Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN SAKIT DIARE

Disusun Oleh:
Shafa’ Salamah
NIM. P07224318025

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE

Asuhan kebidanan pada An.R usia 11 tahun 9 hari dengan penyakit diare telah
diperiksa, dievaluasi oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di
Puskesmas Air Putih

Samarinda, 10 Oktober 2019


Mahasiswa,

Shafa’ Salamah
NIM. P07224318025

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Rizki Amelia, S,Keb., Bd Murwati, Amd.Keb


NIP. NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Anak Dengan Sakit
Diare”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan komprehensif ini sehingga laporan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan penulisan yang
tersusun berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan dan juga menggunakan kata-
kata yang mudah di pahami yang tujuannya agar mudah dipahami isi yang
disampaikan yaitu mengenai “Asuhan Pada Anak Dengan Sakit Diare”
Dalam pembuatan laporan ini pula kami tak luput dari kesalahan, maka
dari itu penulis mohon maaf dan sekiranya kami menerima kritikan dan saran,
agar kedepannya kami dapat memperbaiki menjadi lebih baik lagi.

Samarinda, 30 September 2019


Mahasiswa

Shafa’ Salamah
NIM. P07224318025

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ............................................................................................................i


Kata Pengantar .................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....... ................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
1. Tujuan umum ......................................................................................................... 2
2. Tujuan khusus ........................................................................................................ 2
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Konsep dasar teori ..................................................................................................... 3
Bab III Tinjauan Kasus ..................................................................................................... 19
Bab IV Pembahasan .......................................................................................................... 23
Bab V Kesimpulan ............................................................................................................ 26
Daftar Pustaka....................................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya
yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh
transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.

iii
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare
dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis),
kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Anak dengan
Diare menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Diare.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Anak dengan
Diare.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Anak dengan Diare dengan
pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada anak
2) Menginterpretasikan data dasar.
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Anak
dengan Diare.
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Anak dengan Diare.
5) Merancang intervensi pada Anak dengan Diare.
6) Melakukan implementasi pada Anak dengan Diare.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.

iii
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi/Balita dengan
Diare
Konsep Dasar Manajemen Asuhan kebidanan
pada Anak dengan Diare Dehidrasi Ringan

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir : Kebanyakan diare terjadi pada dua tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
pada golongan 6-11 bulan
(dr. M.C. Widjaja. 2007).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan Kunjungan
Ibu ingin memeriksakan anaknya.

iii
Keluhan utama
1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis bahkan gelisah Schwartz (2004).
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis,
terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan klien sejak sebelum
terdapat keluhan sampai ia dibawa berobat).
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat antenatal
a) Corak reproduksi
b) Kunjungan antenatal
c) Keadaan kesehatan saat hamil
d) Makanan
e) Obat-obat
f) Riwayat imunisasi tetanus toksoid
g) Riwayat terpapar infeksi saat hamil
h) Riwayat merokok dan minum-minuman keras/ alkohol
Riwayat intranatal
Riwayat postnatal
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar
daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat lebih besar (Depkes, RI. 2007).

iii
Riwayat imunisasi :
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas penyakit-penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi (Soetjiningsih, 2012).
Riwayat alergi :
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan (Depkes RI,
2007).
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelum, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsillitis, faringitis, bronkopneumonia, dan
ensefalitis (Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2007).
Riwayat operasi/pembedahan
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat pertumbuhan :
Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6- 10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan lingkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu;
geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
Riwayat perkembangan :
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
memulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

iii
Autonomy vs Shame and doundt, Perkembangan keterampilan
motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya untuk mandiri
(tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yang terlalu tinggi maka anak akan merasa malu
dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat penyakit menular :
Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa
tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus
atau bakteri yang dapat menularkan dalam jumlah besar. Selain itu
tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia
(Depkes, RI. 2007).
b. Riwayat penyakit keturunan
c. Riwayat penyakit menahun

4. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Gangguan gizi yang membuat anak tidak mau makan, dan
orang tua pun terkadang menghentikan pemberian makan
Pola Nutrisi karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak, atau
apabila diberikan makan dalam bentuk diencerkan
(Suharyono 2005).
Bayi yang mengalami diare tinjanya makin cair, mungkin
Pola
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
Eliminasi
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

iii
pada penderita diare anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam
(Ngastiyah, 2005).
Pola Terkadang anak rewel dan susah tidur karena penyakit yang
Istirahat anak rasakan.
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan
perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang
mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air
minum.
Pola
Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar,
Personal
setelah menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi
Hygiene
makan anak dan sebelum menyiapkan makanan. Kejadian
diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan
makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan
serta tempat keluarga membuang tinja anak (Howard &
Bartram, 2003).
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi tinja, apalagi
Pola
pada bayi sering memasukkan tangan/ mainan apapun
Aktivitas
kedalam mulut beresiko menderita diare.

