Oleh:
dr. Dara Dika Wati
Pembimbing:
dr. Dian Maya Sari, Sp.A
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
dr. Dara Dika Wati
PORTOFOLIO KASUS
Telah dipresentasikan serta disetujui untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia periode Februari 2021
Pembimbing
dr. Dian Maya Sari, Sp.A ..............................................
Pendamping
dr. Rani Agitah ..............................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan portofolio kasus dengan judul “Seorang Anak Perempuan
Usia 5 Bulan dengan Kejang Demam Kompleks ” untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia periode Februari
2021 di Rumah Sakit Umum Daerah Kayuagung, Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
dr. Dian Maya Sari, Sp.A selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
ajaran dan masukan sehingga portofolio kasus ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
portofolio kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Semoga portofolio kasus ini dapat memberi manfaat dan pelajaran bagi kita
semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II STATUS PASIEN............................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 13
BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul
infeksi saluran pencernaan.1,2
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6
bulan hingga 5 tahun dengan durasi kejang selama beberapa menit. Dari penelitian
oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Kejadian kejang demam
diperkirakan 2-4% terjadi di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat.
Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam
sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam
komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari
1 kali kejang demam dalam 24 jam).2,3,4
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai
masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal
adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.3,4
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
sering. Untuk itu seorang dokter dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan edukasi dan terapi kepada keluarga
dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan.
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. AA
Umur / Tanggal Lahir : 5 Bulan 26 Hari / 16 April 2021
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan Ayah : Pedagang
Nama Ibu : Ny. L
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Kota Raya, Kayu Agung
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
MRS : 13 Oktober 2021
II. ANAMNESIS
Tanggal : 13 Oktober 2021 (Pukul 04.00 WIB)
Diberikan oleh : Ibu kandung pasien
2
lamanya sekitar 10 menit, selama kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar serta menangis kuat, dan pasien sempat di bawa ke IGD RSUD
Kayu Agung namun menolak dirawat setelah kejang berhenti dengan obat
(diazepam supp 5 mg).
Pukul 4.50 ( kurang lebih 10 menit sebelum masuk rumah sakit)
pasien mengalami kejang berulang ( jarak dari kejang pertama dan kedua
kurang lebih 4 jam) kejang kelojotan seluruh tubuh dengan frekuensi
sebanyak 1x, lamanya sekitar 5-8 menit, selama kejang pasien tidak sadar dan
setelah kejang pasien sadar serta menangis kuat. Pasien masih mau menyusu
kuat.
Riwayat Makan
Pasien masih diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan lain.
3
Riwayat Imunisasi
Vaksin Lahir I II III IV V
BCG 1
DPT 1 2 3
POLIO 0 1 2 3
HEPATITIS B 1 2 3 4
HiB 1 2 3
CAMPAK
Riwayat Kehamilan
Anak lahir dari seorang ibu G2GemeliP1A0 hamil 38 minggu Sectio Secaria
ditolong oleh dokter kandungan RSUD Kayu Agung dengan berat lahir 2,8
kg, panjang badan lahir 49 cm di Kayu Agung.
Riwayat ibu sakit selama kehamilan disangkal
Riwayat ketuban hijau kental dan berbau selama kelahiran disangkal.
Riwayat Perkawinan
Perkawinan : Perkawinan pertama
Umur : Ayah 35 tahun, Ibu 28 tahun
Pendidikan Terakhir Ayah : S1
Pendidikan Terakhir Ibu : S1
Penyakit yang pernah diderita : Riwayat penyakit serupa disangkal
4
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 7 kg
PB : 65 cm
Status gizi :
BB/U : -2 SD < Z < +2 SD: Gizi Baik
PB/U : ≥- 2 SD : Normal
BB/PB : -2 SD < Z < +2 SD: Normal
Suhu : 38,5 oC (IGD) 37.5 oC (IRA)
Respirasi : 38 x/menit
Nadi : 105 x/ menit
Isi/kualitas : Isi cukup, tegangan cukup
Regularitas : Reguler
SpO2 : 90%--> NRM: 99%
Kulit : Petechiae (-), pucat (-), ikterik (-), sianosis (-),
efloresensi abnormal (-)
a. Pemeriksaan Khusus
KEPALA : Normocephali, lingkar kepala: 38 cm, simetris
Rambut : Hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra superior tidak edema, mata tidak cekung,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada epistaksis
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada
sekret
Mulut : Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak ada
sianosis
5
Lidah : Atrofi papil tidak ada, tidak ada lidah kotor, tidak
ada tremor lidah
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, trakea di tengah,
tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
pembesaran KGB submandibula, supra-infra
clavicula dan cervical
THORAX
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, tidak terdapat retraksi.
