Anda di halaman 1dari 23

JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 156 – 178 Herlambang. Kehamilan dengan...

KEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID

Herlambang1
1
Divisi Fetomaternal Bagian Kebidanan dan Kandungan FKIK Universitas Jambi / RSUD Raden
mattaher Jambi
Email: herlambang07@yahoo.co.id

Abstract
Antiphospholipid antibody syndrome is disorder of coagulation characterize with vascular
thrombosis associated with increase of antiphospholipid (aPL) antibody such as anticardiolipin
(aCL) antibodies, lupus anticoagulant (LA), and anti-beta 2 glycoprotein I antibody.
Management of with antiphospholipid antibody syndrome basicly consists of management and
pregnancy (antenatal care), labour, and puerpurium. The aim of the management is to monitor
the risk of thrombosis, inadequate uteroplacenter circulation, and decide the perfect timing for
delivery. The rational therapy given is both preventive and curative with anticoagulant and
antiplatelet agent. The new paradigm in management of antiphospholipid antibody syndrome is
treatment with intravena immunoglobulin to decrease aCL and LA.

Keyword: Pregnancy, Antiphospholipid syndrome

Abstrak
Sindroma antifosfolipid merupakan suatu kelainan sistem pembekuan darah yang ditandai dengan
trombosis vaskuler yang dihubungkan dengan peningkatan antibodi antifosfolipid (aPL) yaitu antibodi
antikardiolipin (aCL), antikoagulan lupus (LA) dan antibodi anti-beta 2 glikoproteinI.
Penatalaksanaan kehamilan dengan sindroma antifosfolipid pada dasarnya terdiri atas penatalaksanaan
dalam kehamilan (pemeriksaan antenatal), persalinan dan masa nifas dengan tujuan pemantauan pada
risiko trombosis, gangguan sirkulasi uteroplasenter dan penentuan saat persalinan yang adekuat. Terapi
rasional yang diberikan adalah terapi preventif dan kuratif dengan pemberian antikoagulan dan
antiagregasi trombosit. Paradigma baru dalam penatalaksanaan sindroma antifosfolipid adalah dengan
pemberian terapi imunoglobulin intravena yang bertujuan menurunkan kadar antibodi antikardiolipid dan
antikoagulan lupus.

Kata kunci: Kehamilan, Sindroma antifosfolipid

172
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 156 – Herlambang. Kehamilan

I. PENDAHULUAN antifosfolipid dalam kehamilan sangat berkaitan


Sindroma antifosfolipid merupakan dengan morbiditas dan mortalitas baik bagi
kelainan yang disebabkan oleh antibodi janin maupun ibu melalui berbagai mekanisme
antifosfolipid dan mengakibatkan kematian antara lain pembentukan trombosis arteri, vena
janin berulang, morbiditas maternal, dan atau pembuluh darah kecil, hipertensi pada
infertilitas akibat berbagai proses kehamilan dan insufisiensi uteroplasenta dimana
imunopatogenik pada plasenta yang pendekatan diagnosis sindroma ini didasarkan
dihubungkan dengan terbentuknya trombosis atas setidaknya satu manifestasi klinis dan satu
atau terhambatnya proses fibrinolitik. manifestasi laboratoris.2,5,6
Berdasarkan konsensus internasional di Secara spesifik antibodi
Sapporo, sindroma antifosfolipid didefinisikan antifosfolipid yang digunakan dalam diagnosis
sebagai kelainan dengan gejala trombosis sindroma antifosfolipid adalah antibodi
vaskuler dan atau morbiditas obstetrik disertai antikardiolipin dalam bentuk IgG, IgM, dan IgA
adanya antibodi antikardiolipin dan atau serta antikoagulan lupus. Dikenal dua jenis
antikoagulan lupus.1,2,3,4,5 sindroma antifosfolipid, yaitu primer yang
Sindroma antifosfolipid dapat bersifat genetik, dan sekunder yang
ditemukan pada wanita normal dan wanita dihubungkan dengan penyakit autoimun,
hamil normal tanpa kelainan klinik lainnya. keganasan, infeksi, atau pemakaian obat-
Pada wanita hamil normal ditemukan 4,6% obatan. 2,6
Autoantibodi tersebut setidaknya
antibodi antikardiolipin dan 1,8% sampai 13,7% harus terdeteksi pada 2 kali pemeriksaan dengan
antikoagulan lupus, sedangkan pada wanita interval 6 minggu untuk membedakan antara
yang pernah mengalami abortus berulang respon antibodi autoimun persisten dengan
ditemukan 2,5% sampai 21% respon sementara yang disebabkan oleh infeksi
antibodi antikardiolipin dan 0% sampai 9% atau konsumsi obat-obatan. Kriteria klasifikasi
antikoagulan lupus. Terjadi peningkatan ini telah dievaluasi dan dinyatakan memiliki
antibodi antifosfolipid sebanyak lebih dari lima sensitivitas 71% dan spesifisitas 98% dengan
kali pada wanita yang mengalami abortus baku emas kriteria untuk SLE dari the
berulang dibandingkan pada wanita normal. American College of Rheumatology.1
Sebagian besar kematian janin ditemukan diatas Sindroma antifosfolipid atau
usia gestasi 10 minggu.2,5,6 Pada kehamilan antiphospholipid syndrome (APS) adalah
dengan sindroma antifosfolipid ditemukan 50% penyebab utama trombosis dalam kehamilan
sampai 85% antikardiolipin IgG dan 27% yang bertanggung jawab atas morbiditas dan
sampai 94% antikoagulan lupus.2,6 mortalitas janin serta ibu seperti preeklampsia,
Antibodi antifosfolipid adalah antibodi pertumbuhan janin terhambat, kematian janin
yang bereaksi langsung terhadap antigen yang intrauterin,
terdiri dari fosfolipid bermuatan negatif.
Adanya antibodi

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

persalinan preterm, oligohidramnion, waktu tes koagulasi yang tergantung dengan


insufisiensi plasenta, kematian bayi tanpa sebab, fosfolipid secara in vitro (aPTT) dan terjadinya
sindroma HELLP dan bahkan gangguan proses trombosis secara in vivo.1,3,6
implantasi mudigah ke dalam endometrium. 2,6
Mekanisme abortus diduga melibatkan
Ada tiga faktor yang berperan pada trombosis, trombosis dan terjadinya penurunan perfusi
yaitu pembuluh darah yang tidak normal, plasenta. Pada keadaan normal, sel endotel akan
perubahan aliran darah atau stasis dan merubah asam arakhidonat membran plasma
perubahan komposisi darah (Triad of Virchow). menjadi prostasiklin yang dilepas ke sirkulasi
Kerusakan endotel (vaskulitis) atau kelainan dan mencegah agregasi trombosit. Prostasiklin
darah tanpa kerusakan endotel (vaskulopati) juga merupakan vasodilator yang poten.
secara sendiri atau bersama akan memicu Trombosit secara normal merubah asam
terjadinya trombosis.3 arakhidonat membran plasma menjadi
tromboksan yang dilepas ke sirkulasi dan
II. IMUNOPATOGENESIS SINDROMA menginduksi agregasi trombosit.2,5
ANTIFOSFOLIPID Selama terjadinya proses pembekuan
Dalam kehamilan fosfolipid bekerja trombin akan membentuk komplek
sebagai perekat yang menjaga sel yang dipermukaan endotel dengan reseptornya
membelah agar tetap berkelompok dan trombodulin. Komplek trombin- trombodulin
diperlukan untuk pertumbuhan plasenta pada aktif secara enzimatik dan dapat mengaktifkan
dinding uterus. Fosfolipid juga merupakan protein C sirkulasi. Aktivasi protein C akan
penyaring nutrisi dari darah ibu ke darah janin mengikat protein S di permukaan sel endotel
dan sebaliknya menyaring sisa-sisa metabolit dan mengakibatkan pengikatan trombosit
dari darah bayi ke darah ibu melalui plasenta.1,3
5,6 Sekitar 50% kehamilan dengan sindroma
juga.
Seorang wanita mempunyai hasil tes
antifosfolipid dapat menyebabkan
antibodi antifosfolipid positif, hal ini
mengindikasikan wanita tersebut mempunyai terjadinya preeklampsia, namun tidak semua

risiko terjadinya abortus berulang. Antibodi penderita preeklampsia

sendiri tidak akan menyebabkan abortus, tetapi menunjukkan antibodi antifosfolipid yang
dengan adanya antibodi akan menunjukkan positif. 6

adanya proses autoimun yang abnormal yang


akan mengganggu kemampuan fosfolipid dalam III. ANTIBODI ANTIFOSFOLIPID
melakukan fungsinya. Antibodi tersebut bisa Antibodi antifosfolipid merupakan kelompok
berupa Ig G atau Ig M yang secara langsung autoantibodi heterogen yang dideteksi melalui
melawan fosfolipid yang bermuatan negatif. pemeriksaan immunoassay dan uji koagulasi
Adanya antibodi antifosfolipid ditandai dengan fungsional.1 Pada APS, kelainan sistem
pemanjangan pembekuan darah yang menghasilkan trombus
dihubungkan

