Anda di halaman 1dari 39

CASE BASED DISCUSSION

“DIARE AKUT”

Oleh:
Herbi Maulana Saputra (014.06.0003)

Pembimbing:
dr. Ayu Shintia Shanti, M.Biomed., Sp.A

SMFPEDIATRIRSUD KLUNGKUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAMAL-AZHAR MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya laporan Case Base Discussion ini dapat diselesaikan dengan
sebagaimana mestinya. Di dalam laporan ini penulis memaparkan laporan kasus dan
materi mengenai Diare Akut.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini. Penulis
mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan laporan kasus
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat membantu untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Klungkung, 11 juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien ......................................................................................... 2
2.2.Anamnesis .................................................................................................. 2
2.3.Pemeriksaan Fisik ...................................................................................... 5
2.4.Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 7
2.5.Diagnosis Kerja .......................................................................................... 8
2.6.Penatalaksanaan ......................................................................................... 8
2.7. Follow up .................................................................................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Diare Akut ................................................................................................... 19
3.1.1. Definisi Diare Akut ......................................................................... 19
3.1.2. Epidemiologi Diare Akut ................................................................ 19
3.1.3. Etiologi Diare Akut ......................................................................... 20
3.1.4. Faktor Resiko Diare Akut ............................................................... 21
3.1.5. Patofisiologi Diare Akut .................................................................. 22
3.1.6. Manifestasi Klinis Diare Akut ......................................................... 24
3.1.7. Diagnosis Diare Akut ...................................................................... 25
3.1.8. Penatalaksanaan Diare Akut ............................................................ 26
3.1.9. Komplikasi Diare Akut ................................................................... 30
3.1.10. Prognosis Diare Akut ...................................................................... 31
BAB IVPEMBAHASAN ....................................................................................... 35

iii
BAB V KESIMPULAN ......................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare didefinisikan sebagai defekasi dari tiga atau lebih tinja lembek
atau cair per hari, atau frekuensi lebih dari normal. Penyebab diare dapat
dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (Indriyani, 2020).
Diare masih menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian
terbanyak untuk anak-anak dibawah lima tahun. Diperkirakan sebanyak
800.000 kematian dibawah lima tahun disebabkan oleh diare pada tahun
2010, yang merupakan 11% dari total kematian dibawah lima tahun. dengan
sekitar 80% kematian ini terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Diare masih
menempati posisi ke-3 dengan jumlah kasus terbanyak (Indriyani, 2020).
Pada umumnya, penanganan diare meliputi pemberian cairan
adekuat dan elektrolit, pemberian nutrisi adekuat, pemberian preparat zinc,
antibiotika selektif, dan edukasi terhadap orangtua/pengasuh(Indriyani,
2020).

1.2. Tujuan
Tujuan dari laporan ini agar mahasiswa mengetahuiDefinisi,
Epidemiologi, Etiologi, Faktor Risiko, Patogenesis, Diagnosis, Diagnosis
Differential, Tatalaksana, Edukasi, dan Prognosis Diare Akut.

1.3. Manfaat
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahuiDefinisi, Epidemiologi,
Etiologi, Faktor Risiko, Patogenesis, Diagnosis, Diagnosis Differential,
Tatalaksana, Edukasi, dan Prognosis Diare Akut.

1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.Identitas pasien
Nama : N.P.A.N.K
Tanggal Lahir : 22 – 06 – 2021
Umur : 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Dsn Tegal besar, Klungkung
No. Rekam Medis : 279877
Tanggal Masuk : 31-05-2022/ Pukul 13.12 WITA

2.2.Anamnesis
a) Keluhan utama : Mencret
b) Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien perempuan berusia 11 bulan diantar oleh keluarganya ke UGD
RSUD Klungkung dengan keluhan mencret sejak kemarin sore sebelum
masuk rumah sakit, mencret dikatakan sudah terjadi sebanyak 7 kali dengan
konsistensi cair dan berisi ampas berwarna coklat disertai dengan lender dan
darah dan tidak tampak berminyak, setiap mencret sebanyak 1/5 – ¼ gelas air
mineral 300 ml.
Sebelumnya pasien dikatakan MPASI seperti biasa lalu beberapa jam
kemudian pasien mulai mengalami keluhan ini, pasien sempat dibawa berobat
ke praktek dr. umum tetapi tidak ada perbaikan, keesokan harinya langsung
dibawak ke UGD RSUD Klungkung.
Selain keluhan mancret pasien juga mengeluh mual dan muntah
sebanyak 3 kali, muntahan berisi air dan makanan serta lendir (1 x berisi
darah berwarna merah segar) setiap muntah sebanyak ± 1/2 gelas air mineral
300 ml, pasien juga sempat demam (+), lemas (+), Nafsu makan menurun
(+), dan sering minta minum, keluhan lain seperti batuk, pilek, Sesak dan
Kejang disangkal, BAK dalam batas normal.
2
c) Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama : (+) 4 bulan yang lalu (tidak sampai dirawat
di RS)
- Riwayat Asma : Tidak ada
- Riwayat alergi : Tidak ada
- Riwayat kejang : Tidak ada

d) Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluhan yang sama : Tidak ada
- Riwayat Hipertensi : (+) Nenek
- Riwayat DM : Tidak ada
- Riwayat Asma : Tidak ada

e) Riwayat Pengobatan : Pasien sempat dibawa ke praktek dr.


