HALAMAN JUDUL
DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG +
GAGAL URO
Oleh:
Pembimbing:
dr. Achirul Bakri, Sp.A(K)
Laporan Kasus
DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG + GAGAL URO
Oleh:
Sy. Maryam Hanina, S.Ked 04054821820015
Cornellia Agatha, S.Ked 04054821820034
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus berjudul "Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang +
Gagal URO”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti
kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSMH
Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Dengan selesainya penyusunan laporan kasus ini, perkenankanlah penulis
untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada dr. Achirul
Bakri, Sp.A(K) sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam pembuatan laporan kasus ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan berkat-Nya kepada
pembimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan. Semoga telaah jurnal ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses sebanyak tiga kali atau lebih
per hari (atau frekuensinya meningkat dibanding biasanya) dalam bentuk cair atau
lembek.1 WHO/UNICEF (1987) mendefinisikan diare akut sebagai kejadian akut
dari diare yang biasanya berlangsung selama 3–7 hari tetapi dapat pula
berlangsung sampai 14 hari.2 Diare sendiri umumnya merupakan gejala dari
infeksi pada traktus gastrointestinal, yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, dan organisme parasit. Namun berdasarkan etiologi, diare
dikategorikan menjadi diare akibat infeksi dan non-infeksi. Penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi. Infeksi disebarkan melalui makanan atau air
minum terkontaminasi, atau dari orang ke orang sebagai akibat higiene yang
kurang baik. Sedangkan diare akibat penyakit non-infeksi diantaranya disebabkan
oleh intoleransi laktosa, invaginasi usus, dan divertikuli Meckel.1,3
Diare merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi pada anak di bawah umur lima tahun di seluruh dunia.2 Ia merupakan
penyebab kematian kedua tertinggi pada anak-anak dibawah usia lima tahun
dimana setiap tahunnya diare membunuh sekitar 525.000 anak dan terdapat
setidaknya 1,7 juta kasus diare yang terjadi pada anak tiap tahunnya. Dulu,
dehidrasi berat dan kehilangan cairan merupakan penyebab utama kematian pada
diare. Namun saat ini, sepsis akibat infeksi bakterial juga bertanggung jawab
dalam meningkatnya kematian terkait diare. Selain itu, diare juga merupakan
penyebab utama kejadian malnutrisi pada anak dibawah usia 5 tahun.1
Diare yang juga dikenal sebagai gastroenteritis merupakan penyakit
dengan SKDI 4A dimana lulusan dokter umum harus memiliki kemampuan untuk
mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang adekuat. Meningat masih
tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat diare serta pentingnya lulusan
dokter dalam memahami diagnosis dan tatalaksana yang adekuat dari diare maka
penulis tertarik dalam menjadikan diare sebagai topik laporan kasus.4
1
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTIFIKASI
Nama : MAA
Umur / Tanggal Lahir : 7 bulan (22 Januari 2019)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. HAW
Nama Ibu : Ny. LY
Alamat : Bukit Kecil, Palembang
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
MRS : 13 Agustus 2019 (12:00 WIB)
B. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu dan ayah kandung penderita, 14 Agustus 2019)
Keluhan Utama : BAB cair
Keluhan Tambahan : Demam, muntah
2
ada. Pasien tampak lemas, masih mau makan dan minum, namun muntah terus
menerus. Pasien kemudian dibawa ke bidan dan dirujuk ke RSMH.
3
Langsung menangis : ya
Nilai APGAR : ibu tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada
Inisiasi Menyusu Dini : tidak ada
Kesan: riwayat kehamilan dan kelahiran cukup baik
Riwayat Makan
ASI : diberikan dari 0 bulan hingga 6 bulan
Susu Formula : diberikan usia 6 bulan hingga sekarang
Bubur tim : diberikan usia 6 bulan hingga sekarang
Kesan: Kualitas makanan cukup baik dan kuantitas makanan baik.