Palpasi : Stem fremitus baik
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler ada, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba, thrill tidak ada
Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : BJ I dan II murni, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi :Tampak datar, venektasi tidak ada, distensi
abdomen tidak ada
Palpasi :Lemas, hepar dan lien tidak teraba, distensi
abdomen (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit aorta (-)
Ekstremitas : Asimetris, ekstremitas region femoralis dextra
lebih besar dari pada sinistra, hangat, nyeri tekan,
Akral hangat, CRT <3”, deformitas (-), edema (+)
regio femoralis dextra 1/3 atas.
Kulit : Turgor baik
6
Genitalia : Tidak ada kelainan
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang Demam Kompleks + Demam Post Imunisasi
2. Meningitis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratoirum klinik RSUD Kayu Agung(13 Oktober 2021 pukul 04..00 WIB)
Jenis
Hasil Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Hemoglobin 10.0 10,7-17,1 g/dL
Eritrosit 3.65 3,75-4,95 106/mm3
Leukosit 15.300 6,0-17,5 103/mm3
Hematokrit 30 38-52 %
Trombosit 265.000 217-497 10 / μLL
3
Hitung Jenis
Limfosit
18,2 15-45 %
Netrofil
78,2 55-80
Mono,Eos, Baso
3-6 0-19
CRP Kuantitatif (+) negatif mg/dL
Kimia Darah
GDS 80 50-80 mg/dl
Elektrolit
- Natrium 130 135-147 mEq/L
- Kalium 4.0 3,5-5.0 mEq/L
7
Swab Antigen Nonreaktif Nonreaktif
Covid 19
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Bed rest
- Monitor kejang dan suhu tubuh
- Edukasi kepada orangtua tatacara menangani kejang dan tentang penyakit
yang diderita.
- Beri oksigen jika timbul kembali kejang
- Teruskan pemberian ASI
Medikamentosa
- IVFD Kaen 1B gtt VII /menit
- Inj Diazepam 1,4 mg (IV)
Konsul dr. Dian, SpA
- IVFD Kaen 1B gtt VII /menit
- Inj Diazepam 2mg bila kejang
- Drip Ceftriaxone 1x 560mg dalam NS 0,9 % 100cc
- Paracetamol drop 3x 0,7 cc PO
- Diazepam pulv 3 x0,8 mg PO
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia
8
X. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
14 Oktober S : demam (+), kejang (-), batuk (+), pilek (+), kemarin
2021 mencret (+) hari ini tidak mencret
O:
Sens : compos mentis
N : 132 x/menit (isi/tegangan cukup)
RR : 31 x/menit
T : 37,8 0C
SpO2 : 99%
Kepala : edema palpebra (-/-), napas cuping hidung (-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), faring hiperemis
(-)
Thorax : simetris, retraksi dada (-)
Pulmo : RR = 34 x/m, vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, HR = 120
x/m, BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
normal
Ekstremitas : akral hangat (-), CRT <3 s, petechie (-), edema
pretibial (-),
Pemeriksaan Neurologis:
Gerakan dan kekuatan lengan dan tungkai baik, tonus eutoni,
klonus (-), reflex fisiologis (+) normal, reflex patologis (-),
9
gerakan rangsang meningeal (-)
A : Kejang demam kompleks + Demam post imunisasi
P : Terapi dari IGD diteruskan:
Salbutamol 3x0,7mg (3x1,5ml)
Monitor suhu dan kejang.
Tanggal Keterangan
15 Oktober S : demam (-), kejang (-), pilek (+), batuk (-), mencret (-)
2021 O:
Sens : compos mentis
N : 148 x/menit (isi/tegangan cukup)
RR : 33 x/menit
T : 37,1oC
SpO2 : 99%
Kepala : edema palpebra (-/-), napas cuping hidung (-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), faring
hiperemis (-)
Thorax : simetris, retraksi dada (-)
Pulmo : RR = 30 x/m, vesikuler (+/+) normal, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor : ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, HR = 120
x/m, BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
normal
Ekstremitas: akral hangat , CRT <3 s, petechie (-), edema (+)
paha kanan atas, nyeri, dan hangat.
