Anda di halaman 1dari 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

kuliah kedokteran
MARCH 16, 2015 7:37 AM

Kematian Perinatal (IUFD)


Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang
menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal di rumah sakit-rumah sakit besar yang pada
umumnya merupakan referral hospital, sehingga tidak memberikan gambaran yang mendekati angka
kematian perinatal secara keseluruhan. Angka kematian perinatal di rumah sakit-rumah sakit pada umumnya
berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 kelahiran hidup. Di satu sisi, angka kematian perinatal ini
merupakan parameter dini keadaan pelayanan kesehatan dan mencerminkan kemajuan sosial ekonomi suatu
negara, sedangkan di sisi lain kematian janin dalam rahim (Intrauterine Fetal Death) berkaitan erat dengan
angka kematian perinatal tersebut. Statistik juga menunjukkan bahwa hampir 50% dari kematian perinatal
yang terjadi merupakan lahir mati.
Kematian perinatal yang terjadi di Amerika Serikat adalah 1 %. Kematian janin sebelum masa gestasi 28
minggu adalah 10-15% dan kematian janin setelah masa gestasi 28 minggu adalah 2%.
Diagnosis dini melalui pemantauan kesejahteraan janin serta kontrol kehamilan (antenatal care) yang
teratur sangat berperan dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara tidak langsung dapat
menurunkan angka kematian janin.
DEFINISI
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist mengungkapkan yang termasuk kematian
janin adalah kematian janin intra uterin dengan berat janin 500 gram atau lebih.
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal death dibagi menjadi :
1. Early Fetal Death yaitu kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Intermediate Fetal Death yaitu kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-27 minggu.
3. Late Fetal Death yaitu kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist mengungkapkan yang termasuk kematian
janin adalah kematian janin intra uterin dengan berat janin 500 gram atau lebih.
ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari kematian janin adalah :
1. Fetal ( 25 % 40 % )
Anomali kromosom
https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 1 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Kelainan bawaan / non-kromosomal defek


Infeksi : protozoa (Toxoplasma), bakteri, virus
Inkomptabilitas Rhesus
Gawat Janin
2. Plasenta dan Tali Pusat ( 25 % 35 % )
Kelainan tali pusat : prolaps, trombosis, tali pusat terpilin
Solutio plasenta
Plasenta Praevia
Perdarahan fetal-maternal
Cedera plasenta
Infark plasenta
Insufisiensi plasenta
Twin-to-twin transfusion
Chorioamnionitis
3. Faktor Maternal ( 5 % 10 % )
Sindrom Antifosfolipid Antibodi
Diabetes Mellitus
Hipertensi kronik
Trauma
Partus abnormal
Sepsis
Hipoksia dan Asidosis
Preeklampsia dan Eklampsia
Nefritis kronik
Sifilis
Anemia berat

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 2 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Ruptur uteri
Kehamilan postterm
Obat-obatan
4. Idiopatik (25% 35 %)
TOKSOPLASMOSIS
DEFINISI
Toksoplasmosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Toksoplasma gondii dan biasanya diderita oleh
binatang herbivora, karnivora, omnivora termasuk mamalia dan burung. Manusia dapat terinfeksi oleh
parasit ini melalui makanan yang mengandung kista parasit, melalui tranfusi darah, transplantasi organ atau
melalui tangan yang terkontaminasi (misalnya pada petugas laboratorium, perkebunan, peternakan dan lainlain).
Patogenesis
Parasit berinvasi di usus kemudian memasuki sel atau difagositosis. Parasit lalu berkembang biak di dalam sel
yang menyebabkan sel penjamu pecah dan menyerang sel lain di sekitarnya. Parasit dapat tetap hidup di
dalam makrofag atau dapat menyebar secara hematogen serta limfogen ke seluruh tubuh. Parasit dapat
menyerang semua organ dan jaringan tubuh penjamu yaitu setiap sel berinti termasuk sel gamet. Penelitian
membuktikan bahwa seorang wanita yang dalam kurun waktu reproduksinya mendapat infeksi toksoplasma
dapat menghadapi resiko gangguan imunitas yang bisa mempengaruhi fertilitasnya akibat kegagalan
fertilisasi atau hancurnya zigot.
Kista dibentuk setelah ada kekebalan yaitu pada hari ke-8 setelah infeksi dapat ditemukan di berbagai organ
dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Kista dapat pecah dan trofozoit yang bebas membentuk kista lagi
di sekitarnya atau berkembang biak dengan cepat dan menghancurkan sel yang diserang.
Kekebalan humoral maupun selular sel penjamu dapat menghentikan kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh parasit. Imunitas maternal tampaknya memberikan perlindungan terhadap penularan transplasental
parasit. Dengan demikian agar terjadi toksoplasmosis kongenital maka ibu harus mendapatkan infeksi
tersebut selama kehamilannya. Bila ibu hamil mengalami infeksi primer mula-mula akan terjadi parasitemia.
Infeksi primer pada janin intrauterin diawali dengan masuknya darah ibu yang mengandung parasit tersebut
ke dalam plasenta, sehingga terjadi keadaan plasentitis yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta
dengan reaksi inflamasi menahun pada desidua kapsularis dan fokal reaksi pada vili. Inflamasi pada tali pusat
jarang dijumpai. Kemudian parasit ini akan menimbulkan keadaan patologik.
Gejala Klinis
Pada orang dewasa penyakit ini tidak menunjukkan gejala-gejala yang jelas. Kadang-kadang hanya
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher disertai rasa nyeri atau dapat pula dijumpai pneumonia,
poliomyelitis, miokarditis dan limfangitis (tergantung organ tubuh yang diserang). Beratnya gejala klinik yang
ditampilkan ditentukan oleh ukuran dan besarnya inokulum, status imunitas pejamu dan mungkin pula
ditentukan oleh perbedaan virulensi antara strain Toksoplasma. Penyakit yang berat akan dialami oleh

