PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir, dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non-genetik. 1
Kematian pada neonatus merupakan kejadian yang paling sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun.2 Kelainan bawaan merupakan penyebab
kematian tersering ketiga setelah prematuritas dan gizi buruk.2 Di negara
maju, 30% dari seluruh seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit anak
terdiri dari penderita kelainan kongenital dan akibat yang ditimbulkannya. 1 Di
Asia Tenggara, jumlah penderita kelainan bawaan cukup tinggi yaitu
mencapai 5%.2 Di Indonesia, prevalensi kelainan bawaan mencapai angka 5
per 1.000 kelahiran.3 Di Ruang Perinatologi RSAB Harapan kita Jakarta
dari tahun 1994 2005 kelainan bawaan terdapat pada 2,55% dari seluruh
bayi yang lahir.1
Banyak faktor risiko dari kelainan kongenital, di antaranya faktor umur
ibu, hormonal, radiasi, dan gizi. Banyak kelainan kongenital yang tidak
diketahui penyebabnya. Faktor janin dan faktor lingkungan hidup janin diduga
dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. 2
Kelainan kongenital atau birth defect dapat berupa abnormalitas
kongenital (kasus terbesar), fetal diseases, genetic diseases, retardasi
perkembangan (mental) intra uterine, dan disabilitas. Proporsi perbandingan
kelahiran dengan kecacatan dan jumlah kelahiran absolut di negara-negara
berkembang lebih besar bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Birth
defects yang berat dapat bersifat letal, sedangkan bagi yang dapat bertahan
hidup akan mengalami disabilitas mental, fisik, auditorik atau visual. Dari data
yang ada minimal ada 3,3 juta anak balita meninggal karena birth defect tiap
tahunnya. Dan sebanyak 3,2 juta yang hidup mengalami disabilitas sepanjang
hidupnya. Setiap tahun lebih kurang 7,9 juta anak-anak (6% dari total
kelahiran di dunia), lahir dengan birth defect yang berat karena disebabkan
faktor genetik atau partially genetic. Ditambah lagi adanya ratusan ribu yang
lahir dengan birth defect berat sebagai akibat dari penyebab post konsepsi
seperti ibu yang terpapar agen lingkungan (teratogen) seperti alkohol, rubella,
syphilis, defisiensi yodium, dan thalassemia yang dapat membahayakan janin
yang sedang berkembang.3
Kelahiran bayi dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi.1
2.2.
Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali tidak diketahui secara
pasti. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.4
Etiologi kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:1
1.
Faktor genetik
Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh
kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen. Kelainan yang disebabkan
oleh faktor genetik dikelompokkan ke dalam kelainan akibat mutasi gen tunggal,
kelainan aberasi kromosom, dan kelainan multifaktorial (gabungan genetik dan
pengaruh lingkungan).
a. Kelainan mutasi gen tunggal (single gen mutant)
Kelainan single gen mutant atau disebut juga pola pewarisan Mendel
(Mendelian) terbagi 4 macam antara lain: autosomal resesif, autosomal
dominan, x-linked recessive, x-linked dominant.
b. Gangguan keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom
Kelainan kromosom dibagi atas aberasi numerik dan aberasi struktural.
Kelainan pada struktur kromosom seperti delesi, translokasi, inversi, dan
lain sebagainya, ataupun perubahan pada jumlahnya (aberasi kromosom
numerik/ aneuploidi) yang biasanya berupa trisomi, monosomi, tetrasomi,
dan lain sebagainya. Kelainan bawaan berat (biasanya merupakan anomali
multipel) seringkali disebabkan aberasi kromosom. Aberasi numerik
3
Faktor non-genetik
Kelainan oleh faktor non-genetik dapat disebabkan oleh obat-obatan,
teratogen, dan radiasi. Teratogen adalah obat, zat kimia, infeksi, penyakit ibu,
yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk atau fungsi
pada bayi yang dilahirkan.
Tabel 1. Teratogen yang Berkaitan dengan Malformasi pada Manusia
Teratogen yang Berkaitan dengan Malformasi pada Manusia
Teratogen
Malformasi Kongenital
Agen infeksi
Virus Rubella
Katarak, glaukoma, cacat jantung, tuli, kelainan gigi
Sitomegalovirus
Mikrosefalus, kebutaan, retardasi mental, kematian janin
Virus Herpes
Mikroftalmia, mikrosefalus, displasia retina
Simpleks
Virus varisela
HIV
Toksoplasma
Sifilis
Agen fisik
Sinar X
Hipertermia
Bahan Kimia
Talidomid
Aminopretin
Difenihidantoin
(fenitoin)
Asam valproat
Trimetadion
jantung/kraniofasial/ekstremitas
langit-langit sumbing, cacat jantung, kelainan urogenital
Litium
Amfetamin
Warfarin
Inhibitor ACE
dan tulang
Malformasi jantung
Bibir dan langit-langit sumbing, cacat jantung
Kondroplasia, mikrosefalus
Retardasi pertumbuhan, kematian janin
4
Kokain
Alkohol
gastroskisis
Sindrom alkohol janin, fisura palpebra pendek, hipoplasi
Isotretinoin (vitamin
A)
Pelarut industri
jantung
Berat badan lahir rendah, cacat kraniofasial dan tabung
Merkuri organik
saraf
Gejala neurologis serupa dengan yang disebabkan oleh
cerebral palsy
Retardasi pertumbuhan, gangguan neurologis
Timbal
Hormon
Bahan androgenik
(etisteron,
klitoris
norestisteron)
Dietilstilbesterol
(DES)
Diabetes ibu
Obesitas ibu
saraf
Cacat jantung,omfalokel
2.3.
Embriogenesis1
Embriogenesis normal merupakan proses yang sangat kompleks.
Perkembangan pranatal terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Tahap
implantasi
(implantation
stage),
dimulai
pada
saat
3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada
tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalam
ukuran, pertumbuhan progresif struktur skeletal, muskulus dan
terutama otak.
Embriogenesis abnormal1,4
2.4.
dapat
merusak
embrio
dan
menyebabkan
abortus
spontan.
Diperkirakan 15% dari seluruh konsepsi akan berakhir pada periode ini.
Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi
struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas sampai ukuran daun
telinga yang kecil.
Proses kematian sel yang tidak adekuat dapat menyebabkan kelainan,
antara lain sindaktili, atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak sempurna akan
menyebabkan celah bibir dan langit-langit. Beberapa zat teratogen dapat
mengganggu perkembangan, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh waktu pada
saat aktivitas teratogen berlangsung selama tahap embrio.
2.5.
Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya, kelainan kongenital dibagi menjadi:1,5
1. Malformasi
Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis.
Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti,
4. Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah
displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan
struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam
jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat
penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan
produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh
mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek
klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga
patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan
efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang
ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relative
1.
Istilah
asosiasi
untuk
menekankan
kurangnya
keseragaman dalam gejala klinik antara satu kasus dengan kasus yang
lain. Sebagai contoh Asosiasi VACTERL (vertebral anomalies, anal
atresia,
cardiac
malformation,
tracheoesophageal
fistula,
renal
disebabkan
oleh
kelainan
vaskuler.
Penyimpangan
bifida,
meningomielokel,
fokomelia,
hidrosefalus,
10
Diagnosis
DIAGNOSIS ANTENATAL/PRANATAL
Dilakukan pada wanita hamil yang mempunyai faktor resiko
kongenital
anak
yang dilahirkan
11
Pemeriksaan Radiologik,
USG
Fetoskopi
kehamilan
dapat
mendeteksi :
Porensefali
kehamilan)
Pemeriksaan Cairan amnion
Pemeriksaan Genetik/kromosom
Pemeriksaan AFP terhadap defek tuba neural (anensefali,
meningomielokel), dll
Pemeriksaan Biopsi vilus korion pemeriksaan sel secara
langsung/kultur sel.
2.8.
Pencegahan
Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
12
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35
tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam
folat pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini.
Maka kepada wanita yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya
pada trimester pertama dan dianjurkan kepada wanita yang berencana
hamil untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari. Kebutuhan
asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari. Asam folat banyak
terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat,
pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya
asam folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal.
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada
setiap kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan
jadwal yang lazim berlaku. Tujuan dilakukannya antenatal care adalah
untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi
intrauterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam
menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya. Perawatan
antenatal juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya persalinan
prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan terkena
penyakit infeksi. Selain itu dengan pemeriksaan kehamilan dapat dideteksi
kelainan kongenital. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai
berikut:
c.1. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu.
c.2. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.
c.3. Minimal 2 kali pada trimester III (K3 dan K4), usia kehamilan >24
minggu
13
14
Apabila serum ini menurun maka dapat ditemukan pada sindrom down
dan beberapa kelainan kromosom.
a.4. Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom pada
janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan
analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital.
a.5. Fetoskopi/kordosentesis
Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka bayi yang baru
lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi tersebut, yaitu bentuk
muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun telinga, mulut, jarijari, kelamin, serta anus bayi.
b. Pengobatan
Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ tubuh
umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan
kongenital yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan
langit-langit, atresia ani, spina bifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus
hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian
obat-obatan yang dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal.
Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan,
bergantung pada jenis, berat, dan derajat kelainan.
Pencegahan Tersier
Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting
pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang
tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier
bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita sindrom down, pada saat
bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan
otot
yang
akan
membantu
mempercepat
kemajuan
pertumbuhan
dan
15
perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya.
Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya
lahir dengan kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah
masa-masa yang sangat sulit bagi para orang tua. Selain stres, orang tua harus
menyesuaikan dirinya dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang tua
mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu tim tenaga kesehatan yang
dapat mengevaluasi dan melakukan penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan
anak sesuai dengan kelainannya.
2.9.
16
17
18
tambahan
salinan
kromosom
21.
19
20
Gambar 9. Trisomi 18
21
Gambar 11 Trisomi 13
22
24
muka lebar
IQ rendah (20-40)
26
Hernia Inguinalis
Otot kendur
27
28
29
Cyclopia
30
a. Anensefalus
Anencepalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf (suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda spinalis).
Anencepalus terjadi karena kegagalan menutupnya tempurung tengkorak.
ETIOLOGI
Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua
yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun factor resiko.
Sebanyak 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui, sisanya
disebabkan oleh factor lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya.
Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat: hilangnya bagian
tubuh tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, serta kelainan
bawaan pada kimia tubuh. Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya
enzim atau tidak sempurnanya pembentukan enzim. Penyebab lain dari
kelainan bawaan adalah pemakaian alcohol oleh ibu hamil. Pemakaian alcohol
oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alcohol pada janin dan obat-obat
tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebabkan kelainan
bawaan. Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki factor Rh yang
berbeda juga dapat meningkatkan kejadian kelainan bawaan pada bayi baru
lahir. Beberapa factor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan
bawaan:
Faktor teratogenik
31
Teratogen adalah setiap factor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan
racun merupakan teratogen. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan
teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan
sejumlah
kelainan
bawaan
sindroma
rubella
congenital,
infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil, infeksi virus herpes genitalis pada ibu
hamil, serta sindroma varicella congenital
Faktor gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida
atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi
sebelum wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita subur
sebaiknya
mengkonsumsi
asam
folat
minimal
sebanyak
400
mikrogram/hari.
Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal, yang
bisa menyebabkan atau menunjukkan kelainan bawaan. Cairan ketuban
yang terlalu sedikit bisa memperngaruhi pertumbuhan paru-paru dan
anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban
terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh
kelainan otak yang berat misalnya anensefalus atau atresia esophagus.
Faktor genetik dan kromosom
Beberapa
kelainan
bawaan
merupakan
penyakit
keturunan
yang
diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang
tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom
setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika satu gen hilang atau cacat, bisa
terjadi kelainan bawaan. Kelainan pada jumlah ataupun susunan
kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang
terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi
32
terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau sedikit, atau bayi
terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan. Semakin tua
seorang wanita ketika hamil terutama diatas 35 tahun maka semakin besar
kemungkinan
terjadinya
kelainan
kromosom
pada
janin
yang
33
Meningokel
memiliki
gejala
lebih
ringan
daripada
35
Etiologi
Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan
kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan
pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut
atau di bagian bawahnya.
Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan
terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena
penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan
defek neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali
lebih besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.
36
37
Defek ini terjadi pada area oksipital tengkorak atau mungkin defek
nasal atau nasofaring.
Ensefalokel secara umum dapat tertutup seluruhnya oleh kulit tetapi
mungkin terbuka disertai resiko infeksi.
Etiologi karena kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh
gangguan pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya
asupan Asam Folat selama kehamilan, adanya infeksi saat kehamilan terutama
infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiology), obat-obatan yang
mengandung bahan yang teratogenik.
Enchephalocele mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala
cukup besar, apalagi bila sudah disertai herniasi. Akan telapi lesi pada tulang
kepala menjadi sulit di kenali bila terdapat oligohidramnion.
pembesaran kepala segera setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran
kepala normal tetapi tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
Peninggian tekanan intrakranial menyebabkan iritabilitas, muntah, kehilangan
nafsu makan, gangguan melirik ke atas, gangguan pergerakan bola mata,
hipertonia ekstrimitas bawah, dan hiperefleksia. Etiologi hidrosefalus
kongenital dapat bersifat heterogen. Pada dasarnya meliputi produksi cairan
serebrospinal di pleksus korioidalis yang berlebih, gangguan absorpsi di vilus
araknoidalis, dan obsruksi pada sirkulasi cairan serebrospinal.
39
Mikrosefali adalah kondisi medis dimana lingkar kepala bayi (anak) lebih
kecil dari ukuran normal akibat otak tidak berkembang dengan sempurna atau
berhenti berkembang. Mikrosefali dapat terjadi sejak lahir atau pada beberapa
awal tahun kelahiran anak.
Gejalanya ialah :
Mengalami keterbelakangan mental.
Terlambat bicara dan mengalami keterlambatan motorik.
Gangguan pada bentuk wajah.
Hiperaktif.
Kejang.
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
Mikrosefali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengganggu
pertumbuhan serebral korteks di awal pertumbuhan janin. Mikrosefali juga
terkait dengan gangguan pada saraf dan downs syndrome.
Bayi dapat pula terlahir dengan mikrosefali, jika sang ibu saat sedang
mengandung :
Mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
Terinfeksi rubella atau virus cacar air.
40
Penutupan
sutura
koronalis
lebih
dini
mnyebabkan
41
akrosefalus atau tower skull (tengkorak menara). Jika sutura koronalis dan
sutura lamboidea menutup lebih dini, disebut brakisefalus. Pengaturan
penutupan sutura melibatkan antara lain sekresi berbagai isoform dari
transformating growth factor (TGF).
Jika pada saat dilahirkan ubun-ubun bayi sudah menutup, maka
kemungkinan penyebabnya bisa merupakan kelainan bawaan atau infeksi
selama kehamilan. Di samping itu, craniosynostosis antara lain bisajuga
disebabkan gangguan perkembangan jaringan otak dan kelainan tulang seperti
osteopetrosis (pertumbuhan dan kepadatan tulang yang berlebihan).
42
4.
Anophthalmia dan
43
Patofisiologi
Anophthalmia dapat terjadi jika neuroectoderm dari primary optic vesicle
mengalami kegagalan untuk berkembang dengan baik dari anterior neural plate
pada neural tube selama perkembangan embrio. Sedangkan microphtalmia yang
lebih sering terjadi merupakan hasil dari kegagalan dari perkembangan bola mata
(globe) pada tahap pertumbuhan vesikula optika (optic vesicle). Pertumbuhan
yang tepat dari regio orbita tergantung dari adanya mata, yang menstimulasi
pertumbuhan dari orbit dan pembentukan kelopak mata serta forniks. Anak yang
terlahir dengan anophthalmia biasanya memiliki orbit yang kecil dengan palpebral
fissure yang sempit dan forniks yang berkerut.
Gejala Klinis
Orbital
o
Kelopak mata
o
Globe
o
44
Pada
microphthalmos,
globe
berukuran
sangat
kecil
dan
Ocular/orbital
o
b. Surgical Care
Perawatan operasi pada anophthalmos meliputi:
Inflatable expander
o
Injectable
calcium
hydroxylapatite:
penambahan
Volume
pada
Eyelid surgery
45
Orbital surgery
o
46
bulu alis maupun bulu mata. Walaupun pada beberapa kasus, dapat ditemukan
adanya kelopak mata yang terbentuk sebagian. Pada kondisi ini, ukuran bola mata
biasanya cukup kecil dan mengalami malformasi/kelainan bentuk. Sehingga
kondisi ini menyebabkan tersembunyinya bola mata yang biasanya dikenal
dengan cryptophthalmos. Kondisi ini terkadang berhubungan dengan beberapa
kegagalan pembentukan/malformasi lain seperti pada Fraser syndrome.
Kriptoftalmos ini dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, dimana yang paling
sering terjadi adalah bilateral kriptoftalmos.
Kriptoftalmos dapat diturunkan pada keluarga secara autosomal dominan.
Cryptophthalmos sering terjadi bilateral dan symmetric. Penyebab genetik secara
autosomal recessive dan autosomal dominant pernah dilaporkan. Globe yang
terbentuk seringkali abnormal yang mana menyebabkan prognosis visual yang
buruk. Cryptophthalmos biasanya berhubungan dengan kelainan kongenital yang
lain, seperti retardasi mental, anomali nasal, anomali telinga, celah bibir dan
palatum, pembentukan gigi yang ireguler, kelainan genitourinary, malformasi
cardiac, meningoencephalocele, abnormal hairline, umbilical hernia, anal atresia,
ankyloglossia, laryngeal atresia, dan syndactyly.
Diagnosis dapat ditegakkan oleh ophthalmologist yang mana jika
cryptophthalmos terjadi tanpa disertai dengan malformasi di daerah lain pada
tubuh, prognosisnya baik. Namun pada kasus ini sering terjadi kebutaan. Operasi
yang dilakukan untuk membuat celah/pembukaan antara kelopak mata atas dan
bawah seringkali gagal karena mata yang ada danterbentuk seringkali mengalami
malformasi atau bahkan menyatu dengan kelopak mata.
