A. IDENTITAS
Pasien Nama
: Tn. SH
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: kuli bangunan
Status perkawinan
: belum menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal pemeriksaan
: 9 Januari 2013
No. Register
: 062617
B. ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 9 Januari 2013 jam 10.00 WIB didapat secara
autoanamnesis.
1. Keluhan Utama
Kontrol paska pengobatan OAT pada akhir bulan ke 2
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 tahun yang lalu
Pasien mengeluh kulit pasien melepuh terasa gatal merah kehitaman
di bagian muka, tangan, alat kelamin dan kaki. Luka terasa panas.
Badan terasa demam. Demam naik turun. Hanya turun saat minum
obat penurun panas kemudian demam lagi. Cepat capek saat
aktivitas. Sariawan (-), diare (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-).
Kemudian beberapa kali pasien mengobatkan diri ke dokter, pasien
beri obat untuk kulitnya tetapi belum merasa ada perbaikan.
3 bulan yang lalu
Kulit masih melepuh terasa gatal kehitaman di bagian muka, tangan,
alat kelamin dan kaki. Badan kadang demam kadang tidak. Sariawan
(+), diare/ BAB cair (+) sehari > 10 x sedikit sedikit tanpa darah tanpa
lendir, batuk (+) tidak berdahak, sesak nafas (+),
keringat dingin
malam hari (+). Nafsu makan menurun (+). Pasien memeriksakan diri
ke dokter kemudian di rujuk ke BBKPM sukarakarta.
2 bulan yang lalu
Pasien datang ke BBKPM surakarta dengan rujukan dari spesialis
penyakit dalam dengan diagnosis dermatitis fenikulata, pasien
mengeluh kulit masih terasa gatal menghitam dan terasa panas.
Badan sumer-sumer. Sesak nafas (+) saat aktivitas bertambah sesek,
batuk tidak berdahak, dada terasa nyeri, kadang berkeringat pada
malam hari, nafsu makan menurun, diare (+), berat badan menurun 9
kg selama 2 bulan, sariawan sudah berkurang. Pasien didiagnosis
TB dan HIV setelah menjalani beberapa pemeriksaan penunjang.dan
memulai pengobatan TB.
Hari saat kontrol
Pasien sudah menjalani pengobatan TB selama 2 bulan, dan
pengobatan antivirus selama 1 bulan. Pasien mengeluh kadang
sedikit sesak,batuk (+) tidak berdahak, mual (+), nyeri dada (-),
keringat malam (-), diare (-), sariawan (-), demam (-),badan sudah
tidak gatal, masih berwarna hitam bulat-bulat kecil bersisik. Nafsu
makan sudah membaik. BB bertahap mulai naik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
-
Hipertensi disangkal
4. Riwayat Keluarga
-
Riwayat DM disangkal
: CM (GCS 15 : E4 V5 M6)
BB
: 56 kg
Gizi
: Cukup
2. Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 90x pm
Pernafasan
: 22 x pm
Suhu
: 36,4 oC
3. Pemeriksaan Fisik
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), reflek cahaya direct dan
indirect (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret
(-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris (+), lidah
tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
Leher
Simetris, trakea di tengah, peningkatan JVP (-/-), pembesaran kelenjar
getah bening (-/-), nyeri tekan (-/-), benjolan (-/-).
Toraks
Pulmo :
-
Palpasi
Ketinggalan gerak : tidak ada
Fremitus : Depan
Belakang
Perkusi : Depan
Sonor Sonor
Sonor Sonor
on Sonor
Belakang
Sonor Sonor or
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Depan
+
Belakang
Inspeksi
bentuk abdomen simetris, ukuran normal, tidak ada darm contour,
tidak ada darm steifung, tidak ada bekas luka operasi
Auskultasi
peristaltik usus normal
Palpasi
supel, nyeri tekan tidak ditemukan, hepar-lien tidak teraba
Perkusi
timpani
SGOT
: 35
( < 33 /L)
SGPT
: 39
( < 50 /L)
SGOT
: 28
( < 33 /L)
SGPT
: 28
( < 50 /L)
(-) negatif
Pagi
(+) Positif 1+
Sewaktu
(-) negatif
(-) Negatif
Sewaktu
(-) Negatif
D. RESUME
1. Anamnesis :
-
2 bulan yang lalu : kulit masih gatal hitam dan terasa panas.
Badan sumer-sumer, sesak nafas yang bertambah saat
aktivitas, batuk tidak berdahak, dada nyeri, kadang keringat
dingin, naafsu makan menurun, diare, BB menurun 9 kg
selama 2 bulan. Sariawan berkurang.
