PNEUMONIA
Disusun Oleh:
Lusiana Tasya
1765050221
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Orang Tua/Wali :
Ayah
Nama : Tn. W.A
Tanggal Lahir : 11 Februari 1995
Usia : 24 tahun
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Cipinang Tengah No 43, Jakarta Timur
Pekerjaan : Desain Grafis
Penghasilan : Rp. 3000.000,-
Ibu
Nama : Ny. A
Tanggal Lahir : 19 Januari 1999
Usia : 20 tahun
Suku Bangsa : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Cipinang Tengah No 43, Jakarta Timur
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Penghasilan : Rp. 3000.000,-
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
BCG 1 bulan - - - - -
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
Campak - - - - -
Hepatitis B 0 dan 2 3 bulan 4 bulan - - -
bulan
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia menurut IDAI 2017
0 – 6 Bulan ASI Eksklusif tiap 2 jam perhari selama 15-20 menit, hisapan kuat
bergantian payudara kanan dan kiri
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang, tidak tampak kurus, rewel, sulit menarik
nafas, badan terasa panas.
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital
Frekuensi nadi : 141 kali / menit (regular, isi cukup, kuat angkat)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Frekuensi nafas : 48 kali / menit
Suhu : 38,9°C (axilla)
Data Antropometri
Berat Badan : 8 kg
Tinggi Badan : 71 cm
Lingkar Lengan Atas : 13 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Indeks Massa Tubuh : 15,86
Berat Badan Ideal (WHO, 2006) : 8,5 kg
Pemeriksaan Sistem
Kepala
● Bentuk : Normocephali, lingkar kepala 40 cm, ubun – ubun teraba datar
● Rambut : Warna hitam, pertumbuhan merata, tidak mudah dicabut
● Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
● Telinga : Liang telinga lapang (+/+), membran timpani intak (+/+), serumen (-/-)
● Hidung : Pernapasan cuping hidung (+), sekret (+/+), cavum nasi tertutup sekret
Mulut
● Bibir : Mukosa bibir kering (-)
● Gigi : Gigi belum tumbuh
● Lidah : Letak di tengah, Coated tongue (-)
● Tonsil : T1/T1, tonsil hiperemis (-)
● Faring : Hiperemis (+)
● Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks
● Dinding thoraks : Diameter dinding laterolateral > anteroposterior
● Paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (+)
- Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor / sonor
- Auskultasi : Bunyi nafas dasar bronkovesikuler, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
● Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Jantung tidak membesar
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
● Inspeksi : Perut tampak datar,
● Auskultasi : Bising usus (+), 4 kali/menit
● Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
● Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba membesar.
Anggota gerak
● Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-
● Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-
Nervus Kranialis
● I : Sulit untuk dinilai
● II : Sulit untuk dinilai
● III : Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+
● IV : Sulit untuk dinilai
● V : Sulit untuk dinilai
● VI : Sulit untuk dinilai
● VII : Sikap wajah simetris
● VIII : Sulit untuk dinilai
● IX : Arcus faring simetris, hiperemis (+)
● X : Sulit untuk dinilai
● XI : Menoleh ke segala arah
● XII : Sulit untuk dinilai
Pemeriksaan Refleks
Refleks fisiologis : Biceps +/+, Triceps +/+, KPR +/+, APR +/+
Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-
2.14. Resume
Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya ke IGD RSU UKI dengan keluhan
demam sejak 2 minggu SMRS. Demam dirasakan hilang timbul, timbul terutama saat
malam hari. Demam disertai batuk dan pilek. Batuk dan pilek dirasakan bersamaan
dengan demam sejak 2 minggu SMRS. Batuk dirasakan terus menerus. Batuk disertai
dahak berwarna hijau dan pilek disertai ingus berwarna kuning kental. Ibu pasien
mengaku sesekali pasien mengalami sesak napas namun tidak disertai bunyi ngik atau
ngorok saat bernafas. Ibu pasien telah membawa berobat ke puskesmas dan diberikan
obat penurun panas sebanyak dan obat batuk masing-masing 1 botol, keluhan
berkurang namun timbul kembali setelah obat habis. Nafsu makan pasien berkurang
dan menjadi rewel sehingga sulit tidur, namun tidak mengalami penurunan berat badan.
