Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Asuhan Keperawatan
dengan penyakit Kanker Serviks.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami.
Serta tak lupa teman – teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran.

Ungaran, 26
Oktober 2017

Penulis

1 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher
rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari
seluruh keganasan pada wanita di dunia setelah kanker payudara,
kolorektum dan paru. Insiden kanker serviks sekitar 7,9 % di dunia (IARC,
2014). Pada tahun 2012, diperkirakan sekitar 528.000 kasus baru kanker
serviks dan 266.000 kematian akibat kanker serviks. Hampir 87%
kematian tersebut terjadi di negara berkembang (IARC, 2012). Sampai
saat ini, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan perempuan di
negara-negara berkembang termasuk di Indonesia sehubungan dengan
angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi (Rasjidi, 2009).
Menurut WHO, di Indonesia kanker serviks menempati urutan
kedua setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks
sekitar 20.928 dan kematian akibat kanker serviks dengan persentase 10,3
% (WHO, 2014). Menurut Depkes RI tahun 2010, insiden kanker serviks
sebanyak 100 per 100.000 penduduk pertahun dan angka ini diperkirakan
akan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang jika
tidak dilakukan tindakan pencegahan (Dewi et al., 2013). Data lainnya dari
13 pusat laboratorium patologi di Indonesia, didapatkan insiden kanker
serviks sekitar 36% (Rasjidi, 2009). Di Padang, kanker serviks menempati
urutan keenam dari 10 tumor tersering menurut Yayasan Kanker Indonesia
tahun 2007 dengan jumlah 104 kasus (Yayasan Kanker Indonesia, 2007).
Tingginya insiden kanker serviks di Indonesia dan sebagian besar
pasien yang terdiagnosis kanker serviks berada pada stadium lanjut
menjadi alasan pentingnya dilakukan deteksi dini terhadap kanker serviks.
Tujuan dari deteksi dini adalah untuk menemukan kasus-kasus stadium
dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan (Fauziah et
al., 2015; Aziz, 2005). Beberapa metode deteksi dini yang dapat

2 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
digunakan antara lain pemeriksaan Pap smear, inspeksi visual asam asetat
(IVA), tes human papillomavirus (HPV) dan kolposkopi. Namun, hanya
Pap smear yang telah digunakan secara luas dalam deteksi dini kanker
serviks (WHO, 2013).
Kanker serviks berkembang dari lesi prakanker, dikenal sebagai
Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) yang ditandai dengan adanya
perubahan displastik pada epitel serviks (Edianto, 2006). Penelitian
sebelumnya di Iraq tahun 2012, didapatkan kasus lesi prakanker serviks
sebanyak 18,9% dari seluruh hasil Pap smear (Chkhaim et al., 2012).
Penelitian lainnya di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tahun 2013, dari
hasil pemeriksaan IVA didapatkan kasus lesi prakanker serviks sebanyak
48% (Wahyuningsih & Mulyani, 2014).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kanker serviks
2. Untuk mengetahui etiologi dari kanker serviks
3. Untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
4. Untuk mengetahui klasifikasi klinis dari kanker serviks
5. Untuk mengetahui manifestasi dari kanker serviks
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker serviks
7. Untuk mengetahui komplikasi dari kanker serviks
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kanker serviks
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari kanker serviks
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kanker serviks
C. Manfaat
Dengan adanya asuhan keperawatan pada penyakit Kanker Serviks
, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang penyakit Kanker Serviks. Serta dapat
berguna bagi pembaca khususnya seorang perawat maupun mahasiswa
calon perawat dalam menyusun asuhan keperawatan (definisi, etiologi, dan
lain-lain) pada klien yang menderita penyakit kanker serviks.

3 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut Rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990; 1997)
terlalu tua
Kanker serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang
di alamioleh wanita di seluruh dunia. Menurut internasional Agency for
research on cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia dengan jumlah
sekitar 439.000 dengan jumlah 273.000 kematian terjadi di Negara-negar
berkembang. Dan Indonesia jumlah pengidap kanker serviks kedua
terbesar setelah cina.
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel
neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain
yang tidak sampai melibatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut
displasia.
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan
karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai
terjadi pada sel-sel squamocolummar junction. Kanker serviks ini terjadi
paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun.

B. Etiologi Kanker Serviks


Penyebab kanker serviks belum jelas di ketahui namun ada
beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain:
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita
melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.

