Pembimbing:
dr. Hj. Mariatul Fadillah, MARS
Oleh:
Mandy Putriyudi, S.Ked 04054821820065
Humairoh Okba Vekos P, S.Ked 04054821820070
Muhammad Fahmi, S.Ked 04084821820011
Bianca Dwinta Daryanto, S.Ked 04084821820041
Rizky Vania Oka, S.Ked 04084821820036
Laporan Kasus
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik periode 23 April
2018 – 20 Mei 2018 di Departemen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / RS
Mohamad Hoesin Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Kajian
Peran Diagnosis Komunitas Melalui Family Assessment Tools Family SCREEM
Dalam Penurunan TB di Palembang”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai tauladan umat manusia. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Hj. Mariatul Fadillah,
MARS selaku pembimbing.
Penulis menyadari banyak kekurangan dari laporan ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Demikian, semoga laporan
ini tetap dapat berkonstribusi untuk kemajuan ilmu kedokteran.
Penulis
iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1
pelayanan kedokteran secara holistik dan komprehensif dengan pendekatan
keluarga dan okupasi terhadap pasien. Dalam penerapannya, penggunaan
diagnosis komunitas dalam suatu program kesehatan adalah sebagai berikut :
- untuk berperan sebagai referensi data kesehatan dalam suatu wilayah
- untuk menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai masalah kesehatan
pada komunitas lokal dan penduduknya
- untuk merekomendasikan intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi
pemecahan masalah yang mampu laksana
- untuk mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di masa
depan
- untuk menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan keterlibatan media
- untuk pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi program kerja
kesehatan.
Oleh karena itu diagnosis komunitas harus disadari bukan sebagai suatu
kegiatan yang berdiri sendiri namun merupakan bagian dari suatu proses dinamis
yang mengarah kepada kegiatan promosi kesehatan dan perbaikan permasalahan
kesehatan di dalam komunitas. Diagnosis komunitas merupakan awal dari siklus
pemecahan masalah untuk digunakan sebagai dasar pengenalan masalah di
komunitas, sehingga dilanjutkan dengan suatu perencanaan intervensi,
pelaksanaan intervensi serta evaluasi bagaimana intervensi tersebut berhasil
dilakukan di komunitas.
Oleh karena itu diagnosis komunitas TIDAK hanya berhenti pada
identifikasi (diagnosis) masalah, tetapi juga mencakup solusi (treatment) untuk
mengatasi masalah berdasarkan sumber-sumber yang ada. Untuk lebih
menjelaskan diagnosis komunitas, dibawah ini dijelaskan perbedaan antara
Kedokteran komunitas (Community Medicine) dengan Kedokteran rumah sakit
dan perbedaan antara Diagnosis Komunitas dengan diagnosis klinis2
2
Strategi Aktif dan pasif Pasif, menunggu pasien datang
operasional
Organisasi Terdiri atas puskesmas, pustu, Terdiri atas hubungan yang tidak
posyandu mengikat antara pelayanan
primer, sekunder
dan tersier
Bentuk Komprehensif (health Hanya kuratif
pelayanan promotion, specific
protection, early diagnosis
dan prompt treatment,
disability-limitation,
rehabilitation
Koordinasi Ada koordinasi dengan Tidak ada hubungan
Intersektoral departemen kesehatan dan Hanya kuratif
jajarannya
Partisipasi Mengikut sertakan Partisipasi terbatas
masyarakat masyarakat
dalam program kesehatan
Analisis cost- Memberikan high cost- Memberikan poor cost- benefit
benefit benefit rasio melalui rasio melalui maximum-
minimum- expenditure dan expenditure dan minimum-
maximum-result result
(Sumber: Suryakantha AH. Community Medicine with Recent Advances, Ed 2.
Jaypee
Brothers Medical Publisher, 2010)
3
3 Fokus perhatian : hanya orang Fokus perhatian : orang sakit dan sehat
sakit
4 Dilakukan dengan memeriksa Dilakukan dengan cara survey
pasien
5 Diagnosis didapat berdasarkan Diagnosis didasarkan atas Riwayat
keluhan dan simtom Alamiah Perjalanan Penyakit ( Natural
history of disease)
6 Memerlukan pemeriksaan Memerlukan penelitian epidemiologi
laboratorium
7 Dokter menentukan pengobatan Dokter/epidemiologis merencanakan
plan of action
8 Pengobatan pasien menjadi Pencegahan dan Promosi menjadi
tujuan tujuan utama
utama
9 Diikiuti dengan follow up kasus Diikuti dengan program evaluasi
10 Dokter tertarik menggunakan Dokter/epidemiologis tertarik dengan
teknologi tinggi nilai2 statistik
(Sumber: Suryakantha AH. Community Medicine with Recent Advances, Ed 2.
