Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PKL GIZI KLINIK

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk PKL Gizi Klinik

Disusun Oleh :
Dyan Violeta
6511418001

PROGRAM STUDI GIZI S1

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

2021

i
ASUHAN GIZI PADA KASUS TB PARU, HIV POSITIF, KANDIDIASI
ORAL DENGAN STATUS GIZI MALNUTRISI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk PKL Gizi Klinik

Disusun Oleh :
Dyan Violeta
6511418001

PROGRAM STUDI GIZI S1

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

2021

PENGESAHAN

ii
Laporan Kasus PKL Gizi Klinik dengan judul Asuhan Gizi Pada Kasus Penyakit
TB Paru, HIV Positif dan Kandidiasis Oral dengan Status Gizi Malnutrisi telah
diterima persetujuan pada tanggal September 2020

Mengetahui

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lapangan,

Natalia Desy Putriningtyas, S.Gz., M.Gizi. Florentinus Nurtitus,S.SiT., RD

NIP. 198412252019032007 NIP.197307221996031001

iii
PRAKATA
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekalian dan juga memberi kesehatan,
khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan PKL Gizi
Klinik ini dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Asuhan
Gizi Pada Kasus Penyakit TB Paru, HIV Positif dan Kandidiasis Oral
dengan Status Gizi Malnutrisi” dibuat sebagai pertanggung jawaban
mahasiswa selama melaksanakan praktik kerja Lapangan. Ucapan terimakasih
penulis berikan bagi pihak – pihak yang terkait terlaksananya Praktik Kerja
Lapangan kepada :

1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.


2. Kedua orang tua serta seluruh keluarga tercinta yang selalu mendukung
penulis baik moril maupun materil.
3. Ibu Natalia Desy Putriningtyas,S.Gz.,M.Gizi selaku dosen pemimbing
PKL Gizi Klinik atas arahan,nasehat, dan saran yang diberikan.
4. Bapak Florentinus Nurtitus, S.SiT., RD selaku pembimbing lapangan atas
saran, ilmu dan bimbingan yang diberikan.
5. Seluruh pihak terkait yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
keberlangsungan PKL Gizi Klinik.
Selama penyusunan dan penulisan laporan ini kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih dapat
menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kami memohon
maaf atas ketidaksempurnaan ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

Semarang, September 2021

Penulis,

Dyan Violeta

iv
DAFTAR ISI

LAPORAN PKL GIZI KLINIK...............................................................................i


PENGESAHAN.......................................................................................................ii
PRAKATA..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I.....................................................................................................................10
PENDAHULUAN.................................................................................................10
1.1 Skrining Gizi................................................................................................10
1.2 ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, dan Monitoring Evaluasi )........11
BAB II....................................................................................................................30
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................30
2.1 TUBERCOLOSIS PARU.............................................................................30
2.1.1. Definisi.....................................................................................................30
2.1.2. Etiologi.....................................................................................................31
2.1.3. Patofisiologi..............................................................................................31
2.1.4. Manifestasi Klinis.....................................................................................32
2.1.5. Upaya Penanggulangan............................................................................33
2.2. HIV AIDS....................................................................................................33
2.2.1 Pengertian HIV......................................................................................33
2.2.2 Epidemiologi..........................................................................................34
2.2.2. Penularan HIV AIDS................................................................................35
2.2.3. Manifestasi Klinis.....................................................................................35
2.3. Kandidiasis Oral..........................................................................................36
2.4. Malnutrisi....................................................................................................37

v
BAB III..................................................................................................................39
PEMBAHASAN, MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT........39
4.1 Kesimpulan...................................................................................................45
4.2 Saran........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR SINGKATAN

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix
x

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skrining Gizi


Tabel 1. 1 Skrining Gizi

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tuan X No. RM :-
Umur : 32 tahun Ruang :-
Sex : Laki-laki Tgl. Masuk : 16 Agustus 2015
Pekerjaan : Buruh Bangunan Tgl Kasus :-
Pendidikan : - Alamat : Cengkareng
Agama :- Diagnosis medis : TB paru, kandidiasis oral,
dan HIV positif

SKRINING GIZI
Nama Responden : Tn. X
Umur : 32 tahun
Diagnosis Medis : TB paru, kandidiasis oral, dan HIV positif

Tabel skrining MST untuk dewasa


No Parameter Skor
.
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang
tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan BB
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih 2
longgar
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut?
* 1-5 kg
* 6-10 kg
* 11-15 kg
** >15 kg
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak
nafsu makan?
a. Tidak
b. Ya 1
SKOR 3

11
Interpretasi
MST= 0-1 tidak berisiko malnutrisi
MST= ≥ 2 berisiko malnutrisi

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan tabel skrining MST dewasa,
diperoleh hasil bahwa pasien mungkin atau beresiko malnutrisi sehingga
membutuhkan pengkajian lebih lanjut.

1.2 ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, dan Monitoring Evaluasi )


Tabel 1. 2 ADIME

ASESMEN GIZI
Riwayat Terkait Gizi & Makanan / Food History (FH)
Kode IDNT Jenis Data Hasil
FH-1.1.1.1 Asupan Energi Recall saat sehat
total = 1.046 kkal ( 46 % )

minggu sebelum masuk RS


= 258.9 kkal ( 11,4 % )

Dalam 24 jam terakhir ½ porsi makanan RS


yang diberikan (bubur 1500 kkal) = 750 kkal
( 33 % )
FH-1.2.1.1 Asupan cairan 1 Gelas Kopi
FH-1.2.2.2 Jenis makanan 1. Saat sehat makan 2-3x/hr. Makan
pagi (kopi hitam 1gls,pisang goreng
2-3 ptg), Siang (nasi 2
gls(belimbing), lauk ikan tongkol
1ptg sdg/balado 1btr, tumis sayuran
2sdm, tahu/tempe goring 1ptg.

