Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO

Disusun oleh :
Elfira Sutanto (031031910021)
Nabila Damayanti (031031910054)

Pembimbing :
dr.Rima Anindita, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI


RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 27 JUNI 2022 – 29 JULI 2022
Laporan kasus:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Neurologi RSAL. Dr. Mintohardjo
periode 27 Juni – 29 Juli 2022

Disusun oleh:
Elfira Sutanto 031.191.021
Nabila Damaynti 031.191.054

Telah diterima dan disetujui oleh


dr. Rima Anindita, Sp.S
selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL.
Dr.Mintohardjo

Jakarta, Juli 2022

dr. Rima Anindita, Sp.S

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Benign
Paroxysmal Positional Vertigo” ini dengan sebaik-baiknya. Laporan kasus ini dibuat
untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Neurologi di RSAL
Dr.Mintohardjo periode periode 27 Juni – 29 Juli 2022. Dalam menyelesaikan laporan
kasus, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Rima Anindita, Sp.S selaku pembimbing laporan kasus sekaligus pembimbing
selama menjalani Kepaniteraan Klinik yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu
Neurologi di RSAL Dr.Mintohardjo.
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RSAL Dr.Mintohardjo.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSAL Dr.Mintohardjo.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik. Semoga pembuatan laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh
pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis lainnya, dan
masyarakat umum.

Jakarta, Juli 2022

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ....................................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II PRESENTASI KASUS..................................................................... 2
2.1 Identitas Pasien ............................................................................... 2
2.2 Anamnesis ...................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 4
2.4 Status Neurologis ........................................................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12
2.6 Resume ........................................................................................... 13
2.7 Dignosis .......................................................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................. 13
2.9 Follow up........................................................................................ 14
BAB III ANALISIS KASUS ......................................................................... 17
3.1 Anamnesis ...................................................................................... 17
3.2 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 18
3.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 19
3.4 Diagnosis Kerja .............................................................................. 20
3.5 Dignosis Banding ........................................................................... 20
3.6 Pemeriksaan Tambahan.................................................................. 20
3.7 Tatalaksana ..................................................................................... 21
3.8 Prognosis ........................................................................................ 24
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Vertigo merupakan keluhan yang umum dijumpai pada praktek klinik dimana
pasien menggambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness)1.Secara keseluruhan, insiden pusing, vertigo
dan ketidakstabilan (imbalance) mencapai 5-10% dan meningkat menjadi 40% pada
usia lebih 40 tahun. Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32%
kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka
kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada
populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah
merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir
50%) diketahui sebagai “paroxysmal vertigo” yang disertai dengan gejala-gejala
migren (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia).2
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ - organ
vestibuler, visual, ataupun sistem proprioseptif. Secara umum vertigo dibagi menjadi
dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular. Vertigo non
vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem proprioseptif.
Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo sentral dan perifer.2
Benign Paroxysmal Positional Vertigo atau BPPV didefinisikan sebagai suatu
kelainan pada telinga dalam yang dicetuskan dan berulang dengan adanya perubahan
posisi. Kata “Benign” sendiri pada BPPV mengisyaratkan bahwa BPPV merupakan
suatu bentuk vertigo yang disebabkan bukan karena gangguan pada sistem saraf pusat.
Oleh karena itu secara keseluruhan prognosis vertigo untuk pulih sepenuhnya jauh
lebih baik.3

1
BAB II
PRESENTASI KASUS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Autoanamnesis dilakukan pada


tanggal 4 Juli 2022 Pukul 6.30 di bangsal RSAL. Dr.Mintohardjo Jakarta

2.1 Identitas pasien


a. Nama Pasien : Ny. SL
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23 September 1984
d. Umur : 37 Tahun
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Palmerah Utara, Jakarta

2.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 9 jam SMRS (1
Juli 2022)

B. Keluhan Tambahan
Os. mengeluhkan keluhan pusing berputar yang disertai mual dan
muntah sebanyak 5 kali. Os berkata sempat terjatuh saat episode pusing
berputar terjadi.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Os, seorang wanita usia 37 tahun datang ke IGD RSAL.
Dr.Mintohardjo pada tanggal 01 Juli 2022 dengan keluhan pusing berputar
sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit terus menerus. Keluhan pusing
berputar dirasakan terjadi secara tiba-tiba saat pasien terbangun dari
tidurnya. Os merasakan bahwa lingkungan sekitarnya terasa berputar.