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

dengan peningkatan antibodi antifosfolipid proses agregasi trombosit lainnya. Reaksi


(aPL), yaitu: 7
agregasi diduga terjadi melalui peningkatan
1. Antibodi antikardiolipin (aCL) atau sensitifitas sel trombosit, sehingga antibodi
antibodi terhadap fosfolipid bermuatan antifosfolipid dapat tertempel pada membran
negatif, seperti fosfatidilserin, permukaan fosfolipid atau melalui peningkatan
fosfatidilinositol, asam fosfatidat, produksi tromboksan dan faktor perangsang
fosfatidilgliserol. (activating factor) sel trombosit.3-5
2. Antikoagulan lupus (LA) yang merupakan Antibodi-antibodi terhadap protein
immunoglobulin terhadap protein plasma tersebut dapat dideteksi melalui pemeriksaan
(protein atau annexin V) yang berikatan ELISA. Pada pemeriksaan tersebut, reaksi yang
dengan fosfolipid. LA memblok utama yang ditemukan adalah dalam bentuk
pembentukan trombin dan membantu ikatan antara ion fosfolipid bermuatan negatif
pembentukan bekuan darah in vitro. dengan phospholipid-binding protein serum
3. Antibodi anti-beta 2 glikoprotein I (anti- (yang sebelumnya disebut kofaktor) daripada
β2GP1) yang mengenali protein plasma reaksi terhadap fosfolipid yang lain. Diantara
yang apolipoprotein H atau beta- protein-protein tersebut, β2- glikoprotein I
2glikoprotein I dan memiliki spesifisitas merupakan protein yang paling sering
yang lebih tinggi dibandingkan aCL pada ditemukan. 5,7
Kadar antibodi antifosfolipid
trombosis. tersebut biasanya tergantung pada kadar protein
Antibodi antifosfolipid plasma yang mengikat fosfolipid (terutama β2-
meningkatkan pelepasan tromboksan yang glikoprotein I atau apoliprotein H).5.6
merupakan vasokonstriktor dan agregator
trombosit. Reaksi agregasi trombosit secara
langsung ditimbulkan oleh antibodi
antikardiolipin tanpa adanya kerusakan
permukaan sel endotel sebagaimana

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

Gambar 1. Berbagai tes koagulasi yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas antikoagulan lupus dicetak miring.
Gambar diatas menunjukkan diagram skematik sederhana dari jalur koagulasi yang dievaluasi oleh
masing-masing tes tersebut. Kaskade koagulasi merupakan hasil konversi enzimatik masing-masing
faktor (kotak oranye) menjadi bentuk aktif atau enzimatik (kotak biru), yang kemudian, sebagai
kombinasi dengan kofaktor aktif, mengkatalis reaksi selanjutnya. Jalur koagulasi intrinsik diawali oleh
aktivasi kontak pada kaca, silika, atau kaolin (yaitu pada activated Partial Thromboplastin Time
(aPTT), coloidal-silica clotting time (CSCT), dan kaolin clotting time, sementara jalur koagulasi
ekstrinsik diawali oleh pembentukan suatu kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIIa (seperti pada
dilute Prothrombin Time (dPT). Baik jalur intrinsik dan ekstrinsik menyebabkan konversi faktor X
menjadi faktor X aktif (faktor Xa). Akhirnya, baik jalur ekstrinsik dan intrinsik mengalami konversi pada
jalur final, aktivasi protrombin menjadi trombin diikuti dengan konversi fibrinogen menjadi fibrin.
Russel’s viper venom secara langsung mengaktifkan faktor X. Ekstrak ular venom Taipan, Textarin,
Ecarin secara langsung mengaktifkan protrombin tapi memiliki kebutuhan kofaktor yang berbeda.
Aktivasi protrombin venom Taipan membutuhkan fosfolipid dan kalsium tapi tidak membutuhkan
faktor Va. Aktivasi protrombin Textarin membutuhkan fosfolipid, kalsium, atau faktor Va, sementara
aktivasi protrombin Ecarin bebas dari kofaktor dan tidak membutuhkan fosfolipid, kalsium, atau faktor
Va. Aktivasi protrombin menjadi trombin, seperti beberapa reaksi yang lain dalam kaskade koagulasi,
membutuhkan fosfolipid dan kalsium. Reaksi yang tergantung fosfolipid ini diyakini sebagai target
antibodi antikoagulan lupus in vitro. Meskipun jalur intrinsik dan ekstrinsik tidak bermakna dalam
memahami proses pembekuan in vitro, namun jalur ekstrinsik memiliki peranan yang dominan secara in
vivo.
Sumber: Levine dkk.6

Secara in vivo, mekanisme yang meskipun telah diketahui beberapa


bertanggung jawab terhadap trombosis dan kemungkinan jalur patogenik sindrom tersebut.
keguguran pada pasien-pasien dengan sindrom Yang pertama, antibodi antifosfolipid dapat
antifosfolipid belum diketahui, mempengaruhi fungsi

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

cascade koagulasi yang menimbulkan status berpengaruh melalui mekanisme ini. Protein-
prokoagulan. Keadaan ini meliputi inhibisi protein lain yang penting dalam regulasi
aktivasi protein C dan antitrombin III, inhibisi koagulasi, seperti protrombin, protein C dan S,
fibrinolisis dan upregulasi aktivitas faktor dan anneksin V, juga dapat menjadi target
jaringan. Seperti yang telah antibodi antifosfolipid. Selain itu, ada bukti-
dijelaskan sebelumnya, β -glikoprotein I,
2 bukti yang menunjukkan bahwa ikatan anneksin
secara in vivo, dapat berfungsi sebagai V dengan permukaan prokoagulan dapat
1,7
antikoagulan dan dengan demikian antibodi- dihambat oleh antibodi antifosfolipid.
antibodi terhadap molekul ini dapat

Gambar 2. Mekanisme penurunan kadar annexin V dan proses koagulasi yang berhubungan dengan sindroma
antifosfolipid.
Pada panel A, fosfolipid anionik (tanda -) pada permukaan membran sel bilayer berperan sebagai
kofaktor yang kuat dalam penyusunan tiga kompleks koagulasi : kompleks faktor jaringan- VIIa,
kompleks IXa-VIIIa, dan kompleks Xa-Va. Adanya fosfolipid dapat mempercepat proses koagulasi.
Kompleks faktor jaringan-VIIa merangsang faktor IXa atau faktor Xa; kompleks IXa-VIIIa
merangsang faktor Xa; dan Xa membentuk kedua reaksi ini menjadi enzim aktif pada kompleks
protrombinase (Xa-Va), yang merangsang faktor IIa (trombin) dan sebaliknya memecah fibrinogen
membentuk fibrin.
Pada panel B, jika antibodi antifosfolipid tidak ada, anneksin V membentuk kluster yang berikatan
dengan afinitas tinggi dengan permukaan fosfolipid anionik dan memblok penyusunan kompleks
koagulasi yang tergantung dengan fosfolipid, sehingga menghambat proses koagulasi. Pada panel
C, secara langsung atau melalui interaksi dengan kofaktor protein-fosfolipid, antibodi antifosfolipid
merusak kemampuan anneksin V untuk berikatan dengan permukaan fosfolipid. Aksi ini
menurunkan afinitas ikatan anneksin V dan menyebabkan lebih banyak fosfolipid anionik yang
tersedia untuk membentuk kompleks dengan protein koagulasi. Sebagai akibatnya, koagulasi
dipercepat dan merangsang pembentukan trombosis.
Sumber: Rand dkk. 8