12
2. Empat bulan terakhir makan hanya 1-
2x/hr dengan menu yang hampir
sama saat sehat namun jumlah porsi
jauh berkurang.
3. Selama sakit (dua minggu terakhir)
asupan pasien mulai menurun,
frekuensi makan besar 2x/hr.
Pagi(roti isi1/2 ptg, susu/sereal
instan. Makan siang dan sore bubur
nasi ½ gls (belimbing), sup sayuran
(wortel, kentang) 2 sdm kadang
dengan ayam suwir 1ptg.
FH-1.2.2.3 Pola makan Pola makan tidak teratur
FH-1.5.1.1 Asupan lemak total Saat sehat
= 36 gr ( 71,4 % )

minggu sebelum masuk RS


= 10.1 gr ( 20 % )
FH-1.5.2.1 Asupan Protein Saat sehat
total = 35 gr ( 83,6 % )

minggu sebelum masuk RS


= 16 gr ( 54,2 % )
FH-1.5.3.1 Asupan Saat sehat
Karbohidrat total = 147 gr ( 34,6% )

minggu sebelum masuk RS


= 24 kkal ( 5,6 % )
FH-3.1.1 Penggunaan obat- Pasien mendapatkan terapi awal dari DPJP
obatan berupa ceftriaxone injeksi 1 x 2 g, sirup OBH
3 x sendok makan, candistin drop 3x 1 ml,
kotrimoksasol tablet 2 x 480 mg.
Rata rata asupan harian pasien

13
Terminologi Domain Data
FH.1.1.1 Asupan Asupan Energi ( 46 % + 11,4 % + 33 % ) : 3
Energi Total = 30 %
FH.1.5.1 Asupan Asupan Lemak ( 71,4 % + 20 % ) : 2
Gizi Makro = 81,4 %
FH.1.5.3 Asupan Asupan Protein ( 83, 6 % + 54,2 % ) : 2
Gizi Makro = 68,9 %
FH.1.5.5 Asupan Asupan ( 34,6 % + 5,6 % ) : 2
Gizi Makro Karbohidrat = 20,1 %
Kesimpulan:
Tn.X memiliki tingkat asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat sebesar
30 %, 81,4 %, 68,9 % dan 20,1 5 %. Menurut Depkes ( 1996 ) asupan Tn. X kurang.
Pasien laki-laki berusia 32 tahun dengan diagnosis penyakit TB paru, kandidiasis oral,
dan HIV positif dengan status gizi Malnutrisi. Pasien bekerja sebagai Buruh Bangunan.
Pasien masih mengeluh sesak nafas, dan sakit di bagian dada. Sesak hilang timbul,
tidak ada perubahan bila merubah posisi (duduk/tiduran), dan tidak berkurang bila
beristirahat. Kadang-kadang disertai batuk berdahak, tidak ada darah dan lendir. Pasien
tidak mengalami demam, makan hanya sedikit sejak, terkadang mual, tapi tidak
muntah, dan tidak ada diare. Keringat malam disangkal. Obat yang dikonsumsi oleh
pasien ialah berupa ceftriaxone injeksi 1 x 2 g, sirup OBH 3 x sendok makan, candistin
drop 3x 1 ml, kotrimoksasol tablet 2 x 480 mg. Pasien memiliki pola makan yang tidak
teratur, makanan pokok yang sering dikonsumsi pasien yaitu nasi. Pasien mengonsumsi
kopi. Pasien tidak memiliki alergi makanan.
Pengukuran Antropometri/ Anthropometric Measurement (AD)
Kode IDNT Jenis Data Hasil
AD-1.1.1 Tinggi badan 165 cm
AD-1.1.2 Berat badan 42 kg
AD-1.1.5 IMT 42
IMT = 2
=15,4 kg /m 2
1,65
(Status Gizi Kurang )
( berdasarkan IMT,
menggunakan
WHO/IASO/IOTF
dalamThe Asia Pasific

14
Perspective : Redefining
Obesity and Its
Treatment )
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan IMT diketahui bahwa pasien memiliki status gizi kurang
dengan nilai IMT 15,4 kg/m2 menggunakan WHO/IASO/IOTF dalam The Asia Pasific
Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment
Data Biokimia, Tes dan Prosedur Medis / Biochemical Data, Medical Test And
Procedures (BD)
Tanggal 16 Agustus’ 15
Terminologi Klinis Hasil Normal Keterangan

BD.1.10.1 HB 11,6 g/Dl 11,4 – 17,7 g/dl Normal


Leukosit 14.600/μL 4.700 – Tinggi
10.300
/ccm

BD.1.10.2 Hematokrit 34% 37 – 48 % Rendah


BD.1.10.4 Trombosit 504.000/μL 150.000 – Tinggi
350.000/
Ccm
BD.1.2.5 Natrium 132 136-144 meq/i Rendah
mmol/L
BD.1.2.7 Kalium 3,9 mmol/L 3,80 – 5,50 Normal
meq/i
BD.1.2.6 Klorida 93 mmol/L 98 – 108 meq/L Rendah

BD.1.2.2 Kreatinin 0,6 mg/dL

BD.1.2.1 Ureum 29 mg/dL 10 – 50 mg/dl Normal

Tanggal 19 Agustus’ 15
Terminologi Klinis Hasil Normal Keterangan

BD.1.4.3 SGOT 25 U/L < 38 u/i Normal


BD.1.4.2 SGPT 18 U/L < 40 u/i Normal
BD.1.11.1 Albumin 2,2 g/dL 3,8 – 4,4 Rendah
Anti HIV