Umum dan mendapatkan zink dan oralit

f) Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara, tinggal bersama
anggota keluarganya sebanyak 4 orang. Keseharian pasien sering bermain
dilingkungan rumahnya, dan sering memasukkan tangan dimulutnya..

g) Riwayat Persalinan
- Lahir : Normal pervaginam di RSUD Klungkung, cukup bulan
dan kehamilan tunggal
- BBL : 3000 gr
- PBL :50 cm
- Bayi : Segera menangis
h) Riwayat Imunisasi
- BCG :1x
- Polio :4x
3
- Hepatitis B :4x
- DPT :3x
- MR :1x

i) Riwayat Nutrisi
- Pasien mengkonsumsi ASI dari bayi baru lahir sampai usia 11 bulan
dengan frekuensi kurang lebih 10 kali sehari
- Mengkonsumsi Susu formula
- Pasien mulai mengkonsumsi bubur susu saat usia 6 bulan sampai usia
dengan frekuensi 3 kali dengan sekali pemberian ½ mangkok

j) Riwayat Tumbuh Kembang


- Menegakkan kepala : lupa
- Tengkurap : lupa
- Duduk : 6 bulan
- Merangkak : lupa
- Berdiri : 11 bulan
- Berjalan : belum
- Berbicara : 6 bulan

2.3.Pemeriksaan Fisik
a) Status present
- Keadaan umum : Tampak lemas
- Kesadaran/GCS : Compos mentis/E4V5M6
- Frekuensi Nadi : 108 kali/menit, regular, terisi cukup
- Frekuensi Napas : 22 kali/menit
- Suhu aksila : 37,1 oC
- SpO2 : 98 %

4
b) Status Antropometri
- BB : 8,5 kg
- TB : 75 cm
- BB/U : Median ( Gizi baik)
- TB/U : +1 SD (normal )
- BB/PB : -1SD ( normal )
- IMT : 15,11 kg/m2 (Normal)
- IMT/U : -1SD ( Normal )

c) Status Generalis

Kepala Normocephali, warna rambut hitam, distribusi merata,


tidak mudah dicabut.
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cowong (+/+), pupil bulat isokhor (3mm/3mm),
refleks pupil (+/+)
Telinga Normotia, Sekret (-/-), otorea (-/-), nyeri tekan tragus
dan mastoid (-/-), nyeri Tarik aurikula (-/-), nyeri
ketok mastoid (-/-).
Hidung Bentuk hidung, deformitas (-/-), hiperemis (-/-),
massa(-/-), septum deviasi (-/-), sekret (-/-), cairan (-/-
), nafas cuping hidung (-/-), nyeri tekan (-/-).
Tenggorokan Uvula di tengah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring
hiperemis (-).
Mulut Mukosa bibir kering (-), karies (-), pembengkakan
gingiva (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-).
Leher Pergerakan leher bebas, trakea di tengah, Pembesaran
KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Toraks
Paru Inspeksi Normochest, gerakan simetris saat statis dan dinamis,
retraksi (-/-)

5
Palpasi Nyeri tekan (-), fokal fremitus simetris pada kedua
lapang paru
Perkusi Sonor Redup Pekak
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Auskultasi Vesikuler Ronkhi Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Jantung Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba kuat angkat di linea midclavicular
sinistra ICS IV
Perkusi Batas jantung normal

Auskultasi Bunyi jantung S1 S2 tunggal reguler, murmur (-),


gallop (-)
Abdomen Inspeksi Tidak terdapat sikatrik, massa (-), distensi (-),
Auskultasi Bising usus (+) 20 kali/menit (meningkat)
Perkusi Timpani pada seluruh regio abdomen
Palpasi Defens muscular (-), turgor kulit kembali cepat, nyeri
tekan (+) di regio epigastric, hepar & lien tidak teraba
Ekstremitas Capillary Refill Time < 2 detik
Hangat EdemaSianosis
+ + - - - -
+ + - - - -

6
2.4.Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah Lengkap (31-05-2022/13:56)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.5 g/dL 10,8-16,5
Leukosit *10.87 ribu/ul 3,5-10
Hitung Jenis Leukosit
Limfosit 35.1 % 18,0-48,3
Neutrofil 56% 39,3-73,7
Monosit 7.0 % 4,4-12,7
Eosinofil *0.03 % 0,6000-7,30
Basophil *2.31 % 0.00-1,70
Hematokrit 45.5 % 35 – 55
Eritrosit *5.6 juta/ul 3,5-5,5
Index Eritrosit
MCV 81.6% 81,8-96
MCH *26.1 pg 27,0-31,2
MCHC 31.9 % 31,5-35,0
RDW-CV 11,5 % 11,5-14,5
Trombosit 255 ribu/ul 145-450
MPV 7,31 fl 6,90-10,6
KIMIA KLINIK
Gula darah sewaktu *52 mg/dL 80-200

2.5.Diagnosis Kerja
Diare Akut disertai dehidrasi ringn-sedang
Susp. Disentri
DD : Invaginasi