2
Selain mengeluhkan adanya pusing berputar, os juga mengeluhkan adanya
mual dan muntah. Os mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 5 kali
dalam 9 jam terakhir. Os mengatakan bahwa setiap os makan dan minum,
os akan muntah kembali.
Os menyangkal adanya keluhan nyeri telinga, telinga berdenging,
penurunan fungsi pendengaran, infeksi saluran pernafasan atas, diabetes
mellitus, hipertensi, serta menyangkal adanya nyeri kepala. Os menyangkal
adanya rasa baal pada sesisi muka, menyangkal adanya rasa baal pada
sekitar mulut, dan juga menyangkal adanya kelemahan sesisi tubuh. Os
mengatakan bahwa sebelumnya os sudah pernah mengalami pusing
berputar seperti ini sebelumnya yang dicetuskan pada saat pasien bangun
dari tidur secara tiba-tiba. Os memiliki riwayat mengonsumsi obat
betahistine secara rutin 3 kali sehari dengan dosis 8 mg.

D. Riwayat penyakit dahulu


● Infeksi telinga akut (-)
● Flu dan batuk (-)

E. Riwayat penyakit keluarga


Os. mengatakan bahwa ibu dari pasien juga terkadang memiliki gejala
pusing berputar yang sama.

F.Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun
makanan.

G.Riwayat konsumsi obat-obatan


Os.mengonsumsi betahistine 3 kali sehari dengan dosis 8 mg secara
rutin selama satu bulan terakhir.

3
H. Riwayat Kebiasaan
Os tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.

I.Status marital
Pasien telah menikah selama 12 tahun dan sudah memiliki 2 anak. Saat
ini pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 Juli 2022, pukul 06.30 WIB
di Bangsal RSAL. Dr.Mintohardjo Jakarta.

A. Keadaan umum ( Kesan sakit, Kesan Gizi, Kesadaran)


- Kesan sakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Komposmentis
- Kesan gizi : Tampak gizi cukup

B. Tanda vital :
- Frekuensi nadi : 84x / menit, isi cukup dan reguler
- Frekuensi nafas : 20 / menit
- Suhu : 36,5oC
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- SpO2 : 99 %
C. Antropometri :
- Berat badan : 56 kg
- Tinggi / Panjang badan : 160 cm
- IMT : 21,9 kg/M2 (normal)

4
D. Status Generalis

Kepala Normocephalic, rambut distribusi merata berwarna hitam


tidak mudah dicabut, jejas (-)

Wajah Tidak ada jejas, sianosis (-)

Mata Ikterik (-), pupil bulat, isokor 3mm/3mm, konjungtiva


anemis (-)

Mulut Tidak ada deviasi, sianosis (-)

Leher Pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)

Thorax Paru:
Inspeksi : gerak dinding dada simetris.
Palpasi : vocal fremitus dalam batas normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonchi (-/-),
Wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis teraba ICS 5 sinistra mid clavicula.
Perkusi : batas jantung DBN.
Auskultasi : S1,S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)

Punggung Jejas (-), Deformitas (-)

Abdomen Inspeksi : Datar.


Auskultasi : bising usus (+) 7x/menit.
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), supel
Perkusi : timpani

5
Ekstremitas Edema (-), akral hangat,
CRT <2 detik

Anus Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 Status Neurologis


1. Kesadaran (GCS score)
a. Eye : 4 (mata terbuka secara spontan)
b. Motoric: 6 (Pasien mampu melakukan gerakan motorik sesuai instruksi
pemeriksa)
c. Verbal: 5 (pasien mampu menjawab seluruh pertanyaan pemeriksa
dengan baik dan benar)
Total skor GCS pada pasien ini adalah 15 yang dimana mengindikasikan
bahwa tidak ada penurunan kesadaran pada pasien ini.

2. Afasia
Pasien mampu berkomunikasi serta menjawab beberapa pertanyaan
pemeriksa dengan baik dan koheren sehingga disimpulkan bahwa pasien tidak
memiliki afasia.

3. Tanda rangsang meningeal


● Kaku kuduk :-
● Brudzinski I :-
● Brudzinski II :-/-
● Laseque :-/-
● Kernig :-/-

6
4. Nervus Kranialis
a. Nervus I (olfaktorius): Tidak diperiksa
b. Nervus II (optikus): Tidak ada pandangan buram, kesan baik
c. Nervus III (Oculomotor)

Kanan Kiri

Ptosis - -

Gerakan mata ke medial normal normal

Gerakan mata ke atas normal normal

Gerakan mata ke bawah normal normal

Bentuk pupil Bulat, reguler, diameter Bulat, reguler, diameter


3 mm 3 mm

Refleks cahaya langsung + +

Refleks cahaya tidak langsung + +

Diplopia - -

d. Nervus IV (Trochlearis)
Kanan Kiri

Gerakan mata ke lateral bawah Normal Normal

e. Nervus V (Trigeminal)
Kanan Kiri

N. V1 (Ophtalmicus) Normal Normal

N. V2 (Maxillaris) Normal Normal

7
N. V3 (Mandibularis) Normal Normal

Motorik

Menggigit Normal Normal

Membuka mulut Normal Normal

Ophthalmic Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Refleks kornea Tidak diperiksa Tidak diperiksa

f. Nervus VI (Abducens)
Kanan Kiri

Gerakan mata ke lateral Normal Normal

g. Nervus VII (Fascialis)

