Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN DISKUSI PEMICU 2

MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FASILITATOR : TRI WIDODO,SKM.,MPH


Disusun oleh :
KELOMPOK 2
YUSUF ALMALIK SAPUTRA
PUSPA NEGARA
NURUL HADIYATI MAHARANI
EFRAIM SAID SUDARTO
DIAN TRIYENI ASI
SHEREN VINERA LIN'S
ASNAN AZIS FATONI
SOFIA EUGENIA MANGINTE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2016
DISKUSI KELOMPOK 1 PEMICU 2

PEMICU 2: STUDI KASUS DIAGNOSIS KOMUNITAS


Seorang dokter (dr. Agnes) sedang magang internship di Puskesmas Martapura. Pada
saat sedang magang, dr.Agnes menemukan permasalahan kesehatan di wilayah kerja tersebut.
Ada beberapa masyarakat yang terserang Demam Berdarah Dengue, Diare, dan balita yang
kekurangan gizi. Pada data yang ditemukan di Puskesmas, didapatkan Demam Berdarah
Dengue 25 orang (pencapaian 3,41%), Diare 548 orang (pencapaian 74,76%) , Gizi 160
orang (pencapaian 21,82%). Masyarakat di sekitar puskesmas tersebut jarang melakukan
aktivitas pembersihan tingkat RT (hanya 2 bulan sekali), sehingga saluran pembuangan air
limbah rumah tangga menjadi tidak lancar dan barang-barang bekas menjadi tempat jentik
nyamuk. Sebagai dokter yang bertugas di puskesmas tersebut, dr.Agnes ingin menentukan
diagnosis komunitas dan prioritas masalahnya dengan menggunakan metode Hanlon
Kuantitatif.
Kata Kunci :

Dokter perempuan
Internship di puskesmas Martapura
Kasus di masyarakat :
o DBD (25 orang) = 3,41%
o Diare (548 orang) = 74,76 %
o Balita kurang gizi (160 orang) = 21,82 %
Kerja bakti tingkat RT 2 bulan sekali
Limbah rumah tangga tidak lancar
Barang- barang bekas menjadi tempat jentik nyamuk

Kata Sulit

Diagnosis komunitas
Metode hanlon kuantitatif

Identifikasi Masalah

Di wilayah kerja puskesmas terdapat permasalahan kesehatan berupa DBD,diare, dan

kurang gizi
Masyarakat jarang melakukan kegiatan pembersihan lingkungan
Diperlukan diagnosis komunitas dan prioritas masalahnya dengan metode hanlon
kuantitatif

Analisis Masalah

dr. A
inteernship di Puskesmas
Martapura

Permasalahan kesehatan

Faktor penyebab:

DBD

Diare

Diagnosis komunitas

Demografi

Sosio
ekonomi

SDM dan
pelayanan
kesehatan

Kurang gizi

Kerja bakti 2 bulan


sekali
Limbah rumah
tangga tidak lancar
Barang- barang
bekas menjadi
tempat jentik

Metode Hanlon kuantitatif

Lingkungaan
dan kebijakan
kesehatan
Geografi

Besar
masalah

Kegawatan
masalah

Efektivitas
penanggulangan
masalah

Prioritas pertama
Hipotesis
Permasalahan kesehatanyang terjadi di puskesmas Martapura disebabkan karena
perilaku atau kebiasaan dan lingkungan masyarakat di wilayah tersebut.
Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan teori dan diagnosa komunitas
2. Bagaimana kriteria SDM di puskesmas, pustu, dan pusing dian

PEARL

3. Bagaimana manfaat diagnosis komunitas


4. Bagaimana pengaruh visi misi dan strategi puskesmas terhadap pelayanan
5.
6.
7.
8.

kesehatan
Jelaskan penerapan metode Hanlon pada permasalahan kesehatan pada kasus ini
Jelaskan hubungan kebiasaan masyarakat dengan permasalahan pada pemicu ini
Jelaskan teori dari metode hanlon kualitatif
Bagaimana langkah menentukan masalah dan prioritas permasalahan dengan

metode selain hanlon


9. Jelaskan pengaruh jarak puskesmas, kepadatan penduduk, terhadap permasalahan
kesehatan dipuskesmas
10. Bagaimana kriteria fasilitas yang seharusnya ada di puskesmas
11. Bagaimana edukasi terhadap perilaku dan kebiasaan di wilayah tersebut
12. Perbedaan diagnosa individu dan diagnosa komunitas

DISKUSI KELOMPOK 2 PEMICU 2

1. Jelaskan teori dan diagnosa komunitas


1.1 Definisi
Diagnosis komunitas adalah upaya yang sistematis yang meliputi upaya
pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas adalah
masyarakat sebagai lokus penegakkan diagnosis komunitas. Kegiatan dimulai dengan
pengumpulan data melalui wawancara atau anamnesis mengenai symptom dan sign,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sederhana sampai pemeriksaan penunjang

lanjutan, diagnosis banding, diagnosis sementara dan akhirnya penetapan diagnosis


tetap seseorang.
1.2 Tahapan Diagnosis Komunitas
1.2.1

Pendekatan problem selving

1.2.2

Analisis situasi

1.2.3

Menganalisis data sekunder, pengumpulan data sekunder

1.2.4

Pengumpulan data primer

1.2.5

Identifikasi masalah

1.2.6

Pencapaian prioritas masalah dan penyebab masalah

1.2.7

Pemilihan alternative pemecahan masalah, penyusunan program kerja,


pelaksanaan, pengawasan dan monitoring serta evaluasi.