17
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 156 – Herlambang. Kehamilan

Antibodi antifosfolipd (aPL) diduga V atau plasenta anticoagulant protein-1, suatu


berperan pada keseimbangan eikosanoid, yaitu regulator dan inhibitor koagulasi alamiah di
meningkatkan tromboksan A2 (TXA2) dan plasenta. Annexin V berikatan dengan fosfolipid
menurunkan prostaksiklin yang diproduksi oleh di permukaan membran sel yang bermuatan
endotel. Seperti diketahui, TXA2 merupakan negatif (anion), sehingga mencegah terikatnya
vasokonstriktor kuat yang membantu agregasi faktor-faktor pembekuan darah yang tergantung
trombosit.3,4,5,6 fosfolipid anion. Namun pada APS, aPL
Studi lain memperlihatkan interaksi menggantikan annexin V di permukaan
aPL dalam menghambat aktivitas antikoagulan membran sehingga jalur koagulasi tidak
antitrombin (AT) III sehingga terjadi trombosis tercegah dan terjadilah trombosis. 3,4,5,6,7

vaskuler. Selain itu jalur protein C-protein S Sedemikian jauh penelitian mengenai
yang tergantung fosfolipid dihambat oleh aPL patogenesis APS, namun sampai saat ini belum
sehingga mencetuskan efek prokoagulasi.3,4,5,6 ada satupun faktor prognostik trombosis pada
Selain mempengaruhi endotel, kehamilan yang pasti.1,3,4
trombosit dan mekanisme koagulasi darah, aPL
tampaknya juga mempunyai efek langsung lokal
di plasenta. Hipotesis mutakhir mengaitkan
aPL dengan annexin

Gambar 3. Patogenesis mekanisme antibodi antifosfolipid


Sumber: Tektonidou 7

kematian janin akibat antibodi antifosfolipid


IV. PERUBAHAN PLASENTA PADA
ditunjukkan dengan adanya vaskulopatia arteri
SINDROMA ANTIFOSFOLIPID
spirales, infark plasenta, atau kombinasi
Morbiditas obstetrik pada sindroma
keduanya. Perubahan plasenta pada penderita
antifosfolipid dikarenakan pembentukan
sindroma antifosfolipid akan berakibat
trombosis pada pembuluh plasenta. Pengamatan
insufisiensi plasenta yang akan
perubahan plasenta pada

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

diikuti dengan keadaan hipoksia yang akan penampilan gejala preeklampsia, dan
berakibat kematian janin. 2,7
terpicunya proses persalinan preterm.2,6
Ditemukan kalsifikasi plasenta yang V. FAKTOR RISIKO DAN FAKTOR
terbentuk karena peningkatan deposit fibrin atau PENCETUS
fibrinoid pada permukaan trofoblas vili dan Risiko terjadinya trombosis yang
tertutupnya lumen pembuluh uteroplasenter berkaitan dengan antibodi antifosfolipid telah
sebagian atau seluruhnya oleh trombosis. Aliran diteliti secara mendalam terutama pada pasien-
darah uteroplasenter dihambat oleh trombosis, pasien dengan sistemik lupus eritematosa,
sehingga fungsi nutrisi dan respirasi terganggu dimana 12-30% diantaranya memiliki antibodi
yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, antikardiolipin dan 15-34% memiliki lupus
gawat janin, hingga kematian janin. 6,8,9
antikoagulan. Pada pasien- pasien dengan
Gambaran histopatologik kerusakan antibodi antifosfolipid, 38% diantaranya
pembuluh plasenta dan villi korialis dapat memiliki baik antikardiolipin maupun lupus
berupa hematoma retroplasenter, peningkatan koagulan. Secara umum, 50% pasien dengan
jumlah simpul sinsisial, nekrosis sel trofoblas, sistemik lupus eritematosa yang memiliki
edema, dan perdarahan stroma vili. Proliferasi antibodi antifosfolipid memiliki riwayat adanya
trofoblas serta hipovaskularisasi vili merupakan trombosis vena maupun arteri. Pada sebuah
gambaran kelainan pada sindroma antifosfolipid penelitian prospektif di Amerika Utara,
dengan penyulit preeklampsia. Pada plasenta insidensi trombosis ditemukan sebesar 2 per 100
dengan kematian janin intrauterin dan antibodi orang pertahun. Sebuah penelitian di Eropa
antifosfolipid ditemukan penurunan membran melaporkan ada 7% pasien dengan sistemik
vaskulo- sinsitial, fibrosis pada daerah infark lupus eritematosa yang mengalami
disertai gambaran hipovaskuler vili dan pembentukan trombosis baru dalam 5 tahun.1
trombosis, serta pertambahan jumlah simpul Faktor-faktor yang berkaitan dengan
sinsitial peningkatan resiko terjadinya trombosis
yang dihubungkan dengan proses hipoksia meliputi riwayat trombosis sebelumnya, dan
2,6,9,10
kronik. adanya lupus antikoagulan. Semakin tinggi
Pada daerah avaskuler atau hipovaskuler kadar antibodi antikardiolipin, semakin besar
vili plasenta dapat dijumpai penebalan stroma resiko terjadinya trombosis. Kehamilan dan
disertai endovaskulitis hemoragik. Perubahan prosedur operasi juga meningkatkan risiko
rasio tromboksan- prostasiklin akibat kerusakan terjadinya trombosis pada pasien-pasien dengan
jaringan plasenta yang luas karena peningkatan antibodi antifosfolipid.2 Kondisi klinis yang
antibodi antifosfolipid, serta terpacunya aktifitas merupakan faktor risiko pada trombosis arteri
siklooksigenase-2 (COX-2) pada sel endotel adalah merokok, hipertensi, hiperlipidemia,
berakibat terjadinya peningkatan proses diabetes mellitus, obat- obatan seperti
agregasi trombosit, kontrasepsi oral atau

17
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

estrogen, hiperhomosisteinemia, polisitemia, dan haplotipe HLA-DRB1*1302-DQB1*0604


sindroma hiperviskositas. Faktor risiko diduga merupakan berhubungan erat dengan
trombosis vena adalah imobilisasi, antibodi anti-β2GP1 dan faktor predisposisi
pembedahan, kehamilan, keganasan, pembentukan antibodi antifosfolipid dan
kontrasepsi oral atau estrogen, sindroma antibodi antinuklear (ANAs), tetapi hal ini
nefrotik, penyakit jantung kongestif atau belum dikonfirmasi. Penelitian lain juga
obesitas. Sedangkan faktor-faktor yang menunjukkan bahwa antibodi antifosfolipid
berhubungan denganfaktor kongenital berhubungan dengan defisiensi alel yang
adalah semua defisiensi protein C, S, mengandung haplotipe
antitrombin III, mempengaruhi kurang dari 1% 5,7
pada komponen komplemen C4.
populasi, meningkatkan risiko trombosis vena
dalam sekitar sepuluh kali lipat. Resistensi
VI. MANIFESTASI KLINIS
protein C aktif, yang disebabkan oleh mutasi
Manifestasi klinis sindrom antifosfolipid
faktor V (Leiden) terjadi pada 20% pasien
yang paling sering ditemukan adalah trombosis,
dengan trombosis
yang dapat mempengaruhi pembuluh darah
meningkatkan risiko sekitar delapan kali
organ
lipat. Mutasi pada gen F2 protrombin (faktor
1,2,3,6

