian
bawah, dan pinggir kanan dan kiri kepala disertai gatal yang ringan sejak 2
minggu yang lalu.
I.1.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada.
I.1.3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan rambut rontok pada pasien baru disadari 2 minggu yang
lalu. Pasien mengeluhkan rasa gatal dibagian kulit kepala namun jarang.
Apabila terasa gatal pasien akan menggaruk kulit kepalanya. Keluhan
tidak disertai adanya nyeri dan sisik pada kulit kepala seperti ketombe.
Pasien mengatakan saat itu istri pasien yang mulai menyadari rambut
pasien sebagian botak. Selain itu, saat pasien keramas, saat bangun tidur,
dan saat menyisir rambut menggunakan tangan, pasien menemukan
banyak rambutnya yang rontok. Keluhan rambut rontok semakin hari
semakin bertambah. Pasien menyangkal adanya kerontokan rambut
dibagian lain seperti di alis dan area kemaluan. Pasien juga menyangkal

6
adanya kutu pada rambut. Tidak ada keluhan kulit di bagian tubuh yang
lain.
Pasien baru kembali dari Papua 1 bulan yang lalu setelah bertugas di
sana selama 4 tahun. Selama bertugas, pasien sering kontak dengan tanah
serta lumpur dengan memakai helm baja dikepala namun dibeberapa
kondisi, pasien suka melepas helmnya. Pasien jarang menggunakan topi
dan tidak pernah menggunakan topi milik orang lain. Pasien tidak pernah
memelihara hewan dan menyangkal riwayat kontak dengan hewan liar.
Selama di Papua, pasien mengaku pernah mengganti shampoo sebanyak 1
kali. Pasien tinggal di mes asrama bersama 3 orang lainnya dalam satu
kamar namun pasien mengatakan hanya menggunakan bantal, sisir dan
barang milik pribadi masing-masing, rajin mengganti sarung bantal dan
juga membersihkan kamarnya. Pasien juga sering mencuci rambutnya
dengan air dan shampoo setiap mandi. Pasien mengaku tidak stress
sebelum timbul keluhan.
Pasien mengatakan belum pernah mengobati keluhannya. Tidak ada
obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien. Pasien tidak pernah
menjalani kemoterapi. Pasien juga mengaku belum pernah mengalami
keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi ataupun
penyakit autoimun. Pasien mengatakan memiliki riwayat malaria 5 bulan
yang lalu disertai dengan demam yang tinggi.
I.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit kulit lain sebelumnya.
I.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
I.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Dilakukan pada Rabu, 08 Desember 2021
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 166 cm
BMI : 23.5 kg/m2 (normoweight)
Tanda vital
TD : 120/97 mmHg
Nadi : 78x/menit
7
RR : 20x/menit, regular, pengembangan dada
kuat
Suhu : 36.1⁰C
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis GCS : 15 (E4M6V5)
Kepala : Bentuk Normocephal,
Lihat status dermatologikus
Mata : Gerakan bola mata normal, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis.

Telinga : Normotia, tidak ada lesi.


Hidung : Septum tidak deviasi, tidak ada nafas
cuping hidung.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tenang
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak sianosis, tidak
ada lesi.
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran KGB, tidak
ada pembesaran tiroid.
Thorax : Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris
statis dan dinamis. Auskultasi paru: suara
nafas vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada
wheezing. Auskultasi jantung: Bunyi
jantung I dan II normal, regular, tidak ada
gallop, tidak ada murmur
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : Hepar dan lien tidak membesar.
Auskultasi : Bising usus normoperistaltik
Ekstremitas : Akral hangat, kuku normal, tidak ada
deformitas, CRT < 2 detik
KGB : Tidak ada pembesaran KGB leher, axilla
dan inguinal.
Status Dermatologikus
Lokasi lesi
Ad regio vertex, oksipital dan bilateral temporal scalp

8
Efloresensi
Tampak alopesia multifokal, bentuk tidak teratur dan tidak disertai
adanya skuama halus.

Gambar 1. Regio Vertex

Gambar 2. Regio Oksipitalis

9
Gambar 3. Regio Bilateral Temporal
I.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Hair pull (Tarik rambut)

Gambar 4. Hasil Pemeriksaan Hair Pull


Interpretasi:
Didapatkan 4 helai rambut yang tercabut

10
2. Wood’s light

Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Wood’s Light


Interpretasi:
Tidak didapatkan fluoresensi berwarna hijau kekuning-kuningan

3. Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH 10%

Gambar 6. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Kerokan Kulit


dengan KOH 10%

Interpretasi :
Tidak ditemukan hifa sejati dan Artrospora.

