Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat.


Prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia semakin meningkat. Menurut
WHO (1997) diprediksi bahwa akan terjadi peningkatan kasus Diabetes Mellitus
terutama pada daerah Asia Tenggara termasuk di Indonesia. IDF (International
Diabetes Federation) memperkirakan adanya kenaikan 8,2 juta penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Sedangkan menurut PERKENI
(Persatuan Endrokinologi Indonesia, 1998) pada tahun 2020 di Indonesia akan
terdapat 178 juta penduduk berusia 20 tahun dengan asumsi prevalensi Diabetes
Mellitus sebesar 4%.
Diketahui bahwa jumlah kejadian baru diabetes melitus di kota
Palembang pada tahun 2011 - 2015 fluktuatif. Kejadian tertinggi terdapat pada
tahun 2015 yaitu sebesar 2330 sedangkan prevalensi terendah pada tahun 2014
yaitu 1553. Hal ini berarti kejadian baru diabetes mellitus masih menjadi masalah
besar di kota Palembang karena proporsi kejadian baru diabetes mellitus
mengalami kenaikan pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu dilakukan
intervensi penyebab dari kejadian DM.
Salah satu intervensi yg dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
diagnosis komunitas. Menurut WHO, diagnosis kunitas adalah penjelasan secara
kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor
faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Komunitas yang biasa nilai
adalah keluarga yang terdiri dari berbagai aspek salah satunya hubungan antar
anggota keluarga.
Suatu keluarga memiliki yang baik harus memiliki interaksi (kedudukan
dalam keluarga) dan relationship (hubungan kedekatan) antara individu anggota
keluarga yang mana merefleksikan dan mempengaruhi kesehatan fisik, mental,
spiritual dari individu – individu tersebut dalam keluarga. Diharapakan dengan
adanya peran keluarga dalam pengendalian kadar gula darah akan memberikan

1
perawatan dan motivasi kepada anggota keluarga yang menderita diabetes
mellitus untuk tetap mengendalikan kadar gula darah.
Banyak terdapat metode dalam penilaian dinamika suatu keluarga salah
satunya yaitu APGAR family tools untuk menilai bagaimana kepuasan hubungan
salah satu anggota keluarga terhadap terhadap anggota yang lainnya melalui
sebuah kuisioner. Diharapkan APGAR family tools ini dapat berperan dalam upaya
untuk mengurangi angka kejadian diabetes mellitus di Indonesia melalui
pendekatan keluarga. Maka dari itu penting untuk diketahui bagaimana cara dan
proses penilaian APGAR family tools dan hubungannya dalam mengurangi angka
kejadian DM.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis Komunitas


2.1.1 Definisi Diagnosis komuitas
Komunitas didefinisikan sebagai sekelompok orang yang memiliki paling
tidak ada satu kesamaan sifat yang berlaku untuk semua anggota komunitas
bersangkutan. Kesamaan sifat ini bisa berupa kesamaan wilayah.
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya
suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan. Menurut
definisi WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan
kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor faktor yang
mempengaruhi kondisi kesehatannya.

2.1.2 Tujuan Kompetensi Diagnosis Komunitas


Tujuan utama dari penguatan kompetensi diagnosis komunitas adalah agar
dokter mampu mengidentifikasi masalah kesehatan di komunitas dan membuat
solusi pemecahannya. Secara khusus, tujuannya adalah dokter mampu :
- mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat
- mengembangkan instrumen untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
- menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi
pemecahannya
- menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer
- berkomunikasi secara baik dengan masyarakat
- membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan

2.1.3 Fungsi diagnosis komunitas


Fungsi diagnosis komunitas dalam suatu program kesehatan adalah sebagai
berikut :

3
- untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah
- untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah
kesehatan pada komunitas lokal dan penduduknya
- untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di
masa depan
- untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan
media
- untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program
kerja kesehatan.

