Disusun Oleh:
Kelompok 3
Tutor:
dr. Nathalie E. Kailola, M.Kes.
Anggota :
1. Anastasia Agnes Pattipelohy 2018-83-018
2. Lavenia Bertha Kaihatu 2018-83-040
3. Tri Puspa Dussung Kamoda 2019-83-003
4. Sofia Angel Haumahu 2019-83-006
5. Novita Arianty 2019-83-046
6. Maryam Zaidun Salamun 2019-83-131
7. Metha Rezkya Hardiyanti Rengur 2019-83-134
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Karena berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Laporan ini memuat hasil diskusi kami selama tutorial 1 dan tutorial 2 Problem
Based Learning (PBL). Skenario yang kami bahas, yaitu tentang “Kulit dan Mata
Saya Kunung, Dok!”. Laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Nathalie E. Kailola, M.Kes., selaku tutor yang telah mendampingi
kami selama diskusi PBL berlangsung.
2. Yosepina Mainase, S.Pd., M.Kes., dan Eka Astuty, S.Si., M.Si. selaku
Penanggung Jawab Blok Mekanisme Dasar Penyakit.
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Akhir kata, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan laporan kami selanjutnya.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4.2 Kolestasis..................................................................................... 30
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 31
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Skenario 3
1
2
3. Sudah dialami sejak satu minggu yang lalu disertai demam dan
badan terasa lemas.
4. Mual dan tidak ada nafsu makan dan rasa sakit pada perut
sebelah kanan.
5. Tiga hari terakhir ia mengalami gatal-gatal dan buang air kecil
seperti teh pekat.
6. Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 37,5oC, tekanan darah
110/70 mmHg, denyut nadi 72x/menit, adanya nyeri pada
kuadran kanan atas dan hepatosplenomegaly.
1.2.2 Step II: Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan kulit dan mata pasien berwarna kuning?
2. Apa saja jenis-jenis icterus?
3. Apa hubungan dari pasien yang merasa lemas dengan
hepatosplenomegaly?
4. Mengapa pasien merasa gatal-gatal?
5. Bagaimana metabolisme terbentuknnya bilirubin?
6. Apa yang menyebabkan terjadinya sedikit penurunan darah?
7. Apa yang menyebabkan pasien mengalami gejala-gejala seperti mual,
tidak nafsu makan, dan demam?
8. Apa hubungan rasa nyeri pada perut sebelah kanan atas dengan
hepatosplenomegaly?
1.2.3 Step III: Hipotesis Sementara
1. Kulit dan mata berwarna kuning diakibatkan adanya bilirubin yang
berlebihan dalam darah dan di dalam jaringan, atau dikenal sebagai
hiperbilirubinemia. Bilirubin adalah pigmen yang terbentuk dari sel
darah merah yang mati atau lisis. Normalnya hepar menghilangkan
bilirubin bersamaan dengan sel darah merah yang sudah tua. Semua
kondisi yang dapat mengganggu perpindahan bilirubin ke hepar atau
menghambat keluarnya bilirubin dari tubuh dapat menyebabkan
3
bekerja terlalu keras, tentu saja dibutuhkan energi yang cukup banyak,
sehingga jika sumber energi itu tidak terpenuhi tubuh akan merasa
lemas.
4. Rasa gatal yang kita rasakan sebenarnya dipicu oleh rangsangan yang
disebut pruritogen. Contohnya adalah gigitan serangga atau iritan
bahan kimia. Otak kemudian menerjemahkannya sebagai sensasi gatal.
Sebagai respon dari rasa gatal, kita akan menggaruk atau mengusap
daerah tersebut untuk menghilangkan iritan tersebut. Bilirubin
terbentuk saat heme pada hemoglobin dipecah. Bilirubin yang dibawa
aliran darah menuju hepar dikenal sebagai bilirubin tidak terkonjugasi
yang kemudian akan dikonjugasikan di dalam hepatosit, jika sudah
akan terbentuk bilirubin terkonjugasi yang kemudian akan berikatan
dengan empedu. Dari situ bilirubin yang sudah berikatan dengan
empedu akan dikeluarkan melalui saluran empedu ke saluran
pencernaan sehingga bisa dibuang dari tubuh. Sebagian besar bilirubin
dibuang lewat feses, sementara sisanya lewat urin. Jika bilirubin
menumpuk terlalu banyak di hepar, bilirubin kemudian akan
menumpuk terus di dalam darah dan tersimpan di bawah kulit.