Kanan Kiri

Mengerutkan alis & dahi Normal Normal

Memejamkan mata Normal Normal

Menggembungkan pipi Normal Normal

Menyeringai Normal Normal

Pengecapan ⅔ ant. lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8
h. Nervus VIII (Vestibulocochlearis)
Kanan Kiri

Mendengar suara jari Normal Normal

i. Nervus IX (Glossopharyngeal) : Tidak diperiksa, Uvula di tengah

j. Nervus X (Vagus): Pasien mampu menelan cairan dengan baik tanpa


tersedak, kesan baik.

k. Nervus XI(Aksesorius)

Kanan Kiri

Kekuatan motorik

Sternocleidomastoideus Normal Normal

Trapezius Normal Normal

Mengangkat bahu Normal Normal

l. Nervus XII (Hipoglosus)


Menjulurkan lidah Deviasi ke arah kanan

Atrofi lidah Tidak ada

Fasikulasi Tidak ada

9
5. Motorik
a. Ekstremitas atas : 5555/555, eutrofi
b. Ekstremitas bawah: 555/555, eutrofi
Pemeriksaan motorik menunjukkan tidak ada kelemahan anggota gerak
pada pasien.

6. Sensorik
Tidak terdapat kelainan pada sensoris pasien, pasien mampu merasakan
nyeri dan raba halus dengan baik pada kedua sisi tubuh.

7. Refleks Fisiologis
a. Refleks Biceps: ++/++
b. Refleks Triceps: ++/++
c. Refleks Patella : ++/++
d. Refleks Achilles : ++/++

8. Refleks Patologis
a. Hoffman tromner pada ekstremitas atas : -/-
b. Babinski: -/-
c. Chaddock : -/-

9. Refleks Primitif
a. Palmar Grasp reflex : -/-
b. Rooting : -/-

10
Pemeriksaan neurologi Khusus
10. Pemeriksaan keseimbangan
a. Romberg buka mata: negatif
b. Romberg tutup mata: negatif
c. Romberg dipertajam: Negatif
11. Pemeriksaan koordinasi
a. Tes dysdiadokokinesis: Tidak ada kesulitan dalam melakukan
pemeriksaan.
b. Tes finger to nose: Pasien mampu menunjuk jari pemeriksa dan hidung
dengan baik.

12. Nystagmus
Kanan Kiri

Nystagmus Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan provokasi dix-hallpike (-), pasien merasakan sensasi pusing


berputar setelah provokasi.

11
2.5 Pemeriksaan Penunjang (01 Juli 2022)
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN FLAG NILAI
RUJUKAN

HEMATOLOGI
Darah lengkap
Leukosit 9400 /A𝜇L 5000 - 10000

Eritrosit 4.24 Juta/ A𝜇L 4.60 – 6.20

Hemoglobin 12.6 g/dL 14.0 – 16.0


Hematokrit 37 % 42- 46
Trombosit 229.000 / A𝜇L 150000 - 450000
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 3 % 0-3
Neutrofil 64 % 50-70
Limfosit 27 % 20-40
Monosit 6 % 2-8

KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 96 Mg/dL <200
AST (SGOT) 10 U/I <35
ALT (SGPT) 11 U/I <55

12
2.6 Resume
Seorang wanita usia 37 tahun datang ke IGD RSAL. DR. Mintohardjo dengan
keluhan pusing berputar yang dirasakan secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur dan
pusing berputar terus menerus sejak 9 jam SMRS. Keluhan pusing berputar disertai
dengan adanya mual dan muntah sebanyak 5 kali selama 9 jam terakhir sebelum masuk
rumah sakit. Os sebelumnya pernah mengalami episode pusing berputar yang serupa
dan memiliki riwayat vertigo dalam keluarga. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
os tampak baik dengan status generalis dalam batas normal dan tidak ada defisit
neurologis. Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi dalam batas normal. Saat
dilakukan maneuver dix-hallpike pada pasien, pasien merasakan adanya pusing
berputar kembali. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien adalah
pemeriksaaan darh lengkap dengan hasil dalam batas normal.