2.1.4 Perbedaan Kedokteran Klinis dan Kedokteran Komunitas


Tabel 1. Perbedaan Kedokteran Klinis dan Kedokteran Komunitas
Karakteristik Kedokteran Komunitas Kedokteran Klinis

Area pelayanan Populasi di area kerja Pasien yang datang ke fasilitas


kesehatan
Strategi Aktif dan pasif Pasif, menunggu pasien datang
operasional
Organisasi Terdiri atas puskesmas, pustu, Terdiri atas hubungan yang
posyandu tidak mengikat antara
pelayanan primer, sekunder
dan tersier
Bentuk pelayanan Komprehensif (health Hanya kuratif
promotion, specific protection,
early diagnosis dan prompt
treatment, disability-limitation,
rehabilitation
Koordinasi Ada koordinasi dengan Tidak ada hubungan
Intersektoral departemen kesehatan dan
jajarannya
Partisipasi Mengikut sertakan masyarakat Partisipasi terbatas
masyarakat dalam program kesehatan
Analisis cost- Memberikan high cost- benefit Memberikan poor cost- benefit
benefit rasio melalui minimum- rasio melalui maximum-
expenditure dan maximum- expenditure dan minimum-
result result

4
2.1.5 Perbedaan Diagnosis Komunitas dan Diagnosis Klinis
Tabel 2. Perbedaan Diagnosisi Komunitas dan Diagnosis Klinis
No Diagnosis Klinis Diagnosis Komunitas
1 Dilakukan oleh dokter Dilakukan oleh dokter atau
epidemiologis
2 Fokus perhatian : pasien Fokus perhatian : komunitas /
masyarakat
3 Fokus perhatian : hanya orang Fokus perhatian : orang sakit dan sehat
sakit
4 Dilakukan dengan memeriksa Dilakukan dengan cara survey
pasien
5 Diagnosis didapat berdasarkan Diagnosis didasarkan atas Riwayat
keluhan dan simtom Alamiah Perjalanan Penyakit ( Natural
history of disease)
6 Memerlukan pemeriksaan Memerlukan penelitian epidemiologi
laboratorium
7 Dokter menentukan pengobatan Dokter/epidemiologis merencanakan
plan of action
8 Pengobatan pasien menjadi tujuan Pencegahan dan Promosi menjadi tujuan
utama utama
9 Diikiuti dengan follow up kasus Diikuti dengan program evaluasi
10 Dokter tertarik menggunakan Dokter/epidemiologis tertarik dengan
teknologi tinggi nilai-nilai statistik

2.1.6. Tahapan Kerja Diagnosis Komunitas


Tahapan kerjanya adalah:
1. Menentukan area masalah yang dihadapi puskesmas. Area masalah yang
dimaksud bisa diambil dari program program yang dilaksanakan di
puskesmas. Untuk itu ada beberapa sumber untuk menentukan area yaitu
melihat data jangkauan pelayanan atau pencapaian program serta
menanyakan kepada pimpinan puskesmas yang dianggap sebagai informan
kunci
2. Menentukan masalah yang spesifik yang ada di area tersebut. Cara
menentukannya adalah dengan menanyakan kepada dokter puskesmas atau
penanggung jawab program yang bersangkutan

5
3. Membuat proposal sederhana untuk merumuskan langkah langkah metode
diagnosis komunitas mencakup sasaran, sampel, instrumen yang dipakai
dan batasan operasional data yang akan diambil
4. Persiapan pengumpulan data di lapangan atau dari pengunjung puskesmas
5. Menganalisis data secara deskriptif dengan menggunakan program
analisis. Dalam diagnosis komunitas ini uji statistik inferens tidak penting
untuk dilakukan
6. Membuat laporan untuk diseminasi ke pimpinan dan pengelola program
terkait di puskesmas

6
2.2 Keluarga dan family APGAR tools
Diagnosis komunitas memiliki fokus perhatian utama yang diberikan
adalah masyarakat, dengan keluarga sebagai salah satu bagian di dalamnya. Peran
keluarga dalam kedokteran dimana terdapat hubungan yang saling mempengaruhi
antara pasien, keluarga pasien, dan dokter yang kesemuanya bekerjasama dalam
hubungan perawatan medis. Hubungan tersebut tercipta agar tersedia kualitas
perawatan kesehatan yang berorientasi pada keluarga dimana keluarga berfungsi
sebagai sumber paling mendasar keberadaan pasien dan keluarga. Dengan kata
lain keluarga merupakan patner alami dalam perawatan kesehatan.