7
2.6.Penatalaksanaan
- KaEN3B 12 tetes permenit
- Ondansentro 3 x 1 mg (IV)
- Oralit 50 ml bila mencret/ muntah
- Zinc syrup 1 x 20 mg
2.8. Follow Up
No Tgl Subjek Objektif Assessment Planning
1 1/06/ - Mencret 3 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD
2022 x - HR : 124 disertai Kaen3B 12
12:3 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi tetes
0 ampas dan cukup ringan- permenit
lender - RR : 24 sedang + - Ondansentron
berwarna kali/menit disentri 3x1 mg (IV)
coklat, - Suhu : 37,7 0C - Zinc syrup
darah (+) - SpO2 : 97 % 1x20 mg
- Muntah 4 x Status Generalis - Paracetamol
=> berisi air - Mata : Anemis drop 3x0.9
dan sedikit (-), ikterus (-), ml jika suhu
makanan cowong (+/+), ≥ 38 C
- Lemas reflek pupil - Metronidazol
- Penurunan (+/+) isokor 3x 100 mg
nafsu - Abdomen: - Oralit 50 mili
makan Bising usus (+) jika mencret/
- BAK meningkat, muntah
dalam nyeri tekan
batas regio epigastric
normal (+), turgor kulit
(N)
- Ekstremitas :
akral dingin (-/-

8
), CRT < 2
detik
Foto polos
abdomen
Curiga tampak
keradangan usus
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Feses Lengkap
Makroskopis feses
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Lembek Lunak
Lender Negative Negative
Darah Negative Negative
Mikroskopis feses
Telur ascaris Negative Negative
Telur trichus Negative Negative
Ancylostoma duodenale Negative Negative
Taenia saginata Negative Negative
Enterobius vermicularis Negative Negative
Amoeba Negative Negative
Lekosit 30–50 sel/LPB
Eritrosit 40-50 sel/LPB
Lain – lain Negative
2 2/06/ - Mencret 3 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD
2022 x - HR : 85 disertai Kaen3B 12
09:0 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi tetes
0 ampas dan cukup ringan- permenit
lender - RR : 20 sedang + - Ondansentron
berwarna kali/menit disentri 3x1 mg (IV)

9
coklat, - Suhu : 36,80C - Zinc syrup
darah (+) - SpO2 : 97 % 1x20 mg
- Muntah (+) Status Generalis - Paracetamol
1x - Mata : Anemis drop 3x0.9
- Lemas (-), ikterus (-), ml jika suhu
- Penurunan cowong (-/-), ≥ 38 C
nafsu reflek pupil - Metronidazol
makan (+/+) isokor 3x 100 mg
- BAK - Abdomen: - Oralit 50 mili
dalam Bising usus (+) jika mencret/
batas meningkat, muntah
normal nyeri tekan
regio epigastric
(+), turgor kulit
(N)
Ekstremitas :
akral dingin (-/-
), CRT < 2
detik
3. 03/0 - Mencret 3 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD
6/20 x - HR : 100 disertai Kaen3B 12
22 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi tetes
11.45 ampas dan cukup ringan- permenit
lender - RR : 22 sedang + - Ondansentron
berwarna kali/menit disentri 3x1 mg (IV)
coklat, - Suhu : 36,50C - Zinc syrup
darah (+) - SpO2 : 97 % 1x20 mg
- Muntah (+) Status Generalis - Paracetamol
1x - Mata : Anemis drop 3x0.9
- Lemas (-), ikterus (-), ml jika suhu

10
- Penurunan cowong (-/-), ≥ 38 C
nafsu reflek pupil - Metronidazol
makan (+/+) isokor 3x 100 mg
- BAK - Abdomen: - Oralit 50 mili
dalam Bising usus (+) jika mencret/
batas meningkat, muntah
normal nyeri tekan - DL, FL
regio epigastric
(+), turgor kulit
(N)
- Ekstremitas :
akral dingin (-/-
), CRT < 2
detik
4 04/0 - Mencret 1 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4
6/20 x - HR : 90 disertai NS 12 tetes
22 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi permenit
ampas dan cukup ringan- - Ondansentron
lender - RR : 20 sedang + 3x1 mg (IV)
berwarna kali/menit disentri - Zinc syrup
coklat, - Suhu : 38,30C 1x20 mg
darah (-) - SpO2 : 98 % - Paracetamol
- Muntah (-) Status Generalis drop 3x0.9
- Lemas - Mata : Anemis ml jika suhu
- Penurunan (-), ikterus (-), ≥ 38 C
nafsu cowong (-/-), - Metronidazol
makan reflek pupil 3x 100 mg
- BAK (+/+) isokor - Ceftriaxon
dalam - Abdomen: 2x400 mg
batas Bising usus (+) - Oralit 50 mili

11
normal normal, nyeri jika mencret/
tekan regio muntah
epigastric (+), -
turgor kulit (N)
- Ekstremitas :
akral dingin (-/-
), CRT < 2
detik
- DL :
leu : 13.02
ribu/uL
Monosit :
14.9%
Eusinofil :
0.02%
Basofil : 2.33%
MCV : 79.8 fL
MCH : 25.8 pg
Trombosit : 85
ribu/uL
Feses lenglap
- Konsistensi :
Lembek
- Lendir : +
- Leukosit : 20-
30 sel/LPB
- Eritrosit : 30-45
sel/PBL
5 05/0 - Mencret (-) - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4
6/20 - Muntah (-) - HR : 85 diserta NS 12 tetes