Jaypee
Brothers Medical Publisher, 2010)
4
pemecahannya. Secara khusus, tujuannya adalah dokter mampu :
- mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat
- mengembangkan instrumen untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
- menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi pemecahannya
- menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer
- berkomunikasi secara baik dengan masyarakat
- membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan3
5
3. Untuk mengetahui bagaimana caranya untuk meningkatkan kondisi
kesehatan komunitas
Setelah team menetapkan tingkat kesehatan masyarakat yang ingin dicapai
dalam upaya peningkatan kondisi komunitas bersangkutan, maka perlu
dikembangkan beberapa pilihan cara untuk mencapai harapan tersebut. Pilihan-
pilihan ini sudah barang tentu mempunyai konsekuensi mengenai sumber daya
yang diperlukan, sehingga team harus memilih cara solusi yang paling efektif dan
paling efisien dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.4
6
dari diagnosis komunitas. Beberapa cakupan yang umum untuk dipelajari dalam
diagnosis komunitas adalah status kesehatan, gaya hidup, kondisi tempat tinggal,
kondisi sosial ekonomi, infrastruktur sosial dan fisik, tidak berimbangnya
fasilitasi dan akses kesehatan (inequality), termasuk mengenai pelayanan
kesehatan masyarakat dan kebijakan yang sudah ada.
Menurut epidemiologi, penentuan masalah (medis dan non medis) di
komunitas harus memakai indikator yang merepresentasikan permasalahan
komunitas/ masyarakat. Berikut adalah indikator status kesehatan yang biasa
dipakai untuk menggambarkan masalah kesehatan di komunitas:
1. Angka Kematian (Mortality rate): AKK, AKI, AKB, Angka Kematian akibat
penyakit tertentu, dll
2. Angka Kesakitan (Morbidity rate): Insiden, prevalen (menyangkut berbagai
penyakit)
3. Angka Ke-cacatan (Disability rate): Angka absensi, dll
Selain indikator diatas terdapat indikator lain yang sering dipergunakan
misalnya :
1. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil yang
mendapat pelayanan ANC.
2. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter : penduduk
3. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang mendapat air
bersih
4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per capita, angka
buta huruf, dll)
Bila kita mau mengetahui masalah kesehatan suatu komunitas, maka jalan
yang paling baik adalah melakukan survey yang mengumpulkan data-data sesuai
indikator diatas. Kegiatan ini akan memakan waktu lama dan biaya yang banyak.
Oleh karena itu sebagai pendekatan awal ada cara lain yang dapat digunakan yaitu
dengan menganalisis laporan penyakit/kematian yang ada disuatu wilayah. Data
ini bisa diperoleh dari hasil penelitian kesehatan atau laporan tahunan puskesmas
(harap diingat bahwa tidak semua orang yang sakit datang ke puskesmas). Pola
penyakit di suatu area biasanya akan selalu sama dalam kurun waktu tertentu,
kecuali bila ada kejadian luar biasa. Dalam situasi ini maka penyakit yang akan
7
menjadi area diagnosis komunitas dalam pelatihan modul komunitas, tidak selalu
harus yang paling banyak ditemukan. Dalam keadaan tertentu, masalah kesehatan
dapat pula ditanyakan kepada orang orang yang dianggap mempunyai
pengetahuan dalam hal ini, misalnya pimpinan puskesmas, kepala daerah (camat,
lurah) atau orang orang yang bergerak dalam bidang kesehatan (guru, kader).
Untuk mendapatkan informasi dari orang orang ini, maka dapat dipergunakan
metoda NGT atau Delphi tehnik.
Bila sudah ditemukan area masalah, maka juga perlu mengetahui berbagai
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Konsep terjadinya
penyakit menurut Blum dapat dipakai untuk membuat kerangka konsep yang
menjelaskan mengapa penyakit tersebut terjadi. Ini akan membantu menentukan
data apa yang akan dikumpulkan dari masyarakat agar mendapatkan masalah
yang utama dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
8
menggunakan kuisioner mandiri (self administered questionnaire), kemudian
wawancara atau fokus grup diskusi atau acara dengan telepon. Untuk memastikan
reliabilitas datanya, sebaiknya institusi yang sudah berpengalaman seperti institusi
pendidikan, dilibatkan dalam diagnosis komunitas.
