Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERWATAN KELAINAN KONGENITAL

Dosen pengampu : Eko Mardiyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 2

Disusun oleh :

1. Annafi Nurmanita (010115A010)


2. Andre Danang W (010115A013)
3. Fadhilatul Tufaidah (010115A039)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang asuhan keperawatan penyakit autoimun. Dan juga kami berterima kasih
kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Keperawatan maternitas2.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan penyakit autoimun.
Dan juga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami berharap adanya kritik dan saran untuk perbaikan makalah yang
telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang yang
membangun.

Ungaran, 25 September 2017


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara
bersamaan sebagai kelainan kongenital multiple. Kelainan kongenital belum
ditemukan atau belum terlihat pda waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan
setelah kelahiran bayi. Bisa juga diketahui selama kehidupan fetus. Bila
ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu
kewaspadaan kemungkinan adanya kelainan kongenital di tempat lain. Dapat
ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukannya kelainan kongenital besar ditempat lain sebesar 15% sedangkan
bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.

Di negara maju, seperti Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 3% dari


bayiyang lahir (120.000) akan memiliki beberapa jenis cacat lahir
utama.Malaysia,negara menengah berkembang telah berkembang sedemikian
rupa sehingga cacatlahir sekarang merupakan penyebab penting kematian
perinatal terhitung 17,5%kematian perinatal dan neonatal.Di Indonesia,
sekitar 2% dari semua bayi yangdilahirkan membawa cacat kongenital serius,
yang mengancam nyawa,menyebabkan kecacatan permanen, atau
membutuhkan pembedahan untukmemperbaikinya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti tenatang asuhan
keperawatan pada kelainan kongenital.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memhami konsep dan teori kelainan kongenital.
b. Mahaiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada kelainan
kongenital.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa serta melakukan intervensi
pada kelainan kogenital.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini untuk melatih dan menambah wawasan
mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada kelainan kongenital, serta dapat
menerapkan intervensi yang direncanakan pada kasus kelainan kongenital.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi


yang muncul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah.
Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahiryang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.Kadang-
kadangsuatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu
bayi lahir,tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu,
pengertian laintentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud
dalam bentukberbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup
aspek fisis,intelektual dan kepribadian.

B. Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio sampai
menjadi organ yang dapat berfungsi. Embriogenesis normal merupakan proses yang
sangat kompleks. Perkembangan pranatal terdiri dari 3tahap yaitu:

1. Tahap implantasi (implantation stage), dimulai pada saat fertilisasi


/pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan.
2. Tahap embrio (embryonic stage), awal minggu keempat sampai
minggu ketujuh kehamilan:
 Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ definitive
 Jaringan saraf berproliferasi sangat cepat dengan
menutupnya tabung saraf (neuraltube) dan fleksi dari segmen
anterior membentuk bagian- bagian otak.
 Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi
melalui sistem vascular yang baru terbentuk meskipun struktur
jantung belum terbentuk sempurna.
 Terlihat primordial dari struktur wajah dan ekstremitas.
3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir.
Pada tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah
dalam ukuran, pertumbuhan progresifstruktur skeletaldan muskulus.
Seluruh proses perkembangan normal terjadi dengan urutan yang spesifik,
khas untuk setiap jaringan atau struktur dan waktunya mungkin sangat singkat.Oleh
sebab itu meskipun terjadinya perlambatan proses diferensiasi sangat singkat, dapat
menyebabkan pembentukan yang abnormal tidak hanya pada struktur tertentu, tetapi
juga pada berbagai jaringan disekitarnya. Sekali sebuah struktur sudah selesai
terbentuk pada titik tertentu, maka proses itu tidak dapat mundur kembali meskipun
struktur tersebut dapat saja mengalami penyimpangan, dirusak atau dihancurkan oleh
tekanan mekanik atau infeksi.

C. Embriogenesis Abnormal

Setiap proses yang mengganggu embrio dapat menyebabkan gangguan


bentuk atau kematian. Setiap proses yang menggangu janin dapat berakibat
pertumbuhan organ yang salah misalnya otak, jantung atau seluruh janin.

Kegagalan atau ketidaksempurnaan dalam proses embriogenesis dapat


menyebabkan terjadinya malformasi pada jaringan atau organ. Sifat dari kelainan
yang timbul tergantung pada jaringan yang terkena, penyimpangan, mekanisme
perkembangan, dan waktu pada saat terjadinya. Penyimpangan pada tahap implantasi
dapat merusak embrio dan menyebabkan abortus spontan. Diperkirakan 15% dari
seluruh konsepsi akan berakhir pada periode ini.

Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi


struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas sampai ukuran daun telinga
yang kecil. Abnormal atau tidak sempurnanya diferensiasi sel menjadi jaringan yang
matang mungkin akan menyebabkan lesi hamartoma lokal seperti hemangioma atau
kelainan yang lebih luas dari suatu organ. Kelainan induksi sel dapat menyebabkan
beberapa kelainan seperti atresia bilier, sedangkan penyimpangan imigrasi sel dapat
menyebabkan kelainan seperti pigmentasi kulit.

Proses “kematian sel” yang tidak adekuat dapat menyebabkan kelainan,


antara lain sindaktili dan atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak sempurna akan
menyebabkan celah bibir dan langit-langit. Beberapa zat teratogen dapat
mengganggu perkembangan, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh waktu pada saat
aktivitas teratogen berlangsung selama tahap embrio.

D. Etiologi

Beberapa faktor etiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya kelainan


kongenital antara lain:

1. Kelainan genetik dan kromosom

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan


berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada anaknya.
Kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal dapat
diketahui dengan berbagai tindakan. Beberapa contoh kelainan kromosom
adalah: kelainan kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down
(mongolisme), kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner.
2. Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat


menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan
deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ
akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh
deformitas organ tubuh yaitu kelainan talipes pada kaki seperti talipes
varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus.

3. Faktor infeksi

Infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam


trimester pertama kehamilan. Seperti infeksi virus pada trimester pertama
ialah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata seperti katarak, kelainan pada sistem pendengaran
seperti tuli dan ditemukan kelainan jatung bawaan. Ditemukan juga
infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, gangguan
pertumbuhan pada sistem saraf pusat sepeti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikroptalmia.

4. Faktor obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum pada trimester pertama


kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayi. Seperti jenis obat thalidomide dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia.

5. Faktor usia ibu


Bayi yang mengalami monogolisme dilahirkan oleh ibu yang
mendekati masa menopause.
6. Faktor hormonal
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotirodisme atau ibu penderita
diabetes mellitus kemungkinan mengalami gangguan pertumbuhan.
7. Faktor radiasi
Adanya riwayat radiasi pada orangtua akan dapat mengakibatkn
mutasi pada gen yang dapat menyebabkan kelainan kongenital padabayi
yang dilahirkan. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik
sebaiknya dihindari dalam masa kehamilan muda.
8. Faktor gizi
Pada ibu yang kekurangan gizi lebih rentan melahirkan bayi yang
mengalami kelainan kongenital daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu
dengan gizi yang cukup.

E. Patofisiologi

Berdasarkan patogenesis, kelainan congenital dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

1. Malformasi

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau


ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal
dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang
sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Beberapa
contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit,
defek penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defeksi sekat
jantung.

Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apa bila tidak dikoreksi
akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup.
Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang
serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segikosmetik. Malformasi pada otak,
jantung,ginjal, ekstrimitas,saluran cerna termasuk malformasi mayor ,sedangkan
kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata ,kelainan pada jari, lekukan pada
kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.

2. Deformasi
Didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal bagian tubuh
yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal terjadi,
misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini
dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang
lain seperti primi gravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus
bikornus, kehamilan kembar

3. Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini
biasanya terjadi sesudah embrio genesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya
disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia,
perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran amnion,yang
disebut pita amnion ,dapat terlepas dan melekat keberbagai bagian tubuh,
termasuk ekstremitas, jari-jari, tengkorak, serta muka.

4. Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah
displasia. Istilah dysplasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur)
akibat fungsi atau organisasi sel abnormal ,mengenai satu macam jaringan
diseluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia
didalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein.
Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal
secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan
ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan
efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya
mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat
.Displasia dapat terus-menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.

F. Klasifikasi
1. Menurut Gejala Klinis
Kelainan kongenital menurut gejala klinis dikelompokkan berdasarkan
hal-hal berikut:

a. Kelainan tunggal (single-system defects)


Porsi terbesar dari kelainan kongenital terdiri dari kelainan yang
hanya mengenai satu region dari satu organ (isolated). Contoh kelainan
ini yang juga merupakan kelainan kongenital yang tersering adalah
celah bibir, clubfoot ,stenosis pilorus, dislokasi sendi panggul congenital
dan penyakit jantung bawaan .Sebagian besar kelainan pada kelompok
ini penyebabnya adalah multifactorial.

b. Asosiasi(Association)
Asosiasi adalah kombinasi kelainan kongenital yang sering
terjadi bersama-sama. Istilah asosiasi untuk menekankan kurangnya
keseragaman dalam gejala klinik antara satu kasus dengan kasus yang
lain. Sebagai contoh “Asosiasi VACTERL” (vertebralanomalies
,analatresia, cardiacmal formation, tracheoesophageal fistula ,renal
anomalies, limbsdefects). Sebagian besar anak dengan diagnosis ini
tidak mempunyai keseluruhan anomali tersebut, tetapi lebih sering
mempunyai variasi dari kelainan di atas.
c. Sekuensial (Sequences)