Ayah pasien biasanya merokok di dalam dan diluar rumah dan om pasien yang tinggal
serumah memiliki keluhan batuk-batuk seperti pasien.
2.18. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di bangsal Penatalaksanaan berdasarkan teori
Rawat inap Rawat inap
Diet : ASI + Bubur Susu Diet : ASI + Bubur saring (800 kal)
IVFD : RL 32 TPM (Mikro) IVFD : RL 40 TPM (Mikro)
Medikamentosa : Medikamentosa :
Acran 2 x 8 mg (IV) Amoksisilin 3 x 250 mg (IV)
Ceftriaxone 2 x 350 mg (IV) Paracetamol drop 3 x 0,6 ml
Nymico drop 3 x 0,8 ml (PO) Ambroksol drop 2 x 0,5 ml
Sanmol drop 3 x 0,8 ml (PO)
Puyer Batuk 3 x 1 pulv (PO) berisi :
Mucopect 2 tab + Kenacort 2 tab +
Ryvell 10 mg + Salbutamol 2 mg)
Inhalasi (Ventolin + Pulmicort) 2 x 1
2.19. Prognosis
Ad Vitam Bonam
Ad Sanationam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam Bonam
STATUS GIZI
Follow Up
Tanggal 11/05/2019
PH: 2
PP: 16
S O A P
Batuk berdahak Keadaan umum: Tampak Sakit Pneumonia Diet: ASI + Bubur
(+) berkurang Sedang saring 800 kal
dengan dahak Kesadaran: Composmentis
warna hijau. Pilek Vital sign: IVFD: RL 40 TPM
(+) dengan sekret Tekanan darah: 90/60 mmHg (mikro)
kuning kental, Frekuensi nadi: 131 x /menit (isi
Sesak nafas (-). cukup, kuat angkat, reguler) Mm:
Mulai bisa tidur. Frekuensi nafas: 40 x /menit Inj Amoksisilin 3 x
Demam (-) nafsu Suhu:36.7oC (aksilla)
makan baik. BAB Kepala: Normocephali (LK 40 cm) 250 mg
dan BAK tidak Mata: CA (-/-), SI (-/-), mata
ada keluhan. Paracetamol drop 3
cekung (-/-)
Hidung: Pernapasan cuping hidung x 0,6 ml
(+), Cavum nasi tertutup sekret, Ambroxol drop 2 x
Sekret (+/+)
Faring: Hiperemis (+) 0,5 ml
Leher: KGB tidak teraba membesar
Thorax:
I : Pergerakan dinding dada
simetris, retraksi (+)
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor/sonor
A:BND bronkovesikuler, ronki +/+,
wheezing -/-
Abdomen:
I: perut tampak datar
A: BU (+) 3x/ menit
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)
Kulit : Turgor kembali cepat
Follow Up
Tanggal 12/05/2019
PH: 3
PP: 17
S O A P
Batuk berdahak Keadaan umum: Tampak Sakit Pneumonia Diet: ASI + Bubur
(+) sesekali dengan Sedang (perbaikan)
saring 800 kal
dahak warna Kesadaran: Composmentis
bening. Pilek (-). Vital sign: IVFD: RL 40 TPM
Sekret -/-, Sesak Tekanan darah: 90/60 mmHg (mikro)
nafas (-). Tidur Frekuensi nadi: 110 x /menit (isi
cukup dan tidak cukup, kuat angkat, reguler) Mm:
rewel. Demam (-) Frekuensi nafas: 34 x /menit Inj Amoksisilin 3 x
nafsu makan baik. Suhu:37,1oC (aksilla)
BAB dan BAK Kepala: Normocephali (LK 40 cm) 250 mg
tidak ada keluhan. Mata: CA (-/-), SI (-/-), mata Paracetamol drop 3
cekung (-/-)
Hidung: Pernapasan cuping hidung x 0,6 ml
(-), Cavum nasi lapang, Sekret (-/-) Ambroxol drop 2 x
Faring: Hiperemis (+)
Leher: KGB tidak teraba membesar 0,5 ml
Thorax:
I : Pergerakan dinding dada
simetris, retraksi (-)
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor/sonor