Penentuan sampel harus direncanakan secara hati-hati, sehingga jumlah
sampelnya mampu mewakili kondisi lokal komunitas yang dikaji, sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang valid. Agar data yang dikumpulkan
merepresentasikan gambaran masyarakat, maka perlu ditentukan sasaran
penduduk yang akan menjadi responden, berapa jumlahnya serta lokasinya
tinggalnya. Sebaiknya penentuan sasaran berdasarkan probability sampling,
kecuali bila terpaksa dapat dilakukan non probability sampling. Hal ini juga
berlaku bila responden diambil dari rekam medis atau pengunjung puskesmas.
Strategi menemui responden di lapangan memerlukan persiapan khusus,
yaitu mendapatkan ijin dari kepala daerah setempat. Dalam hal ini, sebaiknya
mahasiswa meminta kepala puskesmas membuat surat kepada kepala daerah
setempat menjelaskan bahwa Puskesmasnya akan melakukan pengumpulan
data. Ini dilakukan, agar masalah ijin pengumpulan data menjadi mudah dan
memang kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menunjang puskesmas. Selain
itu, bila diperlukan, pimpinan puskesmas dapat dimintakan bantuannya untuk
memfasilitasi agar ada petugas/kader yang membantu mengantar mahasiswa
mengumpulkan data (misalnya kader atau pegawa puskesmas). Bila data berasal
dari rekam medik, maka mahasiswa dapat meminta bantuan pimpinan puskesmas
memfasilitasi agar petugas terkait memahami apa yang akan dilakukan mahasiswa
dalam rangka diagnosis komunitas, dan mahasiswa juga harus menjaga agar
rekam medik kembali tersusun seperti semula dan tidak ada yang hilang, termasuk
menjaga kerahasiaan data pasien. Semua kuesioner (data) yang didapat haruslah
diperiksa kelengkapan serta kebenarnya, sebelum dianalisis.
Rencana mendapatkan data harus dibuat seperti proposal penelitian
sederhana
yang terdiri atas :
a. Latar belakang
b. Tujuan
9
c. Metoda
d. Sasaran dan sampel (besar dan cara pemilihan)
e. Instrumen yang dipakai (observasi, kuesioner atau pemeriksaan)
f. Batasan operasional data yang diambil5
10
komunitas dapat di diseminasi melalui berbagai forum yaitu misalnya presentasi
pada pertemuan dewan kesehatan masyarakat atau tokoh masyarakat dan forum
khusus organisasi swadaya masyarakat, dalam rilis media massa atau satu seminar
khusus mengenai promosi kesehatan.
Penerapan langkah diagnosis komunitas dapat dijabarkan secara skematis
seperti gambar berikut, yang menekankan perlunya kombinasi dari penggunaan
data sekunder serta pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam memetakan
permasalahan kesehatan di komunitas.6
11
penanggung jawab program yang bersangkutan
3. Membuat proposal sederhana untuk merumuskan langkah langkah metode
diagnosis komunitas mencakup sasaran, sampel, instrumen yang dipakai dan
batasan operasional data yang akan diambil
4. Persiapan pengumpulan data di lapangan atau dari pengunjung puskesmas
5. Menganalisis data secara deskriptif dengan menggunakan program analisis.
Dalam diagnosis komunitas ini uji statistik inferens tidak penting untuk dilakukan
6. Membuat laporan untuk diseminasi ke pimpinan dan pengelola program terkait di
puskesmas7
12
Perilaku sehat dan sakit
Kemana mencari pertolongan ketika sakit
Apa yang dilakukan untuk mencegah penyakit
Apa peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan
13
daya yang berguna dan yang tidak berguna ditinjau dari segi sosial, budaya,
agama, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Sumer daya yang berguna
dimasukkan ke dalam kolom sumber (resources), sedangkan sumber daya yang
tidak berguna dimasukkan ke dalam kolom patologi. Berdasarkan family
SCREEM ini, tenaga kesehatan dapat menentukan langkah selanjutnya dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang terdapat dalam suatu keluarga.
14
memiliki agama yang sama, atau keagamaan karena
perbedaan agama antara anggota adanya perbedaan
keluarga tidak menyebabkan agama.
perpecahan.