1.3 Tujuan umum


Mampu memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep epidemiologi terapan
untuk melakukan diagnosis komunitas di suatu wilayah kerja tertentu, sehingga
teridintifikasi permasalahan yang mendasar dan solusi pemecahan permasalahan
disusun secara sistematis dan terstruktur secara utuh dan benar.
1.4 Tujuan khusus
1.4.1

Komunikasi dengan key person dan community members untuk kerjasama


dan partisipasi dalam mengatasi permasalahan kesehatan keluarga sebagai
unit terkecil dan masyarakat atau komunitas sebagai sasaran

1.4.2

Menyusun format yang sesuai untuk pengumpulan data komunitas

1.4.3

Menseleksi tes-tes penyaringan yang valid dan acceptable & applicable

1.4.4

Mengetahui kebutuhan dan masalah yang dirasakan masyarakat mengenai


kesehatan

1.4.5

Menseleksi sampel yang dapat mewakili komunitas dalam wilayahnya

1.4.6

Menyelenggarakan pengumpulan data di komunitas untuk mendapatkan


berbagai informasi yang relevan dengan pembuatan diagnosis komunitas

1.4.7

Mendapatkan informasi epidemiologic untuk berbagai kejadian yang ada


di komunitas, termasuk masalah gizi dan gangguan yang berkaitan dengan
kesehatan

1.4.8

Menganalisis data yang dihasilkan dari survei komunitas

1.4.9

Membicarakan hasil interpretasi data dengan penduduk dan menyusun


pemecahan masalah yang sesuai

1.4.10 Menilai hasil pemecahan masalah kesehatan di komunitas

1.4.11 Menyusun laporan diagnosis komunitas disajikan dalam forum terbuka


2

Bagaimana manfaat diagnosis komunitas


Setelah mendapatkan diagnosis komunitas, maka manfaat yang bisa didapatkan
adalah sebagai berikut:
2.1

Untuk mengetahui kondisi kesehatan dari komunitas bersangkutan saat ini

Pertanyaan ini menekankan pada keadaan tingkat kesehatan sebenarnya yang saat ini
sedang dihadapi oleh komunitas bersangkutan. Indikator kesehatan masyarakat yang
dikumpulkan dalam proses diagnosis komunitas akan memberikan gambaran
mengenai permasalahan kesehatan apa saja yang sedang dihadapi oleh anggota
komunitas. Mengingat cukup banyak masalah kesehatan masyarakat yang dapat
terjaring dalam tahap ini, maka perlu ditetapkan permasalahan kesehatan yang bersifat
prioritas serta memerlukan penanganan segera.
2.2
Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan komunitas ini bisa
ditingkatkan
Pada tahap ini team penilai harus menetapkan harapan mengenai sejauh mana upaya
perbaikan kondisi kesehatan ini ingin diperbaiki. Memang sesuai kesepakatan
internasional tentunya kita ingin mencapai tingkat yang ditetapkan oleh target
(misalnya MDG). Namun harus diingat bahwa target tersebut masih sangat jauh
sehingga besar kemungkinan belum dapat dicapai dalam waktu singkat. Penetapan ini
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh komunitas
bersangkutan.
2.3
Untuk mengetahui bagaimana caranya untuk meningkatkan kondisi kesehatan
komunitas
Setelah team menetapkan tingkat kesehatan masyarakat yang ingin dicapai dalam
upaya peningkatan kondisi komunitas bersangkutan, maka perlu dikembangkan
beberapa pilihan cara untuk mencapai harapan tersebut. Pilihan-pilihan ini sudah
barang tentu mempunyai konsekuensi mengenai sumber daya yang diperlukan,
sehingga team harus memilih cara solusi yang paling efektif dan paling efisien dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan.

Perbedaan diagnosa individu dan diagnosa komunitas


Kedokteran klinis memusatkan perhatian kepada pelayanan kesehatan individu
sakit, yaitu pasien. Kedokteran klinis mempelajari kesehatan dan penyakit pada

