NIM : 11-2015-322
I. IDENTITAS PASIEN
Ayah
Ibu
1
Nama lengkap : Tn. R Alamat : Jl. Dabila II no.41, Tangki.
Umur : 29 tahun Pendidikan : tamat SMA
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis : Ibu pasien, pada tanggal 6 september 2016, pukul 20.55 WIB
Keluhan utama : Ruam Kemerahan Pada Muka dan Tubuh sejak 2 hari SMRS
Keluhan tambahan : Demam Sejak 4 Hari SMRS, Batuk dan pilek 4 hari SMRS,
Mata bengkak sejak 2 hari SMRS
4 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi disertai batuk dan pilek, Demam
dirasakan disepanjang hari disertai mengigil, Ibu pasien mengatakan sudah diberikan
paracetamol 4 x dalam 1 hari, demam turun kemudian naik kembali. Batuk dan pilek
berdahak dan terus menerus, dahak berwarna putih bening seperti ingus, tidak ada lender dan
tidak ada darah.
2 hari sebelum masuk rumah sakit demam dirasakan sangat tinggi jika badan pasien
disentuh dan muncul ruam merah dimulai dari belakang telinga, kearah wajah dan saat
diperiksa udah terdapat ruam didaerah perut, Mata pasien juga bengkak dan merah sejak
ruam muncul, Pasien menjadi semakin rewel dan ibu pasein akhirnya membawa anaknya ke
rumah sakit.
2
SILSILAH KELUARGA (FAMILYS TREE)
Ayah Ibu
33 tahun 29 tahun
6 bulan
5 tahun
Pasien adalah anak kedua dari kedua orang tuanya.
DATA KELUARGA
AYAH/WALI IBU/WALI
Perkawinan ke 1 1
Sianosis : (-)
Ikterik : (-)
Kejang : (-)
3
kemerahan, dan bergerak aktif. APGAR score
diperkirakan 6
Kelainan bawaan : tidak ada
Kurva Lubchenko
GRAFIK PERTUMBUHAN
Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien tidak dapat dinilai, karena data tidak lengkap.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Menurut ibu pasien, pasien sudah dapat mengangkat kepala dan mulai merangkak, meraih
benda disekitarnya, berusaha meraih mainan, dan sudah dapat meniru kata-kata dengan
singkat dan tidak jelas.
Kesan : perkembangan sesuai usia.
RIWAYAT IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan
Non-PPI / Dianjurkan
Vaksin Usia
Hepatitis A - - - -
4
HiB - - - -
Typhim - - - -
MMR - - - -
Varicela - - - -
Pneumokokus - - - -
Riwayat Makanan
ASI diberikan sampai sekarang tanpa tambahan susu formula, makanan tambahan belum
diberikan. Ibu pasien mengatakan Anaknya bisa diberikan ASI hingga 5-6 kali dalam sehari.
RIWAYAT PENYAKIT
Penyakit Penyakit
Diare - Morbili -
Otitis - Parotitis -
Kejang - Cacingan -
Ginjal - Alergi -
Jantung - Kecelakaan -
Darah - Operasi -
Difteri - Lain-lain -
DATA PERUMAHAN
5
Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 4 orang (ayah, ibu, kakak pasien, dan pasien),
terdiri diri 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang
tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga.
Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat
lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar
mandi, ruang tamu, dapur).
Keadaan Lingkungan : Sanitasi lingkungan cukup baik, selokan depan rumah lancar,
rumah berdempetan dengan rumah tetangga.
Kesan : Kondisi rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kondisi lingkungan rumah cukup baik.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, anak tampak rewel, Konjungtivitis, Batuk terus
menerus.
Tanda-tanda vital :
Data Antropometri
6
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah dicabut.
Mata : Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior
tidak tampak cekung, kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris,
konjungtiva palpebral anemis +/+, Konjungtiva tampak udem, sklera
ikterik -/-
Telinga:Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,
hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (+)
Mulut : Bercak koplik di mukosa buccal, Batuk (+) sekret (+)
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T2-T2, hiperemis (+), detritus (-)
Faring : hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak
membesar
Toraks :
Paru :
Anterior Posterior
Bentuk normal, simetris dalam Vertebra : bentuk normal
Inspeksi keadaan statiss dan dinamis,
tidak tampak retraksi sela iga.