Sekuensial adalah suatu pola dari kelainan multiple dimana


kelainan utamanya diketahui. Sebagai contoh, pada“PotterSequence”
kelainan utamanya adalah aplasia ginjal. Tidak adanya produksi urin
mengakibatkan jumlah cairan amnion setelah kehamilan pertengahan
akan berkurang dan menyebabkan tekanan intrauterine dan akan
menimbulkan deformitas seperti tungkai bengkok dan kontraktur pada
sendi serta menekan wajah (Potter Facies). Oligoamnion juga berefek
pada pematangan paru sehingga pematangan paru terhambat. Oleh
sebab itu bayi baru lahir dengan “PotterSequence” biasanya lebih
banyak meninggal karena distress respirasi dibandingkan karena gagal
ginjal.

d. Kompleks (Complexes)

Istilah ini menggambarkan adanya pengaruh berbahaya yang


mengenai bagian utama dari suatu regio perkembangan embrio, yang
mengakibatkan kelainan pada berbagai struktur berdekatan yang
mungkin sangat berbeda asal embriologinya tetapi mempunyai letak
yang sama pada titik tertentu saat perkembangan embrio. Beberapa
kompleks disebabkan oleh kelainan vaskuler. Penyimpangan
pembentukan pembuluh darah pada saat embriogenesis awal, dapat
menyebabkan kelainan pembentukan struktur yang diperdarahi oleh
pembuluh darah tersebut. Sebagai contoh, absennya sebuah arteri secara
total dapat menyebabkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh
tungkai yang sedang berkembang. Penyimpangan arteri pada masa
embrio mungkin akan mengakibatkan hipoplasian dari tulang dan otot
yang diperdarahinya. Contoh dari kompleks, termasuk hemifacial
microsomia, sacral agenesis, sirenomelia, Poland Anomaly, dan
MoebiusSyndrome.

e. Sindrom

Kelainan kongenital dapat timbul secara tunggal (single), atau dalam


kombinasi tertentu. Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini
terjadi berulang-ulang dalam pola yang tetap, pola ini disebut dengan
sindrom. Istilah “syndrome” berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“berjalan bersama” .Pada pengertian yang lebih sempit, sindrom bukanlah
suatu diagnosis, tetapi hanya sebuah label yang tepat. Apabila penyebab
dari suatu sindrom diketahui, sebaiknya dinyatakan dengan nama yang
lebih pasti ,seperti “Hurler syndrome” menjadi “Mucopolys accharidosi
stypeI”. Sindrom biasanya dikenal setelah laporan oleh beberapa penulis
tentang berbagai kasus yang mempunyai banyak persamaan. Sampai tahun
1992 dikenal lebih dari 1.000 sindrom dan hamper 100 diantaranya
merupakan kelainan kongenital kromosom. Sedangkan 50% kelainan
kongenital multipel belum dapat digolongkan ke dalam sindrom tertentu.

2. Menurut Berat Ringannya


Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Kelainan mayor
Kelainan mayor adalah kelainan yang memerlukan tindakan medis
segera demi mempertahankan kelangsungan hidup penderitanya.
b. Kelainan minor
Kelainan minor adalah kelainan yang tidak memerlukan tindakan
medis.
3. Menurut Kemungkinan Hidup Bayi
a. Kelainan kongenital yang tidak mungkin hidup, misalnya anensefalus
b. Kelainan kongenital yang mungkin hidup, misalnya sindrom down
,spinabifida, meningomielokel, fokomelia, hidrosefalus,
labiopalastokisis, kelainan jantung bawaan, penyempitan saluran cerna,
dan atresia ani.
4. Menurut Bentuk/Morfologi
a. Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ tubuh, dimana
tidak terbentuknya organ atau sebagian organ saja yang terbentuk,
seperti anensefalus, atau terbentuk tapi ukurannya lebih kecil dari
normal, seperti mikrosefali.
b. Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh, seperti labiopalatoskisis
,spinabifida
c. Gangguan migrasi alat, misalnya malrotasi usus, testis tidak turun.
d. Gangguan invaginasi suatu jaringan, misalnya pada atresia ani atau
vagina
e. Gangguan terbentuknya saluran-saluran, misalnya hipospadia, atresia
esophagus.
5. Menurut Tindakan Bedah yang Harus Dilakukan
a. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan segera ,dan
bantuan tindakan harus dilakukan secepatnya karena kelainan
kongenital tersebut dapat mengancam jiwa bayi.
b. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan yang
direncanakan, pada kasus ini tindakan dilakukan secara elektif.
6. Beberapa Kelainan Kongenital yang Dapat Dijumpai di Klinik
a. Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neuraltubedefect
yaitu suatu celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian
dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh. Kelainan ini biasanya disertai kelainan di daerah lain,
misalnya hidrosefalus, atau gangguan fungsional yang merupakan
akibat langsung spinabifida sendiri, yakni gangguan neurologik yang
mengakibatkan gangguan fungsi otot dan pertumbuhan tulang pada
tungkai bawah serta gangguan fungsi otot sfingter.