Perawatan pada cryptophthalmos bertujuan untuk merekonstruksi kelopak
mata sehingga terjadi perkembangan pada kemampuan visual. Kelopak mata
dapat direkonstruksi melalui oral mucous membrane grafts yang dikombinasikan
dengan local myocutaneous atau eyelid sharing grafts.
47
Fraser
syndrome
(sindrom
cryptophthalmos)
dan
Manitoba
48
4. Stroke, kerusakan tumor atau lainnya ke bagian otak yang disebut batang
otak
5. Tumor pada paru-paru
Gejala:
1. Penurunan berkeringat di sisi yang terkena wajah.
2. Kelopak mata terkulai (ptosis)
3. Tenggelamnya bola mata ke wajah
4. Siswa (pusat hitam mata) kecil (menyusut)
49
50
HETEROCHROMIA
Keadaan dimana pada satu mata iris warnanya tidak sama seluruhnya.
Dapat kongenital seperti pada glaukoma kongenital, dapat pula aquisita
akibat glaukomo atau irisiklitis oleh karena adanya atrofi pada iris.
51
menyebabkan pergeseran lensa. Lensa menjadi lebih bundar dan mata menjadi
lebih miopik. Kelainan ini desebabakan oleh beberapa hal, yaitu trauma, gangguan
metabolisme sejak lahir (misalnya homosistinuria, kelainan resesif dengan defek
mental dan cirri skeletal. Lensa biasanya bergeser ke bawah), sindrom tertentu
(sindrom Marfan, kelainan dominan dengan abnormalitas skeletal dan jantung dan
resiko diseksi aneurisma aorta. Lensa biasanya bergeser ke arah atas), Sindrom
Weill-Marshecani, katarak hipermatur, peradangan uvea, tumor intraokuler,
tekanan bola mata yang tinggi seperti pada buftalmus (James Bruce, et all, 2003).
Bila zonula Zinnii putus sebagian maka lensa akan mengalami subluksasi
dan bila seluruh zonula Zinnii putus maka lensa akan mengalami luksasi kedepan
(luksasi anterior) atau luksasi ke belakang (luksasi posterior). Subluksasi lensa
terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada
zonula Zinn yang rapuh seperti pada Sindrom Marphan. Pada subluksasi kadangkadang penderita tidak memberikan keluhan kecuali keluhan myopia atau
astigmat. Hal ini disebabkan karena zonula Zinn putus sebagian maka lensa bebas
mencembung. Selain itu dapat pula ditemukan penurunan penglihatan, diplopia
monokular dan iridodonesis (iris tremulans). Pada pemeriksaan dengan senter/slit
lamp akan terlihat pada bagian zonula yang terlepas, bilik mata dalam dengan iris
tremulens, sedang pada bagian zonula yang utuh terlihat bilik mata yang dangkal
akibat lensa tertarik dan mencembung pada bagian ini. Perubahan akibat
subluksasi lensa akan memberikan penyulit glaukoma atau penutupan pupil oleh
lensa cembung.
digunakan
untuk
refraksi
adalah
Lensa
Phakic.
53
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah kelahiran dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Sebuah
katarak disebut kongenital bila ada saat lahir, atau dikenal juga sebagai
infantile cataract jika berkembang pada usia 6 bulan setelah lahir.
B. Epiemiologi
Frekuensi
Di Indonesia belum data mengenai insiden katarak kongenital, namun di
Amerika Serikat insiden katarak kongenital adalah 1,2-6 kasus per 10.000
kelahiran. Dan secara internasional insiden katarak belum diketahui.
Meskipun WHO dan organisasi kesehatan yang lain membuat resolusi yang
luar biasa dalam vaksinasi dan pencegahan penyakit, angka rata-rata katarak
kngenital mungkin lebih tinggi di bawah negara berkembang.
Mortalitas/Morbiditas
Mordibitas penglihatan mungkin berasal dari ambliopia deprivasi, ambliopia
refaksi, glaukoma (sebanyak 10% setelah operasi pengangkatan), dan retinal
detachment. Penyakit metabolik dan sistemik ditemukan sebanyak 60% pada
katarak bilateral. Katarak kongenital umumnya menyertai pada retardasi
mental, tuli, penyakit ginjal, penyakit jantung dan gejala sistemik.
Umur
Katarak kongenital biasanya didiagnosa pada bayi yang baru lahir.
C. Etiologi
Katarak terbentuk saat protein didalam lensa menggumpal bersama-sama
membentuk sebuah clouding atau bentuk yang menyerupai permukaan es.
Ada banyak alasan yang menyebabkan katarak kongenital, yaitu antara lain:
1. Herediter (isolated tanpa dihubungkan dengan kelainan mata atau
sistemik) seperti autosomal dominant inheritance.
2. Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom
multisistem.
Kromosom seperti Downs syndrome (trisomy 21), Turners syndrome.
Myotonic dystrophy.
Kelainan sistem saraf pusat seperti Norries disease.
Kelainan ginjal seperti Lowes syndrome, Alports syndrome.
Kelainan mandibulo-facial seperti Nance-Horan cataract-dental
syndrome.
54
hamil
Obat-obatan prenatal (intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A
Radiasi ion prenatal (intra-uterine) seperti x-rays,
Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan,
Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak adalah idiopatik, yaitu tidak
diketahui penyebabnya.
Lebih dari 200 anak di Inggris lahir dengan katarak kongenital bentuk yang
sama setiap tahun. Sekitar 1 dari 5 anak tersebut mempunyai riwayat katarak
kongenital didalam keluarga. Katarak dapat menurun secara dominan berasal
dari satu atau orang tua yang lain kepada anak karena sebuah kesalahan gen.
Orang tua mungkin tahu bahwa mereka memiliki katarak tapi kadang mereka
mungkin hanya memiliki sebuah katarak berukuran kecil yang tidak berefek pada
penglihatan dan mereka tidak menyadarinya. Inilah sebabnya kenapa pergi ke
dokter mata dapat membantu mengevaluasi mata pada orang tua yang mempunyai
anak katarak, bahkan meskipun mereka tidak menyadari mempunyai masalah
dengan mata meraka
Banyak anak-anak yang lahir atau perkembangan katarak infantil tidak
mempunyai masalah kesehatan yang lain namun ada beberapa yang mempunyai
masalah kesehatan. Biasanya, hal ini akan terlihat bila spesialis mata merujuk
seorang anak kepada seorang spesialis anak..