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 3 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

pejamu dalam keadaan defisiensi imunologik seperti penderita AIDS, penyakit keganasan, janin pada usia
kehamilan kurang dari 6 bulan dan lain-lain.
Bila ibu hamil mengalami infeksi primer mula-mula akan terjadi parasitemia. Infeksi primer pada janin
intrauterin diawali dengan masuknya darah ibu yang mengandung parasit tersebut ke dalam plasenta,
sehingga terjadi keadaan plasentitis yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta dengan reaksi inflamasi
menahun pada desidua kapsularis dan fokal reaksi pada vili. Inflamasi pada tali pusat jarang dijumpai.
Kemudian parasit ini akan menimbulkan keadaan patologik.
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa seorang wanita yang dalam kurun reproduksinya terjangkit
toksoplamosis dapat menghadapi resiko gangguan imunitas yang bisa mempengaruhi fertilitasnya. Hal ini
terjadi karena parasit ini meyerang setiap sel berinti, termasuk sel gamet yang tentunya akan menimbulkan
kegagalan fertilisasi atau hancurnya zigot. Hasil penelitian menunjukkan Toxoplasma IgG serum
menunjukkan titer yang tinggi pada kelompok infertilitas idiopatik.
Wanita hamil dengan Toksoplasmosis mendadak atau menahun dapat menularkan penyakitnya kepada
janin yang dikandungnya. Bagaimana cara Toksoplasma melewati rintangan plasenta, tidak diketahui.
Dengan demikian penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus, kematian janin, pertumbuhan
janin terhambat, partus prematurus dan kematian neonatal. Bayi yang lahir hidup dapat menderita cacat
bawaan, seperti hidrosefalus, mikrosefalus, anensefalus, meningo-ensefalomielitis dengan perkapuranperkapuran di otak, korioretinitis, iridosiklitis, atrofi nervi optici, iritis, nistagmus dan lain lain. Dapat pula
lahir dengan hidrops yang sukar dibedakan dengan eritroblastosisfetalis. Di kemudian hari anak-anak mudah
menderita serangan kejang-kejang dan hambatan dalam perkembangan mental (mental retardation).
Toksoplasmosis kongenital merupakan sindroma TORCH yang terberat.
Diagnosis
Diagnosis Toksoplasmosis pada orang dewasa sulit karena penyakit itu biasanya tidak disertai gejalagejala. Kecurigaan baru timbul setelah anak lahir dengan gejala-gejala seperti tersebut diatas. Toksoplasmosis
juga dapat ditegakkan melalui pungsi cairan ventrikel otak yang mengandung toksoplasma, pemeriksaan
serologik yang lazim seperti ELISA, hemaglutinasi, imunofluoresensi indirek dan uji pewarnaan menurut
Sabin-Feldman. Dijumpainya serokonversi, kenaikan titer IgG yang bermakna, serta IgM yang positif
merupakan petunjuk infeksi toksoplasma yang sedang berlangsung.
Penatalaksanaan
Toksoplasmosis pada seorang ibu hamil dengan daya tahan tubuh yang baik, tidak membutuhkan
penanganan yang khusus dan tidak perlu diisolasi. Pengobatan yang diberikan lebih banyak bertujuan untuk
menurunkan resiko infeksi terhadap janin.
1. Medikamentosa
Pirimetamin oral 25 mg selama 28 hari, namun tidak dianjurkan pada kehamilan trimester pertama.
Sulfadiazin oral 1 g juga diberikan selama 28 hari, tidak diberikan pada hamil aterm.
Asam folat 6 mg im, untuk menghindari efek pirimetamin terhadap system hematologik. Selama
pengobatan dilakukan pemeriksaan darah tepi dua kali seminggu.
Kortikosteroid 1-2 mg/kgbb/hari oral, dua kali per hari selama masa peradangan kemudian dosis dapat