12
22 - Demam kali/menit, terisi dehidrasi permenit
(+) cukup ringan- - Ondansentron
- Lemas - RR : 20 sedang + 3x1 mg (IV)
- Penurunan kali/menit disentri - Zinc syrup
nafsu - Suhu : 36,70C 1x20 mg
makan - SpO2 : 97 % - Paracetamol
- BAK Status Generalis drop 3x0.9
dalam - Mata : Anemis ml jika suhu
batas (-), ikterus (-), ≥ 38 C
normal cowong (-/-), - Metronidazol
reflek pupil 3x 100 mg
(+/+) isokor - Ceftriaxon
- Abdomen: 2x400 mg
Bising usus (+) - Oralit 50 mili
normal, nyeri jika mencret/
tekan regio muntah
epigastric (+), - USG
turgor kulit (N) Abdomen
- Ekstremitas :
akral dingin (-/-
), CRT < 2
detik
6 06/0 - Mencret 3x - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4
5/20 x - HR : 100 disertai NS 12 tetes
22 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi permenit
ampas dan cukup ringan- - Ondansentron
lender - RR : 24 sedang + 3x1 mg (IV)
berwarna kali/menit disentri + - Zinc syrup
coklat, - Suhu : 37,9 0C cystitis 1x20 mg
darah (-) - SpO2 : 97 % - Paracetamol

13
- Demam Status Generalis drop 3x0.9
(+) - Mata : Anemis ml jika suhu
- Muntah (-) (-), ikterus (-), ≥ 38 C
- Lemas cowong (-/-), - Metronidazol
- Penurunan reflek pupil 3x 100 mg
nafsu (+/+) isokor - Ceftriaxon
makan - Abdomen: 2x400 mg
- BAK Bising usus (+) - Oralit 50 mili
dalam meningkat, jika mencret/
batas nyeri tekan muntah
normal regio epigastric - DL
(-), turgor kulit
(N)
Ekstremitas :
akral dingin (-/-),
CRT < 2 detik
- USG Abdomen
:
- radang usus
- Cystitis
7 07/0 - Mencret 2 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4
6/20 x - HR : 100 disertai NS 12 tetes
22 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi permenit
09:0 ampas dan cukup ringan- - Ondansentron
0 lender - RR : 24 sedang + 3x1 mg (IV)
berwarna kali/menit disentri + /KP
coklat, - Suhu : 37,7 0C cystitis - Zinc syrup
darah (-) - SpO2 : 97 % 1x20 mg
- Demam (+) Status Generalis - Paracetamol
- Keluhan - Mata : Anemis drop 3x0.9

14
lain (-) (-), ikterus (-), ml jika suhu
cowong (-/-), ≥ 38 C
reflek pupil - Metronidazol
(+/+) isokor 3x 100 mg
- Abdomen: - Ceftriaxon
Bising usus (+) 2x400 mg
meningkat, - Amikasin 1x
nyeri tekan 160 mg
regio epigastric - Oralit 50 mili
(-), turgor kulit jika mencret/
(N) muntah
Ekstremitas :
akral dingin (-/-),
CRT < 2 detik
- DL :
leu : 24.97
ribu/uL
Eusinofil :
0.05%
Hematokrit :
34.4%
MCV : 79.9 fL
MCH : 26.4 pg
Trombosit : 94
ribu/uL

8 08/0 - Mencret 2 - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4


6/20 x - HR : 100 diserta NS 12 tetes
22 => cair berisi kali/menit, terisi dehidrasi permenit
ampas dan cukup ringan- - Ondansentron

15
lender - RR : 24 sedang + 3x1 mg (IV)
berwarna kali/menit disentri + /KP
coklat, - Suhu : 37.8 0C cystitis - Zinc syrup
darah (-) - SpO2 : 97 % 1x20 mg
- Demam (+) Status Generalis - Paracetamol
- Keluhan - Mata : Anemis drop 3x0.9
lain (-) (-), ikterus (-), ml jika suhu
- cowong (-/-), ≥ 38 C
reflek pupil - Metronidazol
(+/+) isokor 3x 100 mg
- Abdomen: - Ceftriaxon
Bising usus (+) 2x400 mg
normal, nyeri - Amikasin 1x
tekan regio 160 mg
epigastric (-), - L-Bio 3x 1
turgor kulit (N) saset
Ekstremitas : - Dexametason
akral dingin (-/-), 3x 2,5 mg
CRT < 2 detik (iv)
- Oralit 50 mili
jika mencret/
muntah

9 09/0 - Keluhan (-) - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4


6/20 - HR : 100 disertai NS 12 tetes
22 kali/menit, terisi dehidrasi permenit
cukup ringan- - Ondansentron
- RR : 24 sedang + 3x1 mg (IV)
kali/menit disentri + /KP
- Suhu : 36 0C cystitis - Zinc syrup

