BRONKOPNEUMONI BERAT
Oleh :
Febrianti Ernesia
1965050112
Pembimbing :
dr. Dina Siti Daliyanti, Sp.A(K)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjd Kota Bekasi periode 18 Oktober – 27 November 2021 dengan judul
“Bronkopneumonia Berat” yang disusun oleh:
Menyetujui,
2
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
● Nama : By. F
● Tanggal Lahir : 15 September 2021
● Usia : 1 bulan
● Jenis Kelamin : Laki – Laki
● Agama : Islam
● Alamat : Bekasi
AYAH
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Alamat : Bekasi
Penghasilan/bulan :
3
II. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat alergi tidak diketahui
4
III. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak apatis
b. Tanda Vital
• Kesadaran : komposmentis
• Frekuensi Nadi : 160x/menit (reguler, kuat angkat, isi cukup)
• Frekuensi Pernafasan : 60x/menit
• Suhu tubuh : 37oC
• SpO2 :
c. Data Antropoemetri
a. Berat Badan : 3.1 kg
b. Tinggi Badan : 50 cm
c. IMT : - kg/m2
d. BB/U :-%
e. TB/U :-%
f. BB/TB :-%
d. Kepala
o Kepala : mikrocephalic, pertumbuhan rambut merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun cekung
o Rambut :-
5
o Wajah : warna kulit sama dengan sekitar, wajah tampak seperti
orang tua
o Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung
o Telinga : liang telinga lapang
o Hidung : hiperemis (-), napas cuping hidung (+)
o Mulut : kering
o Tenggorokan ; mukosa hiperemis (-)
o Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening
e. Thoraks
o Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
o Palpasi : vocal fremitus simestris, pergerakan dinding dada simteris
o Perkusi : sulit dikenali
o Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, bunyi ronki +/+, bunyi wheezing
-/- retraksi suprasternal (+)
f. Jantung
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, gallop (-) murmur (-)
g. Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar
Auskultasi : Bising usus terdengar 3x
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defense muscular (-)
i. Ekstremitas
Superior : akral hangat, edema -/-, CRT<2detik
Inferior : akral hangat, edema -/-, CRT<2detik
6
7
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Leukosit 6,3 ribu/uL MCV -
Eritrosit - MCH -
Hemaglobin 11,1 g/dL MCHC -
Hematokrit 32,5 % Trombosit 448 ribu/uL
Natrium - mmol/L GDS - mg/dL
Kalium - mmol/L
Clorida -mmol/L
8
X. Follow Up
7 November 2021
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 BRONKOPNEUMONIA
1.1.1 Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini
menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal. 1,2
1.1.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1
sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80 % sedangkan pada
anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. 3,4
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang
dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh
pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan
Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi. 3
10
Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada
penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
Pneumonia virus.
Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada
berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri
dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
c. Pneumonia interstisial. 1,5
1.1.4 Etiologi
Faktor Infeksi
- Bakteri
a. Pneumococcus, penyebab utama penumonia. Pada orang dewasa disebabkan oleh
penumokokus 1 – 8, pada anak – anak tipe 14, 1, 6, 9. Insiden meningkat pada usia
lebih kecil dari 14 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.
b. Streptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lain seperti morbili,
influenza, cacar air atau komplikasi dari bakteri lain seperti pertusis, pneumonia oleh
pneumokokus.
- Virus
Virus respiratori sinsial, virus influenza, virus adeno, virus situmegalik.
- Pneumonia Hipostatik
Disebabkan oleh tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak yang sakit dengan
kesadaran menurun, penyakit lain yang harus istirahat di tempat tidur yang lama
sehingga terjadi kongesti pada paru belakang bawah. Kuman yang tadinya komensal
berkembang biak menjadi patogen dan menimbulkan radang. Oleh karena itu pada
11
anak yang menderita penyakit dan memerlukan istirahat panjang seperti tifoid harus
diubah – ubah posisi tidurnya.
12
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk
jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan
minyak ikan .
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat
seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini. 2,4
1.1.5 Patogenesis
Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet).
Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian
bawah paru paling sering terkena efek gravitasi. Agen-agen mikroba yang menyebabkan
Pneumonia memiliki 3 bentuk transisi primer :
1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada
orofaring
2. Inhalasi aerosol yang infeksius
3. Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal
Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan
pneumonia, sementara penyebaran cara hematogen lebih jarang terjadi. Akibatnya, faktor-
faktor predisposisi termasuk juga berbagai defisiensi mekanisme pertahanan sistem
pernafasan. Kolonisasi basilus gram negatif telah menjadi subjek penelitian akhir-akhir
ini. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di nasofaring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut
4. Refleks batuk
13
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
14
6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama Ig A
8. Sekresi enzim-enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
anti mikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli mementuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
15
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.5,10
17
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru.
Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.4,9
1.1.11 Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan umum
18
-
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr
-
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
-
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan khusus
-
Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal. Obat penurun
panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita
kelainan jantung
-
Antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis
Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari
ketiga.
19
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam
24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti
empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
b. Berat ringan penyakit
c. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
d. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pencegahan:
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita
atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. Influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. 6,11,13
3.2.14 Prognosis
20
Dengan penggunaan antibiotik yang tepat dan cukup, mortalitas dapat diturunkan sampai
kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
Pada bronkopneumonia yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, angka kesembuhan
penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan sekarang, angka mortalitas
berkisar dari 10 – 30% dan bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami sebelum penderita
dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai serta adanya penyakit yang menyertai.
6,10
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
thePneumonia etiology research for child health study. Clin Infect Dis.2015;54.
14. Virkki R, Juven T, Rikalainen H, Svedstorm E, Mertsola J, Ruukskanen O.
Differentiation of bacterial and viral pneumonia in children. Thorax. 2017;57(5):438-
11.
15. Claes AS, Clapuyt P, Menten R, Michoux N, Dumitriu D. Performance of chest
ultrasound in pediatric pneumonia. European journal of radiology. 2017 Mar 1;88:82-
7.
16. Lampin ME, Duhamel A, Behal H, Recher M, Leclerc F, Leteurtre S. Use of paediatric
early warning scores in intermediate care units. Archives of disease in childhood. 2020
Feb 1;105(2):173-9.
24