II) meningkatkan risiko dua sampai tiga kali manapun. Trombosis vena, terutama
lipat. Hiperhomosisteinemia dan konsentrasi pada ekstremitas bawah, terjadi pada 55%
faktor VIII yang tinggi bertanggung jawab pasien dengan sindrom tersebut. Separuh
terhadap proporsi kejadian trombosis yang diantaranya juga menderita emboli pulmonum.
bermakna. Defek platelet/protein darah yang Trombosis arteri pada 50% kasus mengenai
dihubungkan dengan hiperkoagulasi adalah otak, menimbulkan serangan iskemia transien
tissue plasminogen activator, plasminogen atau stroke. Trombosis arteri juga dapat terjadi
activator inhibitor, dan defek faktor XII atau di jantung (25%), yang menyebabkan oklusi
disfibrinogenemia.7 koroner, dan di mata, ginjal dan arteri-arteri
Studi menunjukkan bahwa faktor perifer (25%). Oklusi pembuluh darah dapat
genetik dapat memacu sindroma antifosfolipid. terjadi melalui emboli dari sumber sentral
Sekitar 1/3 keluarga dekat dari pasien-pasien seperti vegetasi pada katup mitral atau aorta,
sindroma antifosfolipid memiliki antibodi yang ditemukan pada 4% pasien dengan
antikardiolipin. Pada pasien-pasien dengan sindrom antifosfolipid. Beberapa abnormalitas
lupus eritematosa antibodi antifosfolipid juga echokardiografi dapat ditemukan pada hampir
berhubungan dengan alel human leucyte 2/3 pasien dengan sindrom ini, meskipun
antigen (HLA) tertentu dan HLA-linked epitop kemaknaan abnormalitas ini secara klinis
(seperti HLA-DR53, HLA-DR4, rendah.2
DQB1*0303(DQ7) Manifestasi obstetrik sindrom ini yang
dan DR5). Fenotip HLA kelas II tertentu (HLA- paling sering adalah keguguran yang berulang.
DQB1*O302, DQA1*0301) dan Resiko terbesar terjadinya

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

keguguran pada wanita dengan antibodi oleh heparin juga jarang dijumpai pada wanita
antifosfolipid adalah pada usia kehamilan
hamil.2
10 minggu ke atas (periode fetus). Sebaliknya,
Manifestasi lainnya adalah adanya
keguguran pada populasi umumnya paling
trombosis pada berbagai organ. Di Amerika
sering ditemukan pada 9
2,11 Serikat, SLE terjadi pada 120 kasus dari
minggu pertama kehamilan. Selain itu, 100.000 populasi dan menyebabkan
ada bukti-bukti bahwa wanita dengan antibodi
komplikasi kehamilan pada 45 kasus dari
antifosfolipid memiliki peningkatan resiko
100.000 wanita hamil. Antibodi antifosfolipid
melahirkan prematur oleh karena hipertensi
bertanggung jawab terhadap 65-70% kasus
selama kehamilan dan
trombosis vena. Pada wanita dengan trombosis
8,11
insufisiensi uteroplasental. vena pada tempat yang tidak lazim (seperti vena
Sindrom antifosfolipid dalam kehamilan serebral portal, splenikus, mesenterikus
dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi subklavia), antibodi antifosfolipid ditemukan
obstetri berikut: keguguran spontan, keguguran pada sekitar 2% pasien dengan trombosis vena
berulang pada umur kehamilan 10 minggu atau nontraumatik. Sekitar 22% wanita dengan
lebih, hipertensi dalam kehamilan dengan resiko sindrom antifosfolipid menderita trombosis
tinggi partus preterm, kelahiran preterm, vena dan 6.9% diantaranya terjadi di pembuluh
insuffisiensi uteroplasenta, dan komplikasi yang darah serebral. 24% dari kejadian trombosis
diakibatkan oleh terapi. 2,3,8,11
tersebut terjadi selama kehamilan atau pada
Pada serial kasus sindroma periode postpartum.3 Meskipun kebanyakan
antifosfolipid yang termasuk wanita dengan pasien dengan sindrom antifosfolipid menderita
trombosis vena atau arteri pada satu lokasi
lupus eritematosus sistemik dan riwayat
anatomis, namun sebagian kecil pasien
trombosis sebelumnya, rasio hipertensi
menderita trombosis multiorgan dengan onset
gestasional-preeklampsia adalah 32-50%.
yang cepat yang berhubungan dengan mortalitas
Insufisiensi plasenta relatif jarang pada serial yang tinggi. Keadaan yang seperti ini disebut
kasus ini. Rasio kelahiran preterm 32- 65%.2 katastropik yang merupakan bagian dari
Komplikasi potensial dari terapi heparin adalah trombotic storm. Namun demikian, angka
kejadian kasus ini sangat kecil, hanya 0.8%
perdarahan, osteoporosis dan fraktur, dan
dalam sebuah serial penelitian berskala besar.
trombositopenia yang diinduksi oleh heparin.
Diagnosis ditegakkan apabila ada 3 atau lebih
Untungnya, rasio osteoporosis dan fraktur yang
organ yang berbeda yang terkena, dengan onset
dilaporkan relatif rendah, meskipun pernah gejala beberapa hari sampai beberapa minggu.
terjadi, bahkan dengan low molecular weight Meskipun kelainan ini dapat mengenai
heparin. Trombositopenia yang diinduksi pembuluh darah besar, namun terutama

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

ditemukan mikroangiopati trombotik akut yang tidak lazim sehingga tidak dapat didiagnosis
mengenai pembuluh darah-pembuluh darah menggunakan kriteria Sapporo, misalnya
kecil pada berbagai organ. Meskipun keadaan retikularis livedo, kelainan katub jantung dan
ini mirip dengan trombotik trombositopeni iskemia serebri transien, serta manifestasi
purpura (TTP), namun ada beberapa perbedaan, laboratorium yang meliputi anemia hemolitik
seperti TTP lebih sering ditemukan dengan dan trombositopenia.
riwayat infeksi viral sebelumnya, demam, Dengan demikian, dalam praktek klinis
trombositopenia yang nyata, schistosit pada penegakan diagnosis antibodi antifosfolipid
pemeriksaan apusan darah tepi, gangguan ginjal sebaiknya dipertimbangkan pada semua pasien
tidak terlalu berat, purpura, dan pemeriksaan dengan trombosis vena atau arteri dan
histopatologis yang menunjukkan adanya keguguran yang tidak dapat dijelaskan, terutama
trombus platelet. Pada 25% kasus, jika ada rekurensi. Selain itu, adanya
disseminated intravaskular coagulation trombositopenia yang tidak dapat dijelaskan,
(DIC) dapat merupakan komplikasi dari kedua anemia hemolitik dan pemanjangan uji
keadaan ini.10 koagulasi fosfolipid sebaiknya juga
VII. DIAGNOSIS dipertimbangkan ke arah
Sindrom ini juga dapat 1
adanya antibodi antifosfolipid.
memperlihatkan manifestasi klinis yang

Tabel 1. Kriteria untuk klasifikasi sindrom antifosfolipid

Sindrom antibodi antifosfolipid definit dinyatakan positif apabila memenuhi setidaknya satu kriteria klinis dan satu
kriteria laboratoris.
Kriteria klinis
1. Trombosis vaskular
Satu atau lebih episode trombosis arterial, vena, atau pembuluh darah kecil pada jaringan atau organ
manapun. Trombosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan imaging atau Doppler atau pemeriksaan
histopatologis, kecuali trombosis vena superfisial. Untuk konfirmasi histopatologis, trombosis harus
ditemukan tanpa adanya inflamasi dinding pembuluh darah yang signifikan.
2. Morbiditas kehamilan
a. Satu atau lebih kematian janin yang tidak dapat dijelaskan pada umur kehamilan 10 minggu atau lebih,
dengan morfologi janin normal yang didapatkan melalui pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan
janin langsung, atau
b. Satu atau lebih kelahiran prematur dengan morfologi neonatus normal pada umur kehamilan
≤34 minggu oleh karena pre eklampsia atau eklampsia berat, atau insufisiensi plasenta berat, atau
c. Tiga atau lebih aborsi spontan berturut-turut sebelum umur kehamilan 10 minggu yang tidak dapat
dijelaskan, tanpa kelainan anatomi maternal atau abnormalitas hormonal dan kelainan kromosom
paternal dan maternal

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

Kriteria laboratorium

1. Adanya antibodi IgG dan/atau IgM isotop antikardiolipin di dalam darah, dengan titer medium atau tinggi,
pada 2 kali pemeriksaan atau lebih, dengan interval setidaknya 6 minggu, yang diukur
dengan pemeriksaan enzyme-linked immunosorbent assay standar untuk antibodi β -glikoprotein I
2