2.7 Diagnosis
● Diagnosis klinis: Pusing berputar, nausea, vomitus
● Diagnosis topis: Organ vestibular
● Diagnosis Etiologi: Vertigo perifer et causa BPPV
● Diagnosis Patologis: Dislokasi otolith

2.8 Penatalaksanaan
1.Medikamentosa
● Betahistine 2x24 mg P.O
● Flunarizine 2x 5 mg P.O
● Ranitidine 2x 50 mg Inj
● Diazepam 2x 5 mg P.O
● Ondansetron 3x8 mg Inj

13
2. Non-medikamentosa
● Tirah baring
● Edukasi:
o Kurangi konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi
o Maneuver Brandt-Daroff dan senam vertigo.

2.9 Follow up

Tanggal S O A P

01/07/22 Pusing KU: Sakit sedang Vertigo 1. Betahistine 2 x


berputar Kes: CM perifer e.c 24 mg P.O
masih BPPV
dirasakan Tanda vital: 2. Flunarizine 2x5
TD: 134/97 mg P.O
S: 36.2
N: 79x/menit 3. Ranitidine 2x 50
Sat: 99% mg Inj
RR: 20x/menit
4. Diazepam 2 x5
Status generalis: dalam mg P.O
batas normal
5. Ondansetron 3 x
Laboratorium: 8 mg Inj
Darah lengkap:
- Leukosit: 9.400
- Eritrosit: 4.24
- Hb: 12.6
- Ht: 37%
- PLT: 229.000
Kimia klinik:
- GDSL 96
- AST: 10
- ALT: 11

Laboratorium: dbn

02/07/22 Pusing KU: Sakit sedang Vertigo 1. Betahistine 2 x


berputar Kes: CM perifer e.c 24 mg P.O
masih BPPV
dirasakan Tanda vital: 2. Flunarizine 2x5
namun TD: 116/86 mg P.O

14
sudah S: 36.5
berkurang N: 80x/menit 3. Ranitidine 2x 50
Sat: 99% mg Inj
RR: 21x/menit
4. Diazepam 2 x5
Status generalis: dalam mg P.O
batas normal
5. Ondansetron 3 x
8 mg Inj

03/07/22 Pusing KU: Sakit sedang Vertigo 1. Betahistine 2 x


berputar Kes: CM perifer e.c 24 mg P.O
masih ada BPPV
dan pasien Tanda vital: 2. Flunarizine 2x5
mengeluhk TD: 110/83 mg P.O
an adanya S: 36.5
mual. N: 80x/menit 3. Ranitidine 2x 50
Sat: 99% mg Inj
RR: 22x/menit
4. Diazepam 2 x5
Status generalis: dalam mg P.O
batas normal
5. Ondansetron 3 x
8 mg Inj

04/07/22 Pusing KU: Sakit ringan Vertigo Pasien dipulangkan


sudah Kes: CM perifer e.c dengan obat:
tidak ada BPPV 1. Betahistine 3 x
dan Tanda vital: 6mg
keluhan TD: 110/70
lain juga S: 36.5 2. Flunarizine 2 x 5
tidak ada N: 84x/menit mg
Sat: 99%
RR: 20x/menit 3. Neurodex 1 x 1

Status generalis: dalam


batas normal

Pemeriksaan
neurologis:
GCS: 15

Afasia : -

15
N.Kranialis: tidak ada
defisit

Rangsangan
meningeal:-

Motorik:
- Eks. Atas:
5555/5555
- Eks. Bawah:
5555/555

Sensorik: nyeri dan


raba halus baik dan
simetris

Refleks fisiologis: dbn


Refleks patologis :-

Pemeriksaan
keseimbangan dan
koordinasi: tidak ada
lateralisasi dan
koordinasi kesan baik

Nystagmus: -/-
Dix-hallpike:
nystagmus -, sensasi
berputar+

16
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Anamnesis
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan pada tanggal 04 Juli 2022 didapatkan
bahwa pasien adalah seorang wanita usia 37 tahun mengalami keluhan pusing berputar
yang hebat secara tiba-tiba dan berlangsung selama 9 jam terus menerus yang disertai
dengan mual muntah sebanyak 5 kali pada tanggal 01 Juli 2022. Berdasarkan keluhan
pusing berputar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gejala
vertigo yang dimana vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan berputar baik diri
sendiri atau lingkungan secara rotatoar ataupun unidireksional.4 Vertigo sendiri
kemudian dibagi menjadi dua yaitu vertigo sentral dan vertigo perifer.5 Gejala vertigo
yang dialami oleh pasien dapat dideskripsikan sebagai pusing berputar yang hebat dan
berlangsung secara tiba-tiba, dan disertai dengan keluhan mual muntah sebanyak 5 kali.
Berdasarkan deskripsi gejala vertigo yang dirasakan oleh pasien maka gejala vertigo
tersebut lebih mendeskripsikan gejala vertigo perifer, yang dimana gejala vertigo
perifer biasanya ditandai dengan gejala pusing berputar yang hebat, onset secara tiba-
tiba, disertai gejala mual dan muntah serta tidak ada defisit neurologis.6 Gejala vertigo
sentral pada pasien dapat disingkirkan dengan pasien menyangkal adanya rasa baal
pada wajah sesisi, kelemahan satu sisi tubuh, dan tidak ada perioral numbness yang
khas pada vertigo sentral.7 Melalui deskripsi diatas maka didiagnosis kerja bahwa
pasien mengalami vertigo perifer.
Vertigo perifer sendiri hanya merupakan suatu bentuk gejala yang dirasakan
oleh pasien. Gejala vertigo perifer pada pasien ini dapat disebabkan oleh berbagai
etiologi baik BPPV, Meniere disease, neuritis vestibular, ataupun labirinitis. Ménière
disease pada pasien ini belum dapat disingkirkan berdasarkan anamnesis.Usia pasien
yaitu 37 tahun yang menjadi usia predileksi ménierè disease, usia predileksi ménière
berkisar antara 30-60 tahun,8 selain itu rasa pusing berputar pasien yng terus menerus
merupakan gejala khas dari ménière disease namun pada pasien tidak mengalami