Kebanyakan anak-anak dengan katarak kongenital will be able to attend
mainstream school, membaca, bermain, dan pergi ke kehidupan yang
menyenangkan.
F. Patofisiologi
55
posterior terbalik.
Beberapa hal yang merusak (seperti infeksi, trauma, metabolik) terhadap
nukleus atau serabut lensa mungkin menghasilkan sebuah opacity
(katarak) dari media lenticular yg bersih. Lokasi dan bentuk dari
kekeruhan berwarna putih(lekokoria) biasa digunakna untuk menentukan
waktu kerusakan dan etiologi.
56
bilateral).
Deskripsi dari sebuah katarak kongenital harus meliputi lokasi, warna,
kedua mata
Sebuah reflex merah yang irreguler adalah sebuah pertanda dari masalah
penglihatan. Jika terdeteksi sebuah sebuah reflex saat skrining awal, hal ini
biasanya mengindikasikan terdapatnya sebuah katarak kongenital dan
disarankan untuk konsultasi ke spesialis mata
57
lain.
Pemeriksaan
fundus
yang
sebelumnya
telah
didilatasikan
katarak.
Kebanyakan
bedah
katarak
(nonkongenital),
Meskipun,
penggunaan
lensa
kontak
membutuhkan
59
glaukoma, infeksi mata, ablasio retina mungkin terjadi setelah bedah sekita 2
% dari kasus. Terdapat pengobatan yang bisa dilakukan untuk kondisi dan
informasi ini dari RNIB.
Glaukoma mungkin timbul setelah lensektomi, sebagian jika di ekstraksi
pada minggu pertama kehidupan. Glaukoma ini sangat susah untuk diobati
dan frekuensi nya mengarah ke kebutaan. Menunda operasi sampai bayi
berumur 3-4 bulan membuat visus mata tidak sampai 6/6 namun dapat
menurunkan risiko glaukoma.
Ablasio retina lebih sering terjadi pada bedah katarak kongenital. Sering
timbul sangat lambat, sekitar 35 tahun setelah operasi. Jika bebrapa pasien
mengeluh tiba-tiba kehilangan penglihatan, bahkan meskipun bertahun-tahun
setelah operasi katarak kongenital, hal tersebut dianggap sebagai akibat dari
ablasio retian sampai dibuktikan terdapat penyebab yang lain.
Komplikasi lebih biasa terjadi pada anak dibawah umur satu tahun yang
melakukan operasi katarak kongenital, seperti bengak, perdarahan, a lot of
stickiness, nyeri atau kemerahan didalam atau disekitar mata yang dioperasi.
Masalah ini dapat ditangani dengan sempurna bila orang tua segera
membawa anak tersebut ke rumah sakit.
K. Prognosis
Prognosis penglihatan adalah bagus setelah operasi. Di Kenya, 47% mata
mencapai visus 6/18 atau lebih baik dan hanya 5% kurang dari 6/60. Hampir
semua anak katarak yang melakukan operasi dapat bersekolah dengan
normal.
Ekstraksi sebuah katarak kongenital merupakan suatu prosedur yang aman
dan efektif. Anak-anak membutuhkan tindak lanjut untuk rehabilitasi
penglihatan mereka. Kebanyakan anak-anak mempunyai tingkat "lazy
eye/mata malas" (amblyopia) sebelum pembedahan.
Menurut emedecine, seorang dengan unilateral katarak kongenital, 40%
mencapai visus 20/60 atau lebih baik. Sedangkan seorang dengan bilateral
60
katarak kongenital 70% mencapai visus 20/60 atau lebih baik. Prognosis
menjadi lebih buruk bila melibatkan penyakit mata atau sistemik lainnya.
4.5. Anomali Segmen Anterior
GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma adalah neuropati optic yang disebabkan oleh tekanan intraokuler
(TIO) yang (relative) tinggi, yang ditandai oleh kelainan lapangan pandang yang
khas dan atrofi papil saraf optic. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang
pasling sering terjadi pada anak dan merupakan penyebab penting kebutaan pada
anak. Glaukoma kongenital terjadi karena saluran pembuangan yang tidak
terbentuk dengan baik atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.glaukoma
kongenital dibagi menjadi dua :
Tipe infantile
Tipe yang berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya.
Etiologi marformatif dari glaukoma kongenital primer adalah ketiadaan
membrane persisten pada sudut iridokorneal bilik mata depan. Glaukoma
kongenital primer banyak ditemukan pada kasus dengan kelainan bawaan
autosomal resesif. Banyak ditemukan secara keturunan. Terjadi mutasi dari
gen GLC3A dan GLC3B yang terletak pada kromosom 2p21 dan 1p36
berurutan. Gen GLC3A berhubungan dengan gen CYP1B1, yang dikode
oleh sitokrom P450 dan terlihat pada trabecular meshwork, namun
fungsinya belum diketahui. Aniridia disebabkan oleh kelainan pada gen
PAX6 pada kromosom 11
Tanda dan gejala linis glaukoma kongenital ini mencakup 3 tanda klasik
berupa :
Epifora,
Fotofobia,
Dan blepharospasme
61
ultrasonografi, pemeriksaan
lapang
ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya.
Fisiologi
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen
terutama
cis
aldehida
A2.
Penglihatan
warna
merupakan
kemampuan
membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang
elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700.
Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang
terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam
pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.
1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)
3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja
dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka
terjadi buta warna.
Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer
akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya,
sedangkan hitam tidak ada cahaya.
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan
rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang
gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan
warna.
Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut
sebagai trikromat. Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen
warna dan mengalami kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2
pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu melihat satu
komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh
komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat
mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai akromatopsia.
Etiologi
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta
warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus
63
trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua
jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,
khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya,
penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun
dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda.