11
I.5. Resume
Pasien Tn. R, laki-laki berusia 26 tahun, mengeluhkan rambutnya
rontok di bagian puncak kepala, kepala belakang bagian bawah, dan
pinggir kanan dan kiri kepala disertai gatal yang ringan sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa gatal dibagian kulit kepala namun
jarang. Apabila terasa gatal pasien akan menggaruk kulit kepalanya.
Keluhan tidak disertai adanya nyeri dan sisik pada kulit kepala seperti
ketombe. Pasien mengatakan saat keramas, saat bangun tidur, dan saat
menyisir rambut menggunakan tangan, pasien menemukan banyak
rambutnya yang rontok. Keluhan rambut rontok semakin hari semakin
bertambah.
Pasien baru kembali dari Papua 1 bulan yang lalu setelah bertugas
di sana selama 4 tahun. Selama bertugas, pasien sering kontak dengan
tanah serta lumpur dengan memakai helm baja dikepala namun
dibeberapa kondisi, pasien suka melepas helmnya. Pasien mengatakan
memiliki riwayat malaria 5 bulan yang lalu disertai dengan demam yang
tinggi.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan penilaian status generalis dalam
batas normal, dan pada status dermatologikus pada Ad regio vertex,
oksipitalis, dan bilateral temporal ditemukan efloresensi tampak
alopesia multifokal dengan bentuk tidak teratur dan tidak disertai
adanya skuama halus. Pada pemeriksaan hair pull didapatkan 4 helai
rambut yang tercabut. Pada pemeriksaan wood’s light tidak didapatkan
fluoresen berwarna hijau kekuning-kuningan dan pada pemeriksaan
sediaan langsung dengan larutan KOH 10% tidak didapatkan hasil hifa
sejati, dan Artrospora.

I.6. Diagnosis Banding


• Tinea Kapitis
• Telogen Effluvium
• Alopecia Areata
I.7. Diagnosis Kerja
Tinea Kapitis
I.8. Anjuran Pemeriksaan
• Biakan pada Agar Sabouraud Dekstrosa
12
• Pemeriksaan Antinuclear Antibody Test
I.9. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
• Edukasi pasien minum obat teratur
• Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan kulit kepala dengan sampo
ketoconazole 2% sesuai aturan.
• Edukasi pasien disarankan untuk kontrol 1 bulan kemudian.
Medikamentosa :
• Sistemik
Griseovulfin 1 x 500 mg selama 6 minggu
• Topikal
Sampo ketokonazole 2% digunakan 3x dalam seminggu dan
diamkan selama 5 menit agar sampo kontak dengan kulit kepala
sebelum dibilas.

I.10. Prognosis
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Ad bonam

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan kulit
bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang terjadi gambaran klinis yang
lebih berat, yang disebut kerion.1
II.2 Epidemiologi
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada
anak-anak usia 3-14 tahun, jarang pada orang dewasa. Kasus pada dewasa karena
infeksi T. tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa.
Transmisi meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya
penduduk, dan status ekonomi rendah.2
Tinea kapitis jarang terjadi setelah pubertas karena adanya perubahan pH
pada kulit kepala dan meningkatnya kandungan asam lemak pada sebum yang
memiliki efek fungistatik. T. tonsurans adalah spesies yang paling umum
ditemukan di Amerika Serikat dan Inggris, sedangkan M. canis menjadi penyebab
paling umum tinea capitis di Eropa.2
Faktor yang mempengaruhi timbulnya tinea kapitis yaitu pada daerah yang
beriklim panas, kebersihan yang buruk dan kontak dengan binatang peliharaan
seperti anjing atau kucing, lingkungan yang kotor dan panas serta udara yang
lembap.3
II.3 Etiologi
Penyebab tinea kapitis yaitu jamur golongan dermatofita, terutama
T.Rubrum, T.Mentagrophytes, dan M.gypseum.3 kulit kepala dan rambut anak-
anak sangat rentan terhadap infeksi Trichophyton Tonsurans. Jamur ini
menyerang rambut poros serta stratum korneum.4
II.4 Patogenesis
Patofisiologi tinea kapitis diawali oleh infeksi dermatofita yang dapat
menular melalui kontak antar manusia, kontak dengan hewan, atau kontak dengan
objek yang sering bersentuhan dengan rambut dan kulit kepala. Contoh objek