individu. Kedokteran klinis menggunakan perspektif biomedis dalam memandang


kausa penyakit. Kausa penyakit biasanya dilihat dengan model kausasi tunggal
dengan menggunakan Teori Kuman (Germ Theory), bahwa kausa penyakit adalah
kuman (misalnya, kausa tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis; kausa
sifilis adalah Treponema pallidum, dan sebagainya).
Di pihak lain, kedokteran komunitas menggunakan perspektif biomedis dan
populasi dalam memandang kausa penyakit dan masalah kesehatan. Kedokteran
komunitas menggunakan model kausasi majemuk (multikausal) dalam menjelaskan
terjadinya penyakit, baik pada individu maupun komunitas. Kejadian penyakit pada
individu merupakan akibat tidak hanya dari kausa proksimal atau kausa langsung
(seperti agen infeksi, toksin, gen, dan perilaku) tetapi juga kausa distal (faktor
lingkungan, sosial, ekonomi, kultural, dan politik). Sebagai contoh, terjadinya kasus
tuberculosis klinis tidak hanya ditentukan oleh infeksi mycobacterium tuberkulosis
tetapi juga sejumlah factor lain di tingkat individu maupun populasi.
Dokter sebagai klinisi memberikan pelayanan kuratif, mengembalikan
keadaan sakit pasien kepada keadaan sehat. Dokter komunitas memberikan pelayanan
kesehatan komprehensif, tidak hanya memberikan pelayanan kuratif dasar tetapi juga
upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tingkat upaya pencegahan penyakit,
terdiri atas primer, sekunder, tersier, merupakan konsep epidemiologi, merujuk
kepada upaya pencegahan yang bisa dilakukan pada berbagai fase dalam kontinum
perjalanan penyakit yang disebut Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of
Disease).
Tabel 3.1 Perbedaan Diagnosis klinis (individu) dan komunitas

Tabel 3.2 Perbedaan Diagnosis klinis (individu) dan komunitas


N

Diagnosis Klinis

o
1
2
3

Dilakukan oleh dokter


Fokus perhatian : pasien
Fokus perhatian : hanya

Dilakukan oleh dokter atau epidemiologis


Fokus perhatian : komunitas / masyarakat
Fokus perhatian : orang sakit dan sehat

orang sakit
Dilakukan dengan

Dilakukan dengan cara survey

memeriksa pasien
Diagnosis didapat

Diagnosis didasarkan atas Riwayat Alamiah

berdasarkan keluhan dan

Perjalanan Penyakit ( Natural history of disease)

simtom
Memerlukan

Memerlukan penelitian epidemiologi

Diagnosis Komunitas

pemeriksaan
7

laboratorium
Dokter menentukan

Dokter/epidemiologis merencanakan plan of action

pengobatan
Pengobatan pasien

Pencegahan dan Promosi menjadi tujuan utama

menjadi tujuan utama


Diikiuti dengan follow

Diikuti dengan program evaluasi

10

up kasus
Dokter tertarik

Dokter/epidemiologis tertarik dengan nilai2 statistik

menggunakan teknologi
tinggi
4.

Jelaskan teori dari metode hanlon kualitatif


4.1 Metode Hanlon Kuantitatif
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola
tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
4.1.1

Komponen A Ukuran/Besarnya Masalah

Masalah Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil.
Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena
dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan
angka. Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara.
Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat
menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit penyakit dengan faktor risiko pada
umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan
secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau
dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut
dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga
dipertimbangkan, penyakit kardiovaskular mungkin juga dapat dipertimbangkan.
Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa
ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
4.1.2

Komponen B Tingkat Keseriusan Masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan


tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus
dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak
membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi,
karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum
skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya
dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan
dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.

4.1.2.1 Faktor yang dapat digunakan adalah:


4.1.2.1.1

Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi,


tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap
masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.

4.1.2.1.2

Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia


kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.

4.1.2.1.3

Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan


untuk masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila


menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun
yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan
dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan
menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas
untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah
satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai
skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Misalnya jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan,
kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
4.1.3

Komponen C Efektivitas dari Intervensi

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat
diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10.
Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif.
Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitianpenelitian yang
mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui
dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat
tercapai.
Contoh: Berhenti merokok
Target populasi 45.000 perokok

Total yang mencoba untuk berhenti 13.500


Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang
diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber
daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang
ditetapkan.
4.1.4

Komponen D PEARL

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung
berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam
menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P Propierity/Kewajaran
Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis
Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara
ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomis jika masalah tersebut diatasi?
A Acceptability
Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan/atau target populasi?
R Resources/Sumber Daya
Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L Legalitas
Apakah hokum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor
PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak."
Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk
mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini
merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu
dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali
akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi
dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun
demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan
langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di
masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima

penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat


mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa
mendatang.
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan
nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit/kondisi
dengan skor tertinggi.
Nilai Prioritas Dasar/NPD = (A + B) C/3
Nilai Prioritas Keseluruhan/NPT = [(A + B) C/3] x D
Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode Hanlon
(Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang bersifat kuantitatif.
5.

Jelaskan penerapan metode Hanlon pada permasalahan kesehatan pada kasus ini
(sesuai pemicu)

5.1 Daftar permasalaan kesehatan


Tabel 5.1 Daftar permasalaan kesehatan
No

Permasalahan

Kesehatan
Demam

Jumlah

Pencapaia

25

n
3,41%

548
160

74,76%
21,82%

Target

Berdarah
Dengue
Diare
Gizi

2
3

5.2 Penentuan prioritas masalah


Penentuan prioritas masalah dengan metode hanlon kuantitatif. Untuk keperluan ini
digunakan empat kelompok kriteria, yaitu:
5.2.1

Kelompok kriteria A

:Besarnya Masalah

5.2.2

Kelompok kriteria B

:Kegawatan

masalah,

penilaian

terhadap

dampak, urgensi dan biaya.


