Anda di halaman 1dari 21

Hanya untuk Dipinjamkan

SISTEM NEURO PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

MODUL KEJANG

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
Buku Pegangan Mahasiswa

SISTEM NEURO PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

MODUL

KEJANG

Tim penyusun modul Kejang:

Ketua:
Dr. Anwar Wardy Warongan, SpS, DFM

Kontributor:
Dr. Anwar Wardy Warongan, SpS, DFM
Dr. Hafiz Soewoto, SpBK
Dr. Jekti T. Rochani, SpMK
Dr. Rusdi Effendi, SpKJ
Dr. Meita Dwi Utami, MSc

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

Sistem Neuropsikiatri-2014 1
Buku Pegangan Mahasiswa

MODUL KEJANG

PENDAHULUAN

Modul Kejang (Seizure) ini diberikan pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
sistem Neuropsikiatri di semester keenam. TIU dan TIK modul ini disajikan pada permulaan
buku, agar dapat dimengerti secara menyeluruh tentang konsep dasar penyakit-penyakit
yang memberikan gejala kejang.
Melalui modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang
patomekanisme, gejala, alur diagnosis, penanganan, dan tata laksana sosial serta stigma dari
berbagai gangguan atau penyakit yang disertai dengan gejala kejang, termasuk gangguan
kejiwaan yang disertai dengan kejang.
Sebelum menggunakan modul ini, mahasiswa dan tutor diharapkan memahami TIU
dan TIK modul ini sehingga tidak terjadi penyimpangan pada diskusi dan tujuan serta
kompetensi minimal yang diharapkan dapat dicapai. Bahan untuk diskusi dapat diperoleh
dari bacaan yang tercantum pada akhir setiap unit. Kuliah pakar akan diberikan atas
permintaan mahasiswa yang berkaitan dengan penyakit ataupun penjelasan dalam
pertemuan konsultasi antara peserta kelompok diskusi anda dengan ahli yang bersangkutan.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam memecahkan
masalah penyakit dengan Kejang baik yang idiopatik maupun simptomatik.

Jakarta, Maret 2014

Tim Penyusun

Sistem Neuropsikiatri-2014 2
Buku Pegangan Mahasiswa

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan bermacam-


macam penyakit dengan gejala kejang yang mungkin dapat disertai dengan gangguan
kejiwaan dan mampu memahami alur diagnosis, penanganan, serta tata laksana sosial dan
stigma penderita dengan gangguan kejang.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang dapat memberikan gejala kejang.

2. Menjelaskan tentang patomekanisme tejadinya penyakit-penyakit dengan gejala kejang.


2.1. Menjelaskan tentang struktur anatomi susunan syaraf pusat sehubungan
dengan gangguan kejang .
2.1.1. menguraikan struktur anatomi bagian cerebrum sehubungan dengan
kejang
2.1.2. menguraikan struktur anatomi sistim syaraf sentral dan otonom
sehubungan dengan kejang,
2.1.3. menguraikan struktur anatomi sistem saraf perifer sehubungan
dengan kejang.
2.1.4. Menjelaskan topis anatomi sehubungan dengan kejang.
2.2. Menjelaskan tentang struktur histologi serta histofisiologi dari susunan saraf
pusat, yang ada hubungannya dengan gangguan kejang.
2.2.1. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari sel-sel neuron.
2.2.2. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari sel glia.
2.2.3. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari susunan saraf
otonom.
2.2.4. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari reseptor saraf
sentral.