16
- SpO2 : 97 % 1x20 mg
Status Generalis - Paracetamol
- Mata : Anemis drop 3x0.9
(-), ikterus (-), ml jika suhu
cowong (-/-), ≥ 38 C
reflek pupil - Metronidazol
(+/+) isokor 3x 100 mg
- Abdomen: - Ceftriaxon
Bising usus (+) 2x400 mg
normal, nyeri - Amikasin 1x
tekan regio 160 mg
epigastric (-), - L-Bio 3x 1
turgor kulit (N) saset
Ekstremitas : - Dexametason
akral dingin (-/-), 3x 2,5 mg
CRT < 2 detik (iv)
- Oralit 50 mili
jika mencret/
muntah
- DL ulang
- Rencana BPL
besok
10 10/0 - Keluhan (-) - GCS : E4V5M6 Diare Akut - IVFD D 1/4
6/20 - HR : 100 disertai NS 12 tetes
22 kali/menit, terisi dehidrasi permenit
cukup ringan- - Ondansentron
- RR : 24 sedang + 3x1 mg (IV)
kali/menit disentri + /KP
- Suhu : 36.8 0C cystitis - Zinc syrup
- SpO2 : 97 % 1x20 mg

17
Status Generalis - Paracetamol
- Mata : Anemis drop 3x0.9
(-), ikterus (-), ml jika suhu
cowong (-/-), ≥ 38 C
reflek pupil - Metronidazol
(+/+) isokor 3x 100 mg
- Abdomen: - Ceftriaxon
Bising usus (+) 2x400 mg
normal, nyeri - Amikasin 1x
tekan regio 160 mg
epigastric (-), - L-Bio 3x 1
turgor kulit (N) saset
Ekstremitas : - Dexametason
akral dingin (-/-), 3x 2,5 mg
CRT < 2 detik (iv)
DL - Oralit 50 mili
- leu : 22.06 jika mencret/
ribu/uL muntah
Neutrofil : 81% - BPL
Limfosit :
13.9%
Eusinofil :
0.02%
Hematokrit :
34.6%
MCV : 80.2 fL
MCH : 25.8 pg
Trombosit : 145
ribu/uL

18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Diare Akut
3.1.1. Definisi Diare Akut
Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x
sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut adalah
buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (PPK RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang, 2014).
Diare akut adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (≥ 3 kali/24 jam) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir dan berlangsung kurang dari 1
minggu (PPK RSUP Sanglah Denpasar, 2017).

3.1.2. Epidemiologi Diare Akut


Diare masih menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian
terbanyak untuk anak-anak dibawah lima tahun. Diperkirakan sebanyak
800.000 kematian dibawah lima tahun disebabkan oleh diare pada tahun
2010, yang merupakan 11% dari total kematian dibawah lima tahun.
dengan sekitar 80% kematian ini terjadi di Afrika dan Asia tenggara.
Survei angka kesakitan (morbiditas) yang dilakukan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2010 terlihat
adanya kecenderungan peningkatan kasus diare utamanya pada anak.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diare tersebar
di antara semua kelompok usia dengan angka terbanyak didapatkan pada
balita berusia 1-4 tahun (16,7%). Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara laki-laki maupun perempuan (8,9% vs
9,1%). Berdasarkan penyebab kematian bayi, diare (31,4%) masih menjadi
momok diikuti oleh pneumonia (23,8%) (Indriyani, 2020).

19
3.1.3. Etiologi Diare Akut
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan
virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi
adalah non- inflammatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan
diare non-inflammatorymelalui produksi enterotoksin oleh bakteri,
destruksi sel permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan
dan/ atau translokasi daribakteri. Sebaliknya diare inflammatory biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin (PPK RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang,
2014 & Alfa, Y. 2010).
Tabel. Penyebab Infeksi Diare
Bakteri Virus Parasit
Aeromofas Astrovirus Balaftidiumcoli
Bacilluscereus Calcivirus(Norovirus, Blastocystishomofis
Cafpilobacterjejufi Sapovirus) Crytosporidium
Clostridiumperfrifgefs Enteric adenovirus parvumEftamoeba
Clostridiumdefficile Coronavirus histolytica
Escherichiacoli Rotavirus Giardia lamblia
Plesiomofas shigeloides Norwalk virus Isospora belli
Salmofella Herpes simpleksvirus Strofgyloides
Shigella Cytomegalovirus stercoralis
Staphylococcusaureus Trichuris trichiura
Vibrio cholera
Vibrio
parahaemolyticus
Yersifia efterocolitica

Di samping itu penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan


diare pada anak antara lain alergi makanan, neoplasma, defek anatomis
(sepertiatrofi mikrovilli, malrotasi dan penyakit Hirschsprung ),

20
malabsorbsi, keracunan makanan, dan penyebab lain seperti infeksi non-
gastrointestinal, alergi susu sapi, keracunan makanan, dan defisiensi imun.

3.1.4. Faktor Risiko Diare Akut


Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
adalah sebagai berikut : (Subagyo, 2015).
a) Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. ASI mengandung
antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab
diare
b) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
g) Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
21
h) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
i) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Auto Imune
Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita
(55%).