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 4 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

diturunkan.
Pada beberapa negara menggunakan pula spiramisin 3 g sehari selama 3 minggu, diulang dengan
interval 2 minggu.
2. Non Medikamentosa
Pemeriksaan laboratorium darah tepi dua kali seminggu
Pemeriksaan USG untuk memantau kelainan janin yang mungkin terjadi (pada ibu hamil yang
menderita toksoplasmosis)
Pada trimester pertama kehamilan dengan toksoplasmosis dianjurkan untuk segera dilakukan terminasi
kehamilan. Namun secara universal belum ada kesepakatan mengenai hal ini.
Pencegahan
Berdasarkan berbagai resiko toksoplasmosis terhadap kesehatan reproduksi, pencegahan merupakan langkah
yang terbaik untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas karena penyakit ini. Secara umum, pencegahan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Jangan makan daging mentah
Tinja kucing dibakar atau diberi zat antiseptik
Mencegah kontaminasi makanan terhadap lalat atau kecoa
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah memegang daging mentah.
Bila berkebun sebaiknya menggunakan sarung tangan.
Pemeriksaan serologi Toksoplasma, terutama di daerah dengan kejadian Toksoplasmosis tinggi. Mereka
boleh hamil setelah diyakini tidak ada infeksi.

SINDROMA ANTIBODI ANTIFOSFOLIPID


DEFINISI
Sindrom Antifosfolipid (Antiphospolipid Syndrome, APS) merupakan kumpulan gejala trombosis arteri atau
vena, trombositopenia dan kematian janin, terutama pada trimester kedua.Antibodi fosfolipid merupakan
suatu grup antibodi yang terdiri dari Ig G dan Ig M yang berikatan dengan fosfolipid bermuatan negatif. Yang
termasuk antibodi antifosfolipid adalah Lupus Anticoagulant (LAC) dan Anticardiolipin antibodies (ACA).
Sindrom antibodi antifosfolipid (APL) dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu APL primer yang bersifat genetik
dan APL sekunder yang berhubungan dengan penyakit autoimun, keganasan, infeksi atau pemakaian obat
obatan. Jika pasien memiliki riwayat kelainan autoimun, misalnya SLE, maka pasien ini termasuk ke dalam
sindrom antibodi antifosfolipid yang sekunder. Namun jika pasien tidak diketahui memiliki kelainan
autoimun, keadaan ini yang disebut sindrom antifosfolipid primer.
DIAGNOSIS
Kriteria sindrom antifosfolipid (International Concessus Workshop Oktober 1998) :
1. Kriteria klinis
https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 5 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Trombosis pembuluh darah pada satu atau lebih episode


