Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Sistisis pada Anak


Oleh :

Salma Hanina

NIM : 2130912320044

Pembimbing:

dr. Selli Muljanto, Sp.A(K)

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN

Agutus, 2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

DAFTAR TABEL......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ..................................................................... 3

I. Identitas .................................................................................... 3
II. Anamnesis................................................................................. 3
III. Pemeriksaan Fisik .................................................................... 8
IV. Pemeriksaan Penunjang............................................................13
V. Diagnosis Bidang......................................................................19
VI. Diagnosis Kerja.........................................................................19
VII. Status Gizi.................................................................................19
VIII. Prognosis...................................................................................19
IX. Penatalaksanaan........................................................................19
X. Usulan/saran..............................................................................19
XI. Follow up..................................................................................19

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................23

BAB IV PENUTUP....................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................31

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekomendasi antibiotik..........................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi pada

anak dan disebabkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri, dalam jumlah

bermakna di dalam saluran kemih. Anak dengan ISK berisiko mengalami

kerusakan ginjal yang berlanjut menjadi pielonefritis (radang ginjal) dan gagal

ginjal di usia dewasa. Bakteri gram negatif E. coli merupakan penyebab tersering

ISK pada anak yang diikuti oleh Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dan

Pseudomonas. Pertumbuhan bakteri yang mencapai >100.000 unit koloni per ml

urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan

diagnosis ISK.1

ISK merupakan suatu masalah medis yang sangat sering, dengan perjalanan

alamiah yang tak terduga. Banyak infeksi sembuh spontan, tapi ada juga yang

berkembang dan merusak ginjal, atau menyebabkan sepsis gram negatif.

Kebanyakan ISK pada anak disebabkan bakteri yang masuk ke uretra dan

asenderen menuju saluran kemih.Bakteri yang secara normal hidup dalam usus

besar dan keluar kedalam feses adalah penyebab infeksi terbanyak.

Infeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah

infeksi saluran napas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Angka kejadian ISK

bervariasi, tergantung umur dan jenis kelamin. Angka kejadian neonatus kurang

bulan adalah sebesar 3%, sedangkan pada neonatus cukup bulan 1%. Pada anak

1
kurang dari 10 tahun, ISK ditemukan pada 3,5% anak perempuan dan 1,1% anak

lelaki.2

Paragraf ini diterangkan apa itu sistisis

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas

A. Penderita

Nama : An. KA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & tanggal lahir : Banjarmasin, 13 April 2015

Umur : 7 tahun 3 bulan

Alamat : Jl. Pekapuran raya RT 22

MRS : 25 Juli 2022

B. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn. M

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. Y

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Pekapuran raya RT 22

Agama : Islam

II. Anamnesis

Kiriman dari : RS Bhayangkara

3
Dengan diagnosis : Infeksi saluran kemih

Aloanamnesis dengan : Nenek pasien

Tanggal/jam : 26 Juli 2022/14.00 WITA

1. Keluhan utama : Buang air kecil berdarah

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan buang air kecil berdarah sejak 3

hari sebelum masuk rumah sakit (pasien masuk rumah sakit pada

tanggal 25 Juli 2022). Buang air kecil berdarah muncul tiba-tiba ketika

pasien kencing, ternyata ada gumpalan darah pada akhir BAK. BAK

berdarah disertai dengan nyeri, terutama saat di awal. Nyeri pinggang

dan nyeri perut saat BAK disangkal. BAK berpasir atau berbusa juga

disangkal. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan ini. Didapatkan

adanya BAK anyang-anyangan. Pasien juga ada mengeluhkan sejak 4

hari SMRS, rasa belum tuntas saat BAK.

Pasien juga ada demam 4 hari SMRS, suhu tidak pernah diukur.

turun dengan obat penurun panas. Pasien sebelumnya ada berobat ke

RS lain dan dilakukan pemeriksaan urin dan didiagnosis infeksi saluran

kemih. Kemudian pasien diberikan 2 macam obat yaitu paracetamol dan

cefixime.