2. Pemeriksaan Fisik :
-
Laboratorium darah
SGOT
: 35
( < 33 /L)
SGPT
: 39
( < 50 /L)
SGOT
: 28
( < 33 /L)
SGPT
: 28
( < 50 /L)
BTA :
2. Planning :
-
Assessment
P. Diagnosis
BTA
P. Terapi
baru (SPS)
P. Monitoring
Lab Darah
Lanjut ARV
(terutama
pengobatan OAT
Terapi simtomatis
SGOT/SGPT)
Imunomodulator
Berat badan
3 x 1 tab
Efek samping
dengan
Foto Thoraks
obat
G. TERAPI
OAT kategori 1 fase lanjutan
R /H = 450 mg/ 300 mg
- ARV
-Simtomatik
Salbutamol tab 1 mg x2
Domperidon tab 2x1 k/p mual muntah
Xanvit 1x1
H. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
10
1.
TUBERCULOSIS
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium
tuberculosis,
khas
ditandai
dengan
terjadinya
Etiologi
TB Paru diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex. Bakteri ini merupakan basil tahan asam yang ditemukan
oleh Robert Koch pada tahun 1882 7. Mycobacterium tuberculosis
adalah kuman penyebab TB yang berbentuk batang ramping lurus
atau sedikit bengkok dengan kedua ujungnya membulat. Koloninya
yang kering dengan permukaan berbentuk bunga kol dan berwarna
kuning tumbuh secara lambat walaupun dalam kondisi optimal.
Diketahui bahwa pH optimal untuk pertumbuhannya adalah antara
6,8-8,0. Untuk memelihara virulensinya harus dipertahankan kondisi
pertumbuhannya pada pH 6,8 8.
M. tuberculosis tipe humanus
dan
bovines
adalah
Suspek TB Paru
Tanda utama :
a. BatukHasil
lamaBTA
> 3 minggu
b. Produksi+++
sputum
Hasil BTA
---
Hasil BTA
+- -
++-
c. Penurunan BB
Gejala paru lain
d. Batuk darah, nyeri dada, sesak
Gejala konstitusional
Ada perbaikan
Hasil BTA
+++
+++--
Hasil BTA
---
E. Diagnosis
Foto toraks dan pertimbangan dokter
12
TB
BUKAN TB
2. MHIV/ AIDS
a. Definisi
13
reseptor
membran
CD4,
yaitu
sel
T-helper
(CD4+).
14
seperti sel CD4+ lainnya, monosit, makrofag, sel NK (natural killer), sel
endotel, sel epitel, sel dendritik (pada mukosa tubuh manusia), sel
Langerhans (pada kulit), sel mikroglia, dan berbagai jaringan tubuh 13.
Sel limfosit CD4+ (T helper) berperan sebagai pengatur utama
respon imun, terutama melalui sekresi limfokin. Sel CD4+ juga
mengeluarkan faktor pertumbuhan sel B untuk menghasilkan antibodi
dan mengeluarkan faktor pertumbuhan sel T untuk meningkatkan
aktivitas sel T sitotoksik (CD8+). Sebagian zat kimia yang dihasilkan sel
CD4+ berfungsi sebagai kemotaksin dan peningkatan kerja makrofag,
monosit, dan sel Natural Killer (NK). Kerusakan sel T-helper oleh HIV
menyebabkan penurunan sekresi antibodi dan gangguan pada sel-sel
imun lainnya14.
Pada sistem imun yang sehat, jumlah limfosit CD4+ berkisar dari
600 sampai 1200/ l darah. Segera setelah infeksi virus primer, kadar
limfosit CD4+ turun di bawah kadar normal untuk orang tersebut.
Jumlah sel kemudian meningkat tetapi kadarnya sedikit di bawah
normal. Seiring dengan waktu, terjadi penurunan kadar CD4+ secara
perlahan, berkorelasi dengan perjalanan klinis penyakit. Gejala-gejala
imunosupresi tampak pada kadar CD4+ di bawah 300 sel/l. Pasien
dengan kadar CD4+ kurang dari 200/l mengalami imunosupresi yang
berat dan risiko tinggi terjangkit keganasan dan infeksi oportunistik 13.