5.2.3

Kelompok kriteria C

:Kemudahan

dalam

penanggulangan,

penilaian terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah.

yaitu

5.2.4

Kelompok kriteria D

:PEARL

faktor

yaitu

penilaian

propriety,economic, acceptabillity, resources avibility, legality.


Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah yakni sebagai
berikut :
Kriteria A (besarnya masalah)
-

Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya penduduk yang
terkena efek langsung.

Daftar masalah kesehatan dan jumlah besarnya penduduk yang terkena efek langsung
Tabel 5.2 Kriteria A (besarnya masalah)
masalah
kesehatan

besarnya masalah dari data sekunder


puskesmas martapura
0-20
21-40 41-60
1
2
3

nilai
61-80
4

81-100
5

demam
berdarah
dengue
diare
gizi

x
x
x

2
1
1

Kriteria B ( Kegawatan maasalah)


-

Kegawatan : (paling cepat mengakibatkan kematian)

1. Tidak gawat
2. Kurang gawat
3. Cukup gawat
4. Gawat
5. Sangat gawat
-

Urgensi : ( harus segera ditangani apabila tidak ditangani dapat menyebabkan


kematian)

1. Tidak urgen
2. Kurang urgen
3. Cukup urgen
4. Urgen
5. Sangat urgen

Biaya ( biaya penanggulanngan)

1. Sangat murah
2. Murah
3. Cukup mahal
4. Mahal
5. Sangat mahal
Tabel 5.3 Kriteria B ( Kegawatan maasalah)
masalah

Demam

Nilai

Nilai

Nilai

biaya

Rata-

kegawatan

urgensi

penanggulanga

rata nilai

n
3

3
2

4
3

2
3

3
2,5

berdarah
dengue
Diare
Gizi

Kriteria C ( Penanggulangan Masalah)


Untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan, pertanyaan yang harus dijawab
adalah apakah sumber-sumber dan teknologi yang tersedia mampu menyelesaikan
masalah : makin sulit penanggulangan skor yang diberikan makin kecil.
1. Sangat sulit ditanggulangi
2. Sulit ditanggulangi
3. Cukup bisa ditanggulangi
4. Mudah ditanggulangi
5. Sangat mudah ditanggulangi
Pada tahap ini dilakukan pengambilan suara dari 4(empat) orang yang kemudian di
rata-rata untuk skor dimana skor tertinggi merupakan masalah yang paling mudah
ditanggulangi. Adapun hasil konsensus tersebut sebagai berikut :
a. Demam berdarah dengue
(3+3+3+3)/4 =3
b. Diare
(3+4+3+4)/4=3,5
c. Gizi

(1+2+2+2)/4=1,75
Kriteria D (PEARL faktor)
-

Propriety

: kesesuaian (1/0)

Economic

: ekonomi murah (1/0)

Acceptabillity

: dapat diterima (1/0)

Resources availabillity : tersediannya sumber daya (1/0)

Legality

: legalitas terjamin (1/0)

Tabel 5.4 Rumusan PEARL masalah kesehatan


Masalah
Demam

P
1

E
1

A
1

R
1

L
1

Hasil Perkalian
1

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

Berdarah
Dengue
Diare
Gizi

Nilai Priorotas Dasar = (A+B)C


Nilai Prioritas Total = (A+B)C X D

Tabel 5.5 Nilai Priorotas Dasar, dan Nilai Prioritas Total


Masalah

NPD

NPT

Kesehatan
Demam Berdarah

(2+3)3 = 15

(2+3)3x1 = 15

Dengue
Diare
Gizi

(1 +3)3,5 = 14
(1+2,5)1,75=

(1 +3)3,5x1 = 14
(1+2,5)1,75x1

6,125

6,125

Dari perhitungan skoring tersebut, masalah-masalah diurutkan berdasarkan nilai yang


diperoleh dan diberi ranking. hasil dari pemberian ranking adalah sebagai berikut:
Demam Berdarah Dengue

Diare

II

Gizi

III

Berdasarkan hasil rangking tersebut maka didapatkan demam berdarah dengue menjadi
prioritas masalah dalam pembahsana ini.
6.

Bagaimana langkah menentukan masalah dan prioritas permasalahan dengan


metode selain hanlon

6.1 Langkah menentukan masalah


6.1.1
6.1.2

Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif


Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu
untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang
kurang penting

6.1.3

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa

6.1.4

Pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:

6.1.4.1 Besarnya masalah yang terjadi


6.1.4.2 Pertimbangan politik
6.1.4.3 Persepsi masyarakat
6.1.4.4 Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan
6.1.5

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu


6.1.5.1 Scoring Technique (Metode Penskoran)
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
(nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameter yang dimaksud adalah:
1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(degree of unmeet need )
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah (resources availibility)

6.1.5.1.1

Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi


1. Prevalence: Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness: Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan
angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut
3. Manageability: Kemampuan untuk mengelola dan

berkaitan

dengan sumber daya


4. Community concern: Sikap dan perasaan masyarakat terhadap
masalah kesehatan tersebut
5. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin
dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang
diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke
kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari
arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai
skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki
kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu
berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah
yang akan diambil.
6.1.5.1.2