Pasien sebelumnya sehari sebelumnya melakukan USG ginjal

dan didapatkan hasilnya sistitis. Keluhan seperti bengkak di kelopak

mata, kaki atau perut disangkal. Keluhan batuk, pilek (-), mual dan

muntah (-). Terdaat adanya nyeri perut ada di bagian bawah tanpa ada

4
penjalaran. Pasien sering menahan BAK sejak pasien mulai masuk

sekolah. Pasien juga sehari minum 600-700 ml/hari.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sakit ginjal (-), Riwayat transfusi darah (-), dan Riwayat

di rawat di rumah saki disangkal. Riwayat batuk pilek 2-3 minggu

terakhir disangkal. Riwayat bisul dikulit disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa,

Riwayat sakit ginjal pada keluarga disangkal. Riwayat cuci darah juga

disangkal. Riwayat darah tinggi (+) pada kakek dan nenek

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal : Ibu pasien rutin melakukan ANC. Ibu pasien

tidak memiliki hipertensi saat hamil. Ibu pasien selalu mengonsumsi

vitamin dan tablet tambah darah selama hamil.

Riwayat natal :

Spontan/tidak spontan : Sectio Cessarea

Nilai APGAR : Bayi lahir langsung menangis,

kulit berwarna kemerahan, dan gerakan

aktif.

Berat badan lahir : 4200 gr

Panjang badan lahir : 52 cm

Lingkar kepala : nenek lupa

Penolong : Dokter

5
Tempat : Rumah Sakit Daerah Ulin Banjarmasin

Riwayat neonatal : Bayi tidak terlihat kuning, tidak kejang,

kebiruan, demam, ataupun merintih.

6. Riwayat Perkembangan

Mengangkat kepala : 3 bulan

Tiarap : 3 bulan

Duduk : 4 bulan

Merangkak : 5 bulan

Berdiri : 8 bulan

Berbicara : 15 bulan

Berjalan : 15 bulan

Saat Ini :Saat ini Pertumbuhan dan

perkembangannya sesuai dengan umur

Kesimpulan : riwayat perkembangan baik

7. Riwayat Imunisasi

Tabel 2.1 Imunisasi dasar sesuai dengan imunisasi KEMENKES 2020

Dasar Ulangan
Nama
(Umur dalam hari/bulan) (umur dalam bulan )
BCG 0 -
Polio 0 2 3 4 18
Hepatitis B 0 1 6 -
DPT 2 3 4 18
HiB 2 3 4 -
Campak 9 18

6
8. Riwayat Makanan

 0 – 18 bulan : ASI 10-15x/hari durasi 15-20 menit

 6 – 12 Bulan: ASI (6x/hari, 10-15 menit) + bubur saring instan 3x

sehari (1 mangkok kecil, habis)

 12-24 bulan: ASI (4-5x/hari, 10-15 menit) + bubur saring instan 3x

sehari (1 mangkok kecil, habis)

 24 bulan – sekarang: Nasi dengan lauk dan sayur, 3x/hari, 1 piring.

 Kesimpulan: Riwayat makan baik

9. Riwayat Keluarga

Iktisar keturunan

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Sakit

X : Meninggal

Tabel 2.2 Susunan keluarga

7
Jelaskan :
No. Nama Umur L/P
Sehat, sakit
1. Tn. M 30 tahun L Sehat
2. Ny. y 27 tahun P Sehat
3. An. KA 7 tahun P Sehat

10. Riwayat Sosial Lingkungan

Pasien tinggal dengan neneknya. ayah dan ibunya sudah bercerai sejak

1.5 bulan yang lalu. Bapaknya tinggal bersama kakaknya, dan ibunya

sekarang sebagai TKW di arab Saudi. pasien sekarang duduk di kelas 2

SD. pasien aktif bermain dengan temannya dan tempat tinggalnya di

dekat sungai.

Kesimpulan: Terdapat faktor resiko dari lingkungan

III. Pemeriksaan Fisik

Tanggal : 28 Juli 2022 14.00 WITA

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Kompos mentis

3. Tanda vital

Tekanan darah : 115/60 mmHg

Nadi : 79x/menit kuat angkat, regular, isi cukup

Suhu : 36.6℃

Respirasi : 24 x/menit, reguler, simetris

SpO2 : 97% room air

4. Antropometri

Berat badan : 23 kg

8
Tinggi badan : 122 cm lingkar lengan atas : 22,5 cm

Lingkar kepala : 51 cm (normosefali)

5. Kulit

Warna : Sawo matang, ptekie (-), xerosis (-)

Sianosis : Tidak ada

Hemangiom : Tidak ada

Turgor : Cepat kembali

Kelembaban : Cukup

Pucat : Tidak ada

Lain-Lain : Tidak ada

6. Kepala/leher

Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tebal

Kepala : Normosefali, UUB dan UUK

sudah menutup

Mata : Edem palpebral (-/-), konjungtiva anemis (-/-),

produksi air mata cukup, sklera ikterik (-/-)

Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, pernapasan

cuping hidung tidak ada, epistaksis tidak ada,

secret (-).