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna
secara turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena
buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita
disebut carrier atau pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada anakanaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta
warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan
deuteranopia.
Klasifikasi
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros
(kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
1. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat
disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.
Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap,
namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga
sel reseptor warna tersebut.
Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan
interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:
a) Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment
(blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah.
pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal,
kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen
kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada
anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.
64
b) Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middlewavelenght (green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih
banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.
c) Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan
terhadap
long-wavelenght
(red)
pigmen,
sehingga
menyebabkan
65
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya
memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones.
Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang).
Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti
intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau
akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat
autosomal resesif.
Pemeriksaan
a. Uji Ishihara
Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna,
didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan
berbagai ragam warna. Menurut Guyton (1997), metode Ishihara yaitu
metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan
buta warna didasarkan pada pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun
dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
Uji ini merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan
memakai satu seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda
(gambar pseudokromatik), sehingga dalam keseluruhan terlihat warna pucat
dan menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan warna melihatnya.
Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat
sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang
diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda
gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik.
Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta
warna merah dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksi dengan
pengecualian neuropati iskemik, glaukoma dengan atrofi optik yang
memberikan ganguan penglihatan biru kuning.
4.7. Kelainan Nervus Optikus
66
67
68
paralitik. Cacat motorik seperti paresis otot mata akan menyebabkan gerakan
abnormal mata yang menimbulkan strabismus paralitik.
Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi berat atau
pandangan yang lemah karena penyakit bisa berakhir pada strabismus.
Ambliopia (berkurangnya ketajaman penglihatan) dapat terjadi pada
strabismus, biasanya terjadi pada penekanan kortikal dari bayangan mata
yang menyimpang.
III. DIAGNOSIS STRABISMUS
Kelainan kedudukan mata dapat dibagi dalam :
- strabismus paralitik (noncomitant) = incomitant
- nonparalitik = (comitant = concomitant)
manifes = strabismus = heterotropia
laten = heteroforia
akomodatif
non akomodatif
Seringkali heteroforia bertambah secara progresif, sehingga kelainan
deviasi ini tidak dapat lagi diatasi, sehingga menjadi = strabismus.
69
strabismus
konvergens
untuk
penglihatan
dekat
(konvergensi).
Dibedakan :
1. Kelebihan konvergensi : (convergence excess) pada penglihatan jauh
normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus konvergens.
2. Kelebihan divergensi (divergence exess) : pada penglihatan dekat
normal. pada penglihatan jauh timbul strabismus divergens.
3. Kelemahan
konvergensi
(convergence
insufficiency)
pada
70
3.
4.
Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata
yang berdeviasi.
Pada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi
ambliopia ex anopsia. Bila deviasinya mulai pada umur muda dan sudut
deviasinya besar, maka bayangan dimakula yang terdapat pada mata yang
fiksasi (fixing eye) terdapat didaerah diluar makula pada mata yang
berdeviasi (squiting eye). Jadi terdapat abnormal retinal correspondence
(binocular fals projection). Pengukuran derajat deviasinya dilakukan
dengan : tes Hisrchberg, tes Krimsky, tes Maddox cross. Pemeriksaan
kekuatan duksi untuk mengukur kekuatan otot.
Pengobatan :
1.
Preoperatif
2.
Operatif
Preoperatif :
Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila tercapai
hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal
71
72
dengan
latihan.
Prinsip operasinya :
FISTULA PREAURIKULA
DEFINISI
73
ETIOLOGI
Fistula preaurikular diturunkan secara autosomal dominan inkomplit.
Kelainan ini dapat muncul secara spontan. Fistula dapat terjadi secara bilateral
pada 25-50% kasuS dan fistula preaurikular bilateral lebih sering herediter. Pada
kasus yang terjadi secara unilateral, preaurikular kiri lebih sering terkena
GEJALA KLINIS
1. Sebagian orang dengan kelainan ini asimptomatik. Hanya sepertiga orang
menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi terhadap 31 pasien, suatu
74
lesi menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata) sebelum mereka mencari
pertolongan medis.
2. Beberapa pasien dating dengan drainase kronik yang intermitten berupa
material purulen dari tempatnya yang terbuka. Drainase fistula ini menjadi
mudah mengalami infeksi. Sekali infeksi, fistula-fistula ini jarang mengalami
asimptomatik, sering berkembang menjadi eksaserbasi akut yang rekurren.
3. Pasien mungkin datang dengan sellulitis fasial atau ulserasi yang berlokasi
pada bagian depan telinga. Ulserasi ini sering diobati tanpa mengetahui
sumber primernya dan fistula preaurikular menjadi tidak ketahuan
4. Perkembangan dari adanya infeksi, pasien mungkin dapat berkembang
menjadi scarring.
5. Bayi dari ibu yang DM memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinyaoculo
auriculo-vertebral, termasuk fistula.
75
menyebabkan
pembentukan
jaringan
parut
(scarring),
yang
MIKROTIA
DEFINISI
Malformasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk ringan
sampai berat, dengan ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia).
Biasanya bilateral dan berhubungan dengan stenosis atau atresia meatus akustikus
eksternus dan mungkin malformasi inkus dan maleus.
ETIOLOGI
Sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya
Mikrotia. Tapi hal-hal berikut harus diperhatikan oleh ibu hamil di trimester
pertama kehamilan :
a.
b.
c.
d.
Faktor Makanan
Stress
Kurang Gizi pada saat kehamilan
Menghindari pemberian / penggunaan obat - obatan / zat kimia
76
e. Genetik bisa menjadi salah satu faktor penyebab mikrotia tapi belum pernah
diketahui bagaimana genetik bisa mempengaruhi / menjadi faktor penyebab
Mikrotia.
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada setiap 5000 - 7000 kelahiran (bergantung kepada statistik
tiap-tiap negara dan ras individual). Jumlahnya di Indonesia tidak diketahui
dengan pasti karena belum pernah ada koleksi data sehubungan dengan mikrotia.
Sekitar 90% kasus mikrotia hanya mengenai satu telinga saja (unilateral) dan 10%
dari kasus mikrotia adalah mikrotia bilateral. Telinga terbanyak yang terkena
adalah telinga kanan. Anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan
anak perempuan (sekitar 65:35). Dan ras Asia lebih sering terkena dibanding ras
lain.