15
reaktif
Kesimpulan:
Data laboratorium pasien selama 2 hari. Diagnosis medis pasien ialah Penyakit TB
Paru, HIV Positif dengan Kandidiasis Oral dengan Status Gizi Mlanutrisi. Hal ini
ditunjukkan dari data pemeriksaan laboratorium pada hari pertama dan kedua ada nilai
leukosit yang tinggi Leukosit tinggi atau leukositosis adalah kondisi medis di mana
seseorang memiliki jumlah sel darah putih terlalu banyak. Leukositosis dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti peradangan, infeksi, alergi, hingga kanker
darah. Leukosit atau sel darah putih berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit.
Nilai Hematokrit Rendah, yang menandakan pasien mengalami anemia sedang .
tingginya nilai trombosit, dan rendahnya nilai natrium, ureum dan albumin.
Berdasarkan pemeriksaan Anti HIV Reaktif Sedangkan untuk data kadar SGPT, SGOT,
dalam keadaan normal.
Pemeriksaan Fisik/Klinis (PD)
Terminologi Data fisik Hasil Batas normal Keterangan
PD.1.1.9 Tensi 100/70 mm Hg 130-150/ 80- Rendah
Tanda Klinis 90 mmHg
Nadi 90x/menit, 60-100 Normal
x/menit
Suhu 37° C 370C Normal
RR 26x/menit 16-20 x/ menit Normal
Kode Data Awal
PD.1.1.1 Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran
Penampilan keseluruhan compos mentis
PD.1.1.4 Pasien merasa sesak nafas,sesekali terbatuk disertai
Sistem jantung-paru dengan dahak.
Nafsu makan masih menurun, ada sedikit rasa mual.
PD.1.1.5
Abdomen tampak cekung, bising usus (+) normal,
Sistem pencernaan
supel, dan tidak ada nyeri tekan
PD.1.1.8 Pasien mengalami konjungtiva anemis dan sclera
Mata tidak ikterik
PD.1.1.10
Rambut pasien mudah dicabut
Rambut
PD.1.1.14 Pasien mengalami wasting otot

16
Otot
PD.1.1.17
Pasien tidak ada kesulitan menelan
Kerongkongan dan menelan
PD.1.1.13
kandidiasis di lidah dan oral hygiene yang buruk.
Mulut
Kesimpulan
Berdasarkan tabel perkembangan data clinik/fisik diatas, pada pemeriksaan klinik
tekanan darah Rendah dengan nilai 100/70 mmHg. Nilai tekanan darah normal pada l
berada di rentang angka yang sedikit lebih tinggi, 130-150/ 80-90 mmHg Untuk
pemeriksaan suhu nadi dan Respiration rate masih dalam kategori normal. Pasien
tampak sakit dengan kesadaran compos mentis, dengan merasa sesak nafa sesekali
terbatuk dengan dahak, Nafsu makan masih menurun, ada sedikit rasa mual. Pasien
mengalami konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik, kandidiasis di lidah dan oral
hygiene yang buruk.
Data Riwayat Klien
Standar
Interpretasi /
Kode Data Awal Pemban
Identifikasi Masalah
ding
CH.1.1.1 Umur 32 tahun - -
CH.1.1.2 Gender Laki-laki - -
CH.1.1.3 Sex Laki-laki - -
CH.1.1.10 Penggunaan Pasien memiliki Larangan Pasien tidak
rokok kebiasaan merokok sejak merokok mematuhi pedoman
usia ± 15 tahun, sehari kesehatan
merokok sekitar satu
hingga dua bungkus,
namun sejak sesak pasien
tidak merokok.
CH.2.1.1 Keluhan pasien Pasien mengalami IMT Status gizi pasien
terkait gizi malnutrisi. 18,5 – dibawah normal
keluhan sesak nafas sejak 22,9 (IMT 15,4 kg/m2)
dua minggu sebelum kg/m2

17
masuk RS. Sesak hilang
timbul, tidak ada
perubahan bila merubah
posisi (duduk/tiduran),
dan tidak berkurang bila
beristirahat. Kadang-
kadang disertai batuk
berdahak, tidak ada darah
dan lendir. Pasien tidak
mengalami demam,
makan hanya sedikit
sejak, terkadang mual,
tapi tidak muntah, dan
tidak ada diare. Keringat
malam disangkal
CH 2.2 Riwayat menggunakan
Riwayat obat-obatan obat-obatan terlarang
dengan jarum suntik,
promiskuisitas, dan
riwayat transfusi darah
disangkal pasien, namun
pasien memiliki tato di
punggung kanan
CH.2.2.1 Pasien mendapatkan
Perawatan/terapi medis terapi awal dari DPJP
berupa ceftriaxone injeksi
1 x 2 g, sirup OBH 3 x
sendok makan, candistin
drop 3x 1 ml,
kotrimoksasol tablet 2 x
480 mg
CH.3.1.1 Faktor sosio Tergolong sosial ekonomi - -

18
ekonomi menengah kebawah.
Pasien tinggal di
lingkungan padat
penduduk di daerah
Cengkareng. Biaya
pengobatan menggunakan
BPJS
CH.3.1.6 Pekerjaan Buruh bangunan - -
Riwayat Penyakit :
Keluhan Utama : Keluhan sesak nafas sejak dua minggu sebelum masuk RS. Sesak
hilang timbul, tidak ada perubahan bila merubah posisi (duduk/tiduran), dan tidak
berkurang bila beristirahat. Kadang-kadang disertai batuk berdahak, tidak ada darah dan
lendir. Pasien tidak mengalami demam, makan hanya sedikit sejak, terkadang mual,
tapi tidak muntah, dan tidak ada diare. Keringat malam disangkal.
Riwayat Penyakit Sekarang : Malnutrisi berat, kaheksia, hipermetabolisme sedang
(anemia, leukositosis, hiponatremia, hipoalbuminemia) pada TB paru, kandidiasis oral
dan HIV positif.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyakit Keluarga : Pada riwayat penyakit dahulu dan
keluarga tidak didapatkan penyakit asma, DM, jantung, dan tidak ada yang memiliki
riwayat pengobatan paru rutin dalam keluarga dan lingkungan sekitar rumah.
Kesimpulan
Pasien berusia 32 tahun berjenis kelamin laki-laki. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit, sekarang pasien memiliki keluhan pernafasan merasa sesak, sakit di bagian
dada. Riwayat sosial pasien, bekerja sebagai buruh bangunan
STANDAR PEMBANDING (CS)
STANDAR PEMBANDING RIWAYAT TERKAIT GIZI & MAKANAN / FOOD
HISTORY (FH)
CS-1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total ( Mifflin St. Jeor )
Dik: AD 1.1.1 Berat Badan = 42 kg
AD 1.1.2 Tinggi Badan = 165 cm
- BBI = (TB-100) – [(TB-100) x 10%]
= (165-100) – [(165-100) x 10 %]