14
yang sering menjadi media penularan adalah sisir, topi, tutup kepala, sarung
bantal, kasur, dan sofa.5,6
Awalnya, dari tempat inokulasi, hifa jamur tumbuh secara sentrifugal pada
stratum korneum. Setelah itu, jamur akan bertumbuh ke arah bawah menuju
bagian dalam rambut dan menginvasi keratin. Zona yang terinfeksi kemudian
meluas ke arah luar seiring dengan bertumbuhnya rambut dan dapat terlihat pada
permukaan kulit rambut pada hari ke-12 hingga hari ke-14. Rambut yang
terinfeksi menjadi rapuh dan tampak patah pada minggu ke-3.6
Tipe Invasi Rambut
Pada tinea kapitis, rambut yang dapat terinfeksi tidak hanya di kepala saja
tetapi juga jaringan rambut lain pada bulu mata dan alis. Rambut dapat terinfeksi
oleh patogen melalui tiga tipe invasi, yaitu tipe endotriks, ektotriks, dan favus.
Pada tipe endotriks, jamur merusak batang rambut tetapi tidak merusak
kutikula. Contoh organisme pada tipe endotriks ini adalah Trichophyton
tonsurans. Pada tipe ektotriks, jamur merusak bagian luar batang rambut. Contoh
organismenya adalah Microsporum canis. Tipe yang ketiga adalah favus di mana
terjadi reaksi inflamasi, pembentukan krusta, dan kerontokan rambut. Contoh
organisme yang sering menyebabkan reaksi ini adalah Trichophyton
schoenleinii.5,6
Faktor yang Memengaruhi Patofisiologi Jamur
Kemampuan jamur untuk menempel pada inang tergantung pada berbagai
faktor dari sisi patogen, inang, maupun lingkungan. Infeksi terjadi ketika
terbentuk deposit artrospora atau hifa yang viabel pada permukaan jaringan.
Kondisi imunosupresi pada inang dapat mempermudah kolonisasi jamur.
Kondisi seperti diabetes mellitus, penggunaan steroid jangka panjang,
kanker, penggunaan obat-obatan imunosupresan, dan anemia juga dapat
mempermudah kolonisasi jamur pada rambut. Akan tetapi, fakta menarik yang
perlu diperhatikan adalah pada infeksi HIV, risiko kolonisasi dermatofita tidak
meningkat karena adanya kompetisi koloni dengan Malassezia5

15
II.5 Gejala dan Tanda Klinis Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:
]amur dapat masuk ke dalam kulit kepala atau rambut, dan selanjutnya
berkembang membentuk kelainan di kepala tergantung dari bentuknya. Biasanya
memberi keluhan gatal atau nyeri.3
1. Gray patch ring worm: papula-papula miliar sekitar muara rambut, rambut
mudah putus, meninggalkan alopesia yang berwarna coklat. (Gambar a)
2. Black dot ring worm: infeksi jamur dalam rambut (endotriks) atau di luar
rambut (ektotriks), rambut putus tepat pada permukaan kulit,
meninggalkan macula coklat berbintik-hitam, dan warna rambut sekitarnya
menjadi suram. (Gambar b)
3. Kerion: pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan skuamasi akibat
radang lokal, rambut putus dan mudah dicabut. (Gambar c)
4. Tinea favosa: bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta
yang berbentuk cawan (skutula). Berbau busuk (mousy odor). (Gambar d)

Gambar 7. Variasi Klinis Tinea Kapitis2

16
II.6 Diagnosis
Penegakan diagnosis Tinea kapitis berdasarkan8
1. Anamnesis dan gejala klinis khas
2. Laboratorium
a. Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10%, dapat
terlihat hifa atau spora dan miselium. Preparat langsung dari rambut
dapat terlihat hifa atau spora di dalam rambut (endotriks) atau di luar
rambut (ektotriks). Pemeriksaan KOH (-) tidak menyingkirkan
diagnosis bila klinis menyokong.
b. Kultur dengan Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)
c. Pemeriksaan lampu wood pada kasus tinea kapitis akan menimbulkan
fluoresensi warna hijau terang yang disebabkan oleh spesies
Microsporum.