17
adanya tinitus dan gangguan pendengaran.9 Berdasarkan anamnesis, neuritis vestibular
juga dapat disingkirkan karena neuritis vestibular biasanya diawali dengan adanya
infeksi saluran pernafasan atas terlebih dahulu, namun pada pasien tidak ada keluhan
infeksi saluran pernafasan atas.10 Labirinitis juga dapat disingkirkan karena pasien
tidak mengalami keluhan infeksi telinga depan dan tengah serta pasien juga
menyangkal adanya keluhan gangguan pendengaran.11 Oleh sebab itu berdasarkan
anamnesis diagnosis kerja pasien adalah BPPV hal ini didukung dengan hasil
anamnesis pasien yang merasakan pusing berputar setelah pasien bangun dari tidur
secara tiba-tiba dengan diagnosis banding Meniere diseaase. Namun pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang masih perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis kerja
pasien sehingga dapat dilakukan terapi yang tepat.

3.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
kesadaran, keadaan umum, tanda vital, status generalis, serta pemeriksaan neurologis.
Pada pasien ini ditemukan kesadaran compos mentis, tampak sakit ringan, dan seluruh
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan status generalis juga dilakukan dan semua
dalam batas normal.
Pemeriksaan status neurologis yang dilakukan adalah pemeriksaan kesadaran
dengan menilai GCS, menilai adanya afasia atau tidak, pemeriksaan tanda meningeal,
pemeriksaan nervus cranialis, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik,
pemeriksaan refleks fisiologis, refleks patologis, refleks primitif, pemeriksaan
keseimbangan, koordinasi, serta provokasi dix-hallpike.
Berdasarkan hasil pemeriksaan status neurologis ditemukan bahwa nilai GCS
pasien adalah E4M6V5 dengan total skor 15 yang mengindikasikan tidak ada
penurunan kesadaran pada pasien. Pada pasien juga tidak ditemukan adanya afasia,
tidak ada tanda rangsang meningeal, tidak ada gangguan atau parese pada seluruh
nervus cranialis, tidak ada kelemahan sesisi tubuh dengan kekuatan motorik
ekstremitas atas 5555/5555 dan ekstremitas bawah 5555/5555, tidak ada gangguan
sensoris nyeri maupun raba halus, refleks fisiologis dalam batas normal, serta tidak ada

18
refleks patologis ditemukan pada pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diatas
maka dapat diindikasikan pasien tidak memiliki gangguan atau lesi pada sistem saraf
pusat, sehingga gejala vertigo pada pasien diindikasikan sebagai gangguan perifer, oleh
karena itu kemudian dilakukan pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi dan tes
provokasi dix-hallpike.
Pemeriksaan keseimbangan yang dilakukan adalah pemeriksaan romberg,
romberg dengan mata ditutup, dan romberg dipertajam. Dari ketiga pemeriksaan
tersebut pasien mampu mempertahankan postur tubuhnya dan tidak jatuh ke satu sisi.
Selain melakukan pemeriksaan keseimbangan, pemeriksa juga melakukan
pemeriksaan koordinasi untuk menyingkirkan adanya lesi sentral. Pemeriksaan
koordinasi yang dilakukan adalah disdiadokokinesis dan finger to nose. Berdasarkan
dari pemeriksaan koordinasi yang dilakukan, pasien mampu melakukan gerakan tanpa
hambatan sehingga diindikasikan tidak ada gangguan koordinasi pada pasien. Setelah
melakukan pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi, untuk mengkonfirmasi hasil
anamnesis maka dilakukan tes provokasi dix-hallpike untuk menilai apakah setelah
provokasi tersebut timbul nystagmus atau pusing berputar pada pasien. Hasil
pemeriksaan dix-hallpike pada pasien menunjukkan adanya rasa sensasi pusing
berputar setelah provokasi sehingga mengindikasikan bahwa perubahan posisi menjadi
salah satu penyebab episode vertigo pada pasien.