3.1.5. Patofisiologi Diare Akut


Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi
diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik.
Kasus diare paling sering disebabkan oleh infeksi virus, utamanya
adalah Rotavirus (40–60%). Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan
diare seperti bakteri E coli, aeromonas hydrophilia, parasit giardia
lambdia, fasiolopsis buski, trichuris trichiura, dll. Pada umumnya, virus
penyebab diare masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan,
menginfeksi enterosit, dan menimbulkan kerusakan villii usus halus.
Enterosit yang rusak akan digantikan oleh enterosit berbentuk kuboid atau
epitel gepeng yang belum matang secara struktur dan fungsi. Hal ini yang
menyebabkan villii mengalami atropi sehingga tidak dapat menyerap
makanan dan cairan secara maksimal. Makanan dan cairan yang tidak
terserap dengan baik tersebut akan menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik usus dan meningkatkan motilitas usus, pada akhirnya akan timbul
22
diare. Namun perlu diketahui bahwa diare yang disebabkan oleh virus
akan mengalami perbaikan dalam waktu 3 hingga 5 hari tergantung
kondisi fisik anak. Pasien sembuh saat enterosit yang rusak sudah
digantikan oleh enterosit baru dan serta berfungsi normal (mature)
(Indriyani, 2020).
Diare yang disebabkan oleh bakteri diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu bakteri non infasif dan bakteri infasif. Bakteri non infasif
diantaranya Vibrio cholera dan E coli (EPEC, ETEC, EIEC). Bakteri
infasif diantaranya adalah Salmonella sp, E. colii hemorrhagic (EHEC)
dan Campylobacter sp. Bakteri tipe non infasif dan bakteri infasif dapat
menimbuklan tanda tanda infeksi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan proses transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis diare oleh bakteri non infasif dalam tubuh
masuk melalui saluran pencernaan yang tercemar oleh makanan kurang
higienis. Didalam lambung, seluruh komponen bakteri akan dihancurkan
oleh asam lambung. Namun, perlu diperhatikan bahwa saat bakteri yang
masuk memiliki jumlah yang cukup banyak, bakteri akan melanjutkan
proses infeksi menudu duodenum. Dalam duodenum bakteri berkembang
biak hingga 100 juta koloni. Didalam membrane, bakteri mensekresi
toksin subunit A dan subunit B. Toksin subunit B menempel pada
membran subunit A dan akhirnya bersentuhan dengan membrane sel.
Akhirnya, akan terjadi rangsangan sekresi dan hambatan absorpsi cairan,
hal ini menyebabkan volume cairan lumen usus bertambah banyak. Jika
cairan melebihi 4500 ml atau kapasitasnya untuk menyerap maka
terjadilah diare (Indriyani, 2020).

23
3.1.6. Manifestasi Klinis Diare Akut
Gejala gastrointestinal biasa berupa diare, kram perut, dan muntah.
Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat
bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic,
dan hipokalemia. Panas dimungkinkan karena proses peradangan atau
akibat dehidrasi. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada
perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.
Mual dan muntah adalah gejala yang nonspesifik, akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi
saluran cerna bagian atas seperti virus, bakteri yang memproduksi
enteroroksin, Giardia, dan Cryptosporidium (Juffrie, M. 2010).
Tabel Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

24
3.1.7. Diagnosis Diare Akut
Kriteria diagnosis diare akut:
- Buang air besar 3 kali atau lebih dalam 24 jam dengan konsistensi
cair, tanpa disertai lendir/darah
- Berlangsung kurang dari 1 minggu
- Dari pemeriksaan feses ditemukan leukosit ≤ 10 lbp (PPK RSUP
Sanglah, 2017).
a. Anamnesis
- Lama diare, frekuensi sehari, volume setiap kali diare, warna dan
konsentrasi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang dan kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengosumsi makanan yang tidak biasa
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum (PPKSanglah,
2017).
b. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran dantandavital
- Tanda utama: keadaan umum gelisah atau lemah/ letargi/ koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun
- Tanda tambahan: pemeriksaan ubun-ubun besar, kelopak mata, air
mata, mukosa bibir, mulut dan lidah
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti
napas cepat dan dalam, kembung dan kejang (PPKSanglah. 2017).
c. Pemeriksaan Penunjang
- Tinja rutin : Makroskopis dan mikroskopis
- pH tinja pada kasus kecurigaan intoleransi laktosa
- Pada kasus dehidrasi berat: Analisis gas darah dan elektrolit serum
(Natrium, Kalium, Kalsium, Klorida) (PPK Sanglah. 2017).
25
Tabel. Penilaian derajatdehidrasi(DepkesRI. 2011)
Gejala/derajat Diare tanpa Diaredehidrasi Diaredehidrasi
Dehidrasi dehidrasi Ringan/Sedang Berat
Bila terdapat dua Bilaterdapatdua Bilaterdapatdua
tandaatau lebih tanda atau lebih tandaatau lebih

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lemah, letargi


dan koma
Mata Tidak cowong Cowong Cowong
Mulut/lidah Basah Kering Sangatkering
Keinginan Normal,tidakada Ingin Malasminum
untuk minum rasahaus minumterus,ada
rasa haus
Turgor Kembalisegera Kembali lambat Kembalisangat
Lambat