Arteri
Vena
Pembuluh darah kecil
2. Morbiditas kehamilan
Tiga atau lebih keguguran tanpa sebab yang jelas dengan kecurigaan pada kelainan anatomis, genetik
dan hormonal.
Satu atau lebih kematian fetus dengan morfologi normal yang tidak dapat diterangkan penyebabnya
atau kematian fetus sesudah 10 bulan kehamilan.
Satu atau lebih kelahiran premature neonatus morfologi normal, atau sebelum 34 minggu kehamilan
disertai preeklampsia berat atau insufisiensi plasenta.
Kriteria laboratorium
1. Antibodi cardiolipin (ACA)
Ig G dan Ig M dengan titer sedang atau tinggi pada 2 atau lebih pemeriksaan selama 6 minggu atau lebih.
2. Lupus antikoagulan (LAC)
Positif dalam 2 atau lebih pemeriksaan dalam waktu 6 minggu atau lebih.
Diagnosis APS ditegakkan bila ada satu kriteria klinis dan satu kriteria laboratorium.
SINDROMA ANTIBODI ANTIFOSFOLIPID DAN KEHAMILAN
Sindroma antibodi antifosfolipid terjadi akibat tidak terkendalinya antibodi terhadap unsur fosfolipid yang
merupakan bagian utama dari dinding sel. Karena adanya gangguan tertentu, maka tubuh akan membentuk
zat antibodi yang kemudian merusak unsur tersebut. Adanya antibodi yang tidak terkendali itu menyebabkan
pembekuan darah di pembuluh darah tubuh. Bila pembekuan terjadi pada plasenta ,yaitu saluran yang
memberikan nutrisi pada janin atau ovum yang telah dibuahi, menyebabkan terjadinya trombosis pada
plasenta sehingga aliran darah ke plasenta berkurang yang mengakibatkan kegagalan nidasi sehingga terjadi
keguguran. Nidasi adalah masuknya ovum yang telah dibuahi ke selaput endometrium.
PATOGENESIS TROMBOSIS PADA SINDROM APL PADA KEHAMILAN
Patogenesis Trombosis pada sindrom APL dalam kehamilan adalah :
1. Imunopatogenesis trombosis pada sindrom APL
Hingga saat ini terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan peran langsung antibodi dalam patogenesis
sindrom APL, yaitu :
Antibodi pada sindrom APL merupakan target protein plasma atau komponen membran permukaan sel
yang terpapar langsung dengan antibodi dalam sirkulasi darah.
Antigen tersebut terlibat dalam reaksi hemostatik dan trombotik pada permukaan sel endotel vaskular,

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 6 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

trombosit dan komponen sel darah lain.


Transfer imunoglobulin secara pasif pada binatang percobaan dapat menyebabkan sindrom APL.
Adanya antibodi antifosfolipid berhubungan dengan serangan pertama trombosis.
Manifestasi klinik yang terjadi pada sindrom antifosfolipid berhubungan dengan kadar antibodi
antifosfolipid.
2. Antibodi antifosfolipid dapat menimbulkan hambatan reaksi antikoagulan dan fibrinolisis sehingga dapat
menyebabkan hiperkoagulabilitas dan trombosis. Mekanisme kejadian tersebut sampai saat ini masih belum
jelas dan diduga berlangsung melalui :
Hambatan reaksi antikoagulan
Penghambatan jalur protein C melalui peningkatan resistensi protein C sehingga terjadi defisiensi protein C
(Coumans dkk, 1999); penghambatan ini dapat pula disebabkan oleh peningkatan antitrombodulin,
antiprotein C, antitrombin (Oosting dkk, 1991) atau penghambatan degradasi faktor koagulasi Va (Oosting
dkk, 1993).
Hambatan proses fibrinolisis
ACA meningkatkan penghambat aktivator plasminogen (PA) di dalam darah sehingga plasminogen yang
dikonversi menjadi plasmin berkurang.
Proses trombosis melalui mediasi sel lain
Interaksi ACA dengan membran fosfolipid trombosit menyebabkan aktivasi trombosit. ACA menurunkan
sintesis prostasiklin di endotel sehingga prostasiklin sebagai antiagregasi menurun.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada sindroma antibodi antifosfolipid adalah :
Aspirin dosis rendah (60-80 mg)
Heparin (low-molecular weight heparin)
Kombinasi aspirin dan heparin merupakan pilihan pertama, dengan menggabungkan efek anti-koagulan dan
anti agregasi trombosit.
Glukokorticoid, dengan dosis yang terus dipantau untuk mencegah efek samping osteopenia,
osteoporosis, dan fraktur patologis.
Imunoglobulin, hanya digunakan bila terapi di atas menemui kegagalan. Terutama digunakan pada APS
yang disertai preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat.
Terapi immunosupresif yaitu azathioprine dan cyclosporine. Sedangkan Methotrexate dan
cyclophospamide merupakan kontraindikasi karena memiliki efek teratogenik.
DIAGNOSIS IUFD(

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 7 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Anamnesis :
-Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
-Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil ( kehamilan tidak seperti biasanya )
-Perut sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti ingin melahirkan
-Penurunan berat badan
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi

: Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilannya.

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
Palpasi

: Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.

Tidak teraba gerakan-gerakan janin.


Auskultasi

: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada

pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.