4
Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN
HB0
BCG
DPT 1 DPT 2 DPT 3 -
HEPATITIS HEPATITIS HEPATITIS -
B1 B2 B3
Hib 1 Hib 2 Hib 3 -
POLIO 1 POLIO 2 POLIO 3 -
CAMPAK POLIO 4
Kesan: Imunisasi dasar PPI lengkap
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 14 Agustus 2019
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 128 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 42 x/menit
Suhu : 37,0°c
SpO2 : 99%
Data Antropometri
Berat Badan : 6,3 kg
Tinggi Badan : 66 cm
Lingkar Kepala : 45 cm (0 SD pada kurva nellhaus)
Status Gizi : BB/U : -2 s/d -3 SD (underweight)
TB/U : 0 s/d -2 SD (normoweight)
BB/TB : 0 s/d -1 SD (normal)
Kesan : normal/gizi baik
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normocephali
5
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+, konjungtiva anemis
(-), sklera ikterik (-), mata cekung (-), air mata (+)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), edema (-), mukosa mulut kering (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak
Paru-paru
- Inspeksi : statis, dinamis simetris, retraksi (-/-)
- Palpaasi : stem fremitus kanan = kiri
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : HR: 128 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal,
Murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar dan simetris
- Auskultasi : bising usus (+) meningkat (8x/m)
- Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor menurun
(cubitan kulit perut kembali dalam 3 detik)
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Lipat paha : pembesaran KGB (-)
Genitalia : tidak ada kelainan
6
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Akral pucat -/- -/-
CRT <2 detik <2 detik
Oedem -/- -/-
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Pemeriksaan Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup Cukup Cukup
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -
Fungsi sensorik : belum dapat dinilai
Fungsi nervi kraniales : belum dapat dinilai
Gejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)
D. DAFTAR MASALAH
1. BAB cair
2. Muntah
3. Gagal upaya rehirdasi oral
7
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut
2. Intoleransi laktosa
3. Disentri
F. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang + Gagal URO
G. TATALAKSANA
a) PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek darah rutin
Cek gula darah
Cek feses rutin
Cek elektrolit
b) TERAPI
Pada diare dengan dehidrasi berat dilakukan rencana terapi B
Rehidrasi
- IVFD RL 500 ml dalam 4 jam gtt 30 pper menit
Suplementasi
- Zinc sirup 1x 20 mg (selama 10 hari berturut-turut)
Dukungan nutrisi
Berikan minum dan makan pada anak sesuai RDA= 6.3 kg x 100 = 630
kkal
- Susu : 7 x 67 kkal
- Bubur tim : 2 x 88 kkal
Edukasi orang tua
- Menjelaskan kepada orang tua mengenai penyakit yang diderita,
tatalaksana dan prognosis pasien
- Memberitahu kepada orang tua untuk memberi anak makan dan
minum lebih sering
8
- Menjelaskan kepada orang tua pemahaman bagaimana pengobatan
diare di rumah, pemberian oralit dan zinc, serta tanda-tanda bahaya
dari diare
- Menjelaskan kepada orang tua mengenai pentingnya penyediaan
makanan yang bersih dan penggunaan air bersih
- Memberitahu orang tua untuk mencuci tangan, terutama setelah
membersihkan feses anak
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
I. FOLLOW UP
Tanggal
15 Agustus S : BAB cair (+) 2x, demam (-), muntah (-) A : Diare akut dehidrasi
2019 O : BB = 6,5 kg ringan sedang (perbaikan)
Sens: CM, N: 114x/m, RR: 30x/m, T: 36,8oC P : - Zinc 1x 20 mg
Kepala : mata cekung (-), konjungtiva - Oralit 100 cc setiap
anemis (-), NCH (-), mukosa bibir kering (-) BAB/muntah
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal,
hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2”
9
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (13 Agustus 2019)
HEMATOLOGI ELEKTROLIT
Hb : 12,7 g/dL Kalsium (Ca) : 10,0 mg/dL
RBC : 4,68x106/mm Natrium (Na) : 139 mEq/L
WBC : 17.58x103/mm Kalium (K) : 3.4 mEq/L
Trombosit (PLT) : 450x103/uL Klorida (Cl) : 108 mmol/L
Hematokrit : 37%
Hitung jenis : 0/0/84/11/5
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Diare
3.1.1 Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare
dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya.5
11
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).5
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita.
dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare
pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan,
Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623
kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan
terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di Palembang tahun 2012-
2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita.7 Menurut Departemen Kesehatan RI
(2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1.000
penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk
golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan umur
balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir
sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui
makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang,
insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang
tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan
tubuh.8
12
dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan
keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada
akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh bakteri, virus
atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainya. Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping
sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi.5
Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small
bowel structure virus, Cytomegalovirus.
Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi,
obat dan lain-lain.
13
Tabel 1. Gejala dan atau penyebab Diare akut dan kronis.10
Diare Akut:
No. Gejala Penyebabnya
1. Diare tidak berdarah, gejala Infeksi (enteropatigenic dan
penyakit sistemik enterotoksigenic E.coli,
cryptosporidium, giardia, virus).