Telinga : Bentuk normotia, sekret tidak ada, serumen

minimal, nyeri tekan tidak ada

Mulut : Stomatitis (-), gusi berdarah (-), sariawan (-), lidah

kotor (-), mukosa oral basah, faring hiperemis (-),

9
Tonsil T1/T1, pseudomembran (-), gigi lengkap,

karies gigi kaninus dan premolar.

Lidah : Normoglossus, warna merah muda, lidah kotor (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(+), regio Colli

dextra, ukuran 0.5 cm, mobile, pain (-). Regio colli sinistra 1 cm,

mobile, pain (-) kaku kuduk(-),massa(-)

7. Toraks

a. Dinding dada/paru

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat retraksi dinding

dada, tidak ada nafas tertinggal

Palpasi : Pengembangan dada simetris (-/-), Fremitus vokal

simetris (+/+)

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler (---/---), Rhonki (---/---),

Wheezing (---/---)

b. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Tidak teraba thrill

Perkusi : Batas kanan ICS IV line parasternal dextra, batas

kiri ICS V linea midclavicula sinistra, batas atas

ICS II linea midclavicula sinistra

Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), thrill (-), gallop (-)

8. Abdomen

10
Inspeksi : datar, distensi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, shifting dullness

(-), fluid wave (-)

Palpasi : Supel, H/L/M tidak teraba, turgor kembali cepat

9. Ekstremitas

a. Umum : Akral hangat, CRT < 2 detik, edem ekstremitas (-)

b. Neurologis :

Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif aktif Aktif
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - - - -
Refleks BPR +2 BPR +2 BPR +2 BPR +2
fisiologis KPR +2 KPR +2 KPR +2 KPR +2
Refleks Hoffman Hoffman Babinzki (-) Babinzki (-)
patologis Tromner (-) Tromner (-) Chaddock (-) Chaddock (-)
Sensibilitas + + + +
Tanda
- - - -
meningeal

10. Susunan Saraf

Nervus I : Pasien dapat membedakan bau (+/+)

Nervus II : Refleks pupil (+/+)

Nervus III, IV, VI : Gerak bola mata (+), strabismus (-)

Nervus V : Refleks kornea (+/+)

11
Nervus VII : Wajah simetris (+)

Nervus VIII : Pasien dapat mendengar, keseimbangan

sulit

dievaluasi

Nervus IX : sulit dievaluasi

Nervus X : reflex muntah (+)

Nervus XI : gerakan leher dan bahu bebas

Nervus XII : deviasi lidah (-)

11. Genitalia : Perempuan

12. Anus : Ada, paten

12
13. Status Gizi :

Perempuan, 9 tahun 7 bulan

 BB: 23 kg

 TB: 122 cm

 LK: 51 cm (Normosefali)

 LiLA: 22,5 cm

 HA: 7 tahun

 BBI: 25 kg

13
 BB/U: P10-P50 (BB normal)

 TB/U: P10-P50 (PB normal)

 BB/PB: 92% (gizi baik)

IV. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Lab 25/07/2022

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.8 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 4.6 4.0-10.5 ribu/ul
Eritrosit 4.29 4.10-6.00 juta/ul
Hematokrit 32.3 42.0-52.0 %
Trombosit 271 150-450 ribu/ul
RDW-CV 12.3 12.1-14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 75.3 75.0-96.0 Fl
MCH 25.2 28.0-33.0 Pg
MCHC 33.4 33.0-37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.4 0.0-1.0 %
Eosinofil% 2.8 1.0-3.0 %
Neutrofil% 44.0 50.0-81.0 %
Limfosit% 45.0 34.0-88.0 %
Monosit% 7.8 2.0-8.0 %
Basofil# 0.02 < 1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.13 < 3.00 ribu/ul
Neutrofil# 2.02 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit# 2.07 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit# 0.36 0.30-1.00 ribu/ul
KIMIA
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 101 < 200.00 mg/dl
GINJAL

14
Ureum 17 0-50 mg/dl
Kreatinin 0.46 0.72-1.25 mg/dl
Asam Urat 2.6 2.6-6.0 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 143 136-145 Meq/L
Kalium 4.7 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 107 98-107 Meq/L