Pengembangan dada kanan dan Tidak dilakukan
Palpasi
kiri simetris
Sonor pada kedua lapang paru Tidak dilakukan
Perkusi
Suara nafas dasar vesikuler, Suara nafas dasar vesikuler,
Auskultasi Ronkhi Kasar (+/+), Wheezing Ronkhi Kasar (+/+), Wheezing
(-/-) (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga ke V garis midclavicula sinistra.
7
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (+).
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
HEMATOLOGI
V. RESUME
Anak laki-laki usia 6 bulan Dibawa kerumah sakit husada dengan keluhan demam dan batuk
pilek 4 hari SMRS, dan 2 hari lalu muncul ruam dan mta bengkak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva palpebral anemis +/+, Konjungtiva tampak udem, Bercak koplik di
8
mukosa buccal, Batuk (+) sekret (+), Hidung sekret (+), Tonsil T2-T2, hiperemis (+), Kulit:
Ruam berbentuk milier dan papul yang kemerahan tersebar di wajahdan badan, Paru
Auskultasi Ronkhi Kasar (+/+). Pada pemeriksaan Laboratorium leukosit 10,900/ L.
VII.DIAGNOSIS BANDING
German Measles.
Eksantema Subitum.
Alergi obat.
IX. PENATALAKSANAAN
- Tirah baring
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Minum Air panas setiap batuk hebat
Medika mentosa
Edukasi
9
- Virus ini dapat menyerang saluran nafas, anak bisa batuk dan pilek yang hebat,
Virus juga dapat menyerang saluran pencernaan, Anak bisa diare , Komplikasi lain
yang ditakutkan adalah Ensephalitis
- Anak diberikan minum air putih yang cukup, Selesai Batuk hebat berikan air
panas, Tetap berikan ASI selama sakit.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : bonam.
Ad sanationam : at bonam.
FOLLOW UP
7 September 2016
S Demam (+), Batuk pilek (+), Mata bengkak, Ruam Kulit, Anak Rewel, ASI hanya
mau sedikit
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 116 x/menit.
Frekuensi napas : 30 x/menit.
Suhu : 38,4oC
Pemeriksaan fisik:
- Konjungtivitis, Ruam Ruam berbentuk milier dan papul yang kemerahan
tersebar di wajah, badan dan mulai kepaha atas, coplit spot(+), Ronki Kasar
+/+
A Morbili (stadium Erupsi)
8 September 2016
S Demam (+), Batuk pilek (+), Mata bengkak, Ruam Kulit, Anak Rewel, ASI Sudah
lumayan Banyak.
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
10
Frekuensi nadi : 124 x/menit.
Frekuensi napas : 30 x/menit.
Suhu : 38,2oC
Pemeriksaan fisik:
- Konjungtivitis, Ruam Ruam berbentuk milier dan papul yang kemerahan
tersebar di wajah, badan dan sudah menyebar ke ekstremitas, seluruh tubuh,
coplit spot(-),Ronki Kasar +/+
A Morbili (stadium Erupsi)
P - Infus KAEN 3B 750cc/24jam
- Farmadol drip 4 x 120mg
- Isoprinosine Syr 3 x 2,5 ml
- Rivel Syr 2 x 0,1 ml
- Combivent Inhalasi 1 ml 2x1hari
- Pulmicort 1ml + 2cc Nacl 0,9%
9 September 2016
S Demam turun, Batuk pilek mulai berkurang, Mata mulai normal tapi masih merah,
Ruam Kulit menghitam, Anak Rewel, ASI Sudah lumayan Banyak.
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 120 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan fisik:
Ruam berbentuk milier dan papul yang sudah berubah warna dari merah
menjadi kehitaman tersebar seluruh tubuh, mata sudah tidak bengkak, batuk
berkurang, Konjungtivitis (-),Ronki Kasar -/-.
A Morbili (stadium Konvalesensi)
P - Infus KAEN 3B 750cc/24jam
- Isoprinosine Syr 3 x 2,5 ml
- Rivel Syr 2 x 0,1 ml
- Racik Obat batuk (Ambroksol, Pseudoefedrin HCL, CTM, Dexametasone)
10 september 2016
S Demam (-), Batuk pilek masih ada tapi sudah berkurang , Mata sudah tampak
normal, kulit yang merah semuanya menghitam diseluruh area tubuh.
O KU : tampak sakit ringan
11
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 112 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,5oC.