2.2.1 Definisi Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami istri dan anak; atau ayah dengan anak atau ibu dengan anak (UU
RI No. 10 Th 1992). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas Kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998). Menurut WHO 1969, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan. Keluarga adalah
sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan
yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1981).

2.2.2 Fungsi Keluarga


Fungsi-fungsi keluarga harus dipahami oleh dokter keluarga untuk
membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi oleh para
anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah kesehatan setiap anggota
keluarga tersebut. Fungsi keluarga banyak macamnya. Di Indonesia fungsi
keluarga dibedakan menjadi 8 macam menurut PP no.21 tahun 1994.
1. Fungsi keagamaan
Yang dimaksud dengan fungsi keagamaan adalah fungsi keluarga sebagai
wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa

7
untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi budaya
Yang dimaksud dengan fungsi budaya adalah fungsi keluarga dan
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam
satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih
Yang dimaksud dengan fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam
memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,
suami dengan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan
kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana utama
bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4. Fungsi melindungi
Yang dimaksud dengan fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk
menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.
5. Fungsi reproduksi
Yang dimaksud dengan fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang
merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang
direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat
manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Yang dimaksud dengan fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi
keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupannya dimasa depan.
7. Fungsi ekonomi
Yang dimaksud dengan fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai
unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

8
8. Fungsi pembinaan lingkungan
Yang dimaksud dengan fungsi pembinaan lingkungan adalah fungsi
keluarga yang memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dapat
menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya
dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.

Lima dasar fungsi keluarga (Goh et al, 2004 ; Pineda, 1999)


1. Keluarga memberikan dukungan satu dengan lainnya ( saling
mendukung)
2. Keluarga membangun otonomi dan kebebasan kepada setiap
anggotanya untuk tumbuh sebagai individu yang meningkat dalam
keluarga (kebebasan yang bertanggungjawab)
3. Keluarga menciptakan peraturan yang dapat mengatur hubungan
kekeluarga dengan individu – individu dalam keluarga
4. Keluarga menyesuaikan dengan perubahan lingkungan (adaptasi
terhadap perubahan lingkungan)
5. Keluarga berkomunikasi satu dengan lainnya

2.2.3 Dinamika keluarga


Dinamika keluarga (Goh et al, 2004 ; Rakel, 1998) merupakan interaksi
(kedudukan dalam keluarga) dan relationship (hubungan kedekatan) antara
individu anggota keluarga yang mana merefleksikan dan mempengaruhi
kesehatan fisik, mental, spiritual dari individu – individu tersebut dalam keluarga.
Pentingnya mengetahui dinamika keluarga adalah untuk membantu dokter
keluarga mendiagnosa penyakit dan rasa sakit dan mendapatkan pengakuan faktor
- faktor yang mungkin membantu atau tersembunyi dalam kesembuhan pasien.
Selain itu, pengetahuan dinamika keluarga juga berguna dalam memformulasikan
cara untuk membantu pasien agar lebih efektif dan bisa beradaptasi dengan
problem kesehatan mereka. Dinamika keluarga dapat dinilai dengan family
assessment tools.

9
2.3 Family assessment tools APGAR
Untuk menilai dinamika keluarga, kita membutuhkan alat/perangkat yakni
dengan family assessment tools (perangkat penilaian keluarga). Dari hasil
penilaian tersebut, kita dapat mengetahui keluarga tersebut masuk dalam kategori
mana. Apakah keluarga bahagia/fungsional, atau keluarga yang biasa saja/mid-
range, atau keluarga yang tidak bahagia/disfungsional.