Hemostasis
Hasil PT 10.3 9.9-13.5 Detik
INR 0.95
Control normal PT 10.8
Hasil APTT 22.2 22.2-37.0
Control Normal APTT 24.8

Hasil Urinalisa 25/07/2022

URINALISA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning tua Kuning
Kejernihan keruh
Berat Jenis 1.010 1.005-1.030
PH 9.0 5.0-6.5
Keton Negatif Negatif
Protein-albumin +2 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar +3 Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1 0.1-1.0
SEDIMEN URIN
Lekosit 1-2 0-3
Eritrosit >100 0-2
Epitel +1 +1
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif

15
Hasil USG Urologi 24/7/2022

Deskripsi

Ren Dextra : ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla

jelas, sistema pelvicocalices tak melebar, tak tampak lesi patologis.

Ren Sinistra : ukuran dan echostruktur normal,batas cortex dan medulla

jelas, sistema pelvicocalices tak melebar, tak tampak lesi patologis.

Vesica urinaria: terisi cairan, dinding menebal, tak tampak vesicolithiasis,

internal echo (+).

16
Kesan :

 Cystitis

 Tak tampak kelainan pada USG kedua ren

 Tak tampak hydronefrosis dextra maupun sinistra

 Tak tampak nephrolithiasis maupun vesicolithiasis

Resume

Nama : An. KA

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 7 tahun 9 bulan

Berat Badan : 23 kg

Tinggi Badan : 122 cm

Keluhan Utama : BAK berdarah

Uraian

Keluhan BAK berdarah dialami sejak 3 hari SMRS. BAK berdarah disertai

dengan nyeri, terutama saat di awal. Nyeri pinggang dan nyeri perut saat BAK

disangkal. BAK berpasir atau berbusa juga disangkal. Pasien baru pertama kali

mengalami keluhan ini. BAK anyang-anyangan (+). Pasien juga ada mengeluhkan

disuria sejak 4 hari SMRS. Pasien juga ada demam 4 hari SMRS, suhu tidak

pernah diukur,turun dengan obat penurun panas. Pasien sebelumnya ada berobat

dan diberikan 2 macam obat yaitu paracetamol dan cefixime. Sehari sebelumnya

pasien melakukan USG ginjal dan didapatkan hasilnya sistitis. Bengkak di

17
kelopak mata, kaki atau perut disangkal. Batuk, pilek (-), mual dan muntah (-).

Ada nyeri perut bagian bawah tanpa ada penjalaran. Pasien sering menahan BAK

sejak pasien sekolah. Pasien juga sehari minum 600-700 ml/hari.

Kesimpulan Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 115/60 mmHg

Nadi : 79x/menit kuat angkat, regular, isi cukup

Suhu : 36.6℃

Respirasi : 24 x/menit, reguler, simetris

SpO2 : 97% room air

Kulit : Sawo matang, ptekie (-), xerosis (-)

Kepala : Normosefali

Rambut : Hitam, tebal

Mata : Konjungtiva tidak pucat

Telinga : Simetris, sekret (-)

Hidung : Simetris, pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)

Mulut : Pucat (-), sianosis (-), faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1,

pseudomembran (-)

Leher : pembesaran KGB(+) regio Colli dextra, ukuran 0.5 cm,

mobile, pain (-). Regio colli sinistra 1 cm, mobile, pain, kaku kuduk (-)

Toraks/Paru : Simetris, vesikuler, retraksi (-), rhonki (-), wheezing (-)

Jantung : S1 S2 normal, murmur (-)

18
Abdomen : Cembung, distensi (-), venektasi (-), BU (+) normal,

Timpani seluruh regio abdomen, shifting dullness (-), fluid

wave (-)

Ekstremitas : edem pada keempat ekstimitas,akral hangat, CRT < 2

detik.