Metode

matematika

PAHO

(Pan

American

Health

Organization)
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter
diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian
masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang
dipakai ialah:
7. Magnitude: Berapa banyak penduduk yang terkena masalah
8. Severity: Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan
case fatality rae masing-masing
9. Vulnerability: Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
10. Community and political concern : Menunjunkan sejauh mana
masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan
para politisi

11. Affordability: Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia


Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian
dilakukan dari satu parameter ke parameter lain. Hasilnya didapat
dari perkalian parameter tersebut.
6.1.5.1.3 MCUA
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi
masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot
dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan
justifikasi.
Kriteria yang dipakai :
1 Emergency: Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian
2 Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi
3 Expanding scope: Mempunyai ruang lingkup besar di luar
kesehatan
4 Feasibility: Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan
5 Policy: Kebijakan pemerintah daerah /nasional
6.1.5.2 Teknik non-skoring
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang
lazim digunakan adalah dengan teknik non-skoring.
6.1.5.2.1 Metode delbeq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah
melalui diskusi kelompik namun pesertadiskusi terdiri dari
para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya
dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang
sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas.

Hasil

diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.


Caranya :
1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang
berjumlah antara 6 sampai 8 orang
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang
akan ditentukan peringkat prioritasnya
3. Kemudian masing-masing orang tersebut

menuliskan

peringkat urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan


ditentukan prioritasnya
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup

5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan


dan hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah
6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah
paling kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas
tinggi).
Kelemahan:
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan
peringkat prioritas tersebut
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest
yang berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas
dasar fakta
6.1.5.2.2

Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.
Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan
khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling
banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
Caranya:
1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan
2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang
dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan
3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima
kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif
solusi penyelesaian masalah
4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon
yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada
partisipan
5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan
skala prioritas/ memeringkat alternatif solusi yang dianggap
terbaik

dan

mengembalikan

kelompok/pembuatan keputusan

kepada

pemimpin

7. Pengaruh visi misi dan strategi puskesmas terhadap pelayanan kesehatan

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan (sebelumnya) diketahui


bahwa ada beberapa penelitian yang menyatakan hubungan antara penerapan fungsi
manajemen di puskesmas dengan pencapaian kinerja di puskesmas.
Visi dan Misi Puskesmas haruslah sesuai dengan kebutuhan dan atau
permasalahan yang ada dilingkungan kerjanya. Hal ini agar program kerja yang dibuat
dapat terlaksana dengan pencapaian yang baik dan sesaui pula dengan kebutuhan dan
atau masalah dilingkunankerja puskesmas tersebut.
Visi merupakan suatu pernyataan yang berisi tentang cita - cita dari organisasi,
sedangkan misi mencakup kegiatan jangka panjang dan jangka pendek yang akan
dilaksanakan dalam mencapai visi (Mangkuprawira, 2009 dalam Wijaya , 2012).
Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan puskemas dan kebutuhan
pasien. Keduanya harus dapat mengantarkan puskesmas mencapai tujuan dengan
menumbuhkan semangat kerja, keharmonisan dalam melaksanakan kerja sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO). Peningkatan komitmen kerja memerlukan
penghayatan visi dan misi puskesmas.
8. Kriteria SDM di Puskesmas, Pustu dan Pusling ?

SDM kesehatan adalah seseorang yang aktif bekerja di bidang kesehatan baik
berpendidikan formal kesehatan maupun tidak dan dalam jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.SDM kesehatan berperan sebagai
perencana, penggerak dan sekaligus sebagai pelaksana pembangunan kesehatan.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan memerlukan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
SDM kesehatan dan menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam
rangka mencapai sasaran pembangunan kesehatan.2 Upaya pengembangan SDM
kesehatan merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan reformasi pembangunan
kesehatan yang diharapkan dapat lebih dipercepat dan lebih bersinergi antara pusat
dan daerah melalui upaya distribusi, pemerataan, dan retensi penyebaran tenaga
kesehatan agar tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan jangka menengah dan
jangka panjang dapat tercapai kuat. salah satu upaya yang dilakukan untuk merancang
terpenuhinya jumlah, mutu, dan persebaran SDM kesehatan terutama di daerah

terpencil, tertinggal, perbatasan dan daerah kepulauan adalah dengan memperbaiki


kualitas perencanaan.
SDM di puskesmas dibagi dalam beberapa kelompok :
1. Kelompok manajemen: pimpinan puskesmas, kepala subbag TU,
koordinator program, kepala unit perawatan;
2. Kelompok medis/profesi: dokter, dokter gigi, dokter spesialis,
apoteker.
3. Kelompok tenaga kesehatan: perawat, bidan, nutrisioinis, sanitarian
dan asisten apoteker.
4. Kelompok administrasi: bendahara, staf TU, petugas pendaftaran
dan pekarya.
5. Kelompok penunjang: supir, satpam, cleaning service serta tenaga
lain penunjang pelayanan kesehatan.

Pengelompokkan SDM ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.puskesmas di


suatu kabupaten/kota itu sendiri.