Gambar 1. Fungsi Family tools dalam dinamika keluarga

Family assessment tools (Perangkat penilaian keluarga) yang biasa


digunakan dalam menilai dinamika keluarga yaitu: (1) Family life cycle;
(2)Family map; (3)Family life line; (4)Family APGAR; (5)Family SCREEM
(Mc.Daniel, 2005; Goh et al, 2004; Rakel, 2002, Pineda, 1999;Samaniego,1999).
Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai Family APGAR sebagai salah
satu tools dalam family assessment.
APGAR adalah kuesioner skrining singkat yang dirancang untuk
merefleksikan kepuasan anggota keluarga terhadap status fungsional keluarga
(Smilkstein, Ashworth, dan Montano, 1982). Family APGAR adalah instrumen
yang digunakan sebagai rapid assesmentuntuk mengetahui berfungsinya sebuah
keluarga di mata individu pasien.

10
APGAR adalah salah satu tools dalam family assessment yang
dikembangkan oleh Rosen, Geyman, Leyton. APGAR merupakan salah satu cara
yang digunakan untuk mengukur sehat tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5
fungsi pokok dalam keluarga tingkat kesehatan keluarga tersebut:

1. Adaptasi (Adaptation)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang diperlukannya dan anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)
Di sini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi,
urun rembuk dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu
masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan
setiap anggota keluarga.
4. Kasih Sayang (Affection)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Disini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga.

Tabel 3. Komponen Penilaian APGAR

11
Tabel 4. Kuesioner APGAR Keluarga

PETUNJUK :
Untuk masing-masing pernyataan, berilah tanda √ pada kolom pilihan sesuai dengan
perasaan anda terhadap keluarga anda
Hampir Kadang-
Hampir
Tidak kadang
Selalu
Pernah
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang disediakan
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total Score

Cara penilaian/Scoring yaitu dengan memberikan nilai pada setiap


jawaban yang diberikan, yaitu:
2 = almost always (hampir selalu)
1 = some of the time (kadangkadang)
0 = hardly ever (hampir tidak pernah)

Interpretasi :
APGAR Score:
- 8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik), berarti keluarga
yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain
- 4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat),
berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat, dalam arti hubungan
antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan

12
- 0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat), berarti
keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar
anggota keluarga.

Tabel 5. Perbedaan keluarga fungsional, biasa, dan disfungsional


Keluarga Keluarga yang
Keluarga biasa saja
fungsional/bahagia disfungsional
Memancarkan pengertian Keluarga sering Komunikasinya tidak
yang terpadu dan mengalami fluktuasi teratur dan kaku
kepedulian antara roman bahagia
dan sedih yang
bercampur aduk
Anggota keluarga yang Mewakili mayoritas Anggota keluarga
dewasa hidup dengan nilai keluarga sebagaimana bertingkah dalam cara –
kemanusiaan yang jelas, diterangkan oleh para cara yang menunjukkan
komunikasi efektif dan peneliti dan penerapi adanya kecemasan
berbagi kewenangan saat keluarga mendasar yang kronis
menegosiasikan keputusan yang cukup tinggi dan
secara teratur mengajak
pada yang negatif,
permusuhan atau
perubahan kritis
Semua anggota keluarga Setiap keluarga biasa Mereka dapat peduli dan
mendorong tujuan yang mempunyai kekuatan penuh perhatian ketika
mereka miliki dan dan mudah terkena hidup dalam kondisi yang
kebebasan kritik baik dan tenang, ketika
emosional saat tinggal stress mereka berubah
berhubugan dengan menggunakan cara saling
keluarga membalas, menghindari
tanggung jawab dengan
cara menggantungkan
diri, menyerang atau
melarikan diri
Mengatasi kesengsaraan Dokter dapat sangat Nilai – nilai personal
keluarga secara baik, efektif membantu mungkin diadopsi tidak
sering keluar dari krisis kesempatan secara kritis dari figure

13
yang lebih memperoleh kekuatan yang berwibawa atau
kuat dan menguraikan cara – teman / kawan sebaya,
cara lebih sehat tanpa kemungkinan lain nilai –
mudah terkena kritik nilai terbentuk dan
tingkah laku terpola
akibat reaksi perlawanan
yang menyertai atau nilai
aktual dari pengaruh
orang – orang
Satu hal yang ekstrim,
mereka sering
mengekspresikan
perasaan yang sangat
negatif dengan cara
menciptakan suasana
panas timbullah atmosfer
konflik dalam keluarga
Hal ekstrim kebalikannya,
mereka diam, kasar, atau
menyembunyikan
perasaan, menciptakan
suasana dingin, atmosfer
tanpa perasaan yang
menutupi emosi mendasar
yang sering timbul
Kesulitan menguraikan
stress (tekanan)