19
= 65 - (65 x 10%)
= 65-6,5
= 58,5 kg

Kebutuhan Energi
BMR = ( 10 x 58,5 ) + ( 6,25 x 165 cm ) – 5 ( 32 )
= 585 + 1.031,25 - 160
= 1.456,25
TEE = BMR x FA x FS
= 1.456 x 1,3 x 1,2
= 2.271 kkal
CS-2.1.1 Estimasi Kebutuhan Lemak Total
Lemak = (20% x 2271 kkal) : 9
= 50,4 gr
CS-2.2.1 Estimasi Kebutuhan Protein Total
Protein = 2 x 58,5 : 4
= 29,25 gr
CS-2.3.1 Estimasi Kebutuhan karbohidrat total
Karbohidrat = 2271 – (29,25 x 4) – (50,4 x 9) : 4
= 425 gr
CS-3.1.1 Estimasi Kebutuhan Cairan Total
Kebutuhan cairan normal per hari yaitu 25cc x BBkg = .... per 24 jam
= 25 cc x 42 kg = 1050 /24 jam
Pembatasan cairan per hari yaitu 70% s.d 80% x 1.050 = 735 ml –
840 ml. Kesimpulannya yaitu pasien diperbolehkan konsumsi cairan sejumlah
735 ml - 840 ml. ml selama 24 jam.
CS-4.1.2 Estimasi Kebutuhan Vitamin C = 90 mg/hari (AKG 2019)
CS-4.1.4 Estimasi Kebutuhan Vitamin E = 15 mg/ hari (AKG 2019)
CS-4.1.8 Estimasi Kebutuhan Vitamin B3 = 16 mg/hari (AKG 2019)
CS-4.2.5 Estimasi Kebutuhan Kalium = 4700 mg/hari (AKG 2019)
CS-4.2.7 Estimasi Kebutuhan Natrium = 1300 mg/hari (AKG 2019)

20
Terminologi Domain Data Kebutuhan Kategori
CS-1.1.1 Asupan Saat sehat 2271 kkal Kurang
Energi Total = 1046 kkal

minggu sebelum
masuk RS
= 258 kkal

Dalam 24 jam
terakhir ½ porsi
makanan RS
yang diberikan
(bubur 1500
kkal) = 750 kkal
CS-2.1.1 Lemak Total Saat sehat 50,4 Kurang
= 36 gr

minggu sebelum
masuk RS
= 16 gr
CS-2.2.1 Protein Saat sehat 29,25 gr Lebih
Total = 35 gr

minggu sebelum
masuk RS
= 16 gr
CS-2.3.1 Karbohidrat Saat sehat 425 Kurang
Total = 147 gr

minggu sebelum
masuk RS
= 24 kkal

21
Kode IDNT Jenis Data Hasil
CS.5.1.2 Rekomenda IMT berdasarkan BB perkiraan adalah 15,4 kg/m2.
si BB/IMT Status Gizi kurang (berdasarkan IMT,
menggunakan WHO/IASO/IOTF dalamThe Asia
Pasific Perspective : Redefining Obesity and Its
Treatment)
TERAPI MEDIS
Jenis obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Ceftriaxone injeksi 1 x 2 Mengobati berbagai macam Tidak disarankan
g infeksi bakteri, salah dikonsumsi bersama
satunya tuberkulosis kalsium, dapat
menyebabkan kerusakan
pada paru-paru dan ginjal
Sirup OBH 3 x sendok OBH Combi Batuk Gangguan pencernaan
makan Berdahak digunakan untuk ringan
meredakan batuk dan gejala
flu
Candistin drop 3x 1 ml untuk membantu mengobati Tidak boleh diberikan
infeksi jamur pada usus dan bersamaan dengan
mulut, seperti sariawan atau Saccharomyces boulardii,
candidiasis (infeksi akibat karena dapat mengurangi
jamur Candida) pada efek terapeutik dari
rongga mulut. Saccharomyces boulardii.
Kotrimoksasol tablet 2 x Obat ini digunakan untuk Kotrimoksazol tablet
480 mg menangani infeksi yang dan kapsul sebaiknya
disebabkan oleh bakteri, dikonsumsi bersamaan
seperti bronkitis, otitis dengan makanan.
media, dan infeksi saluran
kemih. Selain itu,
kotrimoksazol juga dapat
digunakan untuk
menangani dan mencegah
pneumocystis carinii

22
pneumonia (PCP) pada
pasien dengan daya tahan
tubuh turun, seperti
penderita HIV/AIDS
DIAGNOSIS GIZI
TABEL KEMUNGKINAN DIAGNOSIS GIZI
DOMAIN INTAKE
Terminologi Problem Etiologi Symptom
NI.1.2 Asupan oral Terbatasnya daya Berdasarkan hasil recall
inadekuat terima makanan tuan x mengalami
akibat faktor kekurangan asupan gizi
fisiologis tubuh ditandai dengan nilai energi
terkait diagnosis sebesar 30 %. Asupan
penyakit TB Paru, Lemak 81,4 %, Asupan
HIV Positif dan Protein 68,9 % Asupan
Kandidiasis Oral Karbohidrat 20,1 %

DOMAIN KLINIS
Terminologi Problem Etiologi Symptom
NC-2.2 Perubahan Pasien mengalami Pada pemeriksaan
nilai lab hipermetabolisme laboraturium saat pasien
terkait gizi sedang anemia, datang ke Rumah Sakit,
leukositosis, kadar leukosit 14.600/μL,
hiponatremia, hematocrit 34 %, natrium
hipoalbuminemia 132 mmol/L, dan albumin
2,2 g/dL
NC.4.1.2 Malnutrisi Pola makan yang IMT hanya 15,4 kg/m2 ,
penyakit atau tidak teratur, wasting otot, estimasi
kondisi Mengalami penyakit asupan energi < 50%-75%,
kronis TB
DOMAIN BEHAVIORAL
Terminologi Problem Etiologi Symptom
NB-1.1 Kurang Pasien belum pernah Pasien mengonsumsi
pengetahuan mendapat edukasi gorengan, dan minuman
terkait diet kopi

23
makanan dan
gizi
Kualitas Kebiasaan merokok, dan
Gaya hidup yang
NB.2.5 hidup yang konsumsi obat-obatan
tidak sehat
buruk terlarang.
RUMUSAN DIAGNOSIS GIZI

Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan Pasien mengalami hipermetabolisme
sedang anemia, leukositosis, hiponatremia, hipoalbuminemia ditandai dengan Pada
pemeriksaan laboraturium saat pasien datang ke Rumah Sakit, kadar leukosit
14.600/μL, hematocrit 34 %, natrium 132 mmol/L, dan albumin 2,2 g/dL
Malnutrisi penyakit atau kondisi kronis berkaitan dengan Pola makan yang tidak

teratur, Mengalami penyakit TB ditandai dengan IMT hanya 15,4 kg/m2 , wasting
otot, estimasi asupan energi < 50%-75%,
Kurang pengetahuan terkait makanan dan gizi berkaitan dengan Pasien belum pernah
mendapat edukasi diet ditandai dengan Pasien mengonsumsi gorengan, dan minuman
kopi
Kualitas hidup yang buruk berkaitan dengan Gaya hidup yang tidak sehat ditandai
dengan Kebiasaan merokok, dan konsumsi obat-obatan terlarang.
PRIORITAS DIAGNOSIS GIZI
Malnutrisi penyakit atau kondisi kronis berkaitan dengan Pola makan yang tidak

teratur, Mengalami penyakit TB ditandai dengan IMT hanya 15,4 kg/m2 , wasting
otot, estimasi asupan energi < 50%-75%,
INTERVENSI GIZI
PERENCANAAN
Tujuan intervensi gizi:
1) Meningkatkan asupan oral 80% secara bertahap dalam jangka waktu 6 hari
Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
 Terapi Diet = Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
 Bentuk Makanan = Enteral
 Cara Pemberian = Intermitent, melalui selang jejunal

PRINSIP DAN SYARAT DIET


1. Kebutuhan energi diberikan di atas kebutuhan normal dengan
memperhitungkan faktor stress dan faktor aktivitas yaitu sebesar 2271 kkal

24
diberikan secara bertahap
2. Asupan protein tinggi yaitu 2 g/kg BB yaitu 29,25 gr diberikan secara bertahap
3. Lemak cukup 20% dari energi total yaitu sebesar 50,4 gr diberikan secara
bertahap
4. Karbohidrat diberikan sebesar 425 gr diberikan secara bertahap
5. Kebutuhan vitamin dan mineral dianjurkan sesuai kebutuhan normal atau RDA
6. Makanan disajikan dalam bentuk mudah dicerna
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien
8. Cairan sesuai kebutuhan
9. Asupan natrium 1300 mg/hari
10. Porsi makanan kecil namun sering
11. Vitamin C 90 mg/hari (AKG 2019)
12. Vitamin E 15 mg/ hari (AKG 2019)
13. Vitamin B3 16 mg/hari (AKG 2019)
14. Kebutuhan Natrium = 1300 mg/hari (AKG 2019
15. Frekuensi 6 kali / hari terdiri dari 3 kali makan utama dan 6 kali selingan
16. Formula enteral menggunakan formula rumah sakit dengan diselingi formula
komersial
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
CS-1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total ( Mifflin St. Jeor )
Dik: AD 1.1.1 Berat Badan = 42 kg
AD 1.1.2 Tinggi Badan = 165 cm
- BBI = (TB-100) – [(TB-100) x 10%]
= (165-100) – [(165-100) x 10 %]
= 65 - (65 x 10%)
= 65-6,5
= 58,5 kg
Kebutuhan Energi
BMR = ( 10 x 58,5 ) + ( 6,25 x 165 cm ) – 5 ( 32 )
= 585 + 1.031,25 - 160
= 1.456,25

25
TEE = BMR x FA x FS
= 1.456 x 1,3 x 1,2
= 2.271 kkal
CS-2.1.1 Estimasi Kebutuhan Lemak Total
Lemak = (20% x 2271 kkal) : 9
= 50,4 gr
CS-2.2.1 Estimasi Kebutuhan Protein Total
Protein = 2 x 58,5 : 4
= 29,25 gr
CS-2.3.1 Estimasi Kebutuhan karbohidrat total
Karbohidrat = 2271 – (29,25 x 4) – (50,4 x 9) : 4
= 425 gr

PERENCANAAN MENU

Waktu Menu Berat


Pagi - 07.00 WIB Susu Skim Bubuk 40 g
Susu FCM 60 g
Tepung Maizena 20 g
Gula Pasir 100 g
Minyak Kelapa 5g
Telur Ayam 10 g
Air 1000 ml
Selingan – 10.00 WIB Formula Komersial 200 ml
Air Hangat 50 ml
Siang – 13.00 WIB Wortel 80 g
Tempe 80 g
Ikan Gabus Filet 40 g
Tepung beras 20 g
Susu FCM 25 g
Telur Ayam 25 g
Minyak Kelapa 5g
Susu Skim 40 g
Selingan – 17.00 WIB Formula Komersial 200 ml
Air Hangat 50 ml
Malam – 19.00 WIB Susu Skim 40 g
Gula Pasir 80 g
Telur Ayam 25 g

26
Air Jeruk 15 g
Tepung Maizena 20

EDUKASI GIZI
 Konseling Gizi
1) Sasaran konseling: pasien dan keluarga pasien
2) Tujuan konseling:
 Memberikan informasi kepada keluarga tentang diet penderita
kanker serta diet yang dijalankan pasien sekarang,, mekanan yang
dibatasi dan makanan yang dianjurkan.
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk
tentang pengetahuan tentang penerapan diet energi tinggi protein
bagi penderita HIV AIDS, TB Paru dan Kandidiasis Oral
3) Target konseling:
 Pasien dan keluarga pasien memahami apa yang disampaikan
 Keluarga dapat memberikan motivasi kepada pasien
4) Waktu konseling:
 Waktu yang dibutuhkan untuk konseling adlaah sekitar 30 menit
5) Metode konseling:
 Metode yang digunakan untuk konseling adalah ceramah dan Tanya jawab
6) Media konseling:
 Media atau alat bantu yang digunakan untuk konseling adalah leaflet dan
buku fotto makanan
7) Materi konseling:
 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
 Pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi bagi penderita HIV/AIDS ,
TB Paru dan Kandidiasis Oral

MONITORING EVALUASI

27
A Y P Evaluasi/Target
n a e
a n n
m g g
n u
e D k
s i u
i u r
s k a
u n
r
A E S Asupan makan pasien tercukupi
s n e minimal 80% dari total
u e t kebutuhan gizi
p r i
a g a
n y p
,
Z h
a p a
t r r
o i
G t
i e
z i
i n
,

l
e
m

28
a
k
,

K
H

29
30
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERCOLOSIS PARU

2.1.1. Definisi

WHO dalam Annual Report

on Global TB Control (2003)

menyatakan terdapat 22 negara

dikategorikan sebagai high burden

countries terhadap tuberkulosis

paru, termasuk Indonesia.