Tabel 8.1 Pola Kebutuhan Minimal SDM Kesehatan Di Puskesmas

8.1 Kebutuhan SDM di tigkat Puskesmas


Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untukmelakukan upaya kesehatan. Pada pengumpulan data tenaga ini
bekerja sama dengan Sekretariat Badan PPSDMK.
8.1.1 Jumlah Dokter Spesialis Jumlah Dokter Spesialis adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai dokter spesialis yang memberikan
pelayanan di puskesmas.
8.1.2 Jumlah Dokter Umum Jumlah Dokter Umum adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai dokter umum yang memberikan
pelayanan di puskesmas.
8.1.3 Jumlah Dokter Gigi Jumlah Dokter Gigi adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai dokter gigi yang memberikan pelayanan
di puskesmas.
8.1.4 Jumlah Perawat Jumlah Perawat adalah informasi mengenai
jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas dan

fungsinya sebagai perawat yang memberikan pelayanan di


puskesmas.
8.1.5 Jumlah Perawat Gigi Jumlah Perawat Gigi adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan t ugas
dan fungsinya sebagai perawat gigi yang memberikan
pelayanan di puskesmas.
8.1.6 Jumlah Bidan Jumlah Bidan adalah informasi mengenai jumlah
tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai bidan yang memberikan pelayanan di puskesmas,
termasuk bidan di desa atau poskesdes.
8.1.7 Jumlah Farmasi Jumlah Farmasi adalah informasi mengenai
jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai tenaga farmasi ( apoteker ) yang
memberikan pelayanan di puskesmas.
8.1.8 Jumlah Asisten Farmasi Jumlah Asisten Farmasi adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai asisten farmasi/apoteker yang
memberikan pelayanan di puskesmas.
8.1.9 Jumlah Kesmas Jumlah Kesmas adalah informasi mengenai
jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai tenaga kesehatan masyarakat yang
memberikan pelayanan di puskesmas.
8.1.10Jumlah Kesling Jumlah Kesling adalah informasi mengenai jumlah
tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai tenaga kesehatan lingkungan/sanitarian yang
memberikan pelayanan di puskesmas.
8.1.11Jumlah Tenaga Gizi Jumlah Tenaga Gizi adalah informasi
mengenai jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai ten aga gizi yang memberikan pelayanan
di puskesmas yang bersangkutan
8.1.12Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Jumlah Tenaga Keterapian Fisik
adalah informasi mengenai jumlah tenaga kesehatan yang
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga keterapian
fisik yang memberikan pelayanan di puskesmas. Yang termasuk
tenaga keterapian fisik adalah fisioterapi, terapi okupasi, terapi
wicara dan akupunturis.
8.1.13Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Jumlah Tenaga Keteknisian
Medis adalah informasi mengenai jumlah tenaga kesehatan yang
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga keteknisian

medis yang memberikan pelayanan di puskesmas.Yang termasuk


tenaga keteknisian medis adalah radiografer, radioterapis,
teknisi elektromedis, teknisi gigi, analis kesehatan, refraksionis
optisien, ortotik prostetik, rekam medis, te knisi transfusi darah
dan teknisi kardio vaskuler.
8.1.14Tenaga Non Kesehatan Tenaga Non Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
tetapitidak melakukan upaya kesehatan. Tenaga non kesehatan
meliputi Pejabat Struktural Eselon 1, Pejabat Struktural Eselon 2,
Pejabat Struktural Eselon 3, Pejabat Struktural Eselon 4, Staf
Pencatatan dan Pelaporan, Staf Administrasi Keuangan, Staf
Teknis Program Kesehatan, Staf Pengelola TIK ( Teknologi
Informasi ) , Staf Kehumasan, Staf Bidang Hukum, Staf
Perencana, Staf Pekarya Kesehatan, Staf Perpustakaan, Staf
Psikologi, Staf Dosen Pengajar, Staf Widyaiswara, Staf Juru
Mudi, Tenaga Lainnya yang tidak tercantum.
8.2 Puskesmas Keliling Roda Empat
Puskesmas Keliling Roda Empat adalah unit pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di daerah terpencil berupa kendaraan bermotor
roda empat dan peralatan kesehatan, komunikasi serta seperangkat
tenaga yang berasal dari puskesmas. Pusling ini berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam
wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan
karena letaknya jauh dan terpencil.
Kondisi Puskesmas Keliling RodaEmpata dalah informasi mengenai
jumlah Puskesmas Keliling Roda Empat yang dimiliki puskesmas, dengan
rincian sebagai berikut:
8.2.1 Baik; apabila Puskesmas Keliling Roda Empat tersebut dalam
kondisi baik dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya.
8.2.2 Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling RodaEmpat tersebut
dalam kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai
dengan
8.2.3 peruntukannya.
8.2.4 Rusak Sedang; apabila Puskesmas Keliling RodaEmpat tersebut
dalam kondisi rusak dan masih dapat difungsikan jika ada
beberapa komponennya diganti/diperbaiki.