b. Labiopalatoskisis (celah bibir dan langit)


Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-
langit yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan
oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap.
Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi
akibat faktor non-genetik. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah
palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palate pada masa
kehamilan 7-12 minggu.Komplikasi potensial meliputi infeksi, otitis media
dan kehilangan pendengaran.
c. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel dan dapat diakibatkan oleh gangguan reabsorpsi LCS
(hidrosefalus komunikans) atau diakibatkan oleh obstruksi aliran
LCS melalui ventrikel dan masuk kedalam rongga subaraknoid
(hidrosefalus non komunikans). Hidrosefalus dapat timbul sebagai
hidrosefalus kongenital atau hidrosefalus yang terjadi postnatal.
Secara klinis, hidrosefalus kongenital dapat terlihat sebagai
pembesaran kepala segera setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai
ukuran kepala normal tetapi tumbuh cepat sekali pada bulan pertama
setelah lahir. Peninggian tekanan intracranial menyebabkan
iritabilitas, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan melirik ke
atas, gangguan pergerakan bolamata, hipertonia ekstrimitas bawah,
dan hiperefleksia. Etiologi hidrosefalus kongenital dapat bersifat
heterogen. Pada dasarnya meliputi produksi cairan serebrospinal
dipleksus korioidalis yang lebih gangguan absorpsi divilus
araknoidalis, dan obsruksi pada sirkulasi cairan serebrospinal.
d. Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar
tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan
suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan
janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika
ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban didalam rahim
terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus
sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam
beberapa jam atau hari setelah lahir.

e. Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut
keluar dinding perut sekitar umbilikus, benjolan terbungkus dalam
suatu kantong. Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus
kerongga perut dari posisi ekstra-abdominal didaerah umbilikus
yang terjadi dalam minggu keenam sampai kesepuluh kehidupan
janin. Terkadang kelainan ini bersamaan dengan terjadinya kelainan
kongenital lain, misalnya sindrom down. Pada omfalokel yang kecil,
umumnya isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan pada yang
besar dapat pula berisi hati atau limpa.

f. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis berbeda dengan omfalokel, yaitu kulit dan
jaringan subkutis menutupi benjolan herniasi pada defek tersebut
,pada ototrektus abdominis ditemukan adanya celah. Hernia
umbilikalis bukanlah kelainan kongenital yang memerlukan tindakan
dini, kecuali bila hiatus hernia cukup lebar dan lebih dari 5 cm.
Hernia umbilikalis yang kecil tidak memerlukan penatalaksanaan
khusus, umumnya akan menutup sendiri dalam beberapa bulan
sampai 3 tahun.
g. Atresia Esofagus
Dari segi anatomi, khususnya bila dilihat bentuk sumbatan dan
hubungannya dengan organ sekitar, terdapat bermacam-macam
penampilan kelainan kongenital atresia esophagus, misalnya jenis
fistula trakeo-esofagus. Dari bentuk esofagus ini yang terbanyak
dijumpai (lebih kurang 80%) adalah atresia atau penyumbatan
bagian proksimal esofagus sedangkan bagian distalnya berhubungan
dengan trakea sebagai fistula trakeo-esofagus. Secarak klinis, pada
kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau
berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak
napas, batuk, muntah, dan biru.

h. Atresia dan Stenosis


Duodenum Pada kehidupan janin, duodenum masih bersifat
solid, perkembangan selanjutnya berupa vakuolisasi secara progresif
sehingga terbentuklah lumen. Gangguan pertumbuhan inilah yang
menyebabkan terjadinya atresia atau stenosis duodenum sering kali
diikuti kelainan pankreas anularis. Pada pemeriksaan fisik tampak
dinding perut yang memberikesan skafoid karena tidak adanya gas
atau cairan yang masuk ke dalam usus dan kolon.

i. Atresia danStenosis Jejunum/ileum


Jenis kelainan kongenital ini merupakan salah satu obstruksi
usus yang sering dijumpai pada bayi baru lahir. Angka kejadian
berkisar 1 per 1.500-2.000 kelahiran hidup. Patofisiologi atresia usus
halus diduga terjadi sejak kehidupan intrauterine sebagai volvulus,
kelainan vascular mesenterika, dan intususepsi intrauterine. Sisa
kejadian inilah yang kemudian menyebabkan nekrosis usus halus
yang masih steril menjadi atresia atau stenosis.