3.1.8. Tatalaksana Diare Akut


LimaLangkahTuntaskan Diare(LINTASDIARE):
1. Rehidrasi
- Oral Rehydration Therapy(ORT)
Pemberian cairan pada kondisi tanpa dehidrasi adalah pemberian
larutan oralit dengan osmolaritas rendah. Oralit untuk pasien diare tanpa
dehidrasi diberikan sebanyak 10 ml/kgbb tiap BAB. Rehidrasi pada pasien
diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang dapat diberikan sesuai dengan
berat badan penderita. Volume oralit yang disarankan adalah sebanyak 75
ml/KgBB (Indriyani, 2020).
- Parenteral
Diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-tanda syok,
diperlukan rehidrasi tambahan dengan cairan parenteral. Bayi dengan usia
<12 bulan diberikan RL sebanyak 30 ml/kgBB selama 1 jam dapat diulang
bila denyut nadi masih terasa lemah. Apabila denyut nadi teraba adekuat,
26
maka ringer laktat dilanjutkan sebanyak 70ml/KgBB dalam lima jam.
Anak berusia >1 tahun dengan dehidrasiberat, dapatdiberikan ringer laktat
(RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama setengah sampaisatu jam. Jikanadii
teraba lemah maupun tidak teraba, langkah pertama dapat diulang.
Apabila nadi sudah kembali kuat, dapat dilanjutkan dengan memberikan
ringer laktat (RL) sebanyak 70ml/KgBB selama dua setengah hingga tiga
jam (Indriyani, 2020).
2. Suplemen Zinc
Suplement zinc digunakan untuk mengurangi durasi diare,
menurunkan risiko keparahan penyakit, dan mengurangi episode diare.
Pengunaan mikronutrien untuk penatalaksanaan diare akut didasarkan
pada efek yang diharapkan terjadi pada fungsi imun, struktur, dan fungsi
saluran cerna utamanya dalam proses perbaikan epitel sel seluran cerna.
Pemberian zinc selama 10-14 hari dapat mengurangi durasi dan keparahan
diare. Meskipun diare telah sembuh, zinc tetap dapat diberikan dengan
dosis 10mg/hari (usia <6 bulan) dan 20mg/hari (usia> 6 bulan) (Indriyani,
2020).
3. Nutrisi
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makananyang samasaat anak sehat
diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan digunakan untuk
menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat perbaikan nafsu
makan,dapat dikatakan bahwa anak sedang dalam fase kesembuhan.Pasien
tidak perlu untuk puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit
namun jumlah pemerian lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah serat
(Indriyani, 2020).
4. Berikan antibiotik secara selektif
Pemberian antibiotik dilakukan terhadap kondisi – kondisi seperti:
- Patogen sumber merupakan kelompok bakteria
- Diare berlangsung sangat lama (>10 hari) dengan kecurigaan
EnteropathogenicEcoli sebagai penyebab.
- Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E coli.
27
- Agen penyebab adalah Yersiniaditambahpenderitamemiliki tambahan
diagnosisberupapenyakitsickle cell.
- Infeksii Salmonella pada anakusia yang sangat muda, terjadi peningkatan
temperatur tubuh (>37,5 C) atau ditemukan kultur darah positif
bakteri(Indriyani, 2020).
5. Edukasiorangtua/pengasuh
Orang tua diharapkan dapat memeriksakan anak dengan diare ke
puskesmas atau dokter keluarga bila didapatkan gejalas eperti: demam,
tinja berdarah, makan dan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausan,
intensitas dan frekuensi diare semakin sering, dan atau belum terjadi
perbaikan dalam tiga hari. Orang tua maupun pengasuh diberikan
informasi mengenai cara menyiapkan oralit disertai langkah promosi dan
preventif yang sesuai dengan lintas diare (Indriyani, 2020).
Rencana TerapiA (DepkesRI. 2011)

28
RencanaTerapiB(DepkesRI. 2011)

Rencana TerapiC (DepkesRI. 2011)

29
3.1.9. Komplikasi Diare Akut
Beberapa akibat diare baik akut maupun kronis:
1. Kehilangan air dan elektrlit (dehidrasi)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hypokalemia, dan
sebagainya). Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh:
a) Previous water losses, kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai
defisiensi cairan.
b) Normal water losses, berupa kehilangan cairan karena fungsi fisiologis
c) Concomittant water losses, berupa kehilangan cairaan saat pengelolaan
d) Kurangnya asupan makanan selama sakit, berupa kekurangan cairan
karena anoreksia atau muntah.
Mekanisme kekurangan cairan pada diare dapat terjadi
karenaPengeluaran usus yang berlebihan, disebabkan karena sekresi
mukosa usus yang berlebihan atau difusi cairan tubuh akibat tekanan
osmotik intra lumen yang tinggi dan karena Asupan cairan yang kurang,
disebabkan karena muntah, anoreksia, pembatasan makan dan minum,
keluaran cairan tubuh yang berlebihan (demam atau sesak napas).
2. Gangguan gizi
Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena:
a. Kurangnya asupan makanan
b. Gangguan penyerapan makanan
c. Katabolisme
d. Kehilangan langsung
3. Perubahan ekologi dan ketahanan usus
Kejadian diare pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa
usus, keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena
deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang
kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil
metabolismen yang berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya.
Keadaan ini akan merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh
30
lampau akan memberikan kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam
empedu sehingga terjadi peningkatan jumlah asam empedu yang dapat
menimbulkan kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula
disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan local pada usus, baik
yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologi
isi usus.

3.1.10. Prognosis Diare Akut


Dengan penatalaksanaan diare yang baik, diare memiliki prognosis
yang baik. Mortalitas pada anak dengan diare yang terbanyak disebabkan
oleh karena dehidrasi berat dan malnutrisi sekunder. Prognosis buruk
apabila terjadi malnutrisi dan malabsorbsi (Indriyani, 2020).