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas
interaksi anak dengan orang tua mempengaruhi perkembangan
anak (Soetjiningsih, 2012 ).
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu,
jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga
mempengaruhi tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1995 : 2 – 13).

iii
Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi
genetika yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai
dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang (Soetjiningsih, 2012 : 2).
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar :
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya (Soetjiningsih, 2012).
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal. Salah satu keluarga di
dalam rumah yang menderita diare dapat menularkan dare pada
bayi melalui jalur oral.
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Adat istiadat
yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak (Soetjiningsih, 2012).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Baik, sadar (tanpa dehidrasi); gelisah, rewel
(dehidrasi ringan atau sedang); lesu, lunglai, atau
tidak sadar (dehidrasi berat) (Nursalam, 2005).
Tanda Vital :
Tekanan Darah : Tekanan darah menurun
Nadi : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah
Pernapasan : Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

iii
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
Suhu : Suhu meningkat > 37,50C
Antropometri :
Berat badan : Menurut S. Partono (2003), Anak yang diare
dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan sebagai berikut :
% Kehilangan Berat Badan
Tingkat Dehidrasi
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

LILA : Makin buruk gizi seseorang anak, makin banyak


episode diare yang dialami. Pada anak dengan
malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan
kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan
nonspesifik terhadap kelompok organisme
berkurang (Suharyono, 2004).
Lingkar perut : Lingkar abdomen membesar (Depkes, RI. 2007).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kulit : Warna kulit pucat (Depkes, RI. 2007).
Kepala : Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya biasanya cekung
(Nursalam, 2005). Ubun-ubun tak teraba cekung
karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
(pada pasien dehidrasi berat).
Wajah : Tidak tampak oedema.
Mata : Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak

iii
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi
ringan/sedang, kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat,
kelopak matanya sangat cekung (Nursalam, 2005).
Telinga : Telinga simetris.
Hidung : Tidak tampak fraktur.
Mulut : Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan
lidah kering (dehidrasi ringan/sedang), mulut dan
lidah sangat kering (dehidrasi berat) (Nursalam,
2005).
Leher : Tampak simetris.
Dada : Bentuk dada normal, kontraksi otot pernafasan cepat,
penggunaan otot bantu pernafasan, RR > 40 x/menit
Abdomen : Tampak membesar.
Anus : Kemerahan pada daerah perianal.
b. Palpasi
Kulit : Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2
detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila
turgor kembali dengan lambat (kembali dalam waktu 2
detik), ini berarti diare dengan dehidrasi
ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat
(lebih dari 2 detik), ini termasuk diare dengan
dehidrasi berat (Nursalam, 2005).
Kepala : Tidak teraba massa.
Mata : Palpebra tidak ada nyeri tekan.
Hidung : Tidak teraba fraktur.
Abdomen : Turgor kulit abdomen tidak kembali dalam 2 detik
menandakan terjadi dehidrasi.
Eksremitas: Capillary refill time memanjang > 2 dt, akral hangat,
akral dingin (waspada syok).
c. Auskultasi :

iii
Dada : Tidak terdapat suara nafas tambahan.
Abdomen : Peristaltik usus meningkat > 35 x/menit.
d. Perkusi :
Abdomen : Distensi abdomen.

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Tinja
Tinja Rutin
Makroskopis : Pada pemeriksaan feses ini dilihat warna feses
biasanya warna coklat muda sampai kuning yang
bercampur dengan lendir atau darah yang mana
konsistensinya encer.
Mikroskopis : Adanya jumlah sel epitel leukosit dan eritrosit
meningkat.
Tinja Kultur
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.

iii
Pemeriksaan Darah
1. Darah Lengkap: Hb, Ht, Leukosit
2. Elektrolit: Na, K, Ca dan Protein serum pada diare yang disertai
kejang.
3. Ph, cadangan alkali dan elektrolit untuk menemukan gangguan
keseimbangan asam basa.
b) Pemeriksaan USG
c) Pemeriksaan diagnostik lainnya
Radiologi : Mungkin ditemukan bronchopneumonia.
4. Data Rekam Medis
Data rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas klien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
diberikan serta tindakan dan pelayanan yang telah diberikan pada
klien (Permenkes 2008).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Anak Usia…dengan Diare
Masalah : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang
berkurang.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekuensi diare.
Kebutuhan : Pemberian KIE
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 F “Finger,
Feces, Food and Fly”, maka penyuluhan yang penting adalah :
a. Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan sebelum makan
dan setiap habis bermain memakai alas kaki jika bermain di tanah.

iii
b. Membiasakan anak membuang air besar di jamban, jamban harus
selalu bersih agar tidak ada lalat.
c. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya lalat.
d. Makanan harus selalu tertutup (jika di atas meja).
e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar
diajarkan untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang berjangkit penyakit
diare selain air yang harus yang bersih juga perlu dimasak mendidih
lebih lama (Ngastiyah, 2003).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Sebagai akibat kehilangan cairan cairan dan elektrolit secara mendadak,
pada kasus diare berdasarkan Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI
dapat terjadi:
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
3. Hipoglikemia
4. Hipokalemia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Pada kasus diare dengan dehidrasi, berdasarkan Buku Kuliah 1 Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, kebutuhan tindakan segeranya adalah rehidrasi.
V. INTERVENSI
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr

iii
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama feses
secara oral.
4. Berikan Oralit (Larutan Gula Garam)
Rasional : Oralit menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang akibat
diare.
5. Berikan suplementasi Zinc
Rasional : zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna
dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta
mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare (Ngastiyah,
2005).
6. Berikan KIE tentang kebersihan
Rasional : Kebersihan mempunyai efek penting dalam kehidupan
sehari-hari, dengan menjaga kebersihan dapat mencegah terjadinya
penyakit khususnya diare (Nasry Noor, 2005).
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasional : Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan resep yang
tepat pada klien.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC


Nursalam, dkk,. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Salemba Medika
Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 2007. Buku kuliah Ilmu kesehatan
Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sudarti, Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Yogyakarta : Medical Boo
http://jurnal.fk.unand.ac.id Jurnal Kesehatan Andalas. 201. Hubungan Pemberian
ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di
Puskesmas Kuranji Kota Padang. Eka Putri Rahmadhani, Gustina Lubis, Edison

iii

Anda mungkin juga menyukai