3.3 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
darah lengkap. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari etiologi vertigo pada pasien
seperti adanya anemia sehingga menyebabkan keluhan pusing pada pasien. Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa pemeriksaan darah lengkap pasien dalam
batas normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab gejala pusing yang
dikeluhkan oleh pasien bukan karena anemia tapi karena adanya gangguan pada sistem
vestibular pasien.

19
3.4 Diagnosis kerja
Berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja pada pasien ini adalah
vertigo perifer yang disebabkan oleh karena Benign Paroxysmal Positional Vertigo
atau BPPV.
Diagnosis kerja BPPV ditegakkan karena berdasarkan hasil anamnesis pasien
mengeluhkan pusing berputar hebat sehingga menyebabkan mual muntah dengan onset
tiba-tiba dan muncul setelah perubahan posisi dan menyangkal adanya gangguan
pendengaran, tinnitus, serta defisit neurologis. Dari pemeriksaan fisik juga
menunjukkan bahwa pasien compos mentis dengan GCS penuh, tidak ada kelainan
neurologis seperti kelumpuhan sesisi tubuh, paresis nervus cranialis, dan tidak ada
kelainan pada refleks, serta terdapat reaksi pusing berputar pada saat dilakukan
manuver dix-hallpike, pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi juga tidak
menunjukkan adanya vertigo karena kelainan pada cerebellar.

3.5 Diagnosis banding


Diagnosis banding pasien ini adalah Meniere disease. Pasien ini di diagnosis
banding Meniere disease dikarenakan pada anamnesis pasien mengeluhkan pusing
berputar terus menerus selama 9 jam yang dimana gejala pusing berputar dengan
episode yang panjang cukup khas pada Meniere disease.9

3.6 Pemeriksaan tambahan


Pemeriksaan tambahan yang disarankan dilakukan pada pasien adalah
Audiometri, hal ini disarankan untuk menilai fungsi pendengaran pasien daan melihat
apakah ada gambaran meniere disease yang khas pada audiometri pasien dan
menyingkirkan diagnosis banding Meniere disease.12

20
3.7 Tatalaksana
Tatalaksana BPPV pada pasien ini dilakukan dengan metode multimodal
approach yaitu dengan menggunakan medikamentosa, terapi fisik, dan mengubah
lifestyle.13 Oleh karena itu tatalaksana yang disarankan adalah sebagai berikut:
1. Terapi medikamentosa:
a. Betahistine
Betahistine digunakan pada pasien karena betahistine
merupakan salah satu pilihan obat terapi BPPV. Betahistine merupakan
obat golongan antihistamin H3 yang bekerja untuk meningkatkan level
neurotransmitter seperti serotonin pada batang otak sehingga
menghambat aktivitas nuclei vestibular dan mengurangi gejala vertigo.
Selain bekerja sebagai antagonis reseptor histamin H3, Betahistine juga
bekerja sebagai agonis receptor H1 sehingga memperbaiki vaskularisasi
pada telinga dalam.14

Dosis awal : 3 x 8 mg, jika gejala belum membaik maka dosis dinaikkan
menjadi 3 x 16 mg.
Dosis maintenance: 24-48 mg/hari hingga 1-6 bulan.

Kontraindikasi:
● Wanita hamil
● Pasien dengan asma → pengawasan ketat
● Pasien dengan diagnosis feokromositoma

b. Flunarizine
Pasien ini diberikan terapi Flunarizine karena Flunarizine
merupakan obat dengan golongan calcium-channel blocker, obat ini
berfungsi untuk mengurangi influx kalsium pada otot polos sehingga
memberikan efek vasodilatasi. Obat ini disarankan untuk dikonsumsi
untuk meningkatkan vaskularisasi telinga dalam sehingga diharapkan

21
mampu mengurangi kekambuhan episode vertigo.15

Dosis: 2 x 5 mg.