14
BAB III
PERAN DIAGNOSIS KOMUNITAS FAMILY
APGAR DALAM PENURUNAN DIABETES
MELITUS DI PALEMBANG

3.1 Diabetes Melitus


Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada
kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian
atau kondisi yang memerlukan pengobatan khusus dan terjadi dalam beberapa
bulan (Schloman, et dalam Potts, 2007). Salah satu penyakit kronis adalah
penyakit diabetes melitus.
Menurut WHO, 2006 diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas,
ataudisebabkan oleh kurang responsifnya selsel tubuh terhadap insulin.
Diabetes mellitus terjadi karena ketidakmampuantubuh mengubah makanan
menjadi energy.

3.2 Kejadian Diabetes Melitus


Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman kesehatan
masyarakat. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia semakin
meningkat. Menurut The World Health Report (WHO, 1997) diprediksi
bahwa akan terjadi peningkatan kasus Diabetes Mellitus terutama pada daerah
Asia Tenggara termasuk di Indonesia. IDF (International Diabetes
Federation) memperkirakan adanya kenaikan 8,2 juta penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Sedangkan menurut
PERKENI (Persatuan Endrokinologi Indonesia, 1998) pada tahun 2020 di

15
Indonesia akan terdapat 178 juta penduduk berusia 20 tahun dengan asumsi
prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 4% akan ada 7 juta orang dengan
Diabetes Mellitus di Indonesia yang akan meningkat dari 5 juta di tahun 1995
menjadi 12 juta pada tahun 2025 (David, 2009).
Jumlah kasus Diabetes Mellitus di Indonesia sendiri memang
mengalami peningkatan kasus. Peningkatan Diabetes Mellitus di Indonesia, di
Jakarta pada tahun 1993 terdapat 7,7% meningkat menjadi 12,7% tahun 2001.
sedangkan Makassar pada tahun 1981 terdapat 1,5% meningkat menjadi 7,5%
pada tahun 1998 secara Nasional di Indonesia di perkirakan saat ini lebih dari
2,5 % penduduk Indonesia menyandang Diabetes Mellitus dengan insidens
bervariasi berkisar 1,5 % - 2,3% pada penduduk usia diatas 15 tahun (Depkes
RI, 2007). Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun 2007 prevalensi penyakit
Diabetes Mellitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
gejala) dan 5,7% (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk
umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan).

Kejadian Diabetes Melitus di Palembang dari tahun ketahun mengala


Grafik Jumlah Kejadian Baru Diabetes Melitus di Kota
Palembang Tahun 2011-2015
2330
2129 2159
1882
1553

2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 1. Grafik Jumlah Kejadian Baru Diabetes Melitus di Kota Palembang


Tahun 2011-2015

Diketahui bahwa jumlah kejadian baru diabetes melitus di kota


palembang pada tahun 2011 - 2015 fluktuatif. Kejadian tertinggi terdapat

16
pada tahun 2015 yaitu sebesar 2330 sedangkan prevalensi terendah pada
tahun 2014 yaitu 1553.
Hal ini berarti kejadian baru diabetes mellitus masih menjadi masalah
besar di kota palembang. Proporsi kejadian baru diabetes mellitus mengalami
kenaikan pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu dilakukan intervensi
penyebab dari kejadian DM.

3.3 Faktor Risiko DM


Diabetes melitus tipe 2 terkait dengan beberapa faktor resiko,
diantaranya usia lebih dari 45 tahun untuk negara berkembang sedangkan
negara maju pada usia di atas 65 tahun, riwayat keluarga dengan diabetes,
riwayat diabetes gestasional atau pernah melahirkan bayi dengan berat lebih
dari 9 pon, dislipidemia dan hipertensi merupakan resiko dimana 30-50%
penderita hipertensi berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus tipe 2,
obesitas, tidak berolahraga, penderita kista ovarium, beberapa etnis terutama
Afrika Amerika, Amerika, Asia Pasifik dan Amerika Hispanik. Wanita
sendiri memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pria sejalan dengan
pertambahan usia.