Hasilnya adalah badan terasa gatal.
5. Bilirubin merupakan pigmen kuning hasil dari degradasi eritrosit.
Metabolisme bilirubin dimulai ketika eritrosit yang sudah tua akan
dihancurkan seperti di spleen, dia akan dipecah menjadi heme dan
globin. Heme akan dipecah oleh hemeoksigenase menjadi biliverdin
yang kemudian direduksi oleh biliverdin reduktasi menjadi bilirubin 1
atau bilirubin indirect, atau bilirubin tak terkonjugasi. Selanjutnya dia
tidak larut dalam air dan pHnya tidak bagus untuk tubuh. Untuk bisa
masuk ke dalam hepar dia akan berikatan dengan albumin dalam
peredaran darah, dan kemudian akan berkonjugasi dengan molekul
asam glukoronat oleh UDP-glukoronil transferase. Bilirubin
5
terkonjugasi ini yang nanti akan menuju usus dan diubah menjadi
urobilinogen yang akan memberi warna pada urobilin feses dan urin.
Ada beberapa urobilin yang diserap kembali da nada juga di ekskresi
ke dalam vesica fellea.
6. Sebenarnya tekanan darah 110/70 mmHg tidak menunjukkan tekanan
darah rendah, karena itu masih termasuk rentang normal tekanan
darah. Di mana tekanan darah yang normal berkisar antara 90/60
mmHg sampai 120/80 mmHg. Namun, bisa saja jika tekanan darah
menurun itu dikarenakan adanya demam dan inflamasi, sehingga akan
terjadi vasodilatasi untuk mengeluarkan panas tubuh. Ada juga
mediator inflamasi, yaitu prostaglandin akan mengakibatkan
vasodilatasi sehingga tekana darah bisa menuruk akibat pelebaran
pembuluh darah.
7. Karena adanya hepatosplenomegaly yang dapat menyebabkan hepar
dan limpa tidak dapat menjalankan funggsinya dengan baik.
Kerusakan ini dapat mengakibatkan timbulnya gejala seperti yang
ditemukan pada skenario. Jadi, ketika bilirubin mengalami
peningkatan, maka hepar akan mengalami gangguan dan bisa saja
terjadi peradangan yang menyebabkan fungsi hepar terganggu. Apabila
terjadi gangguan, hepar akan menolak untuk bekerja secara maksimal,
yaitu dengan cara membuat tubuh tidak nafsu makan. Garam-garam
empedu dan bilirubin berfungsi dalam metabolisme lemak akan
terganggu. Apabila terjadi kerusakan pada hepar, maka akan membuat
pasien menjadi mual dan tidak nafsu makan atau anoreksia. Sel kupfer
akan mencoba melawan, maka akan timbul inflamasi yang
menyebabkan hipertermia sehingga pasien tersebut mengalami
demam. Karena demam, maka terjadi peningkatan hormone leptin
sehingga nafsu makan akan menurun.
6
8. Kuadaran kanan atas terdiri dari beberapa organ, salah satunya adalah
hepar. Tentu saja jika ditemukan masalah pada organ-oragan tersebut,
atau sesuai dalam skenario terjadi pembengkakan hepar, maka hal
tersebut bisa merangsang nosiseptor dan mentransmisikan ke medulla
spinalis, yang kemudian akan terjadi persepsi rasa sakit pada
hipothalamus.
Mind Mapping
8
9
obat, hepatitis alkoholik serta perlemakan hepar oleh alkohol. Icterus pada
trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan
Rotor, icterus pasca bedah. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan
menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria.