c. Penularan HIV/ AIDS
Penularan AIDS terjadi melalui :
1. Hubungan kelamin (homo maupun heteroseksual);
2. Penerimaan darah dan produk darah;
3. Penerimaan organ, jaringan atau sperma;
4. Ibu kepada bayinya (selama atau sesudah kehamilan).
Kemungkinan penularan melalui hubungan kelamin menjadi lebih
besar bila terdapat penyakit kelamin, khususnya yang menyebabkan
luka atau ulserasi pada alat kelamin. HIV telah diisolasi dari darah,
sperma, air liur, air mata, air susu ibu, dan air seni, tapi yang terbukti
15
berperan dalam penularan hanyalah darah dan sperma. Hingga saat ini
juga tidak terdapat bukti bahwa AIDS dapat ditularkan melalui udara,
minuman, makanan, kolam renang atau kontak biasa (casual)dalam
keluarga, sekolah atau tempat kerja. Juga peranan serangga dalam
penularan AIDS tidak dapat dibuktikan.15
d. Diagnosis
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Pertama, tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay) yang bereaksi terhadap antibodi dalam serum. Apabila hasil
ELISA positif, dikonfirmasi dengan tes kedua yang lebih spesifik, yaitu
Western blot. Bila hasilnya juga positif, dilakukan tes ulang karena uji ini
dapat memberikan hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Bila hasilnya
tetap positif, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat
penyakit dan dimulai usaha untuk mengendalikan infeksi 13.
WHO mengembangkan sebuah sistem staging (untuk menentukan
prognosis), berdasarkan dari kriteria klinis, sebagai berikut. 15
Tabel . WHO clinical staging system for HIV infection and related disease
in adult (13 years or older)
Stage 1 :
- Asimptomatik
- Limfadenopati general
Stage 2:
-Penurunan berat badan < 10% berat badan sebelumnya
- Manifestasi mukokutaneus minor (misal: ulserasi oral,
infeksi jamur di kuku)
- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
- Infeksi saluran napas atas rekuren (misal: sinusitis
bakterial)
16
Candidiasis oral
TB paru
HIV,
Nama Obat
Abacavir (ABC)
Didanosin (ddl)
reverse
Lamivudine (3TC)
sehingga
Stavudine (d4T),
Nevirapin (NVP)
Efavirenz (EFV)
Indinavir (IDV)
Ritonavir (RTV, r)
Lopinavir (LPV)
HIV.
Nelvinafir (NFV)
Saquinavir (SQV)
18
rentan
terhadap
berbagai
infeksi.
Beberapa
di
15
HIV (+)
TERPAJAN
b. Patogenesis
Konsentrasi Kuman
Lama Kontak
SEMBUH
TB
INFEKSI
MATI
10%
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan
Malnutrisi
Tatalaksana tak memadai
Penyakit DM, imunosupresan
Kondisi kesehatan
19
15
20
tersering.
Penampakan
klinis
tergantung
dari
derajat
Gambaran klinis
d. Penatalaksanaan
Pada dasarnya, prinsip pengobatan TB dengan HIV/AIDS sama
dengan pengobatan tanpa HIV/AIDS. Prinsip pengobatan adalah
menggunakan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan
dosis serta jangka waktu yang tepat 1. Prinsip pengobatan pasien TBHIV adalah adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan
ARV (Antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV dengan
standar WHO2.
Pengobatan OAT pada TB-HIV1:
-
Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali
pakai yang steril.
21
22
Keadaan
penyakit
TB paru dan
CD4 < 50/mm3
TB ekstra paru
Rekomendasi
Mulai terapi ARV dengan salah satu
regimen di bawah segera setelah terapi
TB ditoleransi:
ZDV/ 3TC/ABC
ZDV/3TC/EFZ
ZDV/3TC/SQV/r
ZDV/3TC/NVP
ZDV/3TC/NVP
yang
menderita
atau
yang
diduga
menderita
TB.
23
dengan
TB dan
infeksi
HIV
seharusnya
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Isbaniyah,
F.
dkk.
Tuberkulosis:
Pedoman
Diagnosis
dan
Pemeriksaan
Laboratorium
Tuberkulosis
dan
25
10. Hasan, H. Tuberkulosis Paru, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press; 2010
11. Amin, Z. Asril B. Tuberkulosis Paru, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: FKUI; 2009.
12. Simbolon, E. Pola Kelainan Kulit pada Pasien HIV/AIDS di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra
Utara;
2011.
Diakses
dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21448.
13. Lan, V.M. Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV) dan Sindrom
Imunodefisiensi
Didapat
(AIDS).
Dalam:
Hartanto,H.
(eds).
TB/
HIV:
Clinical
Manual;
2004.
Diakses
dari:
whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241546344.pdf.
26