4 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak di jumpai pada wanita yang
sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar
terhadap kanker serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simplek (HSV-2) dan virus papilloma
atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab
kanker serviks.
5. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya
dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan
kurang hal ini memepengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks
pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena
pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawatt sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim)
Sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini
dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

5 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kanker serviks
1. Mikroskopis
a. Dysplasia
Dysplasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal
epidermis. Dysplasia berat terjadi pada dua pertiga
epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi
pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan
derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor
menembus membrane basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrane basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat
pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.
Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
1) Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool,
tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah
dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

6 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
2) Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk
ilkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks,
posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
3) Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada
endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk
menjadi ulkus.
2. Makroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum eksternum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadinya pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga
tempaknya seperti ulkus dengan jaringan yan rapuh dan
mudah berdarah.

D. Klasifikasi Klinis Kanker Serviks


1. Stage 0: Ca pre invasif
2. Stage I: Ca terbatas pada serviks
a. Stage Ia: disertai inbasi dari troma yang hanya diketahui
secara histopatologis
b. Stage Ib: semua kasus lainnya sari stage I
3. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua
pertiga bagian proksimal.
4. Stage IIIA: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian
bawah vagina.
5. Stage IIIB: sudah mengenai organ-organ lain.

7 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
E. Manifestasi Klinis Kanker Serviks
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan
gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi, kecuali jika wanita tersebut
menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear. Gejala biasanya baru
muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala
sebagai berikut:
1. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi,
setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
2. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
3. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna
pink, coklat, mengandung darah, atau hitam serta berbau busuk.
4. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja
d. Patah tulang (fraktur)

F. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai
squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini
berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35
tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

8 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan
serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi
ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio
akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS
I, II, IIIdan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-
rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu
yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan
/ tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard.
Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid
carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

G. WOC Kanker Serviks

9 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
H. Pemeriksaan Penunjang Kanker Serviks
1. Sitology/pap smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat unruk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehungga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopis
Melihat hapusan vagina (pap smear) dengan pembesaran sampai
200 kali.
5. Biopsy
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.
6. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari
serviks)
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila
hasil sitology meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-
kelainan yang jelas.

10 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
I. Penatalaksanaan Kanker Serviks
1. Pengobatan Lesi Prekanker
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada bebeapa
faktor:
a. Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
b. Rencana penderita untuk hamil lagi
c. Usia dan keadaan umum penderita
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan
lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah
diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus
menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara
rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
a. Kriosurgeri (pembekuan)
b. Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
c. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang
abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
d. LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan
merasakan kram/nyeri lainnya, perdarahan maupun
keluarnya cairan encer dari vagina. Pada beberapa kasus,
mungkin perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan
rahim), terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam
lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak
memiliki rencana untuk hamil lagi.
2. Pengobatan untuk Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung
kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan
umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi.
a. Pembedahan

11 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat
diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
smear setiap 3 bulan selama 1 taahun pertama, dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki
rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur sekitarnya (prosedur ini disebut
histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada
wanita muda, ovarium indung telur yang normal dan masih
berfungsi tidak diangkat.
b. Terapi Penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah
panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi:
1) Radiasi eksternal: sinar berasal dari sebuah mesin
besar. Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu.
2) Radiasi internal: zat radioaktif terdapat didalam
sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam
serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan
selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-
2 minggu.

12 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar keluar panggul, dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi yang menggunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat antikanker bisa diberikan melalui
suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam
suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan
periode pemulihan. Lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan
pemulihan.
4. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki
sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi ini
dilakukan pada kanker yang telah menyebar dibagian tubuh
lainnya. Yang sering digunakan adalah interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi.
5. Tindakan bergantung pada usia, paritas, tua kehamilan, dan
stadium kanker.
a. Wanita relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium
dini, dapat melahirkan janin secara spontan.
b. Dalam trimester I dijumpai kanker serviks, dilakukan
abortus buatan, kemudian diberikan pengobatan radiasi.
c. Dalam trimester II kehamilan: segera lakukan histerektomi
untuk mengeluarkan hasil konsepsi, kemudian diberikan
dosis penyinaran.
d. Wanita relatif muda yang masih mendambakan anak
dengan kanker serviks dilakukan konisasi atau amputasi
porsio kemudian dikontrol dengan baik. Bila anak cukup
sebaiknya dikerjakan histerektomi.
Diagnosis dapat ditemukan setelah hasil papsmear disertai dengan
adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten yang diikuti dengan hasil
biopsi yang mengidentifikasi adanya neoplasma intra-epitel (CIN) atau lesi
intra-epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSL).