Gambar 4 Pemeriksaan lampu wood fluoresensi warna hijau terang pada


Tinea kapitis (Microsporum canis)9

17
II.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding tinea kapitis non inflamasi termasuk dermatitis seboroik,
psoriasis, dermatitis atopik, alopecia areata, trikotilomania, sifilis, lupus
eritematosus dan histiositosis sel langerhans. Pada tinea kapitis yang inflamasi
memiliki kesamaan dengan folikulitis traksi atau pioderma bakteri (furunculosis
atau impetigo). Pada keadaan penyakit yang lebih parah folikulitis decalvans atau
perifolliculitis capitis abscedens et suffodiens harus dipertimbangkan. Ketika
sudah terdapat jaringan parut, diferensial diagnosis termasuk lupus eritematosus,
lichen planopilaris, pseudopalade, dan dermatitis radiasi.8
II.8 Tatalaksana10
Nonmedikamentosa
1. Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab
2. Mencegah penularan
Medikamentosa
1. Topikal: tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja.
Rambut dicuci dengan sampo antimikotik: selenium sulfida 1% dan 2,5%
2-4 kali/minggu atau sampo ketokonazol 2% 2 hari sekali selama 2-4
minggu
2. Sistemik
Spesies Microsporum
• Obat pilihan: griseofulvin fine particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari
dan ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu.
• Alternatif:
- Itrakonazol 50-100 mg/hari atau 5 mg/kgBB/hari selama 6 minggu.
- Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB 20-40
kg dan 250 mg/hari untuk BB >40 kg selama 4 minggu.
Spesies Trichophyton
Obat pilihan: terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk
BB 20-40 kg dan 250 mg/hari untuk BB >40 kg selama 2-4 minggu

18
II.9 Komplikasi
Komplikasi dari tinea kapitis yaitu jaringan parut, rambut rontok permanen,
alopesia sikatrikalis, dan perubahan warna di kulit 11
II.10 Prognosis
Jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari,
prognosis umumnya baik3

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S, Unandar Budimulja. Dematofitosis. Dalam: Menaldi SLS,


Bramono K, Indriatmi W, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017. h. 112–3.
2. Craddock LN, Schieke SM. Superficial Fungal Infection. Dalam: Kang S,
Amagai M, Bruckner A., H.Enk A, J.Margolis D, McMichael AJ, et al.,
penyunting. Fitzpatrick’s dermatology. Edisi ke-9. New York: McGraw-
Hill Education; 2019. h. 2941–3.
3. SK, Siregar. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Buriawan
Hartanto, Penyunting. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2005.h. 13.
4. Weller RPJB, Hunter JAA, Savin JA, V.Dahl M. Racially Pigmented Skin.
Dalam: Weller RPJB, Hunter JAA, penyunting. Clinical Dermatology.
Edisi ke-4. Australia: Blackwell Publishing Asia Pty Ltd; 2008. h. 210–1.
5. Al Aboud AM, Crane JS. Tinea Capitis. In Treasure Island (FL); 2021.
6. Tainwala R SY. Pathogenesis of Dermatophytoses. Indian J Dermatol.
2011;56(3):259.
7. J.Bhat Y, Zeerak S, Kanth F, Yaseen A, Hassan I, Hakak R.
Clinicoepidemiological and mycological study of tinea capitis in the
pediatric population of kashmir valley: A study from a tertiary care centre.
Indian Dermatol Online J.2017; 8(2):100.
8. Universitas Airlangga. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke 2.
Surabaya: SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR; 2007. h. 71–2.
9. Chemello RL, Castagna RD, Cappelletti T, Stramari JM. Fungal Infections
Dalam : Bonamigo RR, Dornelles SIT, penyunting. Dermatology in Public
Health Environments: A Comprehensive Textbook. Cham: Springer
International Publishing; 2018. h. 229–70.
10. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi
D, et al. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Persatuan Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin Indonesia; 2017.h 53.
11. Kelly BP. Superficial Fungal Infections. Pediatr Rev 2017. 2021;33(4):30.

20

Anda mungkin juga menyukai