– dependen antikardiolipin.
2. Adanya lupus antikoagulan di dalam plasma, pada 2 kali pemeriksaan atau lebih dengan interval
setidaknya 6 minggu, yang dideteksi berdasarkan panduan komunitas internasional untuk trombosis dan
hemostasis (Scientific Subcommittee on Lupus Anticoagulants/Phospholipid- Dependent Antibodies)
dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pemanjangan koagulasi yang tergantung fosfolipid yang tampak pada uji skrining, seperti activated
partial thromboplastin time, kaolin clotting time, dilusi Russell’s viper venom time, dilusi
prothrombin time, Textarin time.
b. Kegagalan untuk mengoreksi pemanjangan waktu koagulasi pada uji skrining dengan
menambahkan platelet normal-dengan sedikit plasma.
c. Pemendekan atau koreksi pemanjangan waktu koagulasi pada uji skrining dengan
penambahan fosfolipid yang berlebihan.
d. Tidak adanya kelainan koagulopati lain, seperti inhibitor faktor VII atau heparin

Sumber: Wilson dkk.1

Sindroma antifosfolipid merupakan datang dengan kejadian trombosis harus


salah satu dari beberapa kejadian protrombotik dilakukan skrining untuk antibodi
dimana trombosis dapat terjadi pada vena antikardiolipin dan pemeriksaan lain yang
maupun arteri. Meskipun kondisi lain sensitif terhadap antibodi antikoagulan lupus.
menyebabkan pasien mengalami trombosis vena Diagnosisnya mungkin tidak terduga pada
dan arteri (misalnya trombositopenia yang pasien dimana sindroma antifosfolipidnya
diinduksi oleh heparin, homosisteinemia, bersifat kronis,
kelainan mieloproliferatif, dan hiperviskositas) menyebabkan iskemia dan kehilangan fungsi
dapat dideteksi melalui uji laboratorium rutin, organ yang progresif.1
satu-satunya kelainan pada pasien dengan Faktor risiko sekunder yang
sindroma antifosolipid primer mungkin adalah meningkatkan kecenderungan trombosis harus
adanya antibodi antifosfolipid. Karena disingkirkan. Dengan demikian, bahkan pada
activated partial thromboplastin time yang pasien-pasien yang tercatat memiliki riwayat
normal tidak dapat mengeksklusikan adanya sindroma antifosfolipid, penyebab dan efek
antibodi antikoagulan lupus, pasien yang mula- pada suatu saat sulit dinilai. Misalnya, sindroma
mula antifosfolipid yang berhubungan dengan
sindroma

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

nefrotik, yang merupakan faktor risiko terhadap yang lain, evaluasi pasien secara periodik dan
tromboemboli. 1
pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk
memantau keadaan janin dan deteksi dini
VIII. PENATALAKSANAAN SINDROMA kelainan kongenital karena perjalanan penyakit
ANTIFOSFOLIPID maupun akibat prosedur pengobatan yang
Penatalaksanaan kehamilan diberikan. 13,14
dengan sindroma antifosfolipid pada dasarnya Kesejahteraan janin dinilai dengan
terdiri atas penatalaksanaan dalam kehamilan pemeriksaan profil biofisik janin dimana
(pemeriksaan antenatal), persalinan, dan masa perburukan keadaan dapat dinilai dari
nifas, dengan tujuan melakukan pemantauan pemeriksaan arus darah arteri umbilikalis,
pada risiko terjadinya trombosis, gangguan dimana akan ditemukan peningkatan rasio
sirkulasi uteroplasenter, dan penentuan saat sistolik dibanding diastolik oleh karena
persalinan yang adekuat. Penatalaksanaan peningkatan resistensi pembuluh darah
secara profesional dan adekuat oleh tim uteroplasenter. Profil biofisik dinilai pada usia
multidisipliner yang terdiri atas spesialis gestasi 32 minggu atau lebih awal bila kondisi
penyakit dalam/internist (khususnya klinis diduga adanya insufisiensi plasenta, dan
hematologi), spesialis obstetri (khususnya dilanjutkan minimal setiap minggu sampai bayi
fetomaternal), dan spesialis pediatri lahir. Perburukan keadaan janin dapat dilihat
13-6
(perinatologi). dari pemeriksaan arus darah arteri umbilikalis,
Setiap wanita dengan sindroma dijumpai peningkatan rasio sistolik/diastolik
antifosfolipid idealnya mendapat konseling karena peningkatan resistensi pembuluh darah
prakonsepsi terhadap risiko yang akan diperoleh plasenter.14
selama kehamilan dan persalinan seperti risiko Pemberian antitrombotik selama
trombosis, stroke, abortus berulang, kehamilan diperlukan untuk terapi dan
pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, profilaksis tromboemboli vena, terapi dan
preeklampsia dan persalinan preterm.5,12 pencegahan emboli sistemik yang berkaitan
Deteksi dini kelainan kongenital dengan kelainan katup jantung, dan untuk
karena perjalanan penyakit maupun akibat mencegah retardasi janin dan keguguran pada
prosedur pengobatan yang diberikan, dilakukan pasien-pasien dengan antibodi antifosfolipid.2
dengan pemeriksaan Risiko kelainan kongenital janin akibat
ultrasonografi. Kunjungan obstetrik prenatal pemberian obat-obatan selama masa kehamilan,
dilakukan minimal setiap 2 minggu sebelum seperti pemberian NSAID, glukokortikoid, dan
pertengahan usia gestasi dan setelah itu antikoagulan yang dapat berakibat komplikasi
dilanjutkan seminggu sekali. Tujuannya adalah selama kehamilan bagi ibu dan janin maupun
untuk pemantauan ketat terhadap hipertensi ibu pada bayi masa perinatal perlu disampaikan
dan gambaran preeklampsia dalam konseling. Pengawasan kehamilan

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

terbaik bila dilakukan dengan kerjasama tim dipertimbangkan untuk membuat keputusan
medis yang melibatkan ahli obstetri, internis terminasi kehamilan dengan riwayat obstetrik
(hematologi, reumatologi), dan sangat buruk akibat antibodi fosfolipid.13
perinatologi/neonatologi. Kemampuan
perawatan intensif neonatal perlu

Gambar 4. Algoritma penatalaksanaan sindroma antifosfolipid dalam kehamilan. Penilaian Doppler


terhadap arteri uterina sering dilakukan pada usia gestasi 20-24 minggu untuk memprediksi
risiko preeklampsia dan insufisiensi plasenta.
Sumber: Levine dkk.6

Tujuan pemeriksaan antenatal yang berupa gangguan rasio


ketat adalah ditemukannya akibat trombosis tromboksan/prostasiklin, mulai dari respon
vaskuler atau mikrovaskuler yang berakibat kompensasi vasokonstriksi vaskuler hingga
gejala patologik iskemia, infark maupun kerusakan vaskuler dengan gejala perdarahan
nekrosis pada trofoblast, sehingga terjadi dan ancaman kesejahteraan janin, serta
gangguan perfusi darah, nutrisi dan gas dengan maternal. Manifestasi klinis berupa gangguan
manifestasi kerusakan endotel sistem hemostasis dan

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

koagulasi, tanda preeklampsia (hipertensi dan untuk mencapai keadaan antikoagulasi penuh.1,10
atau proteinuria), dan pertumbuhan janin Koumarin sebaiknya tidak diberikan karena
terhambat, tanda hipoksia intrauterin, maupun dapat menimbulkan embriopati yang terdiri atas
perluasan akibat proses trombosis pada organ hipoplasia nasi dan/atau stippled epifisis dan
diluar kandungan seperti otak, hati, ginjal. abnormalitas sistem saraf pusat. Obat-obat
Pemeriksaan kadar trombosit dan transaminase antikoagulan yang dapat diberikan diantaranya
dilakukan untuk deteksi awal sindroma Hellp adalah heparin karena agen ini tidak menembus
pada preeklampsia. Bila ditemukan sawar plasenta.3,10
pertumbuhan janin terhambat, dengan Ada beberapa hal yang perlu
keterlambatan pertumbuhan dua sampai tiga diperhatikan dalam penatalaksanaan sindrom
minggu dari harapan usia kehamilan, maka antifosfolipid, yaitu terapi yang tertera dalam
pasien diminta untuk beristirahat.2,12 tabel diatas sebaiknya diberikan apabila tidak
Pengobatan rasional pada sindroma ada kontraindikasi, perlu monitoring obstetrik
antifosfolipid adalah terapi preventif dan kuratif yang ketat terhadap janin dan ibu, sebaiknya
dengan pemberian antikoagulan dan dilakukan konseling pasien berkaitan dengan
antiagregasi trombosit. Agen-agen adanya trombosis dan tromboemboli.3
antikoagulasi dapat diberikan