Sistem Neuropsikiatri-2014 3
Buku Pegangan Mahasiswa

2.3. Menjelaskan tentang struktur histologi serta histofisiologi dari susunan saraf
perifer, yang ada hubungannya dengan gangguan kejang
2.3.1. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari sel-sel neuron
pada medula-spinalis.
2.3.2. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari sel pada cornu
anterior, posterior maupun lateral.
2.3.3. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari susunan saraf
otonom pada spinal.
2.3.4. menguraikan struktur histologis dan histofisiologis dari Reseptor saraf
perifer.
2.4. Menjelaskan klasifikasi dan fisiologi susunan saraf pusat yang ada hubungannya
dengan gangguan kejang
2.4.1. menjelaskan dasar biolistrik/transmitter dalam tubuh sehubungan
dengan kejang.
2.4.2. menjelaskan proses transmisi sinaptik dan otot dalam kaitannya
dengan kejang.
2.4.3. Menjelaskan sistem saraf otonom dalam kaitannya dengan kejang.
2.4.4. menjelaskan fungsi motorik korteks serebri dan ganglia basalis dalam
kaitannya dengan kejang.
2.4.5. menjelaskan fungsi intelektual otak, memori dan proses belajar dalam
kaitannya dengan kejang.
2.4.6. menjelaskan fungsi sistem limbik dan hipothalamus dalam kaitannya
dengan kecemasan.
2.4.7. menjelaskan neurofisiologis tidur dan bangun dalam kaitannya dengan
kejang.
2.5. Menjelaskan fisiologi susunan saraf perifer yang ada hubungannya dengan
gangguan kejang
2.5.1. menjelaskan dasar biolistrik/transmitter dalam tubuh sehubungan
dengan kejang.
2.5.2. menjelaskan proses transmisi sinaptik dan otot dalam kaitannya
dengan kejang.
2.5.3. menjelaskan sistem saraf otonom dalam kaitannya dengan kejang.

Sistem Neuropsikiatri-2014 4
Buku Pegangan Mahasiswa

2.5.4. menjelaskan fungsi motorik pada cornu anterior-posterior serta


lateral dalam kaitannya dengan kejang.
2.6. Menjelaskan tentang substansi biokimia yang berperan dalam kejang.
2.6.1. Menjelaskan komposisi kimia yang berperan dalam struktur dan
dinamika sel saraf dan peran neuron pada perjalanan impuls saraf
melalui sinyal listrik maupun sinyal kimia/humoral dalam kaitan
dengan kejang.
2.6.2. Menjelaskan peran protein membran sel saraf dan proses transduksi
sinyal sehubungan dengan kejang.
2.6.3. Menjelaskan peran ion Ca2+ pada penyaluran impuls saraf dalam
kaitannya dengan kejang.
2.6.4. Menjelaskan peran kanal ion Na dan K sebagai penyalur ion dan
penyebab depolarisasi membrane sel saraf dalam hubungannya
dengan kejang.
2.6.5. Menjelaskan biokimia neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
reseptronya masing-masing pada penyaluran impuls saraf, dan peran
neurotransmitter pada penyaluran impuls kimia pada: myoneural
junction yang terdapat di otot berkaitan dengan kejang.
2.6.6. Menjelaskan bahwa peningkatan konsentrasi glutamat ekstra sel serta
depolarisasi neuron berperan penting pada timbulnya proses
excitotoxicity dan peningkatan ion Ca intrasel dan enzimnya berperan
pada timbulnya kerusakan neuron pada excitotoxicity yang
berhubungan dengan terjadinya kejang.
2.6.7. Menjelaskan gangguan metabolism seperti hipoglikemia, dan
gangguan elektrolit maupun keadaan hipoksia terhadap penyaluran
impuls saraf, yang berkaitan dengan terjadinya kejang.
2.7. Menjelaskan gambaran hisopatologis susunan syaraf dan mekanisme pada
penyakit-penyakit dengan kejang.
2.7.1. menjelaskan dan menggambarkan histopatologi susunan saraf pusat
maupun perifer.
2.7.2. menjelaskan dan menggambarkan histopatologi susunan saraf
otonom pada penyakit-penyakit dengan kejang.

Sistem Neuropsikiatri-2014 5
Buku Pegangan Mahasiswa

3. Menjelaskan cara diagnosis penyakit-penyakit dengan kejang:


3.1. menjelaskan tentang cara menyusun dan melakukan anamnesis penyakit-
penyakit dengan kejang dan faktor risiko, serta etiologinya.
3.2. menjelaskan tentang pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk diagnosis
penyakit-penyakit dengan kejang; tanda sehubungan dengan kejang idiopatik
maupun simptomaik.
3.3. menjelaskan tentang pemeriksaan status mental yang dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit-penyakit dengan kejang.
3.4. menyebutkan jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu
diagnosis penyakit dengan kejang.
3.4.1. menyebutkan tes-tes neurologis yang dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis penyakit-penyakit dengan kejang.
3.4.2. menyebutkan tes-tes laboratorium yang dapat dilakukan untuk
membantu diagnosis penyakit-penyakit dengan kejang, dan mampu
melakukan interpretasi hasil laboratorium yang bersangkutan.
3.4.3. menyebutkan pemeriksaan radiologi (CT Scan) dan penunjang lainnya
(EEG) yang dapat membantu diagnosis penyakit-penyakit dengan
keluhan kejang, dan mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
yang bersangkutan.