USG (Ultrasonografi)
1. Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur selama periode observasi 10
menit dengan USG, merupakan bukti kuat adanya kematian janin.
2. Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang tengkorak akan tampak.
Foto Rontgen Abdomen
1. Spalding Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang tengkorak, yang terjadi akibat
likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak. Biasanya
tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan
ekstrauterin dengan janin hidup.
2. Hiperrefleksi dari tulang belakang
3. Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat lagi ditemukan bentuk simetris
torak.
4. Robert sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, ureum, kreatinin, profil tiroid, skrining TORCH,
anti koagulan Lupus, anticardiolipin antibody.
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 8 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Pemeriksaan langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi petunjuk sebab
kematian janin.

PROTOKOL INVESTIGASI PADA IUFD


Bertujuan untuk :
1. Memastikan diagnosis IUFD secara sonografi atau radiology
2. Memeriksa kadar fibrinogen darah dan masa tromboplastin parsial secara periodik, terutama bila janin
dipertahankan dalam kandungan lebih dari 2 minggu.
3. Mencari penyebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier (1997):
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
warna kulit pucat, pletoric
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
pembengkakan : leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
warna : mekoneum, darah
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur
edema perubahan hidropik
5. Membran amnion

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 9 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

bercak/noda
ketebalan
Grade Maserasi pada IUFD :
Grade 0 (durasi < 8 jam) : kulit kemerahan setengah matang.
Grade I (durasi > 8 jam) : kulit terdapat bullae dan mulai mengelupas.
Grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan abdomen
Grade III (durasi >8 hari) : hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh,
mungkin terjadi mumifikasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi kematian janin dalam kandungan :
1. Gangguan psikologis
2. Infeksi, apabila ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil, namun bila
ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme pembentuk gas seperti
Clostridium welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat terjadi defibrinasi
akibat silent Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC). Walaupun terjadinya DIC terutama pada
janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada
kasus lainnya harus dipikirkan. Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang
dilepaskan dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post partum.

PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN


Tujuannya untuk deteksi dini ada tidaknya faktor-faktor penyebab kematian janin. Misalnya hopoksia,
asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi.
CARA-CARA PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN :
1. Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan
Diukur dengan keadaan pasien terlentang, pada keadaan uterus tidak berkontraksi, dari tepi atas simfisis
sampai fundus, dengan idealnya vesica urinaria dan rectum yang kosong.
Jika tinggi fundus lebih dari pada kalibrasi usia kehamilan, pikirkan kemungkinan kehamilan multiple,
tumor, hidrosefalus, bayi besar, hidramnion. Sebaliknya jika tinggi fundus kurang dari kalibrasi usia
kehamilan, pikirkan oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dan sebgainya. Dapat
pula digunakan taksiran berat janin dengan rumus Johnson-Tossec.
2. Auskultasi denyut jantung janin
https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 10 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Dengan alat Laennec, Dopller atau CTG. Perhitungan yang ideal selama 1 menit penuh. Jika dengan CTG
direkam selama 10 menit. Dengan stetoskop Laennec, bunyi jantung janin baru dapat didengar pada
kehamilan 18-20 minggu. Cara menghitung bunyi jantung janin adalah hitung denyut jantung janin dalam 5
detik pertama, kemudian 5 detik kedua, kemudian 5 detik ketiga, kelima, ketujuh dan seterusnya sampai
mencapai satu menit. Dengan memakai alat dengan sistem Doppler, bunyi jantung janin baru dapat didengar
pada kehamilan 12 minggu. Normal frekuensi denyut 120-160 kali per menit; selama his frekuensi denyut
jantung janin bisa menurun dan diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Dengan CTG dapat mencatat
denyut jantung janin yang dikaitkan dengan pencatatan his sehingga dapat diramalkan ada atau tidak adanya
hipoksia pada janin.
3. Pemantauan aktifitas atau gerakan janin.
Dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu) atau objektif (dengan cara palpasi atau USG). Terdapat dua
metode penghitungan gerakan janin :
Cardif count 10 formula
Pasien mulai menghitung gerakan janin sejak jam 9 pagi. Penghitungan dihentikan setelah gerakan janin
mencapai 10 kali. Ibu disarankan untuk segera pergi ke dokter bila terdapat kurang dari 10 gerakan dalam
kurun waktu 12 jam selama 2 hari berturut-turut, atau tidak dirasakan gerakan janin sama sekali selama
kurun waktu 12 jam dalam 1 hari.
Daily Fetal Movement Count (DFMC)
Normalnya terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam, masing masing pada pagi, siang dan malam hari. Total
perhitungan tersebut dikalikan 4, sehingga terdapat perhitungan gerakan janin selama 12 jam. Bila terdapat
penurunan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, hal ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta.
Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks
redistribusi). Jika janin tidak bergerak pikirkan kemungkinan diagnosis banding tidur atau hipoksia.
4. Pengamatan mekoneum dan cairan ketuban
Caranya dengan amniocentesis atau amnioskopi. Pada keadaan normal otot sfingter ani janin
berkontraksi, sehingga mekoneum tidak keluar dan bercampur air ketuban, sehingga air ketuban tetap jernih.
Pada hipoksia akut terjadi hiperperistaltik otot-otot tubuh janin dan relaksasi sfingter ani sehingga
mekoneum keluar dan menyebabkan air ketuban berwarna kehijauan. Pada infeksi, terjadi koloni kuman
pada selaput dan cairan ketuban (korioamnionitis) sehingga ketuban juga akan berwarna kehijauan dan
keruh.
Pemeriksaan perbandingan lesitin-sfingomielin pada cairan ketuban digunakan untuk mengetahui apakah
janin mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi. Dengan peningkatan kadar lesitin permukaan
alveolus paru-paru diliputi oleh zat yang dinamakan surfaktan dan merupakan syarat untuk berkembangnya
paru-paru dan untuk bernapas.
5. Pengamatan hormon yang diproduksi oleh plasenta