8.2.5 Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling RodaEmpat tersebut


dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak
dapat dimanfaatkan.
8.3 Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu ( Pustu )
Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi
pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana
yang tersedia.
Informasi mengenai jumlahPuskesmas Pembantu ( Pustu ) yang
dimiliki oleh puskesmas, dengan rincian sebagai berikut:
8.3.1 Baik; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan dalam kondisi
baik atau tidak mengalami kerusakan.
8.3.2 Rusak Ringan; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan
terjadi kerusakan pada komponen pintu, jendela, kaca,
penggantung,pengunci, cat, dan sebagainya.
8.3.3 Rusak Sedang; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan
terjadi kerusakan pada komponen pokok dari bangunan seperti
pilar,pondasi, sloope, ring balk.
8.3.4 Rusak Berat; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan sudah
tidak dapat digunakan/dimanfaatkan lagi.

Bagaimana kriteria fasilitas yang seharusnya ada di puskesmas


9.1 Peraturan menteri kesehatan tahun 2014 tentang puskesmas
9.1.1 BAB III Persyaratan
9.1.1.1 Pasal 9
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat
didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,
kefarmasian dan laboratorium.
9.1.1.2
Pasal 10
1. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan : a. geografis; b. aksesibilitas untuk jalur
transportasi; c. kontur tanah; d. fasilitas parkir; e. fasilitas

keamanan; f. ketersediaan utilitas publik; g. pengelolaan


kesehatan lingkungan; dan h. kondisi lainnya.
2. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pendirian Puskesmas harus memperhatikan ketentuan
teknis pembangunan bangunan gedung negara.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
9.1.1.3

Menteri ini.
Pasal 11

Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang


meliputi:
1. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
2. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain;
dan
3. Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan,
perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang
termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan
lanjut usia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam


Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
9.1.1.4
Pasal 12
1. Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, setiap Puskesmas harus memiliki
bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
2. Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didirikan dengan
mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
9.1.1.5
Pasal 13
1. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi
paling sedikit terdiri atas: a. sistem penghawaan
(ventilasi); b. sistem pencahayaan; c. sistem sanitasi; d.
sistem kelistrikan; e. sistem komunikasi; f. sistem gas
medik; g. sistem proteksi petir; h. sistem proteksi

kebakaran; i. sistem pengendalian kebisingan; j. sistem


transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)
lantai; k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan
ambulans.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
9.1.1.6

Menteri ini.
Pasal 14

Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


sampai dengan Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan
pemeriksaan secara berkala agar tetap baik fungsi.
9.1.1.7
Pasal 15
1. Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi
persyaratan: a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang2. undangan; dan c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh
institusi penguji dan
3. pengkalibrasi yang berwenang.

9.2 Persyaratan peralatan puskesmas


1. Ruangan Pemeriksaan Umum
2. Ruangan Tindakan dan Ruangan Gawat Darurat
3. Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB, dan Imunisasi
4. Ruangan Persalinan
5. Ruangan Rawat Pasca Persalinan
6. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
7. Ruangan Promosi Kesehatan
8. Ruangan ASI
9. Laboraturium
10. Ruangan Farmasi
11. Ruangan rawat inap
12. Ruangan steriliasasi

10.

Jelaskan pengaruh jarak puskesmas, kepadatan penduduk terhadap


permasalahan kesehatan
Menurut teori H.L Blum terdapat 4 faktor penting yang mempengaruhi status
kesehatan individu yaitu : Lingkungan, keturunan, perilaku dan gaya hidup serta
pelayanan atau fasilitas kesehatan.
Jarak puskesmas dapat dimasukan kedalah bagian dari factor ketersediannya
fasilitas kesehatan, kenapa jarak puskesmas dapat dikatakan salah satu factor yang
penting adalah jarak puskesmas dari tempat tinggal penduduk mempengaruhi cepat
atau tidaknya penanganan dari suatu penyakit, apabila jarak dari pusat pelayanan
kesehatan dengan rumah penduduk jauh maka dapat membuat masyarakat malas
untuk memeriksakan keadaan mereka ke fasilitas kesehatan yang tersedia, jarak
puskesmas yang jauh juga mempengaruhi perekonomian masyarakat semakin jauh
jarak fasilitas kesehatan maka semakin besar pula uang yang harus dikeluarkan untuk
mencapai fasilitas kesehatan tersebut.
Kepadatan penduduk dapaat dimasukan kedalam faktor lingkungan, mengapa
kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kesehatan karena semakin padat penduduk
maka semakin banyak pula variasi penyakit yang terdapat pada komunitas tersebut,
ini juga mempengaruhi semakin cepat penularan penyakit dari satu individu ke
individu lainnya.
11.

Jelaskan hubungan kebiasaan masyarakat dengan

permasalahan pada pemicu ini

Masyarakat di sekitar puskesmas tersebut jarang melakukan aktivitas


pembersihan tingkat RT (hanya 2 bulan sekali), sehingga saluran pembuangan air
limbah rumah tangga menjadi tidak lancar dan barang-barang bekas menjadi tempat
jentik nyamuk. Beberapa masyarakat yang terserang Demam Berdarah Dengue, Diare.
Ada hubungan dengan DBD karena barang barang bekas yang tidak terpakai itu dapat
menjadi sarang nyamuk, seharusnya masyarakat dapat mengubur atau menyingkirkan
barang- barang bekas yang dapat menampung air hujan. Ada hubungan dengan diare
karena saluran pembuangan air limbah rumah tangga dapat menjadi dangkal akibat
ada hambatan dari sampah yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan disekitar rumah akibat dari banjir. Seharusnya masyarakat dapat

melakukan penguburan, pembuangan sampah pada tempatnya dan secara berkala


dapat melakukan pengerukan selokan air.
12.