Tuberkulosis paru merupakan

penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis dan paling sering

bermanifestasi di paru.

Mikobakterium ini ditransmisikan

melalui droplet di udara, sehingga

seorang penderita tuberkulosis paru

merupakan sumber penyebab

penularan tuberkulosis paru pada

populasi di sekitarnya. Sampai saat

ini penyakit tuberkulosis paru masih

menjadi masalah kesehatan yang

31
utama, baik di dunia maupun di

Indonesia. Menurut WHO (2006)

dilaporkan angka prevalensi kasus

penyakit tuberkulosis paru di

Indonesia 130/100.000, setiap tahun

ada 539.000 kasus baru dan jumlah

kematian sekitar 101.000 pertahun,

angka insidensi kasus Tuberkulosis

paru BTA (+) sekitar 110/100.000

penduduk. Penyakit ini merupakan

penyebab kematian urutan ketiga,

setelah penyakit jantung dan

penyakit saluran pernapasan

(Depkes, 2008). Sekitar 75%

penderita tuberkulosis paru adalah

kelompok usia produktif secara

ekonomis (15- 50 tahun).

Diperkirakan seorang penderita

tuberkulosis paru dewasa akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya

3 sampai 4 bulan, hal tersebut

berakibat pada kehilangan

pendapatan tahunan rumah

32
tangganya sekitar 20-30%. Jika

meninggal akibat penyakit

tuberkulosis paru, maka akan

kehilangan pendapatannya sekitar

15 tahun, selain merugikan secara

ekonomis, Tuberkulosis paru juga

memberikan dampak buruk lainnya

secara sosial bahkan kadang

dikucilkan oleh masyarakat

2.1.2. Etiologi

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA

positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman

Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman

Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui

sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

33
menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet

dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.1.3. Patofisiologi

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan

melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel

yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang

terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan

di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari

pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak

spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak

adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent

(menghasilkan sputum)

34
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru

d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri

otot dan keringat di waktu di malam hari

2.1.5. Upaya Penanggulangan

Upaya penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan melalui berbagai program

kesehatan di tingkat Puskesmas, berupa pengembangan strategi penanggulangan

TB yang dikenal dengan strategi DOTS (directly observed treatment, short course

= pengawasan langsung menelan obat jangka pendek), yang telah terbukti dapat

menekan penularan, juga mencegah perkembanggannya MDR (multi drugs

resistance = kekebalan ganda terhadap obat) TB, tetapi hasilnya masih dirasakan

belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan adanya

perhatian dari pihak pihak terkait dalam upaya meningkatkan keterlibatan peran

pelayanan penanganan TB paru selanjutnya. Oleh karena itu tulisan ini dibuat

untuk mengungkapkan masalah faktor yang berpengaruh dan upaya yang harus

dilakukan dalam penanggulangan penyakit TB paru

2.2. HIV AIDS

2.2.1 Pengertian HIV

HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS

adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti

35
didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.

Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan

kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat

kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita

lahir. Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada gambar di bawah ini, terlihat bahwa

selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai

puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data

WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik. Untuk

kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada tahun 2013, yaitu 12.214

kasus

2.2.2 Epidemiologi

Virus masuk ke dalam tubuh

manusia terutama melalui perantara

darah, semen, dan sekret vagina.

Setelah memasuki tubuh manusia,

maka target utama HIV adalah

limfosit CD 4 karena virus

mempunyai afinitas terhadap

molekul permukaan CD4. Virus ini

akan mengubah informasi

genetiknya ke dalam bentuk yang

terintegrasi di dalam informasi

36
genetik dari sel yang diserangnya,

yaitu merubah bentuk RNA

(ribonucleic acid) menjadi DNA

(deoxyribonucleic acid)

menggunakan enzim reverse

transcriptase. DNA pro-virus

tersebut kemudian diintegrasikan ke

dalam sel hospes dan selanjutnya

diprogramkan untuk membentuk

gen virus. Setiap kali sel yang

dimasuki retrovirus membelah diri,

informasi genetik virus juga ikut

diturunkan. Cepat lamanya waktu

seseorang yang terinfeksi HIV

mengembangkan AIDS dapat

bervariasi antar individu. Dibiarkan

tanpa pengobatan, mayoritas orang

yang terinfeksi HIV akan

mengembangkan tanda-tanda

penyakit terkait HIV dalam 5-10

tahun, meskipun ini bisa lebih

pendek. Waktu antara mendapatkan

HIV dan diagnosis AIDS biasanya

37
antara 10–15 tahun, tetapi terkadang

lebih lama. Terapi antiretroviral

(ART) dapat memperlambat

perkembangan penyakit dengan

mencegah virus bereplikasi dan oleh

karena itu mengurangi jumlah virus

dalam darah orang yang terinfeksi

(dikenal sebagai 'viral load').

2.2.2. Penularan HIV AIDS

1) Media penularan HIV/AIDS

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari individu yang

terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan vagina. Individu tidak

dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari biasa seperti berciuman, berpelukan,

berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.

2) Cara penularan HIV/AIDS

a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang

telah terpapar HIV.

b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.

38
c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau

cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama

dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV.

2.2.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang yang

hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama,

banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya. Beberapa

minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin tidak mengalami gejala

atau penyakit seperti influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit

tenggorokan. Ketika infeksi semakin memperlemah sistem kekebalan, seorang

individu dapat mengembangkan tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah

bening yang membengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk.