3.4 Peran Keluarga dalam Penurunan DM


Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan
mengontrol kadar gula darah adalah dengan kombinasi antara pengaturan
diet, olah raga, obat anti diabetik, penilaian kontrol dan pendidikan.
Keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus juga ditentukan oleh peranan
aktif dari penderita diabetes melitus sendiri, keluarganya dan masyarakatnya
dalam pengontrolan kadar gula darah, pencegahan komplikasi akut maupun
kronik.
American Diabetes Association, 2006 mengatakan bahwa perencanaan
pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai teraupetik antara pasien dan
keluarganya. Pasien harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi
dan integrasi dari Tim kesehatan, sehingga keluarga menyadari pentingnya

17
keikutsertaan dalam perawatan penderita diabetes melitus agar kadar gula
darah penderita dapat terkontrol dengan baik.
Peran keluarga terdiri dari peran formal dan peran informal. Dalam
peran informal keluarga terdapat peran merawat keluarga dan peran
memotivasi/ pendorong keluarga (Friedman, 2010). Dimana merupakan tugas
setiap anggota keluarga merawat anggota keluarga lain yang sakit sebagai
fungsi pokok keluarga secara asuh yaitu memenuhi kebutuhan, pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang sakit serta memenuhi kebutuhannya
(Effendi,1998).
Keluarga merupakan sistem mendukung utama yang memberi
perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien keluarga
mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah akan dapat menekan
perilaku maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku
adaptif (pencegahan tertier) sehingga derajat kesehatan pasien dan keluarga
dapat ditingkatkan secara optimal (Keilat, 1992).
Dari sebuah penelitian yang dilakuakn di kota di Sumatera Barat,
mereka melakukan wawancara pada beberapa keluarga diamana dari
wawancara yang dilakukan tiga orang keluarga mengatakan bahwa tidak
mengetahui perawatan pada pasien diabetes melitus, lima orang keluarga
mengatakan bahwa mengetahui perawatan pada pasien diabetes melitus tetapi
mereka tidak melakukan perawatan pada pasien dengan alasan yang berbagai
macam dan dua orang keluarga mengatakan mengetahui perawatan pasien
diabetes melitus dan melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus.
Dari sepuluh orang penderita diabetes melitus, tujuh orang diantaranya
mengatakan kurang mendapatkan perawatan dan motivasi dari keluarga
dengan penyakit diabetes mellitus yang dialami.
Adanya peran keluarga dalam pengendalian kadar gula darah akan
memberikan perawatan dan motivasi kepada anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus untuk tetap mengendalikan kadar gula darah.

18
3.5 Peran Family APGAR dalam penurunan DM
APGAR adalah kuesioner skrining singkat yang dirancang untuk
merefleksikan kepuasan anggota keluarga terhadap status fungsional
keluarga. Family APGAR adalah instrumen yang digunakan sebagai rapid
assesmentuntuk mengetahui berfungsinya sebuah keluarga di mata individu
pasien.
Diharapkan dengan adanya peran dan fungsi keluarga yang baik akan
memberikan perawatan dan motivasi kepada anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus untuk tetap mengendalikan kadar gula darah,
terutama di daerah Palembang.