Tabel 2. Penatalaksanaan sindrom antifosfolipid (APS)


MANIFESTASI KLINIS PENATALAKSANAAN
HAMIL TIDAK HAMIL
APS dengan kematian janin Heparin dalam dosis profilaksis Penatalaksanaan optimal tidak
sebelumnya atau rekurensi (unfractionated heparin atau heparin pasti. Pilihan terapinya meliputi
keguguran ekuivalen per d 15.000-20.000 U) yang tanpa terapi atau dengan pemberian
diberikan secara subkutan pada dosis aspirin dosis rendah perhari
terbagi dengan aspirin dosis rendah Kalsium
dan vitamin D
Suplemen tambahan

APS dengan trombosis Heparin untuk mencapai status Warfarin diberikan perhari dalam
atau stroke sebelumnya antikoagulasi penuh (tidak melewati barier dosis untuk mempertahankan rasio
plasenta) normalisasi internasional
≥3
APS tanpa keguguran atau Tanpa terapi atau dengan pemberian aspirin Tanpa terapi atau dengan
trombosis sebelumnya dosis rendah atau terapi harian dengan pemberian aspirin dosis rendah
heparin dalam dosis profilaksis ditambah Penatalaksanaan optimal belum
aspirin dosis rendah Penatalaksanaan yang jelas
optimal belum jelas

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

Preeklampsia IVIG 400mg/kg/hari selama 5 hari perbulan


Terapi tambahan adalah heparin ditambah aspirin dosis rendah

LGBSS Dosis tinggi IVIG 400-1500 mg/kg/hari IVIG 400-1500 mg/kg/hari


selama beberapa hari selama beberapa hari

Antibodi antifosfolipid tanpa APS


LAC atau kadar IgG aCL
Tidak ada terapi Tidak ada terapi
medium-tinggi
Kadar IgG aCL rendah, atau
Tidak ada terapi Tidak ada terapi
hanya ada IgM aCL, atau IgA
aCL tanpa LA, aPL, atau aCL

A. PREDNISON terikat kuat dengan albumin. Plasenta


Pada sindroma antifosfolipid dengan mempunyai enzim β2 dehydrogenase yang
SLE dapat diberikan glukokortikoid, dengan dapat memecah steroid ini.8
betametason dosis 12 mg perhari atau Prednison diberikan apabila ditemukan
deksametason 6 mg perhari dalam dosis terbagi anti nuclear antibody (ANA), yang umumnya
per-oral selama empat hari. Pemakaian ditemukan pada pasien dengan SLE. ANA dapat
kortikosteroid sebaiknya dibatasi pada menyebabkan terjadinya proses inflamasi pada
pemakaian jangka pendek, misalnya untuk uterus dan plasenta. SLE menyebabkan abortus
perangsangan pematangan paru bila habitualis lebih dari 50% populasi. Mekanisme
pemeriksaan kesejahteraan janin ANA dapat menyebabkan abortus tidak
dipertimbangkan untuk terminasi persalinan diketahui. Pada penelitian patologi anatomi
pada kehamilan preterm.12 ditemukan gambaran inflamasi pada uterus dan
Prednison diberikan untuk menekan jaringan plasenta (villitis) dan vaskulitis.8
proses inflamasi, menstabilkan membran sel dan Prednison diberikan dalam dosis rendah
menurunkan kadar autoantibodi. Prednison dan sebaiknya diberikan pada saat sebelum
termasuk dalam obat imunosupresan kelas I konsepsi. Dosis yang dianjurkan adalah 48-60
sehingga harus diberikan sebelum fase induksi, mg per oral setiap hari.6,7
yaitu sebelum terjadi stimulus antigen. Cara
kerjanya adalah merusak limfosit B. ASPIRIN
imunokompeten (limfolitik). Jika diberikan Pemberian aspirin dosis rendah akan
setelah terjadi stimulus antigen, biasanya tidak menghambat enzim siklooksigenase dan
diperoleh efek imunosupresif sehingga respon mencegah sebagian besar sintesis tromboksan
imun dapat berlangsung A2 dan hanya sebagian kecil menghambat
12
terus. Prednison tidak dapat dengan produksi prostasiklin,
mudah melewati barier plasenta karena

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah diturunkan 2.000 unit tiap kali sampai APTT
terhambatnya proses trombosis dan infark dalam batas normal.1,7,9,17
plasenta. Aspirin dapat melewati barier Untuk pencegahan proses pembentukan
plasenta. Dosis yang dianjurkan adalah 80 tromboemboli vaskuler pada kehamilan, heparin
mg/hari, dosis ini disebut baby aspirin dan terpilih karena tidak melewati plasenta. Dosis
tidak mempengaruhi janin.1,3,6 Pengobatan heparin yang diberikan disesuaikan hingga
sebaiknya dilakukan sejak sebelum kehamilan dicapai keadaan tidak terjadi kekambuhan
berlangsung. Efek samping pemberian aspirin proses trombosis, yaitu ditemukan nilai INR
adalah perdarahan lambung dan osteopenia. (International Normalized Ratio) 2,6 (antara
Selain itu dapat terjadi solusio plasenta yang 2,0 dan 3,0). Telah dikenal dua jenis heparin,
berhubungan dengan kejadian trombosis. 1,2
yaitu unfractional (porcine) heparin (UFH)
dan low molecular weight heparin (LMWH).
C. HEPARIN Penggunaan UFH dapat berakibat terjadinya
Heparin merupakan suatu 5% sampai 10% osteoporosis
mukopolisakarida yang terdiri dari D- pada 2% sampai 3% pemakai UFH,
glukosamin dan D-asam glukoronat yang dibandingkan 0,2% kasus osteoporosis selama
mengandung asam sulfat. Zat ini terdapat di pemakaian LMWH dalam kehamilan. Sebanyak
dalam sel mast pada kapiler dan pembuluh 73% pemakai UFH dan 88% pemakai LMWH
darah kecil, terutama didalam hati, dan mengalami peningkatan tercapainya persalinan
dibebaskan bersama histamin pada keadaan pada kehamilan aterm. Penggunaan aspirin pada
syok.13 dosis 60-100 mg perhari efektif untuk
Mekanisme kerja heparin adalah dengan penurunan rasio tromboksan/prostasiklin.
mengganti defisit protein C, dengan jalan Pemberian heparin pada kadar antibodi
menghambat faktor-faktor pembekuan Va dan antifosfolipid yang rendah (kurang dari 20)
VIIIa juga memperkuat antitrombin III.2,3,7,12,13 dapat terjadi peningkatan keberhasilan
Pemberian heparin dosis kecil dengan kehamilan dibandingkan kontrol tanpa terapi
antitrombin III mengaktifkan faktor (70% vs.19%). Kombinasi UFH dosis
Xa dan mencegah protrombin menjadi 10.000 U sampai 26.600 U perhari dengan
1,3,9,10
trombin. aspirin dosis 81 mg perhari, berakibat
Heparin diberikan setelah dinyatakan tercapainya peningkatan keberhasilan
janin hidup intra uterin pada trimester pertama kehamilan mencapai 70% sampai 80%,dan
dengan dosis 5.000- pada pemakaian LMWH dengan aspirin
10.000 unit tiap 12 jam secara sub kutan. 1,7,10 keberhasilan yang dicapai sebanyak 90%.16 Efek
Dosis heparin harus selalu disesuaikan pada samping yang sering terjadi
trimester kedua untuk mencapai efek antara lain: perdarahan, osteoporosis,
antikoagulan. Dosis dapat trombositopenia. Perdarahan ringan akibat
pemakaian heparin cukup diatasi dengan