Tanpa pengobatan, mereka juga bisa mengembangkan penyakit berat seperti

tuberkulosis, meningitis kriptokokus, infeksi bakteri berat dan kanker seperti

limfoma dan sarkoma kaposi.

2.3. Kandidiasis Oral

Kandidiasis Oral merupakan kelainan dari mukosa mulut yang disebabkan oleh

jamur patogen dengan genus candida. Penyakit ini sering ditemui pada pasien

dengan infeksi HIV&AIDS. Infeksi Kandidiasis Oral memiliki beberapa

gambaran klinis. Secara klinis ada tujuh tipe Kandidiasis Oral yang dapat

dijumpai yaitu kandidiasis pseudomembran, eritematus, kandidiasis hiperplastik,

angular cheilitis, kandidiasis atrofik kronis, glosisitis rhomboid medial dan Black

hairy tongue. Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization

39
(WHO) tahun 2001 frekuensi Kandidiasis Oral antara 5,8% sampai

98,3%.Kejadian KO dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti usia,

jenis kelamin, kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik oral, dan pengobatan

antirertoviral. Menurut penelitian Shiboski dan kawan-kawan, kejadian

Kandidiasis Oral meningkat pada usia lebih dari 35 tahun. Faktor predisposisi

untuk timbulnya Kandidiasis Oral pada pasien dengan HIV&AIDS disebabkan

terutama oleh faktor jumlah sel CD4 yang menurun. Patofisiologi terjadinya

Kandidiasis Oral pada pasien HIV&AIDS diperankan oleh beberapa faktor seperti

virulensi dari spesies Candida, imunitas selular yang diperankan terutama oleh sel

CD4 dan imunitas alamiah oleh sel keratinosit rongga mulut. Timbulnya gejala

klinis sangat tergantung antara kolonisasi Candida spp. pada mukosa mulut,

virulensi Candida spp., dan kerusakan dari sistem imun mukosa dan progresifitas

dari infeksi HIV. Penelitian mengenai spesies Candida sebagai penyebab

kandidiasis oral telah sering dilakukan. Beberapa hasil penelitian menunjukan

hasil yang berbeda beda.Perbedaan hasil penelitian menurut Belet dan kawan-

kawantergantung dari beberapa faktor seperti letak geografis, faktor risiko, pola

kepekaan anti jamur, metode penelitian, dan karakteristik sampel. 14Sampai saat

ini di Indonesia keberadaan spesies Candida non-albicans sebagai penyebab

Kandidiasis Oral pada pasienHIV&AIDS belum banyak diteliti. Hasil penelitian

di Surabaya oleh Hasruliana dan kawan-kawanpada tahun 2007 menunjukkan

dominasi spesies Candida non-albicans

40
2.4. Malnutrisi

Salah satu masalah gizi yang masih tetap terjadi hingga saat ini yaitu malnutrisi.

Definisi malnutrisi menurut WHO merupakan kondisi medis yang disebabkan

oleh asupan atau pemberian nutrisi yang tidak benar maupun yang tidak

mencukupi. Malnutrisi lebih sering dihubungan dengan asupan nutrisi yang

kurang atau sering disebut undernutrition (gizi kurang) yang bisa disebabkan oleh

penyerapan yang buruk atau kehilangan nutrisi yang berlebihan. Namun istilah

malnutrisi juga mencakup overnutrition (gizi lebih).Sesorang akan mengalami

malnutrisi jika tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah, jenis, dan kualitas

gizi yang memadai untuk diet yang sehat dalam jangka waktu yang lama.Secara

global malnutrisi masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Pada

tahun 2014 terdapat 2-3 juta orang mengalami malnutrisi disetiap negara,

walaupun malnutrisi tidak secara langsung menyebabkan kematian pada anak,

namun malnutrisi dihubungkan dengan penyebab dari 54% kematian pada anak-

anak di Negara berkembang pada tahun 2001. Prevalensi gizi kurang di dunia

pada anak dengan umur dibawah lima tahun dari tahun 2010-2012 masih terbilang

tinggi yaitu 15%, namun sudah mengalami penurunan dari 25%. Prevalensi

malnutrisi tidak hanya meningkat di Negara maju tetapi juga di Negara

berkembang. Selain gizi kurang, diperkirakan 44 juta (6,7%) anak dibawah umur

lima tahun mengalami gizi lebih dan jumlah ini terus meningkat tiap tahunnya.

Anak gizi lebih didefinisikan dengan nilai berat badan untuk tinggi badan

melebihi dua standar deviasi atau lebih dari nilai median standar pertumbuhan

anak menurut WHO.3,5 Global National Report 2014, menyebutkan bahwa

41
Indonesia sendiri memiliki angka gizi kurang maupun gizi lebih yang tinggi.

Walaupun sudah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada

anak usia 5-12 tahun dari tahun 2010 (47,8%) menjadi 41,9% pada tahun 2013,

namun diikuti dengan peningkatan prevalensi gizi lebih pada tahun 2010 (9,2%)

menjadi 18,8% tahun 2013.

42
BAB III
PEMBAHASAN, MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Tabel 3. 1 Monitoring Evaluasi

MONITORING DAN EVALUASI Kesimpulan (Asesmen,


Diagnosis Gizi, Intervensi
Antropometri Biokimia Fisik klinis Asupan
Tgl Diagnosis Gizi)
16 okt Penyakit TB Tinggi Badan Kadar Hb 11,6 Klinis: Vital signs Energi = - Asesmen
2015 Paru, HIV 165 cm mg/dL (Rendah) 30 % Berdasarkan hasil skrining
Positif dan Berat Badan Ht 34% - Tensi: 100/70 Lemak = 81,4 dengan menggunakan tabel
Kandidiasis estimasi 42 kg (Rendah) ml/dl (Rendah) % skrining MST dewasa,
Oral leukosit - Suhu: 37℃ Protein = diperoleh hasil bahwa pasien
14600/μL (normal) 68,9 % mungkin atau beresiko
(Tinggi) - Nadi: 90 /menit Karbohidrat = malnutrisi sehingga
trombosit (Normal) 20,1 % membutuhkan pengkajian
504.000/μL - Rr: 26x/menit lebih lanjut. Berdasarkan
(tinggi), (Tinggi) perhitungan IMT diketahui
Natrium 132 Fisik: bahwa pasien memiliki
mmol/L - Pada status gizi kurang dengan
( Rendah ), pemeriksaan nilai IMT 15,4 kg/m2
44