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi
total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier
ekstrahepatik adalah: sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus
koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura
pasca peradangan atau operasi.2
Ditinjau dari sudut terjadinya, icterus dapat dibagi menjadi 2 golongan besar:
Icterus patologik yang dapat terjadi pada anak dan dewasa, dan dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti ketidaksesuaian golongan darah,
kelainan genetik, hepatitis, sirosis hepar, sumbatan empedu, infeksi atau obat-
obatan, dan icterus neonatorum. Keadaan icterus yang secara fisiologis terjadi
pada saat bayi baru dilahirkan.2
Sumber: Silbernagl S, Lang F. Color atlas of pathophysiology. 3rd Ed. New York: Thieme;
2013. 183p.3
berikatan dengan asam sulfat dan 10% akan berikatan dengan zat lainnya dalam
hepatosit. Bilirubin unconjugated berikatan dengan asam glukuronat, bertujuan
untuk mengubah sifat dari bilirubin nonpolar menjadi polar. Pada proses ikatan
ini, UDP bilirubin glukosil transferase akan mengkatalisis perpindahan bilirubin
secara bertahap dari dua gugus glukosil UDP glukuronat.4
Rasa gatal atau pruritus dapat terjadi disebabkan adanya garam empedu di
daerah subkutan. Garam empedu merupakan zat yang bersifat pruritogenik. Zat
pruritogenik akan merangsang nosiseptor sehingga menstimulus munculnya
impuls. Impuls ini akan ditransmisi lebih lanjut menuju daerah persepsi seperti
thalamus, hipotalamus, formation retikularis, dll. Adanya kemungkinan inflamasi
pada hepatosplenomegali dapat memicu pengeluaran mediator prostaglandin yang
juga berperan dalam regulasi dari demam. Sehingga dapat dikatakan demam
merupakan kompensasi tubuh terhadap inflamasi yang terjadi. Selain itu
terjadinya inflamasi juga dapat menimbulkan respons anoreksia dan lemas. Hal
ini dikarenakan aktifnya mediator sitokin seperti IL-1 dan TNF yang
mempengaruhi sel otak. Inflamasi dapat menstimulasi impuls saraf afferen yang
selanjutnya dapat diterima oleh CTZ (Chemoreceptor trigger zone). CTZ akan
mentransmisikan impuls melalui saraf efferen menuju nervus vagus dan memicu
rasa mual. Lalu terjadi spasme otot diaphragma dan otot abdomen sehingga
terjadi kompresi dan berakibat muntah.6,7
15
ekskresi empedu ke dalam usus halus sama sekali tersumbat, wama feses
berubah menjadi abu-abu atau warna cerah, atau akolik-feses tanpa
empedu, apakah kulit terasa gatal tanpa penyebab yang jelas, apakah
disertai rasa nyeri, bagaimana polanya, apakah bersifat kambuhan di masa
lalu, dan hal yang terkait lainnya dengan icterus.8
2.5.2 Pemeriksaan fisik
Untuk melaksanakan pemeriksaan abdomen yang baik, Anda
memerlukan diantaranya p enerangan yang baik, kondisi pasien yang
rileks, dan pajanan abdomen yang penuh dari daerah di atas prosesus
sifoideus hingga simfisis pubis. Genitalia harus tetap ditutupi. Otot-otot
abdomen harus lemas untuk memudahkan pelaksanaan semua aspek
pemeriksaan, khususnya palpasi.8
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik inspeksi dengan memperheparkan
apakah mukosa kulit icterus, sklera mata berwarna kuning yang bisa
mengindikasikan meningkatnya kadar bilirubin di dalam darah.
Memperheparkan kontur abdomen, apakah rata, bulat, buncit
(protuberan) atau skafoid-yaitu sangat cekung atau konkaf. Apakah
bagian pinggang terlihat membenjol ataukah terdapat benjolan
setempat, apakah abdomennya simetris.8
b. Perkusi
Karena sebagian besar hepar (hepar) dilindungi oleh dinding
iga pemeriksaannya sulit dilakukan. Namun, besar serta bentuk hepar
dapat diperkirakan melalui perkusi dan mungkin pula palpasi, dan
dengan tangan yang melakukan palpasi ini, Anda dapat mengevaluasi
permukaan hepar, konsistensinya, serta nyeri tekan pada hepar. Ukur
rentang vertikal pekak hepar pada linea midklavikularis kanan.
Dimulai pada ketinggian di bawah umbilikus (pada daerah timpani,
bukan pada daerah redup), lakukan perkusi ringan ke arah atas
17
Kini, ukur dalam satuan sentimeter jarak antara dua titik yang Anda temu-
kan-jarak ini merupakan rentang vertikal pekak-hepar (Iiaer dullness).