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

menghentikan pemakaian. Jika perdarahan pencegahan terjadinya sindroma postpartum


terjadi cukup berat digunakan antagonis heparin (flare-up). Trombosis sistemik dengan penyulit
yaitu protamin sulfat. Protamin sulfat dapat kegagalan organ multipel dapat terjadi apabila
mengikat dan menginaktifasi heparin serta heparinisasi diberikan terlambat. Risiko
memperpanjang waktu pembekuan darah. tromboemboli dalam tiga bulan pertama
Untuk mencegah osteoporosis biasanya postpartum dapat dicegah dengan penghentian
ditambahkan vitamin D dengan dosis 600-800 U pemberian koagulan secara bertahap (dosis
dan kalsium karbonat 4 gram, serta latihan fisik tapering-off).1,2,6,8
secara teratur. 7,10
Antibiotika siprofloksasin berefek
Segera setelah memasuki masa inpartu, antikoagulan melalui penurunan
pemberian heparin harus dihentikan dan konsentrasi antibodi beta2-glikoprotein,
persalinan diawasi seperti persalinan biasa. Bila penurunan APTT, peningkatan jumlah trombosit,
terdapat indikasi untuk terminasi serta peningkatan konsentrasi IL- 3 (interleukin
perabdominam, pemberian LMWH diganti dua 3), dan GM-CSF (granulocyte- macrophage
hari sebelumnya dengan UFH dosis 5U sampai colony stimulating factor) yang diperlukan
10.000 U, dan dihentikan enam jam sampai untuk pertumbuhan plasenta. Suplemen kalsium
delapan jam sebelum perkiraan dicapainya masa dengan dosis 2000 mg perhari dan vitamin D
persalinan atau sebelum dilakukan tindakan disertai senam ringan, sebaiknya tetap diberikan
pembedahan. Bila hanya digunakan LMWH, selama pengobatan dengan heparin, sekalipun
maka tindakan pembedahan dilakukan 24 jam digunakan LMWH, karena sekalipun kecil masih
setelah pemberian dosis terakhir.1,2,9,10 dapat dijumpai risiko osteoporosis.8,9,10
Pada masa postpartum, pemberian
heparinisasi dilanjutkan empat jam sampai enam
jam masa postpartum untuk

Tabel 3. Terminologi regimen heparin

Unfractionated heparin
Mini-dose
5000 unit subkutan setiap 12 jam
Moderate-dose
Subkutan setiap 12 jam sesuai dengan target kadar antifaktor Xa 0,1-0,3 unit/ml
Adjusted-dose
Subkutan setiap 12 jam dengan target mid interval APTT (atau, jika ada LAC, kadar anti-faktor Xa) menjadi
kadar terapetik
Low Molecular Weight Heparin
(LMWH) Prophylactic-dose
Dalteparin, 2500 atau 5000 unit subkutan setiap 24 jam;

18
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

Atau, enoxaparin 20 atau 40 mg subkutan setiap 24 jam; Atau,


nadroparin 2850 unit subkutan setiap 24 jam;
Atau, salah satu LMWH sekali sehari yang disesuaikan dengan target kadar anti-faktor Xa puncak 0,2- 0,6 unit/ml
Adjusted-dose
Dosis terapi penuh dalteparin, weight adjusted, 200 unit/kg subkutan dalam 1 atau 2 suntikan; atau
enoxaparin 1 mg/kg subkutan setiap 12 jam atau 1,5 mg/kg subkutan setiap 24 jam; atau nadroparin, 171 unit/kg
subkutan dalam 1 atau 2 suntikan
APTT = activated partial thromboplastin time; LAC = lupus anticoagulant.
Sumber: Derksen.3

Tabel 4. Regimen heparin berdasarkan situasi klinis yang berbeda


Situasi Klinis Regimen Heparin
Pasien dg kriteria yg sesuai dg APS obstetri (indikasi Mini- atau moderate-dose unfractionated heparin,
obstetrik), atau
atau
Kejadian trombosis sebelumnya dan aPL, tanpa
LMWH dosis profilaksis
penggunaan antikoagulan oral jangka panjang Kejadian
trombosis sebelumnya & menerima antikoagulan oral
Adjusted-dose unfractionated heparin, atau
jangka panjang
prophylactic atau adjusted-dose LMWH
Periode postpartum
Pasien dg criteria yg sesuai dg APS obstetric atau pasien
Mini-dose unfractionated heparin, atau prophylactic
SLE aPL positif
dose LMWH
Kejadian trombosis sebelumnya Mini atau moderate-dose unfractionated heparin,
atau prophylactic dose LMWH
Indikasi antikoagulan oral jangka panjang Adjusted-dose unfractionated heparin, atau
adjusted-dose LMWH; antikoagulan jangka panjang
Sumber: Derksen. 3

D. IMUNOGLOBULIN INTRAVENA diberi imunoglobulin intravena selama


Terapi imunoglobulin intravena dapat kehamilannya.2,3
juga diberikan pada sindrom antifosfolipid. Terapi imunoglobulin intravena telah
Beberapa laporan kasus memperkirakan digunakan secara sukses dalam mengobati
pengobatan wanita dengan APS selama beberapa penyakit autoimun termasuk penyakit
kehamilan dengan imunoglobulin secara kawasaki dan sistemik lupus eritomatosus.
intravena dapat menurunkan angka komplikasi Mekanisme kerja
obstetri tersebut. Dikatakan dalam satu imunoglobulin diperkirakan melarutkan
penelitian prospektif tidak ditemukannya kasus kompleks imun atau melepaskan anti- idiotipik
preeklampsia maupun pertumbuhan janin dari produk autoantibodi. Terapi imunoglobulin
terhambat pada wanita dengan APS yang selama kehamilan menghasilkan penurunan
kadar antibodi

19
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

antikardiolipid pada wanita dengan Imunoglobulin intravena (IVIG) dapat mengatur


antifosfolipid sindrom. Imunoglobulin intravena kadar antibodi antikardiolipid melalui 3
juga efektif dalam terapi autoimun mekanisme, yaitu: 2

trombositopenia hal ini kemungkinan menaikan 1. Antibodi antiidiotipik mungkin terdapat


jumlah platelet dengan menghambat Fc reseptor pada preparat IVIG. Anti antiidiotipik dapat
pada sistem retikuloendotelial. Dengan mengikat autoantibodi membentuk idiotipi-
demikian menurunkan pengrusakan platelet antiioditipik dimer, sehingga menghasilkan
antibodi dalam sirkulasi. 3,6,7,9
efek netralisasi autoantibodi.
Immunoglobulin intravena (IVIG ) 2. Antibodi antiidiotipik dapat mengikat dan
digunakan untuk pencegahan perburukan janin mengeluarkan reseptor sel-B, yang akan
dengan penekanan kadar antibodi kardiolipin menurunkan produksi autoantibodi
dan antikoagulan lupus. Walaupun IVIG dapat 3. Antibodi antiioditipik dapat berikatan
melalui sawar plasenta, tetapi tidak dilaporkan dengan reseptor pengaturan sel T, yang
adanya kelainan janin, kecuali adanya risiko akan menghasilkan penekanan produksi
transmisi hepatitis C. Beberapa laporan kasus limfokin dan penurunan aktifitas dari
memperkirakan peningkatan keberhasilan autoantibodi yang dihasilkan sel B.
kehamilan dan penurunan komplikasi obstetri Beberapa penelitian mengenai
dan neonatus pada wanita dengan antifosfolipid penggunaan IVIG, pemberian IVIG 300
sindrona yang diberi terapi imunoglobulin mg/kgbb dengan interval 3 minggu sejak
intravena, Meskipun demikian imunoglobulin kehamilan ditegakkan hingga umur kehamilan
intravena sangat mahal, pemakaiannya tidak 16-17 minggu pada wanita dengan APS 89,4 %
nyaman dan dapat menyebabkan beberapa efek dapat melewati trimester pertama dan 81,4 %
yang merugikan termasuk anafilaksis, autoimun mencapai aterm dengan bayi yang sehat.
anemia hemolitik dan hiperviskositas.1 Penelitian lain pemberian IVIG 1 g/kgbb setiap
Hasil beberapa penelitian menyebutkan 4 minggu dari umur kehamilan 5 minggu
bahwa pemberian imunoglobulin tidak terbukti sampai dengan 33 minggu, tidak terdapat
secara klinis signifikan menguntungkan komplikasi maternal, fetus maupun neonatus.
dibandingkan dengan pemberian heparin dan Rata-rata berat lahir 3,433 g. Penelitian Kaaja
aspirin dosis rendah. Tidak perbedaan dkk pemberian 1g/kg IVIG dikombinasikan
perbedaan kejadian preeklampsia, hasil dengan aspirin 75 mg/hari memberi hasil
abnormal dari tes janin, oligohidramnion, kelahiran aterm dengan bayi sehat. Terapi IVIG
ataupun pertumbuhan janin intrauterin juga berhubungan dengan penurunan secara
terhambat. Begitu pula kelahiran preterm dan progresif dari titer IgG antikardiolipid.
morbiditas neonatus.1,10,18 Penurunan IgG dan IgM antikardiolipid juga
terdapat pada