j. Obstruksi pada Usus Besar


Salah satu obstruksi pada usus besar yang agak sering dijumpai
adalah gangguan fungsional pada otot usus besar yang dikenal
sebagai Hirschsprung Disease dimana tidak dijumpai pleksus
auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. Umumnya kelainan ini
baru diketahui setelah bayi berumur beberapa hari atau bulan.

k. Atresia Ani
Patofisiologi kelainan congenital ini disebabkan karena adanya
kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal, struktur
mesoderm lateralis, dan struktur ectoderm dalam pembentuk
anrektum dan traktus urinarius bagian bawah. Secara klinis letak
sumbatan dapat tinggi, yaitu diatas muskuluslevatorani, atau letak
rendah dibawah otottersebut. Pada bayi perempuan umumnya (90%)
ditemukan adanya fistula yang menghubungkan usus dengan
perineum atau vagina, sedangkan pada bayi laki-laki umumnya
fistula tersebut menghubungkan bagian ujung kolon yang buntu
dengan traktus urinarius. Bila anus imperforate tidak disertai adanya
fistula, maka tidak ada jalan keluar untuk udara dan mekonium,
sehingga perlu segera dilakukan tindakan bedah.

l. Penyakit Jantung Bawaan (PJB)


Penyakit jantung bawaan ada beranekaragam. Pada bayi yang
lahir dengan kelainan ini, 80% meninggal dunia dalam tahun
pertama, diantaranya 1/3 meninggal pada minggu pertama dan
separuhnya dalam 1-2 bulan. Sebab PJB dapat bersifat eksogen atau
endogen. Faktor eksogen terjadi akibat adanya infeksi, pengaruh
obat, pengaruh radiasi, dan sebagainya. Pada periode organogenesis,
faktor eksogen sangat besar pengaruhnya terhadap diferensiasi
jantung karena diferensiasi lengkap susunan jantung terjadi sekitar
kehamilan bulan kedua. Sebagai faktor endogen dapat dikemukakan
pengaruh faktor genetik, namun peranannya terhadap kejadian
penyakit PJB kecil. Dalam satu keturunan tidak selalu ditemukan
adanya PJB.
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Hidrosefalus
kelumpuhan pada anggota gerak (kuadriplegia spastik)
2. gangguan perkembangan
3. Mikrosefalus
kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala rata-
rata berdasarkan jenis kelamin dan usia.
4. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
5. Ataksia
ketidakmampuan dalam mengendalikan otot-otot kaki dan tangan
6. Kejang
7. Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah
kebawah)
8. Gangguan perkembangan motorik
9. Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
10. Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
11. Peningkatan billirubin direct (melekat pada albumin) dalam
serum (mengalami kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek
meningkat)
12. Bilirubinuria
13. Terjadi hepatomegali
14. Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
15. Berat badan lahir > 2500 gr
16. Gangguan pernafasan yang berat
17. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
18. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
19. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
20. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
H. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil
agar tidak mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu
dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia
lebih dari 35 tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi
dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil.
Kekurangan asam folat pada seorang wani ta harus
dikoreksiter lebih dahulu sebelum wanita tersebut hamil,
karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini.
Maka kepada wanita yang hamil agar rajin memeriksakan
kehamilannya pada trimester pertama dan dianjurkan
kepada wanita yang berencana hamil untuk
mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari.
Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah1mg/hari.
Asamfolat banyak terdapat dalam sayuran hijau daun,
seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry,
telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya asam
folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal.
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
Antenatalcare mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan
perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan
antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang
lazim berlaku. Tujuan dilakukannya antenatalcare adalah
untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan
perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan,
puerperium dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang
cukup mengenai pemeliharaan bayinya. Perawatan antenatal
juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya persalinan
prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan
terkena penyakit infeksi. Selain itu dengan pemeriksaan
kehamilan dapat dideteksi kelainan kongenital. Kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut:
1) Minimal 1 kali pada trimesterI (K1),usia kehamilan 1-
12 minggu.
2) Minimal 1 kali pada trimesterII(K2), usia kehamilan
13-24 minggu.
3) Minimal 2 kali pada trimesterIII (K3dan K4), usia
kehamilan>24minggu.

d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan


alkohol karena dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti atresia ani, celah bibir dan langit- langit.
e. Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan
rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang
tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital
pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan. Misalnya
pada penderita sindrom down, pada saat bayi baru lahir
apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan
latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa
dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa
melakukan semua keperluan pribadinya. Banyak orang tua
yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir
dengan kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan
kelainan adalah masa- masa yang sangat sulit bagi para
orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan
dirinya dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang
tua mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu tim
tenaga kesehatan yang dapat mengevaluasi dan melakukan
penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan anak sesuai
dengan kelainannya.

I. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
secara dini beberapa kelainan kehamilan/ pertumbuhan janin, kehamilan
ganda, molahidatidosa, dan sebagainya. Beberapa contoh kelainan
kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan noninvasive
(ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus
dengan atau tanpa spina bifida, defektuba neural, porensefali, kelainan
jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem gastrointestinal
(misalnyaa tresiaduodenum yang member gambaran gelembung ganda),
kelainan sistem genitourinaria (misalnya kista ginjal), kelainan pada
paru sebagai kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali, dan
ensefalokel .
2. Pemeriksaancairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu
dengan aspirasiper - abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan
amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara
lain pemeriksaan genetic / kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein
terhadap defektubaneural (anensefali, mengingomielokel), pemeriksaan
terhadap beberapa gangguan metabolic (galaktosemia, fenilketonurua),
dan pemeriksaan lainnya.
3. Pemeriksaan Alfa feto protein maternal serum(MSAFP).
Apabila serum ini meningkat maka pada janin dapat diketahui
mengalami defektubaneural, spina bifida, hidrosefalus, dan lain-lain.
Apabila serum ini menurun maka dapat ditemukan pada sindrom down
dan beberapa kelainan kromosom.
4. Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan
kromosom pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat
dideteksi dengan analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia
adrenal kongenital.
5. Fetoskopi/kordosentesis
Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka bayi
yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi tersebut, yaitu
bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun telinga,
mulut,jari-jari,kelamin, serta anus bayi.

J. PENGOBATAN

Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ


tubuh umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan
kongenital yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan
langit-langit, atresiaani, spinabifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus
hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian
obat-obatan yang dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal.
Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan,
bergantung pada jenis, berat, dan derajat kelainan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELAINAN KONGENITAL

A. PENGKAJIAN
1. Penelaahan Prenatal
Riwayat ibu: usia kehamilan, penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes melitus, varisela,
kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti- epilepsi, kokain, obat anti
koagulan warfarin, sertaradiasi.
2. Riwayat Persalinan
Posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati, abortus, status kesehatan neonatus.
3. Riwayat Keluarga
Adanya kelainan kongenital yang sama, kelainan kongenital yang lainnya, kematian
bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor maupun minor.
Biasanya bila ditemukan dua kelainan minor, 10% disertai kelainan mayor. Sedangkan
bila ditemukan tiga kelainan minor, 85% disertai dengan kelainan mayor.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sitogenetik (kelainan kromosom), analisis DNA, ultrasonografi, organ dalam,
ekokardiografi, radiografi, sertaserologi TORCH.Pemeriksaan yang teliti terhadap
pemeriksaan fisik dan riwayat ibu serta keluarga kemudian ditunjang dengan melakukan
pemotretan terhadap bayi dengan kelainan kongenital adalah merupakan hal yang sangat
penting dibanding dengan pemeriksaan penunjang laboratorium.
D. DIAGNOSA
1. (00112) Resiko Keterlambatan Perkembangan
2. (00113) Resiko Pertumbuhan Tidak Proporsional
3. (00115) Resiko Disintegrasi Perilaku Bayi
4. (00230) Resiko Ikterik Neonatus
No Diagnosa Noc Nic