Ekonomi Stabilitas ekonomi cukup untuk Kekurangan ekonomi
(Economy) menyediakan kepuasan yang yang tidak sesuai
berhubungan dengan status dengan rencana
keuangan dan kemampuan untuk ekonomi.
menyatukan permintaan ekonomi Contoh: kemiskinan,
sesuai dengan norma kehidupan. biaya kesehatan yang
Contoh: adanya tabungan untuk mahal.
hari tua, pendapatan keluarga
cukup untuk kehidupan sehari-
hari.
Pendidikan Pendidikan anggota keluarga Halangan untuk
(Education) cukup untuk mengizinkan memahami.
anggota keluarga memecahkan Contoh: keluarga sulit
atau memahami sebagian besar memahami pesan
permasalahan yang muncul kesehatan.
dalam gaya hidup formal yang
dibangun oleh keluarga.
Contoh: keluarga mampu
memahami instruksi medis.
Kesehatan Perawatan kesehatan tersedia Tidak tersedia sumber
(Medical) melalui akses yang terbangun peralatan/fasilitas
secara mudah dan sebelumnya dalam perawatan.
dialami dengan cara yang Contoh: tidak
memuaskan. memanfaatkan
Contoh: respons cepat terhadap pelayanan kesehatan
kebutuhan medis, semua anggota atau tidak tersedianya
keluarga mengutamakan pelayanan kesehatan.
kesehatan, mudah mendapatkan
15
fasilitas kesehatan, anak rutin
dibawa ke Posyandu tiap bulan.
16
BAB II
Kajian Peran Diagnosis Komunitas Melalui Family Assessment Tools Family
SCREEM Dalam Penurunan TB di Palembang
17
tahun. Diperkirakan 2% dari kasus TB baru dan 12 % dari kasus TB pengobatan
pengulangan merupakan kasus TB MDR. Diperkirakan pula lebih dari 55% pasien
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB) belum terdiagnosis atau mendapat
pengobatan baik dan benar. Rendahnya angka penderita TB di suatu wilayah
belum tentu menggambarkan kondisi yang sebenarnya, hal ini bisa disebabkan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang belum berani mendiagnosis TB.13
Kota Palembang merupakan kota dengan penderita TB paru terbanyak di
Sumatera Selatan.14 Perkembangan TB Paru yang di amati selama kurun waktu
lima tahun dari tahun 2013 s/d 2017 menurut Dinas Kesehatan Kota Palembang
tahun 2017 , yaitu: 15
No Tahun Kasus Baru Cure Rate(%)
1 2013 1474 94.7
2 2014 1972 88.13
3 2015 1205 88.28
4 2016 1312 91.46
5 2017 2618 93.76
Sumber: Profil Kesehatan Tahun 2017, Dinas Kesehatan Kota Palembang
18
Tn. Abdul dan Istri tinggal di rumah berukuran 4x5 meter dengan Bapak,
Ibu dan 2 anak. Pendidikan terakhir Tn. Abdul adalah SMP. Bapak Tn. Abdul
pernah mengalami keluhan serupa dan belum pernah berobat. Tn. Abdul memiliki
kebiasaan merokok sejak usia 18 tahun, banyaknya 1 bungkus/hari.
Bagaimana pentalaksanaan Tuberkulosis Paru yang dialami Tn. Abdul
dengan pendekatan Family Screem?
Dari hasil pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) didapatkan
hasil BTA (+++) yang berarti Tn. Abdul di diagnosis dengan Tuberkulosis Paru.
Tn. Abdul harus mendapatkan terapi Tuberkulosis Paru. Pengobatan TB
dilakukan selama 6 bulan melalui 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.
Pada kasus ini Tn. Abdul diberikan pengobatan TB tahap intesif.
Setelah itu dilakukan family assesment tools, yaitu salah satunya adalah
family SCREEM yang menggambarkan penilaian sumber daya keluarga.
SCREEM merupakan singaktan dari Social, Cultural, Religious, Economic,
Educational, Medical. Family SCREEM digunakan oleh tenaga kesehatan untuk
membantu anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menilai kemampuan
keluarga untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan dan menghadapi krisis.
Berdasarkan family SCREEM ini, tenaga kesehatan dapat menentukan
langkah selanjutnya dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang terdapat
dalam suatu keluarga.
19
antara mereka.
Ekonomi Tn. Abdul bekerja sebagai
(Economy) buruh dengan penghasilan ±
Rp. 1.000.000,00 setiap
bulannya (dibawah rata-rata
UMR).