19
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

penelitian yang dilakukan Spinnato dan kawan- idiopati trombositeni purupura kronis, yang
kawan pada wanita dengan APS diberikan 2 berhubungan dengan terjadinya remisi pada
g/kg mulai trimester pertama atau awal trimester sekitar 75% kasus. Terapi lainnya adalah
kedua.1,10 pemberian tromboprofilaksis untuk pasien-
Imunonoglobulin intravena (IVIG) pasien yang menjalani operasi abdomen atau
secara kuat dan aman untuk mengatur respon ortopedik, dan penatalaksanaan komplikasi-
tidak normal dari sistem immun. Tersedianya komplikasi trombosis atau perdarahan.19
preparat imunoglobulin intravena yang efektif
dan aman penggunaannya hanya mungkin pada E. EFEKTIFITAS TERAPI
akhir tahun 1970 an. Pada awal penggunaannya Laskin dan kawan-kawan melaporkan
pada pasien dengan defisiensi immun tidak pada wanita dengan autoantibodi dan abortus
jelas. Saat ini terbukti bahwa IVIg dapat sebagai berulang yang mendapat terapi prednison (0,5-
terapi yang efektif pada banyak kondisi 0,8 mg/kilogram berat badan/hari) dan aspirin
autoimun. Data yang ada saat ini, 100 mg/hari selama masa kehamilan didapatkan
imunoglobulin intravena secara luas hasil 65% kelahiran hidup dan 62% bayi
dipergunakan secara aman untuk mengatur dilahirkan prematur pada 202 kasus yang
sistem imun pada pasien-pasien dengan diteliti. Efek samping utama yang terjadi pada
gangguan autoimun.18 penelitian ini adalah terjadinya hipertensi pada
Farmakodinamika yang pasti belum ibu (13%) dan diabetes mellitus (15%).9 Kutteh
diketahui, tetapi diperkirakan dengan jalan dan kawan-kawan meneliti 50 kasus
menghambat sintesis sitokin Th-1 terhadap menyimpulkan bahwa dengan pemberian
trofoblas. Spinatto dan kawan-kawan kombinasi heparin dan aspirin didapatkan angka
melaporkan dari 5 kasus yang diteliti kelahiran viabel yang lebih baik (80%), bila
menyimpulkan bahwa terapi imunoglobulin dibandingkan dengan pemberian aspirin saja
dapat menghasilkan luaran janin yang lebih baik (44%), efek samping obat baik pada maternal
dibandingkan dengan terapi heparin dan maupun pada kehamilan relatif rendah.20
aspirin. Dosis yang diberikan adalah Ceklenik dan kawan-kawan pada 75
400 mg per kilogram berat badan secara kasus kehamilan menyimpulkan, bahwa terapi
intravena selama 5 hari dimulai pada trimester heparin pada sindrom antifosfolipid dengan
pertama atau awal trimester kedua. Kekurangan abortus berulang efektif dalam menurunkan
dari terapi dengan imunoglobulin adalah biaya angka morbiditas dan mortalitas. Heparin
pengobatan yang relatif mahal.1,3,6,9,10 diberikan dengan dosis
Terapi lainnya adalah berupa terapi 12.500 unit sub kutan dua kali sehari.21
operatif yang dapat meliputi operasi katup
jantung untuk pasien-pasien dengan regurgitasi
aorta berat akibat APS, splenektomi untuk
pasien-pasien dengan

19
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

IX. KESIMPULAN multidisipliner (hematologi,


1. Pada kasus-kasus kehamilan dengan fetomaternal, perinatologi)
APS diperlukan penanganan secara 2. Ada terapi baru pada APS yang
profesional masih dalam uji klinik, seperti β -
2

glikoprotein I.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson WA, Gharavi AE, Koike T. International consensus statement on preliminary classification
criteria for definite antiphospholipid syndrome. Arthritis Rheum 1999; 42(7):1309-11.
2. Branch DW, Khamasta MA. Antiphospholipid syndrome : obstetric diagnosis, management, and
controversies. Am Col Obstet Gynecol 2003; 101:1333-44.
3. Derksen RH, Khamasta MA, Branch DW. Management of the obstetric antiphospholipid syndrome
2004; 50(4):1028-39.
4. Bick RL. Antiphospholipid Syndrome in Pregnancy. Hematol Oncol Clin N Am 2008;22:107– 20.
5. Sammaritano LR. Antiphospholipid Syndrome: Review. Southern Medical Journal 2005;98(6):617-
24
6. Levine JS, Branch DW, Rauch J. The antiphospholipid syndrome. N Engl J Med 2002; 346(10):752-
63.
7. Tektonidou M. Antiphospholipid syndrome. Orphanet encyclopedia. May 2004.
8. Rand JH, Xiao-Xuan Wu, Andree HA. Pregnancy loss in the antiphospholipid antibody syndrome- a
possible thrombogenic mechanism. N Engl J Med 1997; 337:154-60.
9. Sebire NJ, Backos M, Gaddal SE. Placental pathology, antiphospholipid antibodies, and pregnancy
outcome in recurrent miscarriage patients. Obstet Gynecol 2003; 101:258-63.
10. Balasch J, Cervera R, Reflections on the management of reproductive failure in the antiphospholipid
syndrome. The clinicians perspective. Lupus 2002; 11:467-77.
11. Baker WF, Bick RL. The Clinical Spectrum of Antiphospholipid Syndrome. Hematol Oncol Clin N
Am 2008;22:33–52
12. Cervera R. Management of pregnancy in the antiphospholipid syndrome. Department of
Autoimmune Diseases, Hospital Clinic, Barcelona, Catalonia, Spain. Available from : URL:
http://www.rheuma21st.com
13. Hanly JG. Antiphospholipid syndrome : an overview. Canadian Med Ass J 2003; 168(13).
14. Lee RM, Brown MA, Branch DW, et al. Anticardiolipin and anti-β 2-glycoprotein-1 antibodies in
preeclampsia. Obstet Gynecol 2003; 102:294-300.
15. Vashist A, Regan L. Antiphospholipid sundrome in pregnancy-an update. Department of Obstetrics
and Gynaecology, Imperial College at St Mary’s Hospital, London, England. 2005.

19
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 172 – Herlambang. Kehamilan

16. Bas de Laat H, Derksen RH, Urbanus RT, et al. Β2-glycoprotein I-dependent lupus anticoagulant
highly correlates with thrombosis in the antiphospholipid syndrome. Blood 2002; 104:3598-3602.
17. Ruiz-Irastorza G, Khamashta MA. Antiphospholipid Syndrome in Pregnancy. Rheum Dis Clin N
Am 2007;33:287–97
18. Takabayashi K. Antiphospholipid antibodies and thrombosis. School of Medicine Chiba University,
Chiba, Japan.
19. Arnout J, Jankowski M. Autoimmunity, thrombosis, and haemostasis antiphospholipid syndrome.
The Hematology Journal 2004; 5:S1-5.
20. Keswani SC, Chauhan N. Antiphospholipid syndrome. Journal of The Royal Society of Medicine
2002; 95:336-42.
21. Richard C, Wong W, Gillis D. Consensus guidelines on anti-cardiolipin antibody testing and
reporting. Pathology 2004; 36(1): 63-8.

19

Anda mungkin juga menyukai