Bagaimana edukasi terhadap perilaku dan kebiasaan di wilayah tersebut

Edukasi untuk masyarakat yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Martapura
adalah diharapkan masyarakat untuk melakukan pengelompokan sistem pembuangan
limbah berdasarkan jenis air buangannya. Jika pengelompokan tidak dilakukan,
dikhawatirkan air buangan tersebut akan mengalami pengolahan limbah dengan cara
yang salah sehingga terjadi pengendapan pada saluran pembuangan yang pada
akhirnya nanti menyebabkan banjir, jika banjir maka dapat menimbulkan penyakit
salah satunya adalah diare. Kemudian barang-barang bekas milik masyarakat yang
banyak dijadikan tempat bersarang oleh jentik nyamuk, masyarakat harus memilih
barang-barang tersebut mana yang masih bisa terpakai dan yang sudah tidak
terpakai.Barang yang tidak terpakai sebaiknya dibuang atau dikubur agar tidak
menumpuk, akibat dari tumpukan-tumpakan barang yang tidak terpakai tersebut
membuat masyarakat banyak yang menderita Demam Berdarah Dengue.
Edukasi untuk masyarakat yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Martapura
adalah diharapkan masyarakat untuk melakukan
1. Menguras dan menyikat tempattempat penampungan air, seperti
bak mandi atau wc, seminggu sekali.
2. Menutup rapat- rapat penampungan air, seperti gentong air.
3. Mengganti air bak mandi, vas bunga atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.Pengelompokan sistem pembuangan
limbah berdasarkan jenis air buangannya. Jika pengelompokan tidak
dilakukan, dikhawatirkan air buangan tersebut akan mengalami
pengolahan limbah dengan cara yang salah sehingga terjadi
pengendapan pada saluran pembuangan yang pada akhirnya nanti
menyebabkan banjir, jika banjir maka dapat menimbulkan penyakit
salah satunya adalah diare.
4. Barang-barang bekas milik masyarakat yang banyak dijadikan
tempat bersarang oleh jentik nyamuk, masyarakat harus memilih
barang-barang tersebut mana yang masih bisa terpakai dan yang
sudah tidak terpakai. Barang yang tidak terpakai sebaiknya dibuang
atau dikubur agar tidak menumpuk, akibat dari tumpukan-tumpakan
barang yang tidak terpakai tersebut membuat masyarakat banyak
yang menderita Demam Berdarah Dengue.

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. City health profiles: how to report on health in your city.
ICP/HSIT/94/01 PB 02. Available at: www.euro.who.int/ document/wa38094ci.pdf
2. Indonesia KK. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia [online]. 2012; Diunduh dari: http://www.pkfi.net/file/download/Perkonsil
%20No%2011%

20Th%202012%20Ttg%20Standar%20Kompetensi%20Dokter

%20Indonesia%20%202012.pdf
3. Kahanjak DN. Kuliah Ilmu Kedokteran dan Kedokteran komunitas. Palangkaraya: Staff
dan Dosen Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUPR, 2016.
4. Suryakantha AH. Community medicine with recent advances. Jaypee Brothers, Medical
Publishers; 2010.
5. Murti

B.

Kedokteran

Komunitas.

Surakarta:

FK

UNS.

Available

on

http://www.fk.uns.ac.id/static/materi/Kedokteran_Komunitas_Prof_Bhisma_Murti.pdf.
(diakses 7 juli 2016)
6. Hj Mutiara D.P.R, Teuku Rendiza F, Annisa Rahma A.

Diagnosis Komunitas.

Universitas Diponegoro. Semarang, 2015.


7. www.depkes.go.id/.../00.%20Data%20Dasar%20Puske...
8. PERMENKES no. 75 tahun 2014 mengenai Pusat Kesehatan Mayarakat
9. Suryakantha AH. Community Medicine with Recent Advances, Ed 2. Jaypee Brothers
Medical Publisher, 2010
10. Artini N. Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas dan Komitmen Kerja Petugas
dengan Mutu Pelayanan Pengobatan pada Poli Umum di Puskesmas se-Kabupaten
Karangasem [tesis]. Denpasar: Universitas Udayana. 2015
11. https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1392161022-3-BAB%20II.pdf
12. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 81/Menkes/SK/I/2004
Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Jakarta.
13. Hapsara. 2006. Rencana Strategis SDM Kesehatan di Indonesia; Perkembangan dan
Prospeknya. Seminar Umum Akademik FKM-UI. Jakarta

14. BPPSDMK. 2011. Lokakarya Nasional Pengembangan Tenaga Kesehatan. Bandung


12-15 September 2011. Diakses : 14 Januari 2012.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 81/MENKES/SK/I/2004
Tentang

PEDOMAN

PENYUSUNAN

PERENCANAAN

SUMBER

DAYA

MANUSIA KESEHATAN DI TINGKAT PROVINSI, KABUPATEN/KOTA SERTA


RUMAH SAKIT.

Anda mungkin juga menyukai