Kontraindikasi:
● Pasien dengan parkinson dan atau sindrom ekstrapiramidal

c. Ondansetron
Ondansetron diberikan pada pasien karena pasien memiliki
keluhan mual dan muntah. Ondansetron merupakan obat antiemetik
golongan antagonis 5HT3 atau reseptor serotonin. Serotonin bekerja
meningkatkan gerakan saluran pencernaan sehingga pemblokiran pada
reseptor serotonin diharapkan menurunkan motilitas tersebut dan
mengurangi rasa mual. 16

Dosis: 3 x 8 mg Inj

Kontraindikasi:
● Penggunaan dengan obat antihipertensi karena akan
menurunkan tekanan darah secara drastis

d. Ranitidine
Pada pasien ini diberikan Ranitidine untuk mencegah vertigo yang
disebabkan oleh karena gangguan lambung atau gastritis. Ranitidine merupakan
obat dengan golongan histamine H2- receptor antagonist yang bekerja
mengurangi produksi asam lambung

Dosis: 2 x 150 mg P.O ; 2 x 50 mg Inj

22
Kontraindikasi: :
● Riwayat porfiria
● Alergi dengan Ranitidine

e. Diazepam
Pada pasien ini diberikan diazepam karena diazepam
merupakan vestibular suppressant sehingga mampu mengurangi
keparahan episode atau gejala pusing berputar. Dosis optimal yang
digunakan adalah 2 x 5 mg.3

Kontraindikasi:
● Pasien dengan myasthenia gravis
● Gangguan pernafasan misalnya PPOk
● Sindroma sleep apnea

2. Non-medikamentosa:
a. Terapi fisik Brandt-daroff
Terapi fisik brandt-daroff disarankan untuk dilakukan karena
bertujuan untuk mengembalikan posisi otoconia atau otolith ke posisi
semula sehingga diharapkan gejala vertigo berkurang. Berikut
merupakan langkah-langkah terapi Brandt-daroff:17
1. Duduk di pinggir tempat tidur dengan posisi tegak.
2. Menolehkan kepala 45o ke kanan.
3. Tahan posisi kepala 45o, baringkan tubuh ke sisi kanan hingga
kepala bersandar diatas tempat tidur. Pertahankan posisi selama
30 detik.
4. Kembali duduk Tegak.
5. Menolehkan kepala 45o ke kiri
6. Tahan posisi kepala 45o, baringkan tubuh ke sisi kiri hingga kepala
bersandar diatas tempat tidur. Pertahankan posisi selama 30 detik.

23
7. Kembali duduk tegak
8. Ulangi langkah diatas selama 10 menit. Lakukan sebanyak 3 kali
sehari.

b. Lifestyle changes
Lifestyle changes merupakan salah satu metode terapi vertigo
yang disarankan. Pasien disarankan untuk mengurangi konsumsi
makanan dengan kadar garam yang tinggi. Makanan dengan kadar
garam yang tinggi dapat memicu retensi cairan sehingga mengganggu
keseimbangan tekanan pada endolymph dan memicu kekambuhan
episode vertigo. Makanan dengan kadar garam tinggi biasanya
ditemukan pada makanan kemasan atau makanan awetan.18

3.8 Prognosis
Secara keseluruhan prognosis pasien dibagi menjadi tiga yaitu ad Vitam, ad
Functionam, dan ad Sanationam. Prognosis ad Vitam pasien adalah ad Bonam
dikarenakan BPPV merupakan suatu kondisi yang tidak mengancam nyawa. Akan
tetapi, Prognosis ad Sanationam dan ad Functionam pasien adalah dubia ad Malam
dikarenakan angka kekambuhan BPPV cukup tinggi sehingga mampu mempengaruhi

24
kualitas hidup pasien karena BPPV sendiri dicetuskan oleh adanya perubahan posisi
secara tiba-tiba. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
kekambuhan BPPV maka perlu dilakukan edukasi pada pasien bahwa obat anti vertigo
yang diberikan perlu dikonsumsi secara rutin serta diedukasi untuk melakukan terapi
brandt-daroff jika terjadi serangan vertigo dan melakukan senam atau latihan vertigo
secara rutin.

25
BAB IV
KESIMPULAN
Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang
disebabkan karena adanya gangguan pada organ keseimbangan di telinga. Gejala-
gejala vertigo meliputi: pusing, rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah, dan
nistagmus. Gejala tersebut dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala secara tiba-
tiba.
Secara etiologi, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler, visual, ataupun sistem proprioseptif. Secara umum, vertigo dibagi menjadi
dua kategori yaitu vertigo vestibular dan non vestibuler.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis vertigo baik perifer maupun
sentral adalah pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi, seperti Romberg Test. Untuk
pemeriksaan koordinasi dapat dilakukan finger to finger test, finger to nose test, dan
tes pronasi-supinasi. Sedangkan pemeriksaan fisik khusus yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis vertigo vestibular adalah manuver dix-hallpike.
Penatalaksanaan BPPV meliputi aspek farmakologis dan non farmakologis.
Tatalaksana non farmakologis BPPV yang sering digunakan adalah terapi manuver
reposisi partikel (PRM), yang dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada pasien
BPPV. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke
posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Bisdorff AR, Staab JP, Newman-Toker DE. Overview of the International