2. Diare berdarah, gejala penyakit Infeksi (shigella, campylobacter,
sitemik enteroinvasif dan enterohemoragik,
E.coli, salmonella, yersinia,
E.histolistica), penyakit radang
usus besar, colitis iskemik, colitis
dan pseudomembranosa
3. Diare berdarah, tanpa gejala Infeksi prokitis ulseratif, prokitis
sistemik. radiasi, dan karsinoma
rektosigmamoid.
4. Diare tidak berdarah, tanda gejala Infeksi atau keracunan makanan
sistemik (seperti disebutkan sebelumnya),
sindrom usus besar yang mudah
teriritasi, impaksi fektal, obat-
obatan (antasida, antibiotika,
NSAID, kolsisin, kuinidin,
digitalis, metildopa, hidratazin,
laktosa).
Diare Kronis:
No. Gejala Penyebabnya
1 Diare tidak berdarah Sindrom iritasi usus besar,
intoleransi laktosa, obat-obatan
(antasida, antibiotika, NSAID,
14
kolsisin, kuinidin, digitalis,
metildopa, Hidratazin, laktosa),
giardiasis, penyalahgunaan laktasif,
impaksi fekal.
2 Diarea inflamatorik atau berdarah Kolitis ulseratif, penyakit crohn,
penyakit diverticular, kolera,
pankreatik, sindrom zollinger-
alison, karsinoma medulla
karsinoid, alkohol, penyalahgunaan
laktasif, idiopatik.
3 Diare osmotik Intoleransi laktosa, magnesium
sulfat, fosfat, manitol, sorbitol,
defisien sidisakaridase, malabsorbsi
glukosa-galaktosa herediter atau
malabsorbsi fruktosa herediter.
4 Diare yang berhubungan dengan Diabetes, tirotoksinosis, penyakit
penyakit sistemik addison, AIDS, defisiensi niasin
dan seng, leukemia, pseudo
obstruktif.
Diare dengan gejala nonspesifik yang merupakan manifestasi umum
gangguan GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut, keganasan
saluran cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi intestinal akut
atau subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek
samping yang tidak dikehendaki pada banyak obat. Obat yang menyebabkan
diare: Akarbosa dan metformin, Alkohol, Antibiotik seperti: (klindamisin,
eritromin, rifampisin, dan seforoksim), kolkisin, senyawa-senyawa sitotoksik,
Antasida yang mengandung magnesium, OAINS.11
15
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.12 Mekanisme terjadinya
diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau penurunan absorbsi cairan dan
elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi
mukosa intestinal.11 Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan
patofisiologis menjadi diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di kolon dengan manifestasi sindrom
disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir dan atau darah,
mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare juga dapat terjadi
akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebakan terjadinya diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu
jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
mengatasi pertahanan mukosa usus.13
Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok :
Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Hal
ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak
menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang
terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu,
16
prostaglandin, dan lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP
(cyclic AMP) pada sel mukosa usus.
Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis
ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan
mukus.
Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh makanan. Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan
bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang berlangsung berminggu-
minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat
berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat. Tanda-tanda diare
kronik seperti: demam, berat badan menurun, malnutrisi, anemia, dan
meningginya laju endap darah. Demam disertai defense otot perut menunjukan
adanya proses radang pada perut. Diare kronik seperti yang dialami seseorang
yang menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan seperti serangan
akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare karena
infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri dapat diarahkan
untuk memebedakan antara diare akut dengan diare kronik.14
17
Tabel 2. Klasifikasi Diare Berdasarkan Tabel Derajat Dehidrasi5
Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat
18
diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja
bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.15
Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi:
Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
19
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air
mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya
menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.15
20
gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek yang tidak dikehendaki
pada banyak obat.14,16
3.1.8 Pemeriksaan Laboratorium Diare
Pemeriksaan laboratorium pada penyakit diare ialah antara lain meliputi:
pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula dalam tinja
dengan kertas laksmus dan tablet clinlinitest bila diduga intoleransi gula, bila
perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi, pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam-basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan
alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan analisa gas darah, pemeriksaan kadar
ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit terutama
kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita
diare yang disertai kejang. Evaluasi laboratorium pasien diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran/tinja biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada, dianggap sebagai inflamasi kolon baik infeksi maupun non
infeksi . Sampel harus diperiksa sesegera mungkin karena neutrofil cepat berubah.