Kalium 3,9 kepala dan leher menggunakan


mmol/L didapatkan WHO/IASO/IOTF
( Normal ) rambut mudah dalamThe Asia Pasific
Klorida 93 dicabut, Perspective : Redefining
( Rendah ), konjungtiva Obesity and Its Treatment.
SGOT 25 U/L anemis, sklera Data laboratorium pasien
( Normal ) tidak ikterik, selama 2 hari. Diagnosis
SGPT 18 U/L terpasang nasal medis pasien ialah Penyakit
( Normal ), kanul dengan O2 TB Paru, HIV Positif dengan
Albumin 2,2 2-3 liter/menit Kandidiasis Oral dengan
g/Dl ( Rendah ), dan tidak Status Gizi Mlanutrisi. Hal
ANTI HIV terpasang NGT, ini ditunjukkan dari data
REAKTIF didapatkan pemeriksaan laboratorium
bercak putih di pada hari pertama dan kedua
lidah dan ada nilai leukosit yang tinggi
mukosa mulut Leukosit tinggi atau
(kandidiasis leukositosis adalah kondisi
oral), medis di mana seseorang
pembesaran memiliki jumlah sel darah

44
45

kelenjar getah putih terlalu banyak.


bening (KGB) Leukositosis dapat
tidak teraba disebabkan oleh berbagai
membesar. hal, seperti peradangan,
Pemeriksaan infeksi, alergi, hingga kanker
toraks darah. Leukosit atau sel
didapatkan darah putih berperan
jantung dan paru melindungi diri dari infeksi
dalam batas dan penyakit. Nilai
normal. Pada Hematokrit Rendah, yang
pemeriksaan menandakan pasien
abdomen terlihat mengalami anemia sedang .
datar, bising usus tingginya nilai trombosit,
positif normal, dan rendahnya nilai natrium,
supel dan tidak ureum dan albumin.
ada nyeri tekan. Berdasarkan pemeriksaan
Pada ekstrimitas Anti HIV Reaktif Sedangkan
tidak terlihat untuk data kadar SGPT,
edema, terlihat SGOT, dalam keadaan

45
46

muscle wasting, normal. Berdasarkan tabel


akral hangat perkembangan data
dengan capillary clinik/fisik diatas, pada
refill time (CRT) pemeriksaan klinik tekanan
> 2”. Penilaian darah Rendah dengan nilai
kapasitas 100/70 mmHg. Nilai tekanan
fungsional darah normal pada l berada
menggunakan di rentang angka yang
indeks Barthel sedikit lebih tinggi, 130-150/
didapatkan skor 80-90 mmHg Untuk
10 yaitu pemeriksaan suhu nadi dan
ketergantungan Respiration rate masih dalam
sedang dan kategori normal. Pasien
kekuatan tampak sakit dengan
genggaman kesadaran compos mentis,
pasien lebih dengan merasa sesak nafa
lemah dari sesekali terbatuk dengan
pemeriksa dahak, Nafsu makan masih
menurun, ada sedikit rasa

46
47

mual. Pasien mengalami


konjungtiva anemis dan
sclera tidak ikterik,
kandidiasis di lidah dan oral
hygiene yang buruk. Pasien
berusia 32 tahun berjenis
kelamin laki-laki. Pasien
tidak memiliki riwayat
penyakit, sekarang pasien
memiliki keluhan pernafasan
merasa sesak, sakit di bagian
dada. Riwayat sosial pasien,
bekerja sebagai buruh
bangunan
- Diagnosis
Malnutrisi penyakit atau
kondisi kronis berkaitan
dengan Pola makan yang
tidak teratur, Mengalami

47
48

penyakit TB ditandai dengan

IMT hanya 15,4 kg/m2 ,


wasting otot, estimasi asupan
energi < 50%-75%,
- Intervensi
Diet Energi Tinggi Protein
Tinggi

48
49

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Hasil penilaian antropometri status gizi pasien ialah malnutrisi

2. Hasil penilaian biokimia Kadar Hb 10,5 mg/dL (Rendah) Ht 30%

(Rendah) leukosit 12900/μL (Tinggi) trombosit 417.000/μL (Trombosit)

limfosit 12%, LED 53 mm/jam, GDS 160 mg/dL, natrium 122 mEq/L

(Rendah) kalium 4,6 meq/L, klorida 115 mEq/L (Tinggi) dan antiHIV

positif. Pemeriksaan laboratorium selanjutnya ditemukan kadar ureum 30

mg/dL, kreatinin 0,6 mg/dL, albumin 2,0 mg/dL, dan kadar CD4 14 sel/μl

3. Hasil penilaian fisik dan klinik adalah pasien memiliki tekanan darah

dalam kategori rendah, suhu kategori normal, sedangkan respiration rate

dalam kategori tinggi

4. Hasil penilaian dietary asupan pasien adalah pola makan tidak teratur.

5. Diet yang diberikan tinggi energi dan tinggi protein

4.2 Saran

Sebaiknya keluarga pasien lebih memahami asupan makan pasien untuk

memenuhi kebutuhan pasien . Dalam memberikan asupan makan kepada pasien

ketika dirumah, pasien dan keluarga harus lebih memperhatikan makanan yang

dianjurkan, tidak dianjurkan, dan makanan yang dibatasi

49
50

DAFTAR PUSTAKA

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdati
n/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB%20II.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1.%20FAKTOR
%20FAKTOR%20YANG%20MEMPENGARUHI
%20KEJADIAN%20TB%20PARU%20DAN
%20UPAYA%20PENANGGULANGANNYA%20-
%20EDZA%20ARIA%20WIKURENDRA,
%20S.KL,%20M.KL%20(1).pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1510-2811-1-SM.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/31484-205-61383-1-
10-20170704.pdf

50
51

LAMPIRAN

Lampiran 2. Poster/Leaflet

51

Anda mungkin juga menyukai