A:BND bronkovesikuler, ronki +/+,
wheezing -/-
Abdomen:
I: perut tampak datar
A: BU (+) 3x/ menit
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-), hepatomegaly (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)
Kulit : Turgor kembali cepat
Follow Up
Tanggal 13/05/2019
PH: 4
PP: 18
S O A P
Batuk sesekali Keadaan umum: Tampak Sakit Pneumonia Diet: ASI + Bubur
dahak (-). Pilek (-). Sedang (perbaikan)
saring 800 kal
Sekret -/-, Sesak Kesadaran: Composmentis
nafas (-). Demam Vital sign: IVFD: RL 40 TPM
(-) tidak rewel dan Tekanan darah: 90/60 mmHg (mikro)
cukup tidur. nafsu Frekuensi nadi: 105 x /menit (isi
makan baik. BAB cukup, kuat angkat, reguler) Mm:
dan BAK tidak Frekuensi nafas: 29 x /menit Inj Amoksisilin 3 x
ada keluhan. Suhu: 36 oC (aksilla)
Kepala: Normocephali (LK 40 cm) 250 mg
Mata: CA (-/-), SI (-/-), mata Paracetamol drop 3
cekung (-/-)
Hidung: Pernapasan cuping hidung x 0,6 ml
(-), Cavum nasi lapang, Sekret (-/-) Ambroxol drop 2 x
Faring: Hiperemis (+)
Leher: KGB tidak teraba membesar 0,5 ml
Thorax:
I : Pergerakan dinding dada
simetris, retraksi (-)
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor/sonor
A:BND bronkovesikuler, ronki +/+,
wheezing -/-
Abdomen:
I: perut tampak datar
A: BU (+) 4x/ menit
P: Timpani, NK (-)
P: Supel, NT (-), hepatomegaly (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)
Kulit : Turgor kembali cepat
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien an. R.P laki-laki berusia 8 bulan datang dengan keluhan demam sejak 2 minggu
SMRS. Demam dirasakan hilang timbul, timbul terutama saat malam hari. Demam disertai
batuk dan pilek. Batuk dan pilek dirasakan bersamaan dengan demam sejak 2 minggu SMRS.
Batuk dirasakan terus menerus. Batuk disertai dahak berwarna hijau dan pilek disertai ingus
berwarna kuning kental. Ibu pasien mengaku sesekali pasien mengalami sesak napas namun
tidak disertai bunyi ngik atau ngorok saat bernafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi pernapasan 48 x/menit, pada inspeksi ditemukan napas cuping hidung dan retraksi
sela iga serta pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus yang nyaring pada kedua lapang
paru dan tidak ditemukan mengi. Pada pemeriksaan darah perifer lengkap didapatkan
peningkatan laju endap darah, monositosis, peningkatan neutrofil segmen dan penurunan
neutrofil batang. Sedangkan pada pemeriksaan foto thorax didapatkan bercak parakardial
dextra dan perihilar sinistra.
Berdasarkan kasus pasien ini di diagnosis bronkopneumonia. Menurut Buku Ajar
Respirologi Anak (2018), bronkopneumonia merupakan suatu gambaran foto rontgen thorax
yang ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat
yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial. Bronkopneumonia merupakan gambaran foto rontgen thorax pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri, selain itu ada juga gambaran infiltrat alveolar dan air bronchogram.