Sensitivitas leukosit feses (Salmonella, Shigella, dan Campylocbacter) yang
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung jenis
patogenya. Pasien dengan diare berdarah harus dilakukan kultur feses untuk
EHEC 0157:H7. Pasien dengan diare berat, deman, nyeri abdomen, atau
kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium kalium, klorida ureum,
kreatin, analisa gas darah, dan pemeriksaan darah lengkap.17
21
kekurangan gizi akibat diare dan menjadi cara untuk mengobati diare. Penanganan
diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi
gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi
diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional.
Secara umum terapi rasional adalah terapi yang:
1. Tepat indikasi
2. Tepat dosis
3. Tepat penderita
4. Tepat obat
5. Waspada terhadap efek samping.
22
Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat, Loperamid,
Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon.
Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya pencegahan,
higienitas, sanitasi lingkungan.
Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana
pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan
Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO.19,20 Memperbaiki
kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien.
Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:20,21
1. Rehidrasi
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl),
dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
23
Berikan tatalaksana cairan sesuai dengan derajat dehidrasi:
Tabel 3. Diare tanpa dehidrasi20
24
Tabel 5. Diare akut dehidrasi berat (Rencana terapi C)20
25
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
26
Zinc adalah suatu mikronutrien esensial yang merupakan elemen dari banyak
metallo-enzyme dan bekerja sebagai koenzim dari berbagai sistem enzim. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.20,21
Peranan zinc pada diare merupakan pengaruh langsung pada sistem
gastrointestinal maupun peranannya pada sistem imun. Pemberian Zinc selama
diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.19 Zinc juga membantu
pertumbuhan anak dan meningkatkan nafsu makan.20 Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11
% dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat
hasil guna sebesar 67 %. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Pemberian
zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan.20
Cara pemberian tablet zinc adalah dengan melarutkan tablet dalam 1 sendok
makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
Pemberian Probiotik: probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang
mengandung bakteri atau jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran
pencernaan manusia, yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah
adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga
seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik
27
dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak
rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
4. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.20,21
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti
diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia). Beberapa antimikroba yang sering
dipakai antara lain:
Kolera: Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella: Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
28
Amebiasis: Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada
kasus berat), Untuk kasus berat: Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5
mg/kg (maks 90mg) (im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua
umur)
Giardiasis: Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
3.1.9 Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:
Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal
oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6
bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.20,21
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
29
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui
secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh
sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian
ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih).19,20,21
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare
yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.18,19
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.18,19 Ada beberapa saran untuk
meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:18,19,20
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan
atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1
tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta
teruskan pemberian ASI bila mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
30
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.18
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air
tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di
rumah.18,19
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a) Ambil air dari sumber air yang bersih
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).19,20
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan
31
keluarga harus buang air besar di jamban.19,20 Yang harus diperhatikan oleh
keluarga:
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.18,19
3.1.10 Komplikasi
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:
Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-
renjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah,
perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik
bertambah berat, peredaran otak dapat terjadi, kesadaran menurun
(sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat diobati, dapat menyebabkan
kematian.
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena
diare dan muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan pemberian
makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila
makanan tetap diberikan tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia
akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita
malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat
hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang
dan koma.22
32
BAB IV
ANALISIS MASALAH
33
disebabkan oleh ETEC memiliki konsistensi BAB yang lembek pula. Sebagai
tambahan, pada kasus, BAB berbau asam dan berwarna kekuningan, yang
merupakan ciri khas dari Rotavirus. Sedangkan diare yang disebabkan oleh
Salmonella memiliki bau khas seperti telur busuk serta berwarna kehijauan,
sehingga etiologi Salmonella dapat disingkirkan. Kolera juga dapat disingkirkan
karena memiliki bau dan warna khas seperti air cucian beras. Berdasarkan
anamnesis, didapatkan gejala khas yang mengarah ke diare dengan penyebab
virus. Virus juga merupakan penyebab terbanyak diare pada anak. Maka dari itu,
diagnosis pada kasus ini adalah diare akut ec susp Rotavirus.