13 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
BAB III
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
2. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan
intraservikal dan disertai keputihan menyerupai air.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intraservikal.
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta
adanya tumor, riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan psiko, sosial, ekonomi, dan budaya: ca serviks sering
dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kulaitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
memepengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene
terutama kebersihan dari saluran urogenital.
5. Data khusus
a. Riwayat kebidanan: paritas kelianan menstruasi, lama,
jumlah, dan warna darah, adakah hubungan perdarahan
dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus,
pekerjaan yang dilakukan sekarang.
b. Pemeriksaan penunjang

14 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
Sitology dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

6. Aktivitas dan istirahat


Gejala:
a. Kelemahan atau keletihan akibat anemia
b. Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada
malam hari
c. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas, dan keringat malam
d. Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen
lingkungan dan tingkat stres tinggi
7. Integritas ego
Gejala: faktor stres, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
8. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut:
a. Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi,
perubahan eliminasi urinalis, misalnya nyeri.
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering
berkemih, menopause dini, dan menoragia.
9. Makanan dan minuman
a. Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya:
rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
b. Pada kanker ovarium: dispesia, rasa tidak nyaman pada
abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat (kanker
ovarium).
10. Neurosensori
Gejala: pusing, sinkope.

15 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
11. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit),
nyeri tekan pada payudara (pada kanker ovarium).
12. Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
13. Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
14. Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker
serviks).
15. Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan,
bantuan, masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran.
16. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih besar dari usia
30 tahun, multigravida pasangan seks multipel, dan aktivitas
seksual diri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
2. Keletihan berhubungan dengan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhungan dengan
4. Gangguan eliminasi urine berhungan dengan
5. Resiko infeksi
6. Nyeri akut berhubungan dengan

16 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
C. Intervensi Keperawatan
Nanda Nic Noc belum ada
Buat diagnosa
1) Nyeri kronik
2) Harga diri rendah
3) Resiko infeksi
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dai kebutuhan tubuh

17 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan
karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai
terjadi pada sel-sel squamocolummar junction. Kanker serviks ini terjadi
paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia
dini, yaitu 18 tahun. Yang menjadi penyebab dari kanker serviks sampe
sekarang belum diketahui namun kanker ini dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti genetik, usis, jumlah kehamilan, jumlah
perkawinan, infeksi virus, sosial ekonomi, merokok dan AKDR. Gejala
yang dapat ditimbulkan oleh pasien dengan penyakit kanker serviks adalah
perdarahan, mentruasi abnormal, dan keputihan. Diagnosa kanker serviks
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang yaitu konisasi, sitology,
koloskopi, biopsy. Penatalaksanaan yang dibutuhkan pasien dengan Ca
serviks seperti pembedahan, kemoterapi, terapi penyinaran.
B. Saran
Dari asuhan keperawatan yang telah dibuat sebaiknya dapat
dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit kanker
serviks. Dari pengobatan yang telah ada dan akan berkembang seiring
berkembangnya zaman seharusnya dapat digunakan sebagai cara yang
baik untuk menemukan kanker serviks dari sejak awal sehingga akan
berkurangnya tingkat kematian pada pasien dengan kanker serviks.
Perlunya pengetahuan masyarakat, perawat serta mahasiswa calon perawat
untuk dapat mengenali kanker serviks lebih awal.

18 | KEPERAWATAN MATERNITAS II
DAFTAR PUSTAKA

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika

Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Yohana, Yovita, & Yessica. 2011. Kehamilan & Persalinan. Jakarta: Garda
Medika

Price, Sylvia. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.


Volume 2. Jakarta: EGC

Heather, T. Herdman. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses. Jakarta:


EGC.

Moorhead Sue, dkk.2015. Nursing Outcomes Classification. Ed.5. Indonesia:


Elseveir.

M. Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Ed. 6.


Indonesia: Elseveir.

19 | KEPERAWATAN MATERNITAS II

Anda mungkin juga menyukai