31
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien perempuan berusia 11 bulan diantar oleh keluarganya ke UGD RSUD
Klungkung dengan keluhan mencret sejak kemarin sore sebelum masuk rumah
sakit, mencret dikatakan sudah terjadi sebanyak 7 kali dengan konsistensi cair dan
berisi ampas berwarna coklat disertai dengan lendir darah dan tidak tampak
berminyak, setiap mencret sebanyak 1/5 – ¼ gelas air mineral 300 ml.
Sebelumnya pasien dikatakan MPASI seperti biasa lalu beberapa jam
kemudian pasien mulai mengalami keluhan ini, pasien sempat dibawa berobat ke
praktek dr. umum tetapi tidak ada perbaikan, keesokan harinya langsung dibawak
ke UGD RSUD Klungkung.
Selain keluhan mancret pasien juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 3
kali, muntahan berisi air dan makanan serta lendir (1 x berisi darah berwarna
merah segar) setiap muntah sebanyak ± 1/2 gelas air mineral 300 ml, pasien juga
sempat demam (+), lemas (+), Nafsu makan menurun (+), dan sering minta
minum, keluhan lain seperti batuk, pilek, Sesak dan Kejang disangkal, BAK
dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 31/5/22 didapatkan keadaan
umum pasien lemah, tanda vital pasien dalam batas normal. Pada status generalis
didapatkan mata cowong, pernafasan cuping hidung tidak ada, mukosa bibir tidak
kering, padapemeriksaan paru t i d a k didapatkan retraksi dinding dada,suara paru
veshikuler, pada pemeriksaan abdomen bising usus meningkat 30 kali/menit,
nyeri pada epigastik dan turgor kulit kembali dengan cepat.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Darah Lengkap
tanggal 31/5/22/ didapatkan kadar leukosit meningkat menjadi 14,94 ribu/uL,
kemudian tanggal 01/6/22 dilakukan pemeriksaan feses lengkap didapatkan
eritrosit dan leukosit.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah didapatkan pada pasien maka sesuai dengan teori yang tertera di bab
tinjauan pustaka pasien ini dapat didiagnosis dengan Diare acute disertai
dehidrasi ringan sedang + disentri.
32
Pada penatalaksanaan yang diberikan pada pasien yaitu Kaen3B 16 tpm
sebagai terapi cairan pada diare. Pemberian Zinc Syrup 1x20 mg diberikan
sesuai dengan rekomendasi 5 lintas diare dengan tujuan untuk mengurangi
diare, menurunkan risiko keparahan penyakit, dan mengurangi episode diare,
zinc diberikan selama 10-14 hari dengan dosis 10 mg/hari (usia < 6 bulan) dan
20 mg /hari (usia > 6 bulan). Paracetamol drop 3x0.9 mg digunakan sebagai
terapi suportif saat pasien mengalami demam dengan suhu aksila ≥ 38,50C.
Pada pasien juga diberikan antibiotic karena pasien tetap mengalami diare dan
dari hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukosit meningkat menjadi
14,94 ribu/uL.

33
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien dengan keluhan mencret
sejak 36 jam SMRS sebanyak 7 kali sehari, mencret dengan konsistensi
cair berwarna coklat disertai ampas dan lendir darah, pasien juga
mengeluh mual muntah dan penurunan nafsu makan serta demam yang
membuat pasien merasa lemas dan anak sering emita minum.

Pada pemeriksaan fisik didapat kan mata cowong, mukosa bibir tidak
kering, nyeri tekan epigastrik, Turgor kulit kembali cepat, Pemeriksaan
penunjang didapatkan tinja rutin makroskopis (warna kuning, bau khas,
konsistensi lembek, lendir negatif, darah negatif) dan mikroskopis (eritrosit
dan leukosit (+)). Sehingga pasien didiagnosis dengan diare akut disertai
dehidrasi ringan sedang + disentri Terapi yang diberikan pada pasien ini
yaitu KaEN3B, Ondansentron, Ranitidine, Zinc syrup, paracetamol jika
pasien demam dan atibiotik.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. (A. Kusrianto, Ed.) (1st ed.).Jakarta:
PT Elex Media Komputindo
Alfa, Yasmar. 2010 .Diare Akut PadaA nak. Bandung :SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/RSHS.
Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen
Kesehatan RI.
Indriyani, D. & Putra, IG. 2020. Penanganan Terkini Diare Pada Anak: Tinjauan
Pustaka. Review Jurnal. Bali Royal Hospital & Universitas Udayana
Juffrie, M. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1 Cetakan
Pertama. IDAI.
Kliegman RM., et.al. 2016. Nelson Textbookof Pediatrics. 20thed. Philadelphia:
Elsevier.
Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. (W. Kristiyanasari, Ed.) . Yogyakarta: Nuha Medika.
Panduan Praktek Klinin (PPK) Divisi Gastrohepatologi. Departemen Kesehatan
Anak. 2014. RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.
Panduan Prakttik Klinis SMF Ilmu Kesehatan Anak. 2017. RSUP Sanglah
Denpasar.
Subagyo B,Santoso NB. 2015. Diare akut. In: JuffrieM, Soenarto SSY,
OswarniH, Arief S, RosalinaI, Mulyani NS.Buku Ajar
Gastroenterologi- Hepatologi Anak. 1th ed. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
UKK Nutrisi Penyakit Metabolik. 2011. Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric
Nutrition Care). IDAI

35

Anda mungkin juga menyukai