Genitalia : Perempuan

Anus : Ada, paten

V. Diagnosis Banding

1. Gross hematuria et causa suspek sistisis

2. Gross hematuria et causa suspek batu saluran kemih

VI. Diagnosis Kerja

Gross hematuria ec sistitis

VII. Status Gizi

BB/U : P10-P50 (BB normal)

TB/U : P10-P50 (PB normal)

BB/PB : 92% (Normal)

VIII. Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanationam : malam

IX. Penatalaksanaan

- IVFD D5 ½ NS 1500 cc/24 jam

19
- Po. Paracetamol 3 x 250 mg, jika demam

- Po. Cefixime 2x100 mg

X. Usulan/saran

- Kultur urine, cek morfologi eritrosit dalam urine

XI. Follow Up

Tanggal pemeriksaan : 27/07/22 jam 07.00 WITA Hari Ke 3

S O A P
- BAK kuning - Kesadaran : CM - Groos - IVFD D5 ½ NS 1000
dengan bercak - TD : 110/70 mmHg hematuria ec cc/24 jam
darah(+), - N : 79 x/menit susp sistitis - Po. Paracetamol 3 x
gumpalan - RR : 24 x/menit - Anemia 250 mg
darah dalam - T : 36.5℃ normositik - Po. Cefixime 2x100
urine (-), nyeri - SpO2 : 98% room air normokromik mg (Hari ke 5)
perut bila - BB : 22 kg et causa
ditekan (-), - K/L : Konj. Anemis (-) suspect blood Program :
nyeri BAK (-), ,skleraikterik (-), loss - Cek urinalisis
demam (-), edema palpebra
pasien belum (-/-), mukosa bibir
BAB selama 3 lembab, pembesaran
hari KGB leher (+/+)
- Thoraks:Simetris,
retraksi (-)
- Paru: suara napas
vesikuler (+/+),
rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2
reguler, murmur (-),
gallop (-)
- Abdomen: Cembung,
distensi(-),Asites (-)
Shifting dullnes(-),
BU(+)14x/menit, supel,
hepatosplenomegali (-),
turgor kulit cepat
kembali (-), timpani.
Nyeri tekan pada perut
regio hipogastrium,
regio iliaka kanan dan
regio iliaka kiri.
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem
ekstremitas atas
(-/-)ekstremitas bawah

20
(-/-)
Input : 1550 ml
IVFD : 1000 ml
Output urine : 1240 ml
IWL : 348 ml
Balance = + 926 ml/hari
Diuresis : 1,7 ml/kg/jam

Tanggal pemeriksaan : 28/07/22 jam 07.00 WITA Hari Ke 4


S O A P
- BAK kuning - Kesadaran : CM - Groos - IVD d5 ½ NS 1000
dengan agak - TD : 100/70 mmHg hematuria ec cc/24 jam
keruh, nyeri - N : 76x/menit susp sistitis - Po. Paracetamol 3 x
perut bila - RR : 24 x/menit - Anemia 250 mg jika
ditekan (-), - T : 36.5℃ normositik nyeri/demam
nyeri BAK (-), - SpO2 : 98% room air normokromik - Po. Cefixime 2x100
demam (-), - BB : 22 kg et causa mg (H6)
pasien belum - K/L : Konj. Anemis (-) suspect blood - Po laktulosa syr 2 x
BAB selama 4 ,skleraikterik (-), loss 10 ml
hari edema palpebra - Konstipasi
(-/-), mukosa bibir Program :
lembab, pembesaran - Cek urinalisis
KGB leher (+/+)
- Thoraks:Simetris,
retraksi (-)
- Paru: suara napas
vesikuler (+/+),
rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2
reguler, murmur (-),
gallop (-)
- Abdomen: Cembung,
distensi(-),Asites (-)
Shifting dullnes(-),
BU(+)14x/menit, supel,
hepatosplenomegali (-),
turgor kulit cepat
kembali (-), timpani.
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem
ekstremitas atas
(-/-)ekstremitas bawah
(-/-)

Input minum : 250 ml


IVFD : - ml
Output urine : 750 ml

21
IWL : 348 ml
Balance = + 1.152 ml/hari
Diuresis : 1,4 ml/kg/jam

Tanggal pemeriksaan : 29/07/22 jam 07.00 WITA Hari Ke 5


S O A P
- BAK kuning, - Kesadaran : CM - Groos - Venflon
nyeri perut (-), - TD : 90/60 mmHg hematuria ec - Po. Paracetamol 250
nyeri BAK (-), - N : 70 x/menit susp sistitis mg
demam (-), - RR : 24 x/menit - Anemia - Po. Cefixime 2x100
pasien belum - T : 36.5℃ normositik mg (H7)
BAB selama 5 - SpO2 : 98% room air normokromik
hari - BB : 30 kg et causa - Dulcolax supp 5 mg
- K/L : Konj. Anemis (-) suspect blood
,skleraikterik (-), loss
edema palpebra - Konstipasi Pasien boleh pulang
(-/-), mukosa bibir apabila bisa BAB
lembab, pembesaran
KGB leher (+/+)
- Thoraks:Simetris,
retraksi (-)
- Paru: suara napas
vesikuler (+/+),
rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2
reguler, murmur (-),
gallop (-)
- Abdomen: Cembung,
distensi(-),Asites (-)
Shifting dullnes(-),
BU(+)14x/menit, supel,
hepatosplenomegali (-),
turgor kulit cepat
kembali (-), timpani.
- Ekstr : Akral hangat,
CRT < 2”, edem
ekstremitas atas
(-/-)ekstremitas bawah
(-/-)