Rentang hepar yang normal seperti terlihat di bawah, umumnya
berukuran lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita dan pada orang
yang bertubuh tinggi dibandingkan pada orang yang pendek. Jika hepar
tampak membesar, tentukan tepi bawah hepar dengan melakukan perkusi
pada daerah lainnya.8
18
Selanjutnya, untuk perkusi pada limpa, terdapat dua teknik perkusi yang
dapat membantu Anda untuk menemukam splenomegali atau pembesaran
limpa:8
1) Lakukan perkusi dinding dada bagian anteriar bawah yang berada di
antara bunyi sonor paru di sebelah atas dan margo kostalis (daerah
yang dinamakan ruang traube). Ketika melakukan perkusi di
sepanjang lintasan yang ditunjukkan oleh anak panah pada gambar di
bawah, perheparkan bentangan bunyi timpani ke lateral. Bentangan ini
bervariasi, tetapi jika bunyi timpaninya menonjol, khususnya di
sebelah lateral, kemungkinan splenomegali sangat kecil. Bunyi redup
yang timbul pada perkusi limpa yang normal biasanya tersembunyi di
balik bunyi redup jaringan posterior lainnya.8
2) Lakukan perkusi pada ruang sela iga paling bawah pada linea aksilaris
anterior kiri seperti terlihat di bawah ini. Biasanya daerah ini akan
rnenghasilkan bunyi timpani. Kemudian, minta pasien untuk menarik
napas yang dalam, dan sekali lagi lakukan perkusi. Jika ukuran
lirnpanya normal, liasanya bunyi perkusi tetap. jika salah satu atau
19
Palpasi pada organ limpa, dengan tangan kiri Anda, jangkau dan
lingkari tubuh pasien untuk menyangga serta mengangkat dinding iga
kiri bawah dan jaringan lunak di dekatnya ke atas. Dengan tangan
kanan diletakkan di bawah margo kosta, lakukan penekanan ke dalam
ke arah limpa. Mulailah palpasi pada daerah yang cukup rendah
sehingga tangan Anda berada di sebelah bawah limpa yang mngkin
membesar. Minta pasien untuk menarik napas dalam. Coba untuk
meraba bagian tepi limpa ketika struktur ini bergerak menyentuh
ujung jari-jari tangan Anda. Perheparkan setiap nyeri tekan yang
terjadi,lakukan penilaian terhadap kontur limpa dan ukur jarak antara
titik terendah limpa dan margo kostalis kiri. Pada sebagian kecil
orang dewasa yang normal, ujung limpa dapat diraba. Penyebabnya
meliputi diafragrna yang letaknya rendah dan rnendatar seperti pada
penyakit paru obstruktif kronik, dan penurunan diafragma yang
terjadi karena inspirasi yang dalam.8
Sumber : Lynn SB. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 20158
Gambar 2.8 Palpasi Pada Organ Limpa, Pasien Berbaring Pada Sisi Kanan Tubuhnya
Sumber: Lynn SB. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 2015. 8
2.5.3 Pencegahan
Adapun upaya dalam pencegahan pada icterus yaitu pengenalan
yang cepat terhadap gejala dan tanda guna menurunkan resiko lebih jauh
dari icterus. Adapun sebagai berikut cara yang dapat dilakukan untuk
pencegahan dan edukasi bagi pasien icterus.8
a. Pendeteksian dini
23
melakukan pola makan sehat dan juga bergizi. Dengan adanya pola
makan sehat, maka kerja hepar akan semakin ringan karena lalu lintas
metabolisme dalam tubuh dapat diatur dengan baik. Sedangkan
makanan bergizi yang dapat membantu pencegahan penyakit hepar bisa
didapat dari berbagai sumber. Beberapa jenis makanan seperti sayuran
dan kacang-kacangan yang kaya akan antioksidan sangat bagus
dikonsumsi setiap hari karena dapat membantu mencegah serangan
penyakit hepar.8
diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin.
Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar
ataukah tranfusi tukar. Selain itu, ada juga pemeriksaan darah tepi lengkap
untuk melihat adanya sel abnormal. Pemeriksaan lain yaitu uji Coombs direct
(untuk mendeteksi adanya antibodi maternal) dan uji coombs indirect (untuk
mendeteksi adanya hemolisis), pemeriksaan taksiran hemoglobin/hematokrit
untuk mengkaji anemia, menghitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi.