Pendidikan Pendidikan terakhir Tn. Abdul
(Education) adalah SMP dan Istri Tn.
Abdul SD.
Kesehatan Pelayanan kesehatan harus
(Medical) ditempuh lumayan jauh dari
rumah Tn. Abdul (kurangnya
transportasi).
20
masyarakat lain bagaimana etika batuk yang baik, perilaku hidup sehat dan
apabila ada seseorang yang memiliki keluhan batuk lama, keluarga/tetangga
dapat menganjurkan atau menolong orang tersebut untuk memeriksakan
kesehatannya lebih dini sehingga dapat mencegah komplikasi dan
meminimalisir penularan ke orang lain.
Jika hubungan sosial Tn. Abdul dengan keluarga/ tetangganya baik,
seharusnya dapat menjadi salah satu faktor pencegah agar Tn. Abdul tidak
memiliki masalah kesehatan, namun bisa saja dipengaruhi oleh sumber yang
lain.
3. Religious: Anggota keluarga Tn. Abdul beragama Islam dan tidak terdapat
perpecahan pada keluarga sumber agama Tn. Abdul dan baik.
Sumber agama yang baik dapat digunakan untuk mencegah suatu
penyakit. Orang yang beragama dan memiliki keimanan yang baik akan
21
membuat lebih dekat ke Tuhan. Keluarga Tn. Abdul beragama islam sehingga
dapat dikatakan bahwa Tn. Abdul dekat kepada Allah SWT melalui sholat,
doa dan amalan amalan baik lainnya. Dalam doa, seseorang dapat meminta
kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kesehatan. Selain itu, dalam
setiap gerakan sholat bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit. Dalam
keluarga Tn. Abdul tidak terdapat perpecahan akibat perbedaan keyakinan,
sehingga dapat saling support dan mendoakan agar selalu dilimpahkan
kesehatan dan kebahagian dalam hidup.
Jika Tn. Abdul dan keluarga merupakan keluarga yang beragama dan tidak
terdapat perpecahan didalam keluarga, seharusnya dapat menjadi salah satu
faktor pencegah agar Tn. Abdul tidak memiliki masalah kesehatan, namun
bisa saja dipengaruhi oleh sumber yang lain.
22
dibutuhkan cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat agar
pemenuhan gizi dalam makanan anggota keluarga tercukupi.
Selain mempengaruhi asupan gizi anggota keluarga, ekonomi yang kurang
baik menyebabkan keluarga Tn. Abdul tinggal di rumah kecil yg diisi oleh 6
orang. Hal ini dapat menyebabkan penularan penyakit meningkat dikarenakan
rumah yang padat penghuni. Bapak Tn.Abdul terkena TB terlebih dahulu
namun belum diobati dan menularkan ke Tn. Abdul serta kemungkinan dapat
menularkan ke anggota keluarga yang lain.
5. Education : Pendidikan terakhir Tn. Abdul dan istri yang rendah faktor
pendidikan keluarga Tn. Abdul tidak baik dapat dikatakan TB paru yang
diderita Tn. Abdul mungkin bersumber dari masalah pendidikan.
Tn. Abdul memiliki pendidikan terakhir SMP dan istrinya SD sehingga
dapat dikatakan bahwa pendidikan keluarga Tn. Abdul rendah. Pendidikan
yang rendah dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya TB pada Tn.
Abdul. Keluhan yang sama terjadi pada bapak Tn. Abdul sebelumnya, namun
tidak diobati. Kurangnya pengetahuan mengenai apa saja gejala TB,
bagaimana cara batuk yang benar dan cara membuang dahak yang benar,
sehingga Tn. Abdul dan keluarga tidak segera pergi berobat ke dokter untuk
mengatasi keluhan Bapak Tn. Abdul dan tidak dapat mencegah penularan
bakteri TB dari bapak Tn. Abdul.
Kurangnya pendidikan ini berhubungan juga dengan kebiasaan keluarga
Tn. Abdul untuk pegi berobat ke dukun, hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan keluarga Tn. Abdul tentang kesehatan dan peranan tenaga medis.
Dengan pendidikan yang baik, diharapkan dapat TB dapat dicegah.
23
kurangnya jumlah dokter yang terjun langsung ke masyarakat untuk
memberikan edukasi mengenai pencegahan penularan TB dan menjaring
pasien TB untuk segera diobati atau dirujuk.
24
DAFTAR PUSTAKA
25