4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan penyakit-penyakit dengan kejang.


4.1. menjelaskan tentang cara penanganan penderita kejang secara neurologi dan
faktor psikiatri yang menyertai.
4.1.1. menjelaskan tentang neuroterapi
4.1.2. menjelaskan tentang terapi neurofarmakologi.
4.1.3. menjelaskan tentang terapi paskaserangan kejang; reversible atau cacat.
4.1.4. menjelaskan tentang penanganan penderita kejang dari perspektif gawat
darurat.
4.2. menjelaskan tentang cara penanganan penderita kejang secara farmakologis dan
non farmakologis:
4.2.1. mekanisme kerja, indikasi dan kontra indikasi, dosis, efek samping, dan cara
pemilihan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan penyakit dengan
kejang.

Sistem Neuropsikiatri-2014 6
Buku Pegangan Mahasiswa

4.2.2. terapi enteral dan parenteral pada kasus kejang.

5. Menjelaskan tentang cara tata laksana sosial dan stigma yang dilakukan pada penderita
penyakit dengan Kejang .
5.1. menjelaskan tentang rehabiliatsi neuro-sosial pada kasus kejang, (home-care, dan
aspek medikolegal)
5.2. menjelaskan tentang tata laksana sosial dan stigma fisik pada penderita kejang

Sistem Neuropsikiatri-2014 7
Buku Pegangan Mahasiswa

SKENARIO

KASUS 1

Seorang anak laki-laki 12 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh orangtuanya segera
setelah timbul gejala : “tiba-tiba perutnya sakit, merengek terus, dan kejang hingga
mulutnya berbusa, kemudian sadar kembali setelah 30 detik”. Dokter masih melihat
gejala aura dan automatisasi. Setelah serangan tersebut, terdapat keluhan tangan
dan kaki terasa baal; sesaat kemudian sembuh lagi. Pasien tidak ingat lagi kejadian
yang menyebabkan timbulnya keluhan ini.

Pada pemeriksaan EEG ditemukan aktifitas theta wave yang ireguler simetris dan di
beberapa tempat nampak gelombang lambat delta, CT-Scan Normal. Laboratorium
darah dan urin normal. Kejadian ini sudah berulang kali dialami, pertama kali kejang
pada usia 10 tahun, biasanya sekitar dua kali dalam sebulan dan akhir-akhir ini
semakin sering.

KASUS 2

Seorang laki-laki usia 30 tahun mengunjungi dokter dengan keluhan nyeri kepala disertai
dengan muntah menyembur, tidak sembuh dengan analgetik yang diberikan dokter. Hal ini
dialaminya sewaktu-waktu dan semakin sering pada 2 bulan terakhir. Riwayat sebelumnya;
seminggu lalu pasien ini didapati keluarganya kejang-kejang saat menonton TV dan tidak
sadar. Dua menit setelah sadar, pasien mengeluh sakit kepala hebat disertai muntah.

Pada pemeriksaan dokter ditemukan kelumpuhan ringan pada tangan dan kaki kiri.
Pemeriksaan CT Scan; ada masa hiperdens pada daerah subkortikal kanan otak.

Sistem Neuropsikiatri-2014 8
Buku Pegangan Mahasiswa

SKENARIO: KASUS 3

Seorang laki-laki usia 18 tahun dibawa oleh keluarga ke IGD suatu Rumah Sakit dengan
keadaan kejang umum disertai demam dan tidak sadar. Pada pemeriksaan didapatkan data
bahwa pasien ini sering menggunakan narkotika.

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium urine ditemukan golongan amfetamin positif,


sedangkan pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah CD4 menurun. Pada CT Scan tak
nampak kelainan apapun. Pada usia 8 thn, pasien tersebut pernah menderita TBC selama 2
tahun. Pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat tanda-tanda rangsang meningeal. Setelah
dilakukan punksi lumbal didapatkan hasil Nonne dan Pandi positif.