3.5.1 Contoh kasus penggunaan Family APGAR dalam penurunan


kejadian DM
Kasus
Andi (20 th) adalah penderita DM tipe 1. Dia terdiagnosa pertama kali saat
berusia 13 tahun dengan diabetes ketoacidosis. Ibunya, Ny.Ahmad, sangat
memperhatikan kesehatan anaknya, dan kebetulan Ny. Ahmad tidak bekerja
dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Sebagai anak tunggal, Andi sangat
beruntung mendapatkan perhatian yang cukup. Ibunya sangat rajin
memperhatikan pengobatan yang harus diberikan ke anaknya, termasuk
konsultasi ke dokter. DM nya stabil hingga dia SMA.
Siklus kehidupan keluarga berjalan terus.Tn. Ahmad berada pada posisi
karir yang menanjak, Andi telah lulus SMA dan harus meninggalkan rumah
karena melanjutkan kuliah di luar kota. Di masa itu pulalah, keluarga Ahmad
harus kehilangan Ny.Ahmad yang meninggal dunia karena KLL. Andi yang
selama ini sangat tergantung dan dekat dengan Ibunya,membutuhkan
perhatian dari Bapaknya, yang saat itu telah sibuk dengan karirnya. Saat ini,
Andii dirawat di RS karena komplikasi diabetesnya.

Bagaimana penatalaksanaan komplikadi DM yang dialami Andi melalui


pendekatan family APGAR?

19
Analisis kasus:
Dinamika keluarga merupakan interaksi (kedudukan dalam keluarga) dan
relationship (hubungan kedekatan, misal : dekat dengan ibunya) antara
individu anggota keluarga yang mana merefleksikan (penyakit yang
berpengaruh ke keluarga atau keluarga yang berpengaruh pada penyakit) dan
mempengaruhi kesehatan fisik, mental, spiritual dari individu – individu
tersebut dalam keluarga. Pentingnya mengetahui dinamika keluarga adalah
untuk membantu dokter keluarga mendiagnosa penyakit dan rasa sakit dan
mendapatkan pengakuan faktor - faktor yang mungkin membantu atau
tersembunyi dalam kesembuhan pasien. Selain itu, pengetahuan dinamika
keluarga juga berguna dalam memformulasikan cara untuk membantu pasien
agar lebih efektif dan bisa beradaptasi dengan problem kesehatan mereka.
Dinamika keluarga dapat dinilai dengan family assessment tools. Salah
satunya menilai fungsi keluarga dengan Family APGAR. APGAR sendiri
dirancang untuk merefleksikan kepuasan anggota keluarga terhadap status
fungsional keluarga terhadap risiko dan penyakit yang dialami pleh anggota
keluarga lainnya.
Pada kasus Andi, dengan kondisi dia yang sekarang kita bisa melakukan
skrining pengaruh keluarga dengan kondisi Andi dengan membeikan
kuesioner kepada Andi dan melakukan intervensi.
PETUNJUK :
Untuk masing-masing pernyataan, berilah tanda √ pada kolom pilihan sesuai dengan
perasaan anda terhadap keluarga anda
Hampir Kadang-
Hampir
Tidak kadang
Selalu
pernah
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah

menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi √
terhadap permasalahan yang saya hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk √
mengembangkan kemampuan yang saya

20
miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih

sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang disediakan

keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total Score 2

- Interpretasi: Skor yang didapatkan untuk kondisi Andi saat ini adalah 2.
Dengan interpretasi Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak
sehat), berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti
sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan
antar anggota keluarga.

Keadaan ini menggambarkan bahwa dengan kondisi saat ini, dengan


kehilangan ibu nya yang sedari dulu sangat rajin memperhatikan pengobatan
yang harus diberikan ke anaknya, termasuk konsultasi ke dokter membuat
Andi mengalami rasa kehilangan yang berat. Ditambah lagi Ayahnya yang
sedang sibuk dengan pekerjaannya, menyebabkan ia kehilangan banyak
perhatian yang selama ini didapatkannya. Andi tidak merasakan support dari
keluarga dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialaminya,
tidak lagi mendapatkan kehangatan seperti dulu sehingga kepeduliannya
terhadap penyakitnya juga berkurang.
Peran keluarga yang kurang baik ini disebabkan karena ketidaktahuan
keluarga tentang bagaimana peran yang seharusnya dilakukan oleh keluarga
dalam memberikan perawatan pada pasien diabetes melitus seperti
membedakan makanan untuk pasien diabetes melitus dengan anggota keluarga
lainnya seperti gula rendah kalori, mengontrol makan obat secara teratur, dan
juga gaya hidup yang sehat. Sementara itu, keluarga yang mempunyai peran
keluarga baik pada pasien diabetes melitus dirumah, biasanya keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan pasien diabetes melitus yaitu keluarga
mengetahui cara pengontrolan/pengendalian kadar gula Adanya peran
keluarga dalam pengendalian kadar gula darah akan memberikan perawatan
dan motivasi kepada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk

21
tetap mengendalikan kadar gula darah pencegahan komplikasi akut maupun
kronik.
Seharusnya dengan adanya Family APGAR ini, kita sebagai dokter
komunitas mampu mengetahui faktor keluarga yang berperan menyebabkan
suatu penyakit dan perburukan suatu penyakit terjadi. Apabila fungsi
keluarganya tidak baik tentunya peran preventif baik promosi dan edukasi
dapat dilakukan. Sehingga terjadinya penyakit ataupun komplikasi dari suatu
penyakit dapat dihindari.

Penggunaan Family APGAR dalam penurunan kejadian DM di


Palembang
Sama halnya dengan kejadian pada contoh kasus. Kita sebagai dokter
komunitas, dengan mengetahui fungsi dan peran keluarga dalam kejadian
suatu penyakit akan sangat membantu dalam proses penyembuhan serta
pencegahan suatu komplikasi. Kita dapat memberikan edukasi dan perhatian
lebih kepada penderita dengan kondisi keluarga yang tidak fungsional/tidak
sehat. Seperti yang kita ketahui, keluarga merupakan sistem pendukung utama
yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien,
keluarga mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah yang dapat
menekan perilaku maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan
perilaku adaptif (pencegahan tertier) sehingga derajat kesehatan pasien dan
keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
Diabetes melitus bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
kaki, syaraf dan lain-lain. maka itu sebelum terjadi komplikasi yang lebih
lanjut, maka pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus
harus dilakukan.
Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mencapai kesehatan yang
maksimal, untuk mencapai tujuan hidup sehat keikutsertaan pasien dan
keluarga dalam mengelola penatalaksanaan kadar gula darah menjadi sangat
penting agar gula darah pasien terkendali (Rifki, 2009).

22
Apabila hal ini diterapkaan, terutama di Palembang diharapkan nantinya
angka kejadian Diabetes Melitus serta komplikasinya dapat ditangani. Kualitas
hidup pasien dengan DM pun dapat meningkat

23
BAB IV
KESIMPULAN

Sebagai dokter komunitas, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
menanggulangi kejadia DM di Palembang yaitu melalui diagnosis komunitas
dengan metode pendekatan keluarga melalui kuisioner APGAR yang menilai
bagaimana kepuasan satu anggota keluarga terhadap anggota lainnya yang terdiri
atas 5 komponen yaitu adaptasi, kemitraan, pertumbuhan, kasih sayang,
kebersamaan.
Keluarga merupakan pendukung utama yang memberi perawatan langsung
pada setiap pasien, keluarga juga mempunyai kemampuan untuk mengatasi
masalah yang dapat menekan perilaku-perilaku yang mengganggu kesehatan
penderita DM (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku adaptif sehingga
derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal. Dengan
adanya peran dan fungsi keluarga yang baik akan memberikan perawatan dan
motivasi kepada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk tetap
mengendalikan kadar gula darah, terutama di daerah Palembang.
Jika hal ini diterapkan, bukan tidak mungkin terutama nantinya angka
kejadian Diabetes Melitus serta komplikasinya terutama di kota Palembang dapat
ditangani, angka kejadian dan komplikasi berkurang, serta kualitas hidup pasien
dengan DM pun dapat meningkat

24
DAFTAR PUSTAKA

Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine.
JB. Lipincott Company. 3.

Andry Hatono, 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing


– Jakarta:EGC

Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan


Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat


Jakarta. 2009. Family Medicine Education and Development in
National Health System. Yogyakarta : Center of Family Medicine.
Jurusan IKM FK UNS. 2002. Modul Kedokteran Keluarga :
Pelayanan di Keluarga. KK
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian
Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik.
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam
Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
Wonodirekso, Sugito. 2008. Karir Dokter di Ranah Pelayanan Kesehatan
Primer. Semarang.

25

Anda mungkin juga menyukai