22
Hasil Urinalisa 25/07/2022

URINALISA
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.020 1.005-1.030
PH 5.5 5.0-6.5
Keton Negatif Negatif
Protein-albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1 0.1-1.0
SEDIMEN URIN
Lekosit 1-2 0-3
Eritrosit 0-1 0-2
Epitel +1 +1
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif

23
BAB III

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini dibahas sebuah kasus anak perempuan berusia 7

tahun 9 bulan dengan diagnosis suspek sistisis. Pasien. Pasien datang sendiri

Bersama ibu dengan keluhan BAK berdarah. Pasien dirawat di Bangsal Anak

RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pasien datang dengan gejala utama BAK berdarah, BAK berdarah sejak 3

hari, disertai nyeri ketika kencing dan nyeri di bagian bawah perut. Pasien juga

mengeluhkan demam. Sesuai teori gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi,

ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK

bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik,

umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan dan

biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs).4

ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan

prognosis jangka panjang baik.Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik

dapat berupa apati, anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam,

hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen.

Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang

gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit keabu-abuan. Pada bayi sampai

satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal

24
tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan

distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi

dapat disertai kejang. 5

Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam yang

tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat timbul

dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan lebih

ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria,

urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit pinggang, atau

pireksia lebih jarang ditemukan. Pada sistitis, demam jarang melebihi 38℃,

biasanya ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan

berkemih berupa frekuensi, nyeri waktu berkemih, rasa diskomfort suprapubik,

urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin, dan enuresis. kadang disertai dengan

kencing berdarah.6

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%

kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang

paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah

anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,

Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan

Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK

di masa kanakkanakInfeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh

bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab

ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya

25
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah

Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter7

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme

masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Mikroorganisme memasuki

saluran kemih tersebut melalui empat cara, yaitu:8

a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal

dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium

penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat

terjadi melalui empat tahapan, yaitu :9

1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina

2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih

4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal

b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi

pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui

peredaran darah.

c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem

limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini

jarang terjadi.

d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen

sebagai akibat dari pemakaian kateter

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup

secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan

26
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran

kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat

sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembangbiak didalam

saluran kemih yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran

kemih. Dan terjadilah infeksi saluran kemih yang mengakibatkan.10

ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh organisme

virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih. Hanya pada 8

minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin terjadi karena

penyebaran hematogen. Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi laki-laki

berisiko lebih tinggi mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada

anak perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak perempuan adalah

riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora normal dan mendorong

pertumbuhan bakteri uropatogenik.11

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran KGB di leher kanan dan kiri

disertai dengan adanya nyeri perut regio hypogastric. sesuai teori pada sistitis

biasanya ditemukan adanya nyeri tekan pada bagian bawah perut. Untuk

pembesaran KGB menunjukkan terjadinya infeksi pada anak.12

Pada pemeriksaan penunjang, Laboratorium darah dalam batas normal.

Hasil urinalisa ditemukan groos hematuria dan USG didapatkan sistitis. Sesuai

teori ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan ISK.

1. Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein, dan

darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria, tetapi

27
tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Leukosituria biasanya

ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK simtomatik,

tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat juga

terjadi tanpa leukosituria.1,4,6 Leukosituria dengan biakan urin steril perlu

dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan

Ureaplasma urealitikum. Pemeriksaan dengan stik urin dapat mendeteksi adanya

leukosit esterase, enzim yang terdapat di dalam lekosit neutrofil, yang

menggambarkan banyaknya leukosit dalam urin.12

Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam urin.

Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi dapat ditemukan

jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar kuman Gram negatif

dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga

jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin.4Urin dengan berat jenis

yang tinggi menurunkan sensitivitas uji nitrit.13

Hematuria kadang-kadang dapat menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak

dipakai sebagai indikator diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas

dan spesifitas yang rendah dalam diagnosis ISK.14

2. Pemeriksaan darah

Berbagai pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis dan membedakan ISK atas dan bawah, namun sebagian

besar pemeriksaan tersebut tidak spesifik. Leukositosis, peningkatan nilai absolut

neutrofil, peningkatan laju endap darah (LED), C-reactive protein (CRP) yang

positif, merupakan indikator non-spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang

28
tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang valid untuk pielonefritis akut pada

anak dengan ISK febris (febrile urinary tract infection) dan skar. Sitokin

merupakan protein kecil yang penting dalam proses inflamasi. Prokalsitonin, dan

sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase akut infeksi,

termasuk pada pielonefritis akut.15

3. Biakan urin

Interpretasi hasil biakan urin bukanlah suatu patokan mutlak dan kaku karena

banyak faktor yang dapat menyebabkan hitung kuman tidak bermakna meskipun

secara klinis jelas ditemukan ISK. Cara lain untuk mengetahui adanya kuman

adalah dipslide. Cara dipslide adalah cara biakan urin yang dapat dilakukan setiap

saat dan di mana saja, tetapi cara ini hanya dapat menunjukkan ada tidaknya

kuman, sedang indentifikasi jenis kuman dan uji sensitivitas memerlukan biakan

cara konvensional.16

Pada Pengobatan pasien diberikan IVFD D5 ½ NS, Po cefixime 2x100 mg

dan Po. Paracetamol 250 mg. Sesuai teori tata laksana ISK didasarkan pada

beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi infeksi,gejala klinis, dan ada tidaknya

kelainan yang menyertai ISK. Sistitis dan pielonefritis memerlukan pengobatan

yang berbeda. Keterlambatan pemberian antibiotik merupakan faktor risiko

penting terhadap terjadinya jaringan parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian

antibiotik, terlebih dahulu diambil sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan

resistensi antimikroba. Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan

tepat dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut. Sampai saat ini

masih belum ada keseragaman dalam penanganan ISK pada anak, dan masih

29
terdapat beberapa hal yang masih kontroversi. Beberapa protokol penanganan ISK

telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter berupa uji klinis dan meta-

analisis, meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi protokol penanganan ini

saling melengkapi.17

Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas: Eradikasi infeksi akut,

Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan saluran

kemih, Deteksi dan mencegah infeksi berulang.18

1. Eradikasi infeksi akut

Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah

terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal. Jika seorang anak dicurigai

ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai sambil

menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil

biakan urinPemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi kuman

setempat atau lokal, dan bila tidak ada dapat digunakan profil kepekaan kuman

yang terdapat dalam literatur. Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam

48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu tersebut respon klinik belum terlihat

mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi

adalah ISK kompleks, sehingga antibiotik dapat diganti. Selain pemberian

antibiotik, dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan.19

Anak dengan sistitis diobati dengan antibiotik per oral dan umumnya tidak

memerlukan perawatan di rumah sakit,namun bila gejala klinik cukup berat

misalnya rasa sakit yang hebat, toksik, muntah dan dehidrasi, anak harus dirawat

di rumah sakit dan diberi pengobatan parenteral hingga gejala klinik

30
membaik.3,4,6 Lama pengobatan umumnya 5 – 7 hari, meskipun ada yang

memberikan 3-5 hari, 6 atau 7 hari. 11 Untuk sistitis akut, direkomendasikan

pemberian antibiotik oral seperti trimetoprim-sulfametoksazol, nitrofurantoin,

amoksisilin, amoksisilinklavulanat, sefaleksin, dan sefiksim. Golongan

sefalosporin sebaiknya tidak diberikan untuk menghindari resistensi kuman dan

dicadangkan untuk terapi pielonefritis. Menurut Garin dkk., (2007), pemberian

sefiksim pada sistitis akut terlalu berlebihan. ISK simpleks umumnya memberikan

respon yang baik dengan amoksisilin, sulfonamid, trimetoprim-sulfametoksazol,

atau sefalosporin.20

Tabel 3.1 Pilihan Antibiotik ISK.20

31
BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus suspek sistisis yang dirawat di Bangsal Anak

RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini diberikan terapi cairan,

antibiotic dan antipiretik. Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan rawat jalan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection. Dalam: Avner

ED, Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric

Nephrology, edisi ke-6, SpringerVerlag, Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-

310.

2. Down SM. Technical report: Urinary tract infection in febrile infants and

young children. Pediatrics 1999;103:e 54(p1-22, electronic article).