SKENARIO: KASUS 4

Perempuan usia 50 tahun diantarkan oleh keluarganya ke IGD karena kejang umum dan
tidak sadar sejak 10 menit. Dokter jaga melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium;
didapatkan hasil Gula darah sewaktu 400 mg/dL. Pasien ini pernah dirawat dengan DM yang
diidap selama 15 tahun, tidak terkontrol.

CT scan kepala tampak oedem otak yang luas, EEG terdapat gambaran abnormal delta wave
reguler simetris. Pemeriksaan fisik neurologis tidak nampak adanya kelumpuhan Nn kranialis
maupun anggota gerak.

Sistem Neuropsikiatri-2014 9
Buku Pegangan Mahasiswa

PETUNJUK UNTUK MAHASISWA

1. Pra tutorial
1. Mempelajari dengan seksama modul ini termasuk TIU dan TIK.
2. Mengikuti kegiatan penjelasan tutorial oleh Koordinator/Sekretaris Sistem.
3. Mengumpulkan literatur ataupun referensi (textbook, slide, e-book, artikel ilmuah)
yang dapat digunakan dan menunjang proses tutorial.

2. Tutorial pertemuan 1

1. Setelah membaca skenario, mahasiswa berdiskusi dalam satu kelompok diskusi yang
terdiri dari 10 – 12 orang yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok dan sekretaris
yang dipilih oleh kelompok mahasiswa itu sendiri. Diskusi ini sebaiknya dipimpin
secara mandiri oleh Ketua kelompok terpilih dan dinamika kelompok sepenuhnya
ditentukan oleh kelompok. Tutor hanya bersifat memfasilitasi kedinamisan diskusi
kelompok.
2. Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa
diharapkan memecahkan “masalah” yang terdapat dalam skenario ini dengan
mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah (seven jumps). Untuk tutorial I, langkah
penyelesaian masalah yang dilakukan adalah langkah 1-5, sebagai berikut:
1. Klarifikasi semua istilah asing/kata sulit,
2. Tentukan masalah (aspek atau konsep) pada skenario yang tidak anda
mengerti. Buat pertanyaan tentang hal tersebut.
3. Dengan menggunakan pengetahuan masing-masing, jawablah atau
jelaskanlah masalah tersebut.
4. Cobalah membuat menyusun penjelasan tersebut secara sistimatik, lakukan
analisa dan sintesa.
5. Tentukan masalah-masalah yang belum terjawab dengan baik dan
jadikanlah hal tersebut sebagai tujuan pembelajaran selanjutnya.
3. Melakukan penilaian atas pelaksanaan tutorial pada umumnya dan kinerja tutor.

Sistem Neuropsikiatri-2014 10
Buku Pegangan Mahasiswa

3. Diskusi Mandiri (antara Tutorial 1 dan 2)


Secara mandiri, tanpa didampingi dosen atau fasilitator, mahasiswa melanjutkan langkah ke
6 pada metode seven jumps, yaitu: mengumpulkan informasi tambahan dari berbagai
literatur.

4. Tutorial pertemuan 2
1. Dalam diskusi kelompok yang difasilitasi oleh tutor, melanjutkan langkah ke 7 pada
metode seven jumps, yaitu: Mensitesis informasi baru yang didapatkan pada langkah
ke-6 dan mengevaluasi informasi-informasi yang baru tersebut terhadap masalah
awal.
2. Melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan
melakukan klassifikasi, analisa dan sintese dari semua informasi.
3. Menyusun kesimpulan dari penyelesaian masalah berdasar diskusi kelompok.
4. Merumuskan kebutuhan kelompok setelah menyelesaikan seven jumps, apakah
perlu kuliah pakar dalam kelas untuk mengklarifikasi masalah yang belum jelas atau
tidak diketemukan jawabannya.

5. Pasca tutorial 2
1. Mempersiapkan slide presentasi untuk kegiatan pleno.
2. Mengirimkan draft slide presentasi kepada masing-masing tutor untuk
mendapatkan masukan atau revisi.
3. Menyusun laporan kelompok.