Sementara pemeriksaan khusus seperti hormon tiroid, asam amino serum dan
urin, kultur darah dan urin, zat reduktor dalam urin, galaktosa-1 fosfat uridil-
transferase, uji klorida keringat dan pemeriksaan kromosom dilakukan atas
indikasi, yaitu bila ada gejala klinis lainnya yang mendukung ke arah
penyakit.9,10
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) mempunyai peran yang sangat penting untuk
skrining kolestasis. Pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan pada semua
penderita kolestasis karena tekniknya sederhana dan non invasif. Melalui
USG ini kista (duktus koledokus atau intrahepatik), batu kandung empedu
atau biliary sludge akibat nutrisi parenteral atau penyakit hemolitik serta
tumor dapat dideteksi. Untuk kista duktus koledokus dan batu, akurasi
pemeriksaan ini mencapai 90−95%. Tetapi untuk biliary sludge atau
inspissated bile akurasinya buruk. Pada pemeriksaan USG juga dapat diukur
panjang dan kontraktilitas gall bladder. Pada atresia biliaris dapat ditemukan
panjang gall bladder <1,5 cm, kolaps, tidak berlumen, atau bahkan gall
bladder tidak terlihat sama sekali. Selain itu, pada atresia biliaris didapatkan
nilai kontraktilitas gall bladder rendah atau tidak terdapat kontraktilitas sama
sekali. Akurasi diagnostik pemeriksaan USG ini untuk kolestasis hanya 80%.
Namun dengan USG dapat ditemukan gambaran Triangular cord sign
(gambaran masa fibrotik membentuk kerucut atau tubular pada bagian cranial
dan bifurkasio vena porta) yang sangat membantu untuk mendiagnosis atresia
26
a. Hepatitis virus A
Hepatitis A measuk kedalam kaategori hepatitis akut. Pada
umumnya hepatitis A bersifat jinak, penyakit yang dalam waktu tertentu
sembuh dengan sendirinya,waktu inkubasi 2-6 minggu (rata-rata 28
hari). Hepatitis virus A merupakan virus RNA yang berdiameter 27
nm,virus ini dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubari
dan fase paikterik. Sewaktu timbul ikterik ,maka antibody terhadap
HAV telah dapat diukur dalam serum.Mula-mula kadar antibody IgM
anti HAV meningkat dengan tajam, sehinggga memudahkan untuk
mendiagnosis adanya infeksi HAV. Setelah masa akut anti body IgG
menjadi dominant dan bertahan untuk seterusnya.keadaan ini
menunjukkan bahwa pasien pernah mengalami infeksi HAV di masa
lampau , dan saat ini ledih kebal.5
Manifestasi klinis hepatitis terbagi atas beberapa fase. Pertama,
fase pre-ikterik (1-2 minggu sebelum fase ikterik) terjadi anoreksia,
28
mual dan muntah, malaise, mudah lelah, atralgia, mialgia, nyeri kepala,
fotofobia, faringitis, atau batuk, demam yanng. Perubahan warna urin
menjadi lebih gelap dan feses menjadi lebih pucat dapat ditemukan 1-5
hari sebelum fase ikterik. Kemudia Fase ikterik jaundice, nyeri perut
kuadran kanan atas (akibat hepatomegali), serta penurunan berat badan
ringan. Pada 10-20% kasus, dapat ditemukan splenomegali dan
adenopati servikal. Fase ini berlangsung antara 2-12 minggu.5
b. Hepatitis virus B
Hepatitis B (VHB) merupakan penyakit hepar yang kronik
karena infeksi VHB merupakan pemicu terjadinya karsinoma sel hepar.
Penyakit hepar oleh VHB merupakan masalah besar di dunia,
diperkirakan 400 juta manusia sebagai pembawa virus ini, sehingga
diperhitungkan bahwa VHB akan menginfeksi lebih dari 2 milyar
populasi saat ini. Hepatitis B merupakan virus DNA bercangkang ganda
yang memiliki ukuran 42 nm. Virus ini memiliki lapisan permukan dan
bagian inti. Pertanda serologis yang pertama yang dipakai untuk infeksi
VHB adalah antigen permukaan, yang positif kira-kira 2 minggu
sebelum timbulnya gejala klinis, dan biasanya menghilang pada masa
konvalesen dini tetapi dapat pula bertahan selama 2-6 bulan.5
Gambar 2.9 Urutan Petanda Serologik Infeksi Hepatitis B Akut. A, Resolusi Infeksi
Aktif. B, Perkembangan Menjadi Infeksi Kronik
29
Sumber : Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robins Buku Ajar Patologi. 9th ed.