Pemeriksaan Neurologis :
Gerakan dan kekuatan lengan dan tungkai baik, tonus eutoni,
klonus (-), reflex fisiologis (+) normal, reflex patologis (-),
gerakan rangsang meningeal (-)
A : Kejang demam kompleks + Demam post imunisasi dengan
perbaikan
10
P:
Rencana pulang
PO Salbutamol 3x0,7 mg (3x1,5ml)
PO Paracetamol drop 3x 0,7 cc
PO cefixime syr 2x1,5 ml
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
B. Etiologi dan Faktor Resiko
C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
13
yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
14
Gambar 1. Patofisiologi Kejang Demam
1) Kejang lama (>15 menit) atau kejang berulang lebih dari 2 kali
dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
15
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah
16
F. Tatalaksana1,2,5,7
Pengobatan Saat Kejang
1. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang paling
cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut
mengikuti algoritma kejang pada umumnya.
2. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah
0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12
kg.
3. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan
diazepam intravena. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.
4. Jika kejang belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 20 mg/kg/kali kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau
kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti, dosis selanjutnya 4 – 8
mg /kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal
5. Jika belum berhenti pertimbangkan pasien untuk masuk ke ICU
17
Gambar 2. Alur Tatalaksana Saat Kejang
Antikovulsan
Intermitten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat
antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis
intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di
bawah ini:
Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
Usia <6 bulan
Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral
atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
18
maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama
48 jam pertama demam.
Rumatan
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
G. Edukasi 5
H. Prognosis1,5
19
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian
kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Dan
juga kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien
yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus
kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal.
20
BAB IV
ANALISIS KASUS
21
memenuhi suatu kriteria kejang demam kompleks (kejang berulang dalam 24
jam).
Pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan pencitraan dan EEG karena tidak
terdapat indikasi yang jelas seperti defisit neurologis, kejang fokal, atau gerak
rangsang meningeal dan juga tidak ada riwayat kejang sebelumnya baik pasien
maupun keluarga. Selain itu pada pasien ini tidak memenuhi indikasi dilakukan
lumbal pungsi seperti adanya tanda dan gejala rangsang meningeal, adanya
kecurigaan infeksi SSP
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah Riwayat kejang, demam dan keluarga, Usia
kurang dari 12 bulan, Temperatur yang rendah saat kejang, Cepatnya kejang
setelah demam. Sehingga kemungkinan kekambuhan pada pasien meningkat
sekitar 4-6% karena pasien ini berusia 5 bulan.
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
tersebut adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.
Terapi yang saat ini diberikan pada pasien adalah terapi suportif yaitu cairan
intravena Kaen 1B gtt VII x/menit, Perhitungan tetesan berdasarkan kebutuhan
cairan, yaitu anak BB 7 kg memiliki kebutuhan cairan berkisar 700 cc perhari =
7 00 x 15
= 7.29 7 tetesan makro.
24 x 60
Pasien juga diberikan Diazepam Pulv 3x0,8 mg sebagai obat intermitten
yang sesuai dengan indikasi pemberian yaitu usia 6 bulan, untuk mencegah
terjadinya kejang kembali, namun harus di stop jika sudah bebas kejang.
Pemberian antibiotic dan antipiretik pada pasien ini sebagai terapi reaksi inflamasi
dan juga kecurigaan bila disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun positif dan
juga demam.
Terapi nonfarmakologis yang diberikan pada pasien yaitu tetap teruskan
ASI karena ASI sangat essensial untuk 6 bulan pertama kehidupan. Monitoring
yang perlu dilakukan pada pasien adalah monitoring kesadaran dan tanda vital
untuk menilai apakah terdapat kegawatan yang dapat muncul sewaktu-waktu serta
22
observasi timbulnya kejang ulangan. Monitoring suhu juga perlu dilakukan untuk
kepentingan pengobatan, seperti perlu tidaknya pengobatan intermitten diberikan,
serta untuk menilai perjalanan infeksi, apakah terdapat perbaikan dengan
pemberian antibiotik atau tidak.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnston M.V. Kejang Pada Anak. In: Nelson Textbook of Pediatrics. Editor:
Behrman, Kliegman, Jenson. Eds 15th. 2000. EGC. p 1993-2011.
2. Hassan Ruspeno, et all. Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid II. Ed.11. 2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
3. Faizi M. kejang demam. www.pediatrik.com. 2009. diakses tanggal 14
November 2019
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak. Ed.11. 2007 Jakarta: Infomedika
5. Ismael Sofyan, Pusponegoro H., Widodo D.P. Rekomendasi Penatalaksanaan
Kejang Demam. Jakarta. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2016. p 1-12.
6. Amid dan Hardhi. Diagnosis keperawatan. NANDA NIC-NOC. Jakarta .
EGC. 2013. 15p
7. Camfield RP and Camfield SC. Management and treatment of febrile seizure.
Curr Prob Pediatr 2017; 27: 6-1
8. Soetomenggalo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggalo, TS, Ismael S.
Buku ajar neurologi anak. Jakarta: IDAI; 1999. h. 244-51.
24