Untuk pneumonia yang disebabkan oleh virus, gambaran foto rontgen thoraks berupa
penebalan peribronkial, infiltrat interstisial merata dan hiperinflasi.2,9 Maka diagnosis yang
sesuai untuk pasien ini yaitu pneumonia dimana hal ini juga sesuai dengan kepustakaan Buku
Ajar Respirologi Anak (2018) yang menyebutkan bahwa pneumonia pada anak umumnya
didiagnosis berdasarkan gambaran klinik yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori,
serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat adanya pnuemonia adalah demam, sianosis,
dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung,
retraksi, ronki dan suara napas melemah.2
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (Aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia seringkali diawali
oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri. 2 Pada anak kurang
dari 5 tahun, pnuemonia banyak disebabkan oleh virus. 9 Pneumonia yang diakibatkan virus
secara klinis ditandai dengan adanya rhinitis, wheezing, onsetnya lambat, demamnya
<38,5°C, leukosit <10.000/uL namun pada pneumonia bakteri demam >38,5°C, onsetnya
cepat, batuk produktif, laju pernapasan >50/menit dan leukositosis (>15.000/uL) 2,9
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap didapatkan peningkatan laju endap darah,
peningkatan monosit dan peningkatan neutrofil segmen. Berdasarkan buku Penuntun
Laboratorium Klinik, Gandasoebrata (2010) peningkatan laju endap darah merupakan tanda
proses kronis. Monosit berfungsi untuk fagositosis dari neutrofil. Peningkatan monosit
dijumpai pada penyakit infeksi virus sedangkan penurunan monosit terdapat pada leukimia
dan anemia aplastik. Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang
atau luka dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Proses perjalanan infeksi akut
akan meningkatkan pelepasan sel darah putih, secara umum diawali dengan neutrofil imatur
(shift to the left) lalu yang sudah matang. Semakin tinggi nilai neutrofil imatur meningkat
(shift to the left) menandakan bahwa infeksi yang sedang terjadi semakin berat, karena tubuh
berusaha melawan sehingga melepaskan lebih banyak sel-sel muda. Shift to the left
merupakan menunjukan peningkatan dari jumlah sel darah putih muda atau imatur yang
dilepaskan ke peredaran darah, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah neutrofil inti batang.
Penurunan hitung jumlah leukosit total yang diikuti oleh peningkatan jumlah neutrofil matur
(shift to the right) menunjukan adanya proses penyembuhan dalam perjalanan suatu penyakit.
Sebaliknya peningkatan kejadian shift to the left yang diikuti dengan penurunan jumlah dan
hitung jenis leukosit total menunjukan adanya penurunan dari kemampuan tubuh dalam
melawan infeksi. Peningkatan jumlah sel darah putih matur (inti sel sudah tersegmentasi)
yaitu jumlah neutrofil inti segmen meningkat.10
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien ini
di diagnosis pneumonia ec Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) yang sedang dalam proses
penyembuhan. Berdasarkan kasus, penatalaksanaan pada pasien adalah rawat inap dan
diberiksan IVFD RL 32 TPM (mikro) dengan medikamentosa seftriakson 2 x 250 mg (IV),
acran 2 x 8 mg (IV), sanmol 3 x 8 mg (PO), nymico 3 x 0,8ml (PO), inhalasi (ventolin dan
pulmicort) 2 x 1, dan puyer racikan berisi mucopect 2 tab, kenacort 2 tab, ryvell 10 mg, dan
salbutamol 2 mg, 3 x 1 pulv (PO).
Pneumonia pada bayi dan anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dibagi menjadi 3 kategori
yaitu pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan
adanya sesak napas sehingga harus dirawat dan diberikan antibiotik. Pneumonia ditandai
dengan napas cepat dengan laju napas >50x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun dan
>40x/menit pada anak usia >1 – 5 tahun dan tidak ada sesak napas sehingga tidak perlu
dirawat dan diberikan antibiotik oral. Untuk bukan pneumonia tidak terdapat napas cepat dan
sesak napas sehingga tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan obat
simptomatis seperti penurun panas.2
Sesak napas dinilai dengan melihat adanya cekungan dinding dada bagian bawah waktu
menarik napas (retraksi epigastrium atau retraksi subkosta) 4 maka pada pasien ini ditemukan
adanya sesak napas dan dikategorikan ke dalam pneumonia berat sehingga perlu dirawat inap
dan diberikan antibiotik selain itu meskipun pneumonia viral dapat ditatalaksana tanpa
antibiotik namun sebagian besar pasien diberikan antibiotik karena infeksi bakteri sekunder
tidak dapat disingkirkan.2 Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan
pneumonia tanpa komplikasi2
Pada pasien ini diberikan antibiotik seftriakson 2 x 250 mg (IV). Berdasarkan Buku
Ajar Respirologi Anak (2018) pilihan antibiotik lini pertama pada pasien rawat inap yang
dapat diberikan yaitu golongan beta-laktam atau kloramfenikol.2,3 karena kloramfenikol
dikontraindikasikan pada anak-anak karena memiliki efek samping berupa supresi sumsum
tulang sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tinggi badan anak.8 Pada balita dan anak
yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik beta laktam dengan/atau
tanpa klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru intravena atau sefalosporin generasi
ketiga.2 Maka penatalaksanaan pasien dirawat inap sudah tepat namun belum tepat dosis
dimana dosis seftriakson intravena yaitu 50mg/kgBB/12 jam maka seharusnya dosisnya yaitu
2 x 400mg (IV). Selain itu dapat juga diberikan pilihan beta laktam yaitu amoksisilin
intravena dengan dosis 50-100mg/kgBB maka dapat diberikan amoksisilin intravena 3 x
250mg. Penelitian yang dilakukan oleh Feyzulla, dkk di Turkey, ditemukan efektifitas yang
sama pada pemberian penisilin dan ceftriakson selama 10 hari pada anak usia 2-24 bulan
dengan pneumonia berat.11
Saat datang pasien demam dengan suhu 38,9°C hilang timbul, menggigil (-), kejang (-)
yang disertai penurunan nafsu makan dan pasien rewel. Untuk mengurangi demam tersebut
diberikan sanmol drop 3 x 0,8 ml, hal ini sudah tepat namun belum tepat dosis. Dosis sanmol
drop untuk anak usia <1 tahun yaitu 3 x 0,6 ml. Selain itu ibu pasien juga mengatakan batuk
disertai dahak maka dapat diberikan obat simptomatik berupa ambroksol drops dengan dosis
anak usia < 2 tahun 2 x 0,5 ml.
Bila pasien sudah tidak demam dan keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan
antibiotik oral dan berobat jalan.2 Setelah dirawat selama 4 hari, demam (-), batuk sesekali,
dahak (-), pilek (-), sesak (-) maka pasien sudah dapat berobat jalan. Pasien dengan
pneumonia dapat dipulangkan jika gejala dan tanda pneumonia telah menghilang, asupan
peroral adekuat, keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol,
kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. The
management of community-acquired pneumonia in infants and children older than 3
months of age: Clinical practice guidelines by the pediatric infectious diseases society
and the infectious diseases society of America. 2011.
2. Rahajoe, Nastiti N. Supriyanto, Bambang. Setyanto, Darmawan Budi. Pneumonia dalam
Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: IDAI. 2018
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. 2003
4. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Volume 3.
Jakarta : Kemenkes RI, Sepertember 2010.
5. Said, Mardjanis. Pneumonia dalam Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta :
IDAI. 2008
6. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit
EGC, Jakarta, 2000, hal: 617-628
7. Konsensus Pneumonia. Bagian Pulmonologi FKUI/RSUP Persahabatan. Jakarta : 2000.
8. Sidabutar, Sondang. Satari, Hindra Irawan. Pilihan terapi Empiris Demam Tifoid pada
Anak : Kloramfenikol atau Seftriakson? Jakarta : Sari Pediatri. Vol 11. No 6, April 2010.
9. Ruuskanen, Olli. Lahti, Elina. Jennings, Lance C. Murdoch, David R. Viral Pneumonia.
Lancet 2011; 377 : 1264-75.
10. Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Feyzulla, Cetinkaya. Abdulkadir, Gogremis. Gunsel, Kutluk. Comparison of Two
Antibiotic Regimens in the Empirical Treatment of Severe Childhood Pneumonia.
Turkey : Departement of Pediatrics, Sisli Etfal Education and Research Hospital,
Instanbul. Indian Journal of Pediatric, Vol 71. November 2004.