Ns. M. Kep Kelainan bawaan & kematian bayi Diseluruh dunia 3-6 % bayi lahir dengan kelainan bawaan berat Penyebab kematian 2,68 juta bayi di masa neonatus di seluruh dunia (2015) Kelainan bawaan terbanyak: 1. Penyakit jantung bawaan 2. Defek tabung saraf 3. Sindrom down Data dari WHO tahun 2010 menunjukkan sebanyak 270.000 bayi mengalami kejadian kelainan kongenital dan merupakan penyebab kematian di 193 negara pada tahun 2010. Kelainan kongenital juga mempengaruhi sekitar 1 dari 33 bayi dan mengakibatkan sekitar 3,2 juta kelahiran cacat-cacat terkait setiap tahun. (WHO, 2012). Insiden kejadian kelainan kongenital di Indonesia tahun 2009 berkisar 15 per 1000 kelahiran. Kelainan kongenital adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika didilahirkan (Muslihatun 20.10, h.118) Kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul semenjak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan Bawaan Kelainan kongenitasl= malformasi/ anomali kongenital Terjadi kelainan struktur atau fungsional yang terjadi Terjadi sejak dalam kandungan Saat lahir Setelah lahir Jenis gangguan Morfologi Malformasi = spina bifida, defek tabung saraf, celah bibir/ palatum Disrupsi = amniotic band Deformasi = Club food, asimetri wajah, telinga tertekuk Displasia = Akondroplasia, imperfektas osteogenesis Malformasi adalah gangguan atau defek struktur utama dari organ atau bagian organ yang diakibatkan oleh abnormalitas selama perkembangan. Adanya malformasi menunjukkan bahwa pada masa awal embrio terdapat suatu jaringan atau organ tertentu yang berhenti atau salah arah (misdirection) dalam perkembangannya. Kebanyakan malformasi pada satu organ diturunkan secara multifaktorial. Hal tersebut menggambarkan interaksi beberapa gen dengan faktor-faktor lingkungan. Contoh: VSD (ventricular septal defect), ASD (atrial septal defect), sumbing bibir/palatum, NTD (anencephaly; myelo-meningocele) Disrupsi (disruption) mengacu pada struktur abnormal pada organ atau jaringan sebagai akibat dari faktor eksternal yang mengganggu proses perkembangan normal. Proses ini dikenal sebagai malformasi sekunder atau malformasi ekstrinsik. Faktorfaktor ekstrinsik yang dapat mengganggu proses perkembangan normal diantaranya adalah ischemia, infeksi, dan trauma. Berdasarkan definisinya, disrupsi tidak disebabkan oleh faktor genetik. Tetapi kadang- kadang faktor genetik dapat menjadi predisposisi terjadinya disrupsi. Deformasi adalah kerusakan yang disebabkan kekuatan mekanik abnormal yang menyebabkan penyimpangan struktur normal. Contoh: dislokasi panggul dan talipes ringan (club foot). Kedua kasus tersebut dapat disebabkan oleh oligohidramnion atau ruang intrauterina yang sempit karena bayi kembar atau struktur uterus yang abnormal. Deformasi seringkali terjadi pada kehamilan lanjut dan memiliki prognosis yang baik apabila diberikan treatment yang sesuai. Displasia adalah ketidakteraturan sel dalam menyusun jaringan. Efeknya biasanya dapat dilihat pada semua bagian tubuh dimana jaringan tersebut terdapat. Contohnya pada skeletal displasia seperti thanatophoric displasiayang disebabkan mutasi FGFR3 yang menyebabkan hampir semua bagian tulang mengalami kelainan. Demikian juga pada ektodermal displasia, kerusakan dapat dijumpai pada semua organ turunan ektoderm seperti rambut, tulang, dan kuku. Kebanyakan displasia diakibatkan kerusakan gen tunggal (single gene defect) dan mempunyai resiko berulang yang tinggi pada saudara kandung (sibling) dan keturunan penderita (offspring). Penyebab Tidak diketahui Genetik – defek kromosom, cacat gen Lingkungan – obat-obatan, alkohol, merokok, penyakit ibu sprt DM, infeksi, nutrisi Genetik dan lingkungan- multifaktorial faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan kongenital Kromosom faktor mekanik faktor infeksi faktor obat faktor usia ibu faktor hormonal faktor radiasi faktor fisik pada rahim riwayat penyakit ibu Paritas jarak antar kelahiran, faktor gizi Penyakit ibu Riwayat penyakit yang menyebabkan kelainan kongenital yaitu diabetes melitus, rubela, sitomegalovirus, sifilis dan herpes simplek. Hasil penelitian diatas banyak didukung oleh beberapa penelitian yang lain. Penelitian Yang, et al, (2006) menunjukkan bahwa risiko terjadi kelainan kongenital mayor pada ibu dengan diabetes melitus (DM) dan bukan DM sebesar 9,1%:3,1%. Penelitian lain menunjukkan ibu dengan diabetes melitus berisiko 70% lebih besar menghasilkan bayi dengan kelainan kongenital atresia esofagus dibandingkan ibu non diabetes. (Oddsberg J, Lu Y, Lagergren J, 2010). Hasil penelitian diatas didukung pula oleh penelitian Garne E, et al (2012) bahwa beberapa anomali kongenital ada dalam13,6% kasus diabetes dan 6,1% kasus non- diabetes. Diabetes mellitus
Ibu dengan diabetes tergantung insulin
dapat meningkatkan dua hingga tiga kali lipat insidensi abnormalitas kongenital pada janin yang dikandungnya. Bentuk malformasi yang sering terjadi adalah CHD, NTD, agenesis sacrum, hipoplasia femur, holoprosencephaly dan sirenomelia. Sedangkan kehamilan dengan diabetes yang tidak tergantung pada insulin tidak menyebabkan peningkatan resiko malformasi kongenital pada janin. . Phenylketonuria (PKU) PKU yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko mempunyai bayi dengan kelainan kongenital. Tingkat serum fenilalanin yang tinggi pada wanita yang sedang hamil dan tidak menjalankan diet fenilalanin dapat menyebabkan retardasi mental dengan resiko hingga 100%, mikrosefalus, dan CHD. Wanita yang menderita PKU harus menjalani diet rendah fenilalanin sebelum dan selama kehamilan. Kejang Beberapa penelitian menunjukkan bahwa epilepsi yang diderita oleh ibu hamil itu sendiri bukan penyebab kelainan kongenital. Tetapi obat antikejang yang dikonsumi oleh ibu dapat meningkatkan resiko kelainan kongenital. Phenytoin meningkatkan resiko sumbing bibir/palatum sekitar 1-2% sedangkan asam valproat dapat menyebabkan anencephaly atau spina bifida hingga 2%. Pengobatan epilepsi ibu hamil adalah jika pasien tidak mengalami kejang selama minimal 2 tahun maka terapi dapat dihentikan. Apabila terapi diperlukan, pengobatan monoterapi dapat dilakukan karena terapi kombinasi antikejang dapat meningkatkan resiko abnormalitas pada janin. Penyakit sifillis dapat juga mempengaruhi wanita hamil dan janinnya. Pengaruh sifilis terhadap kehamilan ini meliputi infeksi pada janin, kelahiran mati, dan bayi lahir dengan cacat/ kelainan. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan, dimana treponema telah dapat menembus barier plasenta. Hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran mati dan partus prematurus. Bisa juga bayi lahir dengan lues konginetal yaitu pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi. Beberapa agen infeksi dapat mempengaruhi embriogenesis dan perkembangan janin Rubella
Sebanyak 15-25% keseluruhan infeksi
pada kehamilan trimester pertama disebabkan oleh virus rubella. Virus ini juga menyebabkan defek jantung berupa PDA dan stenosis arteri pulmonalis perifer. Infeksi rubella kongenital dapat dicegah melalui program imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada masa kanak-kanak dan vaksin rubella pada wanita dewasa muda. Cytomegalovirus (CMV) Saat ini belum tersedia imunisasi CMV. Resiko abnormalitas terjadi bila infeksi dialami pada trimester pertama. Angka kejadian infeksi CMV sekitar 5% dari seluruh infeksi selama kehamilan. Toksoplasmosis Infeksi toksoplasma pada ibu menyebabkan 20% janin yang dikandung juga mengalami infeksi pada trimester pertama dan meningkat menjadi 75% pada trimester kedua dan ketiga. Vaksin toksoplasmosis belum tersedia hingga kini. Jika seorang wanita terpapar toksoplasma pada saat hamil, kondisi janin dapat dilihat dengan memeriksa antibodi IgM pada sampel darah janin. Agen fisik Radiasi ion bisa didapatkan dari X-ray dan menyebabkan mikrosefali serta defek ocular pada janin yang sedang tumbuh. Masa kehamilan yang rentan terhadap radiasi ion adalah minggu ke 2-5 setelah konsepsi. Radiasi juga mempunyai efek mutagenik dan karsinogenik. Walaupun prosedur diagnostik menggunakan radiasi dosis rendah tetapi sedapat mungkin dihindari selama kehamilan Hipertermia yang terlalu lama seperti berendam air panas di bath tub dan sauna selama kehamilan trimester pertama dapat menyebabkan mikrosefalus dan mikroptalmia akibat gangguan pada migrasi sel -sel neuron Kelainan kromosom Sindrom down – Trisomi 21 Turner syndrom Cacat Gen Dominan – Akondroplasia Ressesif – Thalasemia, hiperplasia adrenal kongenital, osteogenensis imperfekta, hemofilia Pencegahan Remaja perempuan & ibu hindari bahan berbaya; alkohol, merokok. Makan sehat, nejaga BB ideal, asam folat cukup, variasi buah dan sayur Ibu hamil Obat-obatan, radisasi, skrining infeksi: rubella, cacar air, sypilis, penanganan sebelum hamil, insektisida, logam berat Imunisasi- rubella Edukasi tenaga kesehatan Deteksi Dini Skrining neonatal: gangguan pendengaran, defek jantung, HK, HAK Skrining pra natal: USG, CVS, Amniosentesis Skrining pranikah: pembawa sifat, riw klg Pengobatan Pengobatan medis 1. HAK= hidrokortison 2. Thalasemia= transfusi Penghindaran/ diet khusus G6PD, PKU, Galaktosemia Koreksi bedah Displasia tulang, celah bibir/ palatum Kesimpulan Kelainan bawaan bukan merupakan kelainan jarang dan penyebab kematian utama bayi/ balita Terdapat berbagai variasi kelainan bawaan yang disebabkan, genetik, lingkungan, multifaktorial, tidak diketahui Penting deteksi dini untuk penanganan optimal dan dini Tugas Mahasiswa dibagi menjadi 11 kelompok @ 4-5 orang mahasiswa. Kasus yang dipresentasikan adalah jurnal yang berkaitan dengan kelainan kongenital. Jurnal dapat diunduh oleh mahasiswa dari berbagai free access jo urnal yang terdapat di internet (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/; http://highwire.stanford.edu/) Presentasi jurnal berupa ringkasan jurnal terdiri dari pendahuluan, metode, hasil, pembahasan dan disajikan dalam bentuk powerpoint selama 20 menit (15 menit presentasi; 5 menit tanya jawab/diskusi).