1. (00115) Risiko disintegrasi Setelah dilakukan 1. Monitor neurologi


perilaku bayi tindakan asuhan (2620)
Definisi: rentan terhadap keperawatan selama 3 x Aktivitas-aktivitas:
gangguan dalam 24 jam, diharapkan klien - Pantau ukuran
mengintegrasi dan dapat: pupil, bentuk,
menyesuaikan/mengubah 1. Koordinasi kesimetrisan, dan
sistem fungsi fisiologis dan pergerakan reaktivitas
perilaku (mis, sistem (0212) - Monitor tingkat
autonomik, motorik, Definisi: kemampuan kesadaran
organisasi-kondisi, regulasi otot untuk bekerja sama - Monitor
diri, dan perhatia-interaksi) secara sukarela dengan kecenderungan
yang dapat mengganggu gerakan (tubuh) yang skala koma
kesehatan terarah glasgow
Faktor Risiko: Kriteria hasil: - Monitor tanda-
 Gangguan fungsi (021201) kontraksi tanda vital
motorik kekuatan otot - Kesimetrisan wajah
 Prematuritas ditingkatkan dari skala 3 - Monitor tonjolan
 Prosedur invasif ke skala 4 lidah
(021203) kecepatan 2. Monitor
gerakan ditingkatkan dari pernafasan (3350)
skala 3 ke skala 4 Aktivitas-aktivitas:
(021205) kontrol gerakan - Monitor kecepatan,
ditingkatkan dari skala 3 irama, kedalaman,
ke skala 4 dan kesulitan
(021207) keseimbagan bernafas
gerakan ditingkatkan dari - Catat pergerakan
skala 3 ke skala 4 dada, catat
2. Status neurologi ketidaksimetrisan,
(0909)
Definisi: kemampuan penggunaan otot
sistem saraf perifer dan bantu pernafasan,
pusat untuk menerima, dan retraksi pada
memproses, dan otot
menanggapi stimulus supraclavicularis
internal dan eksternal. dan interkosta
Kriteria hasil: - Monitor suara
(090901) kesadaran nafas tambahan
ditingkatkan dari skala 3 - Monitor pola nafas
ke skala 4 - Monitor saturasi
(090902) kontrol motor oksigenpada paien
sentral ditingkatkan dari yang tersedasi
skala 3 ke skala 4 - Palpasi
(090902) fungsi sensorik kesimetrisan
dan motorik kranial ekspansi paru
ditingkatkan dari skala 3 - Auskultasi suara
ke skala 4 nafas
(090904) fungsi sensorik - Monitor hasil foto
dan motorik spinal thoraks
ditingkatkan dari skala 3
kesakala 4
(90905) fungsi otonom
ditingkatkan dari skala 3
ke skala 4
(090906) tekanan
intrakranial ditingkatkan
dari skala 3 keskala 4
2. (00112)resiko Setelah dilakukan (8278) peningkatan
keterlambatan tindakan keperawatan perkembangan : bayi
perkambangan selama 3x24 jam  Lakukan beberapa
diharapkan pasien
Definisi : rentan mengalami mampu: skrining yang
keterlambatan 25% atau 1.Perkembangan anak direkomendasikan
lebih pada satu atau lebih usia 1 bulan (misalnya,
area sosial atau perilaku Definisi : periode penting anemia,cek mata,
regulasi-diri, atau perkembangan fisik, dan lain-lain).
keterampilan kognitif, kognitif, dan psikososial  Identifikasi
bahasa, motorik kasar atau anak usia 1 bulan. kebutuhan
halu, yang dapat batasan karakteristik : imunisasi tambahn
mengganggu kesehatan. (012015) reflek moro untuk beberapa
ditingkatkan dari skala 2 kelompok anak
Faktor resiko : ke skala 3 tertentu
 Gangguan genetik (012016) reflek  Sediakan informasi
 Infeksi menegaakkan leher mengenai tahapan
 Penyalahgunaan zat ditingkatkan dari skala 2 perkembangan
ke skala 3 pada anak
(012009) mata mengikuti  Minta orang tua
stimulus ke garis untuk waspada
pertengahan. terhadap sindrom
(012002) sinyal kematian bayi
ketidaknyamanan di secara tiba-tiba.
tingkatkan dari skala 2 ke
skala 3.
2.perkembangan anak
usia 2 bulan
Definisi : periode penting
perkembangan fisik,
kogitif, dan psikososial
anak usia 2 bulan,
Batasan karateristik
(010010) tersenyum
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 3
(010005) tangan sering
terbuka ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 3
(010006) reflek
menggenggam mulai
menghilang ditingkatkn
dari skala 2 ke skala 3.
3. (00113) resiko Setelah dilakukan (6614) identifikasi risiko
pertumbuhan tidak tindakan keperawtan genetik
proporsional selama 3x24 jam  jamin privasi dan
diharapkan pasien kerahasiaan
Definisi : rentan mengalami mampu :  dapatkan atau kaji
pertumbuhan di atas (0110)Pertumbuhan riwayat lengkao,
persentil ke -97 atau Definisi : pertambahan termasuk riwayat
dibawah persentil ke-3 normal pada ukuran prenatal dan
untuk usia yang melewati tulang dan berat badan obsteti, riwayat
dua jalur persentil, yang selama masa perkambangan, dan
dapat menganggu kesehatan pertumbuhan status kesehatan
Batasan karakteristik : masa lalu dan saat
Faktor resiko : (011001) persentil berat ini dengan kondisi
 gangguan kongenital badan berdasarkan jenis yang telah
 kehamilan kembar kelamin ditingkatkan dari dibuktikan.
 infeksi maternal skala 2 ke skala 3  Dapatkan atau kaji
(011002) persentil berat ulang menegenai
badan berdasarkan umur lingkungan