3. Farmaki E, Papachristou F, Winn RM, Karatzas N, Sotiriou J, Roilides E.

Transforming growth factor-β1 in the uribe of young children with urinary

tract infection. Pediatr Nephrol 2017;29:180-3.

4. Yilmaz A, Sevketoglu E, Gedikbasi A, Karyagar S, Kiyak A,

Mulazimoglu M, dkk. Early prediction of urinary tract infection with

urinary neutrophil gelatinase associated lipocalin. Pediatr Nephrol

2019;24:2387-92.

5. Pecile P, Miorin E, Romanello C, Vidal E, Contrado M, Valent F. dkk.

Age-related renal parenchymal lesions in children with first febrile urinary

tract infections. Pediatrics 2019;124:23-9.

6. Garin EH, Olavarria F, Araya C, Broussain M, Barrera C, Young L.

Diagnostic significance of clinical and laboratory findings to localize site

of urinary infection. Pediatr Nephrol 2017;22:1002-6.

7. National Institute for Health and Clinical Excellence. (2007): Urinary tract

infection in children. http://guidance.nice.org.uk..CG054.

33
8. Kanellopoulos TA, Salakos C, Spiliopoulou I, Ellina A, Nikolakopoulou

NM, Papanastasiou DM. First urinary tract infection in neonate, infants,

and young children: a comparative study. Pediatr Nephrol 2016;21;1131-7.

9. Jodal U. Urinary tract infection: Significance, pathogenesis, clinical

features and diagnosis. Dalam: Postlethwaite RJ, penyunting, Clinical

Paediatr Nephrology, edisi ke-2, Oxford, Butterworth-Heinemann,

1994;h.151-9.

10. Tambunan T, Suarta K, Trihono PP, Pardede SO. Infeksi saluran kemih

kompleks di Poliklinik Ginjal Anak RSUP Nasional Dr.

Ciptomangunkusumo, Jakarta. Maj Kedokt Indones 2018;50:372-6.

11. Kosnadi L. Studi kolaboratif pola penyakit ginjal anak di Indonesia.

Dalam: Kosnadi L, Soeroso S, Suyitno H, penyunting, Naskah lengkap

Simposium Nasional IV Nefrologi Anak dan Peningkatan Berkala Ilmu

Kesehatan Anak ke 6, bidang Nefrologi; Semarang 23-24 Juni 1989:73-90

12. American Academy of Pediatrics, Committee on quality inprovement,

subcommittee on urinary tract infection. Practice parameter: The

diagnosis, treatment, and evaluation of the initial urinary tract infection in

febrile infants and young children. Pediatrics 2019,103:843-52

13. Lin CW, Chiou YH, Chen YY, Huang YF, Hsieh KS, Sung PK. Urinaty

tract infection in neonates. Clin Neonatol 1999;6:1-4.

14. Baerton M, Bell Y, Thame M, Nicholson A, Trotman H. Urinary tract

infection in neonates with serious bacterial infections admitted to the

University Hospital of the West Indies. West Indian Med J.2018;57:.1-9

34
15. Levy I, Comarsca J, Davidovits M, Klinger G, Sirota L, Linder N. Urinary

tract infection in preterm infants: the protective role of breastfeeding.

Pediatr Nephrol 2009;24:527-31.

16. Smolkin V, Koren A, Raz R, Colodner R, Sakran W, Halevy R.

Procalcitonin as a marker of acute pyelonephritis in infants and children.

Pediatr Nephrol 2002;17:409-12.

17. Simerville JA, Maxted WC, Pahira JJ. Urinalysis: A comprehensive

review. Am Fam Physician 2016;71:1153-62.

18. Gurgoze MK, Akarsu S, Yilmaz E, Godekmerdan A, Akca Z, Ciftci I,

Ayugin AD. Proinflamatory cytokines and procalcitonin in children with

acute pyelonephritis. Pediatr Nephrol 2016;20:1445-8.

19. Alatas H. Penatalaksanaan infeksi saluran kemih kompleks pada anak.

Dalam: Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu

Kesehatan Anak XXIX, FKUI, Jakarta, tanggal 24-25 September 1993,

h.107-26.

20. Rodriquez LM, Robles B, Marugan JM, Suarez A, Santos F. Urinary

interleukin-6 is useful in distinguishing between upper and lower urinary

tract infections. Pediatr Nephrol 2018;23:429-33

35

Anda mungkin juga menyukai