MANIFESTASI KLINIS
Ada tiga kategori penting yang memudahkan menilai kelainan daun telinga
dengan cepat. Departemen THT FKUI/RSCM menggunakan kriteria menurut
Aguilar dan Jahrsdoerfer,1 yaitu:
a.
Derajat I: jika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil. Tidak
diperlukan prosedur operasi untuk kelainan daun telinga ini. Telinga
berbentuk lebih kecil dari telinga normal. Semua struktur telinga luar ada
pada grade I ini, yaitu kita bisa melihat adanya lobus, heliks dan anti heliks.
Grade I ini dapat disertai dengan atau tanpa lubang telinga luar (eksternal
b.
auditori kanal).
Derajat II: jika terdapat defisiensi struktur telinga seperti tidak terbentuknya
lobus, heliks atau konka. Ada beberapa struktur normal telinga yang hilang.
c.
Namun masih terdapat lobulus dan sedikit bagian dari heliks dan anti heliks.
Derajat III: terlihat seperti bentuk kacang tanpa struktur telinga atau anotia.
Kelainan ini membutuhkan proses operasi rekonstruksi dua tahap atau lebih.
Kelompok ini diklasifikasikan sebagai mikrotia klasik. Sebagian besar pasien
anak akan mempunyai mikrotia jenis ini. Telinga hanya akan tersusun dari
kulit dan lobulus yang tidak sempurna pada bagian bawahnya. Biasanya juga
terdapat jaringan lunak di bagian atas nya, dimana ini merupakan tulang
77
kartilago yang terbentuk tidak sempurna. Biasanya pada kategori ini juga
akan disertai atresia atau ketiadaan lubang telinga luar.
Gambar 1: Grade I
Gambar 2: Grade II
Gambar 4: Anotia
78
sehingga dapat digunakan sebagai contoh rangka telinga. Pada usia ini daun
telinga mencapai 8090% ukuran dewasa.
Dengan tidak adanya tulang rawan daun telinga, pembedahan rekonstruksi
jarang menghasilkan kosmetik yang memuaskan. Prostesis yang artistik adalah
pemecahan yang paling baik untuk kosmetiknya. Pada kelainan unilateral dengan
pendengaran normal dari telinga telinga sisi lain, rekonstruksi telinga tengah tidak
dianjurkan, tetapi bila terjadi gangguan pendengaran bilateral, dianjurkan
rekonstruksi telinga tengah. Biasanya menggunakan teknik Brent.
PROGNOSIS
Sekitar 90% anak dengan mikrotia akan mempunyai pendengaran yang
normal. Karena adanya atresia pada telinga yang terkena, anak-anak ini akan
terbiasa dengan pendengaran yang mono aural (tidak stereo). Sebaiknya orang tua
berbicara dengan gurunya untuk menempatkan anak di kelas sesuai dengan sisi
telinga yang sehat agar anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Pada kasus
bilateral (pada kedua telinga) umumnya juga tidak terjadi gangguan pendengaran.
Hanya saja anak-anak perlu dibantu untuk dipasang dengan alat bantu dengar
konduksi tulang (BAHA = Bone Anchor Hearing Aid). Hal ini diperlukan agar
tidak terjadi gangguan perkembangan bicara pada anak. Lebih jauh lagi agar
proses belajar anak tidak terganggu
79
80
bantu dengar, baru setelah berusia 5 7 tahun dilakukan operasi pada sebelah
telinga. Pada atresia liang telinga unilateral, operasi sebaiknya dilakukan setelah
dewasa, yaitu pada umur 15 17 tahun. Operasi dilakukan dengan bedah mikro
telinga.
81
gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan
setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
(Ngastiah)
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung
dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin
disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama trimester
pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox.
Factor-faktor prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin serta factor-faktor genetic juga berpengaruh
untuk terjadinya penyakit jantung congenital. Selain factor orang tua, insiden
kelainan jantung juga meningkat pada individu. Fackor-faktor lingkungan
seperti radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga
mempengaruhi perkembangan embrio.
Cardiac Development
Multiple genes
Environmental factors
Hemodynamic factors
Possibility of deformation, disruption,and dysplasia
82
83
6. Cyanosis
7. Squatting
8. Clubbing of fingers and toes
non
sianotik
dengan
vaskularisasi
paru
normal.
Pada
84
Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak
terlihat pucat,banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda
yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia
intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls
jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatas igagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan
membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi
dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong
karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
85
Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan
atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent
ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan
kateterisasi jantung.
86
Type ASD
(a)
(b)
(a) ASD sekundum,
(b)
ASD primum
87
Manifestosi klinik
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak,
maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi
ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume
darah, adanya tanda machinery type. Murmur jantung akibat aliran darah
turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik
mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan
biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan
kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun,
cukup kuat untuk dilakukan operasi.
88
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total
aliran darah.
Manifestasi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output
menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan
kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar
pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG
yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi
jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada
saat anak mampu dilakukan pembedahan tx.
b. Stenosis pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup,
normal tetapi puncaknya menyatu.
89
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne
dan
90
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal
pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi
pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya
murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan
dengan cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan
dapat
dikoreksi
dengan
Balloon
Angioplasty,
91
Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu
adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda
dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan
berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi
mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan
92
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi
secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara BlalockTausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau
arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan
pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis
kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan
membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
a. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta,
arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan
hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum
ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena.
93
Pada
TGA
terjadi
perubahan
tempat
kelurnya
posisi
aorta
94
suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara
Mustard
digunakan
untuk
koreksi
yang
permanent.
Septum
95
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi
dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak
adekuat dan kongesti pulmonal.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel
kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
2. Diagnosa ditegakkan dengan cartography,
3. Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4. Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan
infiltrate paru.
7. Kelainan Kongenital Pernafasan
ATRESIA CHOANAL
1.