ditingkatkan dari skala 2 (misalnya,
ke skala 3 kemungkinan
(011009) indeks masa terpapar pada
tubuh ditingkatkan dari teratogen dan
skala 2 ke skala 3
(1819) pengetahuan karsinogen dan
perawatan bayi gaya hidup misal
Definisi : tingkat obat-obatan yang
pemahaman yang dikonsumsi).
disampaikan tentang  Dapatkan dokumen
merawat bayi dari lahir diagnosa keluarga
sampai ulang tahun yang terkena
pertama dampak
Batasan karakteristik :  Dapatkan atau kaji
(181901) karalteristik ulang riwayat
bayi yang normal keluarga yang
ditingkatkan dari skala 2 komprehensif dan
ke skala 3 susun paling tidak
(181902) pertumbuhan 3 generasi.
dan perkembangan bayi
yang nornal ditingkatkan
dari skala 4 ke skala 5
(181922) kebutuhan
perawatan khusus
ditingkatkan dari skala 3
ke skala 4
4. (00230) Risiko Ikterik Setelah dilakukan 1. Perawatan
Neunatus tindakan asuhan bayi:baru lahir
Definisi: Kerentanan untuk keperawatan selama 3 x (6824)
mengalami warna kuning 24 jam, diharapkan klien Aktivitas-aktivitas:
sampai orange pada kulit dapat: - Bersihkan sekresi
dan membran mukosa 1. Adaptasi bayi dari saluran mulut
neonatus yang terjadi baru lahir (0118) dan hidung
setelah 24 jam kelahiran Definisi: Respon adaptif - Lakukan evaluasi
sebagai akibat adanya terhadap lingkungan APGAR pada
bilirubin tak terkonjugasi esktrauterin oleh bayi
dalam sirkulasi, yang dapat baru lahir yang matang menit pertama dan
mengganggu kesehatan. secara fisiologis selama kelima setelah
Faktor risiko: 28 hari pertama. kelahiran
 Bayi mengalami Kriteria hasil: - Ukur dan timbang
kesulitan transisi ke (011801) skor APGAR berat badan bayi
kehidupan ditingkatkan dari skala 3 baru lahir
ekstrauterin ke skala 4 - Monitor frekuensi
 Keterlambatan (011802) indeks usia pernafasan dan
pengeluaran gestasi ditingkatkan dari pola nafas bayi
mekonium skala 3 ke skala 4 - Monitor warna
 prematuritas (011808) warna kulit kulit bayi baru lahir
ditingkatkn dari skala 3 - Ukur lingkar
ke skal 5 kepala
(011811) Berat badan - Tentukan usia janin
ditingkatkan dari skala 3 - Monitor respon
ke skala 4 bayi baru lahir
(011816) perhatian terhadap sirkumsisi
terhadap stimulus - Monitor
ditingkatkan dari skala 3 hipoglikemia dan
ke skala 4 anomali jika ibu
(011817) respon terhadap memiliki diabetes
stimulus ditingkatkan - Monitor tanda-
dari skala 3 ke skala 4 tanda
(011823) kadar bilirubin hiperbilirubinemia,
ditingkatkan dari skala 3 jika tepat
keskala 4 2. Perawatan
2. Organisasi bayi:prematur
(pengelolaan) (6826)
bayi prematur Aktivitas-aktivitas:
(0117) - Ciptakan hubungan
Definisi: Integrasi
ekstrauterin dan fungsi yang mendukung
fisiologis dan fungsi dan terapeutik
perilaku oleh bayi baru dengan orangtua
lahir dengan usia gestasi - Informasikan
24 sampai 37 minggu. orangtua mengenai
Kriteria hasil: pertimbanga
(011701) denyut nadi perkembangan bayi
apikal (120-160) prematur
ditingkatkan dari skala 3 - Instruksikan
keskala 4 orangtua untuk
(011702) indeks usia mengenal perilaku
kehamilan ditingkatkan dan kondisi bayi
dari skala 3 ke skala 4 - Monitor stimulus
(011703) frekuensi di lingkungan bayi
pernafasan (30-60) dan turunkan
ditingkatkan dari skala 3 stimulus jika
ke skala 4 memungkinkan
- Posisikan inkubator
jauh dari sumber
kebisingan
- Monitor hematokrit
dan berikan
transfusi darah saat
diperlukan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahiryang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non
genetik.Kadang-kadangsuatu kelainan kongenital belum ditemukan atau
belum terlihat pada waktu bayi lahir,tetapi baru ditemukan beberapa saat
setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian laintentang kelainan sejak
lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentukberbagai
gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup aspek
fisis,intelektual dan kepribadian
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami materi dari makalah ini dan
menerapkan asuhan keperawatan pada klien kelainan kongenital.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria, Howard Butcher, dkk. 2013. Nursing Interventions


Classification (NIC), 6th Edition. Indonesia : Elsievier Inc.

Herdman,T Heather.2015.NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:


Definisi & Kasifikasi 2015-2017, Ed. 10.Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Moorhead, Sue, Marion Johnson, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification


(NOC), 5th Edition.Indonesia: Elsievier Inc

Soetjiningsih, Gde Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Ed 2. Jakarta : EGC

Wiknjosastro Hanifa,Saifuddin,Rachimhadhi. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai