PEMBAHASAN
I. Penyakit Kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah dan sering pula sebagai bayi kecil
untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-
kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
A. Faktor Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Beberapa faktor
etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas kejadian kelainan kongenital pada anaknya. Beberapa contoh: kelainan
kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolisme), kelainan
pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
2. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ
tersebut. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki
seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus.
(clubfoot).
3. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi
pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya
infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan
dalam penumbuhan suatu organ tubuh. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester
pertama ialah infeksi oleh virus Rubella, dimana bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, pada pendengaran sebagai tuli dan
ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa penyebab infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainankongenital antara lain ialah
infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis. Infeksi ini biasanya akan
menimbulkan kelainan kongenital adanya gangguan pertumbuhan pada sistem
saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroptalmia.
4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat
menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang balk diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali.
5. Faktor Umur Ibu
Fakta telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-
bayi yang dilahirkanoleh ibu yang mendekati masa menopause.
6. Faktor Hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayiyang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.
7. Faktor Radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan
kelainan kongenitalpada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada
orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakihatkan mutasi pada gene yang
mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor Gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkankelainan kongenital. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi
protein, vitamin A riboflavin, folic acid, thiamin dan lain-lain dapat menaikkan
kejadian kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi
yang lahir dari ibu yang balk gizinya.
b. Pencegahan
Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh
hari. Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen
yang mengandung asam folat. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya
beberapa kelainan yang bisa menyerang bayi_ Safah satunya, encephalocele
atau ensefalokel. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan
jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung
dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus
mungkin perlu dibuat suatu shunt. pengobatan lainnya bersifat, simtomatis
dan suportif. Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena,
lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya.
3. Hidrosepalus
Penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal),sehingga menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf
yang vital sehingga terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel dan ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yangberlebihan terjadi diatas
hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksicairan
subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistema
ventrikuler,keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Kebanyakan
hidrosefalus kongenital adalahhidrosefalus primer atau idiopatik, yang mungkin
disebabkan lesi massa yang tak terperkirakan,seperti tumor dan kista.
4. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis yang sering
ditemukan padabayi baru lahir atau anak kecil yang biasanya pada masa pubertas
akan menghilang dengan sendirinya. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih
dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). Fimosis pada bayi laki-laki yang barn lahir terjadi karena ruang di
antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan
kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi
atau benturan. Untuk menandai apakah anak memang mengalami femosis
biasanya kulit penis anak tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan,
anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup.
Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung. Air seni
yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak
dapat diduga.
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang prepusium
dengar, cara mendorong ke belakang kulit prepusium tersebut dan biasanyaa akan
terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka
tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter.
Selanjutrnya di rumah orang tua sendiri diminta tnelakukannya seperti yang
dilakukan dokter (pada orang Barat, sunat dilakukan pada seorangbayi laki-laki
ketika masih dirawat/ ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk
kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan).
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih maka
setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong ke belakang kemudian
ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang.
5. Hipospadia
Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir, cirinya, letak
lubang uretra terdapatdi penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Bentuk
hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah bantang
penis atau pada pangkal penis dan kadang pad skrotum (kantung zakar) atau di
bawah skrotum. Kelainan ini sering kali berhubungan dengan kardi, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi. Angka kejadian penderita hipospadia di Indonesia belum
diketahui secara pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar kedokteran di sejumlah
negara, kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki kelahiran hidup. Salah
satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan. Tindakan operasi harus
dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah, diharapkan anak tidak malu
dengan keadaanya setelah tahu bahwa anak laki-laki lain kalau BAK berdiri
sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan
(karena lubang penisnya berada di bagian bawah penis). Selain itu jika hipospadia
tidk dioperasi maka setelah dewasa dia akan sulit untuk melakukan
penetrasi/coitus, selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis
bengkok akibat adanya chordae), lubang keluar sperma terletak di bagian bawah.
6. Atresia Esophagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanya disertai
kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan
gastrointestinal. Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir
dengan kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan
lambung masuk ke dalam paru-paru.
a. Etiologi
Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic,yaitu
Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
b. Gambaran Klinik
Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih, apabila air liur masuk ke
dalam trakea akan terjadi aspirasi
c. Penatalaksanaan
Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan
pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam
inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi
untuk menangis agar paru-paru berkembang.
II. Penyakit Keturunan
A. Pengertian
Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orang
tuakepada anaknya secara genetis. Namun ada orang tua yang hanya bertindak sebagai
pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan
dan gaya hidupnya. Ada beberapa penyakit keturunan yang sangat serius karena bisa
diturunkan pada generasi berikutnya. Orang tua yang memiliki gen penyakit turunan,
sebaiknya segera memeriksakan anaknya.