Tatalaksana pada diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang telah
terjadi. Pasien diare ringan-sedang ditentukan bila terdapat dua tanda atau lebih
gejala yaitu, keadaan umum gelisah, rewel, mata cekung, bibir kering, rasa haus
dan ingin minum banyak, turgor kulit kembali lambat. Pada kasus, pasien ini
memenuhi kriteria dehidrasi ringan sedang dengan didapatkan tanda seperti rewel,
mata cekung, turgor kulit kembali lambat sehingga ditatalaksana dengan rencana
terapi B. Pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus dengan pengeluaran
air tinja yang hebat (>100 ml/kg/hari) atau mutah hebat (severe vomitting) dimana
penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent
meteorism) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan
rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Pada kasus ini, saat masuk
pasien mengalami muntah terus menerus, sehingga terapi oral tidak dapat
memenuhi target atau disebut dengan kegagalan upaya rehidrasi oral (URO). Oleh
sebab itu, tatalaksana pada pasien ini diberikan rehidrasi cairan secara parenteral
menggunakan cairan Ringer Lactat dengan dosis 75 ml/kgBB dalam 4 jam.
Sebagai suplemen, diberikan tablet Zinc sebanyak 1 tablet 20 mg per hari selama
10 hari berturut-turut untuk mempercepat reepitelisasi mukosa usus.
Pada kasus ini diare diakibatkan oleh virus sehingga pemberian antibiotik
tidak diperlukan. Pada anak juga tidak perlu diberikan obat antidiare, karena saat
diare akan terjadi peningkatan motilitas dan peristaltik usus. Anti diare akan
menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru
34
dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang disebut
prolapsus pada usus (terlipat/terjepit). Terapi simtomatis penurun panas seperti
parasetamol hanya diberikan apabila pasien demam. Edukasi ibu dan keluarga
untuk tetap memberikan makanan tambahan agar kebutuhan nutrisi anak
tercukupi.
Penderita di follow up setiap hari untuk melihat perbaikan klinis. Anak
diperbolehkan pulang jika nafsu makan sudah baik, tanda dehidrasi sudah tidak
tampak, dan tidak ada tanda bahaya seperti muntah. BAB cair sudah tidak ada dan
keadaan umum anak sudah baik. Hal ini menunjukkan tatalaksana sudah diberikan
dengan baik. Edukasi harus diberikan kepada orang tua pasien untuk mencegah
terjadinya diare berulang. Edukasi yang dapat diberikan kepada keluarga saat akan
memulangkan pasien adalah mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan,
memberikan makanan bergizi pada anak. Orang tua juga diberitahu cara
mengatasi diare saat di rumah serta tanda-tanda bahaya dari diare dan kapan harus
membawa ke rumah sakit.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Universitas Airlangga; 2012.
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Ernita%20K.docx). Diakses pada 30 Juni
2019.
13. Sulistyoningsih, H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2010.
14. Bishop WP. Diarrhea. Dalam: Dawn RE, penyunting. Pediatric practice
gastroenterology. New 5. York: McGraw Hill Medica;2010. p.41 – 54.
15. Dwiprahasto, I. Penggunaan Antidiare Ditinjau dari Aspek Terapi Rasional.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2003;9(2):94-101
16. Sandhu, BK. Rationale for Early Feeding in Chilhood Gastroenteritis. J
Pediatr Gastroenterol Nutr. 2001:33:13-6.
17. Subagyo, B; Santoso, NB. Diare Akut. Juffrie, M; Soeparto, P; Ranuh, R;
Sayoeti, Y; Sudigbia, I; Ismail, R; Subagyo, B; Santoso, NB; Soenarto, SSY;
Hegar, B; Boediarso, A; Dwipoerwantoro, PG; Djuprie, L; Firmansyah, A;
Prasetyo, D; Santosa, B; Martiza, I; Arief, S; Rosalina, I; Sinuhaji, AB;
Mulyani, NS; Bisanto, J; Oswari, H . Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
18. Hatchette, T. F. Infecious Diarrhea: When to Test and When to Treat,
Canadian Medical Association Journal, 183 (3); 2011.
19. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children
Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses; 2013.
20. Suraatmaja, S. Kapita Selekta Gastrointestinal Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto; 2007.
21. Khalili, G; Khalili, M, Mardani, M; Cuevas, LE. Risk Factors for
Hospitalization of Children with Diarrhea in Shahrrekord, Iran. Iranian
Journal of Clinical Infectious Disease, 1(3), 131-136; 2006.
22. Hakim, R. Profil Diare Berdarah Anak BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau
Manado Periode 2008-2011. Universitas Samratulangi. Manado; 2013.
37
5 12
6 13
7 14
8 15
9 16
10 17
11 18
12 19
13 20
14 21
15 22
16 23
17 24
18 25
19 26
20 27
21 28
22 29
38