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 11 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

Estriol dan Human Placental Lactogen (HPL) adalah hormon plasenta spesisfik yang diperiksa pada darah
ibu untuk menilai fungsi plasenta. Jika abnormal berarti terjadi gangguan fungsi plasenta dan berakibat
resiko pertumbuhan janin terhambat sampai kematian janin.
6. Pemeriksaan darah dan analisis gas darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala
janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa PH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunya
PH. Apabila PH itu turun sampai di bawah 7,2 hal ini dianggap tanda bahaya bagi janin oleh beberapa
penulis.
7. Ultrasonografi (USG)
Dapat digunakan untuk menilai :
Kantong gestasi : jumlah, ukuran, lokasi, bentuk, keadaan.
Janin : hidup/mati, presentasi, pertumbuhan, kelainan bawaan, perkiraan usia gestasi melaui biometri
janin janin (diameter biparietal atau DBP, lingk kepala atau HC, panjang femur atau FL, lingkar perut
atau AC, jarak kepala bokong atau CRL).
Tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan dopller dapat menilai FDJP (Fungsi Dinamik
Janin Plasenta), SDAU (sirkulasi Darah Arteri Umbilikalis)
Membran dan cairan amnion : keadaan dan jumlah.
Plasenta : lokasi, jumlah, ukuran, maturasi dan insersi.
Keadaan patologis : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia serviks, perdarahan
nidasi, abortus, kehamilan anembrionik (blighjted ovum)
Dapat juga digunakan untuk membantu tindakan khusus : amniosintesis, fetoskopi, tranfusi
intrauterine, biopsi vili korialis.
8. Cardiotokografi (CTG)
Menggunakan dua elektroda yang dipasang pada fundus ( untuk menilai aktivitas uterus) dan pada lokasi
punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu. Dapat pula digunakan untuk menilai hubungan
antara denyut jantung dan tekanan intrauterin.

Share this:

Twitter

Facebook

Like
Be the first to like this.

Related

Ruptur uteri
Ruptura uteri pada
https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 12 of 13

Kematian Perinatal (IUFD) | kuliah kedokteran

2/27/16, 4:34 PM

kehamilan, merupakan salah


satu dari komplikasi obstetri
yang sangat serius.
Komplikasi ini berhubungan
In
"Obstetri
Ginekologi"
erat
dengan angka
kematian
dan angka kesakitan dari
bayi dan ibu bersalin. Jika
pasien dapat selamat, ada
kemungkinan fungsi
reproduksinya berakhir dan
proses penyembuhannya
sering kali memakan waktu
Pre eklamsia Berat pada
yang cukup lama. Pada
Ibu Hamil
sebuah penelitian selama
In "Obstetri Ginekologi"
PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT
DEFINISI Pertumbuhan
janin terhambat adalah
janin-janin yang mengalami
proses restriksi patologik
pada proses
pertumbuhannya.
In
"Obstetri Ginekologi"
Sedangkan definisi kecil
untuk masa kehamilan
dipakai untuk janin dengan
berat badan lebih kecil dari
persentil 10 untuk berat
badan janin seusianya
berdasarkan kurva standar
pertumbuhan janin tanpa
memandang ada atau tidak
kelainan patologis yang

https://dokterbagus.wordpress.com/2015/03/16/kematian-perinatal-iufd/

Page 13 of 13

Anda mungkin juga menyukai