Classification of Vestibular Disorders. Neurol Clin. 2015 Aug;33(3):541-50, vii.
doi: 10.1016/j.ncl.2015.04.010. PMID: 26231270.
2. Wahyudi, Kupiya Timbul.Tinjauan Pustaka: Vertigo. CDK-198/ vol. 39 no. 10, th.
2012
3. Bhattacharyya N, Gubbels SP, Schwartz SR, Edlow JA, El-Kashlan H, Fife T,
Holmberg JM, Mahoney K, Hollingsworth DB, Roberts R, Seidman MD, Steiner
RW, Do BT, Voelker CC, Waguespack RW, Corrigan MD. Clinical Practice
Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update). Otolaryngol Head Neck
Surg. 2017 Mar;156(3_suppl):S1-S47. doi: 10.1177/0194599816689667. PMID:
28248609.
4. Strupp M, Dieterich M, Brandt T. The treatment and natural course of peripheral
and central vertigo. Dtsch Arztebl Int 2013;110:505–15.
5. Stanton M, Freeman AM. Vertigo. [Updated 2022 Mar 18]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
6. Baumgartner B, Taylor RS. Peripheral Vertigo. [Updated 2021 Jul 2]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430797
7. Lui F, Foris LA, Willner K, et al. Central Vertigo. [Updated 2022 May 2]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441861
8. Wright T. Menière's disease. BMJ Clin Evid. 2015 Nov 5;2015:0505. PMID:
26545070; PMCID: PMC4636025.
9. Wu V, Sykes EA, Beyea MM, Simpson MTW, Beyea JA. Approach to Ménière
disease management. Can Fam Physician. 2019 Jul;65(7):463-467. PMID:
31300426; PMCID: PMC6738466.

27
10. Neuhauser HK. Epidemiology of vertigo. Curr Opin Neurol 2007;20:40–6.
11. Taxak P, Ram C. Labyrinthitis and Labyrinthitis Ossificans - A case report and
review of the literature. J Radiol Case Rep. 2020 May 31;14(5):1-6. doi:
10.3941/jrcr.v14i5.3706. PMID: 33082921; PMCID: PMC7536013.
12. Mateijsen DJ, Van Hengel PW, Van Huffelen WM, Wit HP, Albers FW. Pure-tone
and speech audiometry in patients with Menière's disease. Clin Otolaryngol Allied
Sci. 2001 Oct;26(5):379-87. doi: 10.1046/j.1365-2273.2001.00488.x. PMID:
11678945.
13. Ramos Alcocer R, Ledezma Rodríguez JG, Navas Romero A, Cardenas Nuñez JL,
Rodríguez Montoya V, Deschamps JJ, Liviac Ticse JA. Use of betahistine in the
treatment of peripheral vertigo. Acta Otolaryngol. 2015;135(12):1205-11. doi:
10.3109/00016489.2015.1072873. Epub 2015 Aug 6. PMID: 26245698.
14. Kepekçi, A. H., Gündoğan, G., & Kig, C. (2021). In Vitro Physiological Effects of
Betahistine on Cell Lines of Various Origins. Turkish Journal of Pharmaceutical
Sciences, 18(2), pp. 140—145.
15. Todd PA, Benfield P. Flunarizine. A reappraisal of its pharmacological properties
and therapeutic use in neurological disorders. Drugs. 1989 Oct;38(4):481-99. doi:
10.2165/00003495-198938040-00002. PMID: 2684591.
16. Piechotta, et al. (2021). Antiemetics for Adults for Prevention of Nausea and
Vomiting Caused by Moderately or Highly Emetogenic Chemotherapy: a Network
Meta-Analysis. Cochrane Database Syst Rev., Doi:
10.1002/14651858.CD012775.pub2. PubChem (2022).
17. Gupta AK, Sharma KG, Sharma P. Effect of Epley, Semont Maneuvers and Brandt-
Daroff Exercise on Quality of Life in Patients with Posterior Semicircular Canal
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (PSCBPPV). Indian J Otolaryngol Head
Neck Surg. 2019 Mar;71(1):99-103. doi: 10.1007/s12070-018-1322-7. Epub 2018
Mar 30. PMID: 30906723; PMCID: PMC6401006.
18. Schultz AR, Neves-Souza RD, Costa Vde S, Meneses-Barriviera CL, Franco PP,
Marchiori LL. Is There a Possible Association between Dietary Habits and Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in the Elderly? The Importance of Diet and

28
Counseling. Int Arch Otorhinolaryngol. 2015 Oct;19(4):293-7. doi: 10.1055/s-
0035-1551551. Epub 2015 May 29. PMID: 26491473; PMCID: PMC4593901.

29

Anda mungkin juga menyukai