Catatan:
 Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang
diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 5 dan 6 bisa diulangi,
dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
 Langkah 6 dan 7 dapat dilakukan berulang-ulang di luar tutorial, dan setelah
informasi dianggap cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang
biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk bersama
untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang masih belum jelas.

Sistem Neuropsikiatri-2014 11
Buku Pegangan Mahasiswa

6. Saat Panel Diskusi


1. Wajib mengikuti diskusi panel.
2. Membuat penilaian pada penampilan, cara menjawab, isi
jawaban dan lain-lain pada mahasiswa yang melapor atau menjawab pertanyaan.
3. Seminggu setelah pelaksanaan diskusi panel, laporan kelompok
dikumpulkan untuk dilakukan penilaian oleh masing-masing tutor.

Catatan :
 Laporan penyajian kelompok serta semua laporan hasil diskusi kelompok serta
laporan kasus masing-masing mahasiswa diserahkan satu rangkap ke Tutor masing-
masing kelompok melalui ketua kelompok.
 Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh tutornya masing-masing, dan
dikembalikan ke kelompok tutorial untuk perbaikan.
 Setelah diperbaiki, dua rangkap masing-masing laporan diserahkan ke Koordinator
sistem Neuropsikiatri dan Bidang Akademik.
 Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain untuk
dipakai sebagai salah satu bahan ujian

Sistem Neuropsikiatri-2014 12
Buku Pegangan Mahasiswa

BAHAN BACAAN DAN SUMBER-SUMBER LAIN


1. Buku ajar dan Journal Neurology.
2. Handbook of Clinical Neurology.
3. Handbook of Clinical Neurophysiology, Stalberg ta.2008.
4. Handout dan Diktat.
5. The Comprehensive Evaluation and Treatment of Epilepsy, Steven Schachter ta. 2008
6. Sumber lain : Internet, VCD, Tape, Slide
7. Dosen Pengampu mata kuliah:
No Nama Bagian Telepon e-mail
1 Dr. Anwar Wardy, SpS Neurologi
2 DR. Dr. Sitti Airiza Jennie, SpS (K) Neurologi
3 Dr. Yusnam Syarief, PAK Anatomi
4 Dr. Elyusrar Alyasar Jalal, PhD Histologi
5 Dr. Kartono Ichwani, SpBK Biokimia
6 Dr. Busjra M. Noor, MSc, Fisiologi
7 Dr. Prabowo Soemarto, SpPA Patologi Anatomi
8 Prof. DR. dr. Armen Muchtar, SpFK Farmakologi
9 Dr. Arief Indra S, SpPK Patologi Klinik
10 Dr. Rusdi Effendi, SpKJ Jiwa
11 Dr. Isa Multazam Noor, SpKJ Jiwa
12 Dr. Yusri Hapsari Utami Sp KJ Jiwa
13 Dr. Lailan Safina, MSi.Med Gizi
14 Dr. Syafri Guricci, MSc, DAN IKM
15 Dr. Austianti Timur Westari Westi Radiologi
Soewondo, SpRad

Sistem Neuropsikiatri-2014 13
Buku Pegangan Mahasiswa

LEMBAR KERJA

Sistem Neuropsikiatri-2014 14
Buku Pegangan Mahasiswa

2.
1.TENTUKAN PROBLEM
KLARIFIKASI KUNCI DENGAN MEMBUAT
KATA SULIT
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING

Sistem Neuropsikiatri-2014 15
Buku Pegangan Mahasiswa

3. JAWABAN PERTANYAAN

Sistem Neuropsikiatri-2014 16
Buku Pegangan Mahasiswa

4. TUJUAN PEMBEAJARAN SELANJUTNYA

Sistem Neuropsikiatri-2014 17
Buku Pegangan Mahasiswa

5. INFORMASI BARU

Sistem Neuropsikiatri-2014 18
Buku Pegangan Mahasiswa

6. KLASIFIKASI SEMUA INFORMASI

Sistem Neuropsikiatri-2014 19
Buku Pegangan Mahasiswa

7. HASIL ANALISA & SINTESIS SEMUA INFORMASI

Sistem Neuropsikiatri-2014 20

Anda mungkin juga menyukai