Pemeriksaan fisik:
- Makula hiperpigmentasi seluruh tubuh, Konjungtivitis (-), Ronki Kasar -/-
A Morbili dalam perbaikan
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Morbili merupakan penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 4 stadium,
yaitu stadium inkubasi, prodromal ( kataral ), stadium eksantematosa dan stadium
penyembuhan, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.1,2
Morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa
Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar
dan measles dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa Indonesia penyakit ini disebut dengan
12
penyakit campak. Morbili merupakan penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.1,2,3
EPIDEMIOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah
umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila sang
ibu belum pernah menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama,
kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun.2,3
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus
RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang
diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio
manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus
dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.2,3,4
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal
(stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus
aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai
fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5
sesudah ruam muncul.2,3
13
Gambar 1. Virus Morbili6
PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi
sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva. Penularannya secara
droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya menyerang pada usia 6 bulan sampai 5
tahun.1,2,3,4
Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak
koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi
kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan
limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstisial akibat dari virus
campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumoni dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri sekunder.2,3,4
14
Gambar 2.Patofisiologi Morbili6
Penelitian terbaru mengenai morbili, virus yang menjadi agen penyebab diantaranya
measles virus (MV), canine distemper virus (CDV), rinderpest virus (RPV), Peste des petits
ruminants virus (PPRV). Virus ini melakukan replikasi pada organ limfoid yang kemudian
menekan sistem imun yang ditandai dengan limpopenia. CD46 merupakan molekul pertama
15
yang ditemukan sebagai reseptor morbili, CD46 juga sebagai reseptor in vivo. Virus ini
kemudian memberi signal ke limfosit yang selanjutnya akan mengaktivasi SLAM, yang
diketahui juga sebagai CD150 yang merupakan reseptor selular dari virus-virus ini. Protein
SLAM tidak hanya berfungsi sebagai co-reseptor untuk aktivasi limfosit dan/atau adhesi,
tetapi juga memiliki fungsi sebagai reseptor selular untuk jalan masuk virus morbili (cellular
entry receptors).4
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih
sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa
inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari
hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. Penyakit ini dibagi dalam 4
stadium, yaitu :
Masa Inkubasi
Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C), malaise,
batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus
yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis
dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
16
Stadium Eksantematosa.
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema
yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat
kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit
splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
Stadium penyembuhan.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
17
Gambar 5. Stadium Konvalesensi (ruam hiperpigmentasi)6
DIAGNOSIS BANDING
1. German Measles.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum (eksantema
subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam
menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok
daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit. Walaupun
batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada
campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat
biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia
dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan
konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie.
Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa di atas dasar
eritematosa relatif mudah dibedakan.
Alergi obat.
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya
tidak disertai gejala prodromal.
18
TATALAKSANA
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul:
1. Istirahat.
2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi..
3. Medikamentosa :
- Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8jam.
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,narcotic antitussive
(codein) tidak boleh digunakan.
- Mukolitik bila perlu.
- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat
bermanfaat.
KOMPLIKASI
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :
Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh invasi
langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus,
Staphylococcus,danHaemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,
batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena
virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa
lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang
menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan
antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala
komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari
19
encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan
frekuensi nafas,twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara
lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
Subacute Slcerosing Panencephalitis(SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala
terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulit
campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali.
Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi
pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum
mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan
dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.
Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan.
Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita
campak
Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan
trakeotomi.
PENCEGAHAN
20
1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu :
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan
membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah
selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus
atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita
pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya
rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien dengan risiko tinggi
lainnya.4
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan
bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.4
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak
yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis
yang reversibel.
21
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
PROGNOSIS
Secara umum prognosis Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau
bila ada komplikasi.
KESIMPULAN
Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot
di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus
campak.Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak
sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak
diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia
9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles
Mump Rubella).
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante K, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke enam.
Campak (RUBEOLA). Singapore: Elsevier, 2014. P.402-407.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi
I. Jakarta: IDAI, 2009.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Penyakit Infeksi Tropis. Jakarta: IDAI,
2009.
4. Sannat C, Chandel BS, Chauhan HC, dadawala AI. Morbilli virus and SLAM/CD
150 Receptors. International Journal of Pharmaceutical Research and Bio-
science.Volume 1 (4) : 19-41, 2012.
22
5. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid
FKUI 2010.
6. Atom. Campak. http://www.Medlinux.blogspot.com. [diakses 4 september 2016]
7. Haryowidjojo. Demam Campak. Http://www.Pediatrik.com. [diakses 5 september
2016]
23