Muhammad Asroruddin, Hariawati Hartanti ND, editor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012. 616 p.5
c. Hepatitis virus C
VHC adalah virus RNA rantai tunggal yang termasuk dalam
family Flaviviridae. Struktur ini mengandungi region terminal 5'- dan
3'- yang sangat hemat yang mengapit sebuah rantai baca terbuka
tunggal dari hampir 9500 nukleotida, yang mengkode protein struktural
dan nonstruktural. VHC memiliki 6 subklas genotype yang didasari
pada sekuen genetiknya. Seianjutnya karena lemahnya ketepatan
replikasi RNA maka seseorang yang terinfeksi virus bisa membawa
banyak varian VHC; keadaan ini disebut sebagai spesies pura-pura
(quasispecies).5
Gambar 2.9 Urutan petanda serologik untuk hepatitis C. A, Infeksi akut dengan resolusi.
B, Perkembangan menjadi infeksi kronik.
Sumber : Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robins Buku Ajar Patologi. 7th ed.
Muhammad Asroruddin, Hariawati Hartanti ND, editor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012. 618 p.5
2.7.2 Kolestasis
Pada bayi normal yang baru lahir sering ditemukan peningkatan
bilirubin tak terkonjugasi yang ringan dan sementara dalam serum.
Hiperbilirubinernia terkonjugasi yang berlangsung lama lebih (dari 14 hari)
pada bayi baru lahir disebut sebagai kolestasis neonatal. Penyebab utama
adalah atresia bilier ekstrahepatik (akan didiskusikan kemudian) dan
30
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan skenario, seorang laki-laki yang berusia 25 tahun yang
datang ke rumah sakit dengan kondisi kulit dan mata yang berwarna kuning.
Ketika dilakkukan pemeriksaan fisik, ditemukan untuk tanda-tanda vitalnya yang
normal dan juga ditemukan adanya pembesaran hepar dan limpa.
Selain icterus, juga ditemukan gejala-gejala yang lain seperti, gatal,
demam, mual, tidak ada nafsu makan, dan nyeri pada perut bagian kanan atas.
Gejala-gejala yang timbul diperkirakan merupakan gejala karena adanya
hepatosplenomegaly ini. Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang dialami
oleh penderita, juga dilaksanakan diagnosis banding. Diagnosis banding
dilakukan berdasarkan penyakit-penyakit yang sesuai dengan tiga jenis icterus,
yaitu penyakit yang menyebabkan icterus prehepatik, intrahepatic, dan
posthepatik.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall E J. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13th Ed. US:
Saunders;2016.841p.
2. Cooper, R. A., & Jandl, J. H. (1968). Bile salts and cholesterol in the
pathogenesis of target cells in obstructive jaundice. Journal of Clinical
Investigation, 47(4), 809.
3. Silbernagl S, Lang F. Color atlas of pathophysiology. 3 rd Ed. New York:
Thieme; 2013. 183p.
4. Harper’s Illustrated Biochemistry. 30th Ed. New York: Mc Graw Hill; 2015.
330-332p
5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robins Buku Ajar Patologi. 9th ed.
Muhammad Asroruddin, Hariawati Hartanti ND, editor. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014. 603-644p. 668 p.
6. Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2013.
7. Netter FH. Atlas Anatomi Manusia. Edisi 6. Philadelphia: Saunders; 2014.
8. Lynn SB. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 2015. 373-323p.
9. Septiyanti F. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus Patologis
Pada Bayi Ny. R Umur 3 Hari Di Ruang Perinatologi Rsud Krt Setjonegoro
Wonosobo. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2012.
10. Prasetyo D. Update Diagostik Dan Tatalaksana Ikterik Pada Bayi [Internet].
Vol. 1, PhD Proposal. 2015. Available from: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2016/06/14-Update-diagnostik-dan-tatalaksana-ikterik-pada-
bayi_opt.pdf.
32