Penyakit keturunan/ diwariskan ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Penyakit keturunan/ kelainan yang muncul semenjak lahir yang semata-mata
karena faktor genetis. Kelainan cacat yang disebabkan oleh faktor genetis,
menimbulkan gangguan fungsionaldan memerlukan tindakan rehabilitasi. Patokan
bagi kelainan cacat bawaan adalah: bila terdapatcacat bawaan multipel, berat
badan lahir rendah, keterlambatan pertumbuhan dalam kandungan, kepala kecil
(mikrosefal), kelainan rajah tangan, dan retardasi mental.
2. Penyakit keturunan/ Kelainan yang muncul setelah dewasa yang dipengaruhi oleh
faktor genetisdidukung oleh faktor lingkungan.
Faktor genetik atau faktor yang menyebabkan cacat pada bahan keturunan
digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Gangguan kromosom, yaitu jumlah dan atau bentuk kromosom yan abnormal yang
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Kelaianan ini merupakan mutasi spontan.
2. Gangguan gen tunggal ( yang diwariskan secara hukum mendel), menunjukkan
pada tiga pola; penurunan secara otosomal dominan dan resesif (kelaianannya
pada Autosom bukan padakromosom penanda kelamin).
B. Macam – Macam Penyakit Keturunan
1. Alergi
Salah satu penyebab alergi adalah faktor keturunan, dimana orang tua yang
menderita penyakitalergi, kemungkinan besar alergi tersebut akan diturunkan pada
anaknya. Alergi bisa menimbulkan bermacam-macam reaksi, bahkan beberapa di
antaranya bisa mengancam hidupanak. Penyakit Alergi dipicu oleh alergen yang bisa
berupa alergen hirup (debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau
suntikan). Umumnya, gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah
bersin terus-menerus, batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.
2. Obesitas / Kegemukan
Obesitas atau kegemukan terjadi ketika ada penimbunan lemak pada tubuh
seseorang secaraberlebihan. Orang yang menderita obesitas biasanya sulit
mengendalikan nafsu makannya. Salah satu penyebabnya adalah faktor gen atau
keturunan. Gen menurun tersebut menyebabkan fungsi penahan nafsu makan tidak
bekerja dengan baik.
3. Buta Warna
Buta warna dapat diartikan sebagai keabnormalan yang terjadi pada indra
penglihatan seseorang karena sel-sel kerucut mata telah rusak sehingga tidak
mampu menangkap suatu spektrum warnatertentu. Ketidakmampuan sel-sel ini
bekerja diakibatkan oleh faktor genetik yang berasal dari orangtua penderita. Buta
warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh
kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah
yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang
wanita terdapat istilah ‘pembawa sifat’ hal ini menujukkan ada satu kromosom X
yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak
mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya.
Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan aktor buta warna
kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta
warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih,
serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf
reseptor cahaya di retinamengalami perubahan, terutama sel kerucut.
5. Penyakit Albino
Penyakit Albino sering ditandai dengan tampak kulit, rambut putih yang tidak
wajar. Hal inidisebabkan hilangnya pigmen atau melanin pada rambut, mata, dan
kulit penderita. Pigmen sendiri adalah zat warna yang dimiliki oleh manusia, hewan,
dan tumbuhan. Penyakit albino diturunkan dari gen orang tua kepada anaknya. Pada
umumnya, penderita albino lahir dari orangtua yang punya gangguan dalam hal
produksi melaninnya. Orang yang memiliki gen albino, tubuhnya tidak dapat
memproduksi pigmen melanin. Namun, apabila gen yang diturunkan orangtua hanya
sebagai pembawa sifat, anaknya tidak akan memiliki memiliki gen albino.
Albino adalah murni penyakit kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak
dapat ditularkan melalui kontak fisik ataupun melalui transfusi darah. Penyakit
albino biasanya terjadi pada anakyang orang tuanya normal karena albino
merupakan gen yang bersifat tetap dan dapat diturunkan dari pendahulu yang ada
di atasnya. Sebenarnya albino adalah panyakit perpaduan gen resesif pada orang tua
dan menjadi gen dominan pada anak mareka. Gen resesif sendiri adalah gen yang
tidak muncul pada diri kita sedangkan gen dominan adalah gen yang muncul pada
diri kita dan menjadi sifat fisik dari kita. Hilangnya pigmen pada penderita
albinomeyebabkan mereka menjadi sangat sensitive terhadap cahaya matahari
sehingga mudah terbakar dan mereka harus melindungi kulit mereka dengan
menggunakan sunblock.
6. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah penyakit yang paling ditakuti kaum perempuan. Kanker
ini menyerangjaringan payudara dengan gejala kulit pada payudara atau puting
berwarna kemerahan, bersisik, atau menebal. Selain itu, keluar cairan/carah dari
puting selain ASI dan yang paling sering adalah adanya benjolan atau bengkak di
sekitar payudara. Jika Anda mengalami gejala demikian, sebaiknya segera
berkonsultasi ke dokter. Dikatakan sebagai kanker payudara apabila
terdapatperubahan/mutasi tertentu pada DNA sel payudara. Penyebab munculnya
kanker payudara ini belum dapat dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang
diduga berperan dalam timbulnya kanker payudara, salah satunya adalah faktor
genetik.
9. Hipotiroid
Salah satu dari macam-macam penyakit keturunan adalah hipotiroid. Penyakit
hipotiroid terjadiketika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon tiroksin. Gejala
yang muncul dari penyakit ini antara lain sering kelelahan dan mengalami
penurunan berat badan. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada perempuan. Menurut
para ahli, penyakit ini memiliki risiko diturunkan. Jika memiliki saudara atau ibu
dengan tiroid yang kurang aktif, maka akan lebih berisiko 20 kali lebih besar untuk
terkena penyakit ini.
Semua gejala itu merupakan efek dari kadar gula darah yang tinggi yang akan
mempengaruhiginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan untuk
mengencerkan glukosa sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang
banyak (poliuri) dan Akibat poliuri ini maka penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke
dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa
sehingga banyak makan (polifagi).
Penyebab penyakit diabetes melitus
Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula
Kurang tidur
Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Merokok
Kurangnya aktivitas fisik
Faktor keturunan
12. Osteoarthiritis
Osteoarthiritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan keausan sendi. Penyakit
Osteoarthiritisini pun merupakan salah satu keluarga besar penyakit arthritis yang
paling sering terjadi. Penyakit ini mepengaruhi sekitar 80% orang pada suatu waktu
dalam kehidupan mereka.
Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit Osteoarthiritis ini merupakan
penyakit keturunan. Namun menurut ahlinya, penyakit ini jarang sekali diwariskan.
13. Parkinson
Gejala penyakit parkinson tidak banyak diketahui. Pada banyak kasus yang
terjadi, awal daripenyakit parkinson ini diawali dengan gemetar pada bagian tangan
ketika sedang beristirahat.
Panyakit ini memiliki kecenderungan diturunkan meskipun faktor genetik tidak
memegang peranan utama. Menurut para ahli, penyakit parkinson ini berisiko
diturunkan. Jika memiliki orang tua, saudara, atau kerabat dekat dengan gangguan
dengan gangguan parkinson, maka dua kali lipat lebih mungkin mengalami penyakit
yang sama.
14. Down Sindrom
Down sindrom merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21
pada berkas q22gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis
yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan
fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon
Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek,
kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga
dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa
merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk
penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini
penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
Down sindrom adalah kelainan kromosom yang disebabkan oleh kesalahan
dalam pembelahansel yang menghasilkan kromosom 21 ekstra. Kondisi ini
menyebabkan gangguan di keduakemampuan kognitif dan pertumbuhan fisik yang
berkisar dari ringan sampai sedang cacat perkembangan. Melalui serangkaian
pemutaran dan tes, sindrom down dapat dideteksi sebelum dan sesudah bayi lahir.
Ciri-ciri penyakit down sindrom
Mata yang memiliki kemiringan ke atas, celah miring, lipatan kulit epicanthic di
sudut
bagian dalam, dan bintik-bintik putih di iris
Rendah tonus otot
Kecil bertubuh pendek dan leher
Datar hidung jembatan
Single, dalam lipatan di bagian tengah telapak tangan
Menonjol lidah
Besar ruang antara kaki besar dan kedua
Sebuah alur tunggal fleksi jari kelima
Individu dengan sindrom down biasanya memiliki profil perkembangan kognitif
indikasi ringansampai sedang keterbelakangan mental. Namun, perkembangan
kognitif pada anak-anak dengan sindrom down sangat variabel. Anak-anak dengan
sindrom down sering mengalami keterlambatan berbicara dan membutuhkan terapi
bicara untuk membantu dengan bahasa ekspresif. Selain itu, keterampilan motorik
halus yang tertunda dan cenderung tertinggal keterampilan motorik kasar. Anak-
anak dengan sindrom down tidak mungkin berjalar sampai usia 4, tetapi beberapa
akan berjalan pada usia 2. Meskipun banyak dengan keterlambatan perkembangan
kondisi pengalaman, tidak jarang bagi mereka dengan sindrom down untuk
bersekolah dan menjadi aktif, bekerja anggota dalam masyarakat.
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2016/03/aspek-klinik-kelainan-kongenital-dan-penyakit-
keturunan-compressed.pdf
http://eprints.undip.ac.id/55455/3/M_Agung_Nugroho_22010113130169_Lap.KTI_Bab2.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-isniayusro-7506-2-14.bab-i.pdf