DEFINISI
Atresia choanal adalah kegagalan perkembangan rongga hidung untuk
Treacher-Collins,
microencephaly,
meningocele,
sindrom
DiGeorge,
meningoencephalocele,
craniosynostosis,
wajah
asimetris,
96
atresia biasanya berlokasi di depan ujung posterior dari septum hidung. Pada
cacat anatomi termasuk rongga hidung sempit, obstruksi tulang lateral oleh plat
pterygoideus lateral, obstruksi medial yang disebabkan oleh penebalan vomer,
dan obstruksi membran. Atresia choanal posterior yang didapat jarang terjadi.
Hal ini biasanya disebabkan oleh cedera misalnya rhinopharyngeal setelah
adenoidektomi, radioterapi untuk karsinoma nasofaring, tuberkulosis atau
sifilis epipharynx, atau kadang-kadang oleh sebab-sebab yang tidak diketahui.
(2,6)
bawah pengaruh fusi posterior yang dipengaruhi oleh proses palatal. Penipisan
membran terjadi, yang memisahkan rongga hidung dari rongga mulut. Pada
hari ke-38 perkembangan embriogenesis, membran lapisan ke-2 yang terdiri
dari hidung dan mulut epitel pecah dan membentuk choanae (nares posterior).
Kegagalan pecahnya epitel ini menyebabkan terjadinya atresia choanal. Pada
tahun 2008, Barbero et al menyarankan bahwa penggunaan obat prenatal
berupa obat antitiroid (methimazole, carbimazole) dikaitkan dengan terjadinya
atresia choanal. (10,11)
4.
MANIFESTASI KLINIK
Sejak anak yang baru lahir dengan gangguan pernapasan terjadi pada
memberikan gejala sianosis dan hilang pada saat menangis. Obstruksi jalan
napas selama makan tapi menghilang dengan menangis menunjukkan bahwa
jalan napas oral utuh sementara saluran udara hidung terganggu. Hilangnya
gangguan pernapasan setelah menangis dapat menunda diagnosis. Gagal
pernafasan mungkin terjadi, dan kesulitan makan dapat menyebabkan gagal
pertumbuhan dan perkembangan. Kebanyakan pasien dengan atresia choanal
bilateral terdeteksi dalam bulan pertama kehidupan. Namun, dapat didiagnosis
pada orang dewasa dengan jangka panjang dengan sumbatan hidung bilateral
dan Rhinorrhea.(6,12)
98
4.1.
4.2.
4.3.
choanal :
99
DIAGNOSIS
Anamnesa.(15,16)
Bayi yang baru lahir umumnya lebih memilih untuk bernapas
5.1.
100
Pemeriksaan Fisik.(6)
1) Tergantung dari level obstruksi dari kateter yang dipasang untuk
diagnosis. Kegagalan untuk untuk melewati lubang nares
dengan kateter palstik # 6-8. Kegagalan untuk melewati septum
nasi sampai 5,5 cm dari alar rim adalah diagnosa dari atresia
choanal.
2) Metode lain untuk mendeteksi atresia choanal adalah kegagalan
unruk melewati soft metal probes .
5.3.
Pemeriksaan penunjang
5.3.1. Rhinography
Rhinography adalah prosedur yang melibatkan pemberian
pewarna radioaktif ke dalam rongga hidung
101
airspace).
102
6.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pada pasien dengan atesia choanal bervariasi dan tergantung
pada usia, jenis atresia, dan kondisi umum pasien. Karena bayi lewat bernapas
hidung, bilateral choanal atresia adalah situasi yang mengancam nyawa karena,
jika tidak segera didiagnosa, dapat menyebabkan asfiksia berat dan kematian
103
segera setelah lahir. Obstruksi jalan napas dari atresia choanal bilateral
biasanya ditunjukkan segera setelah melahirkan. Intubasi endotrakeal biasanya
tidak diperlukan kecuali bayi membutuhkan ventilasi mekanis. Jika ada
gangguan pernapasan yang berat dan saluran napas tidak dapat dilakukan
intubasi endotrakeal, tindakan tracheotomi darurat harus dilakukan sampai
evaluasi lebih lanjut dan pengobatan dapat dilakukan. Namun demikian,
koreksi bedah biasanya diperlukan pada awal kehidupan. (6)
Pendekatan secara bedah pada atresia kongenital merupakan salah satu
tantangan dalam bidang THT. Ada banyak metode untuk memperbaiki kondisi
ini, tetapi yang paling sering digunakan adalah transseptal, transpalatal dan
pendekatan transnasal endoskopi. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis
tindakan bedah yang dipilih dan tingkat keberhasilan termasuk usia pasien,
ukuran nasofaring, ketebalan dari atresia, bilateral vs atresia unilateral dan
penggunaan stenting pasca operasi. (7,14,19)
Gambar 52 : (A). Pada Choane kanan terdapat obstruksi total terlihat pada
telescope 70 degree. (B). CT Scan memperlihatkan atresia membrane pada
sisi kanan. (C). Prosedur Transnasal dilakukan menggunakan crescent knife
pada garis inferior dari choane. (D).Area yang atresia sudah dipindahkan
sampai menjadi area yang lebar (Dikutip dari: Assanasen P, Metheetrairut C,
2009, Choanal Atresia. J Med Assoc Thai, 92(5): 699-706) (6)
104
Tanpa ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras atau foramen
incisive
Adanya rongga pada hidung
Distorsi hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit- langit saat diperiksa dengan jari
Kesukaran dalam menghisap atau makan karena tidak adanya palatum
sebagai vacum dan Inkompetensi dari faringeal (sebagai pemisah saluran
nafas dengan saluran cerna)
105
bayi
menjadi
kekurangan
nutrisi
sehingga
106
107
108
antara lain:
Teori fusi: pada akhir minggu ke 6 akhir minggu ke7, proc.maksilaris
berkembang ke arah depan menuju garis median mendekati proc.
Nasomedialis
dan
bersatu,
bila
terjadi
kegagalan
fusi
antara
penyusunan
menyebrangi
celah,sehingga
bibir
atas
109
Klasifikasi labiopalatoschizis :
a. Berdasarkan organ yang terlibat
-
Gnatoschizis(celah gusi): celah yang terdapat pada gusi gigi bagian atas
110
PENATALAKSANAAN
Sebelumnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang antara lain,
Labiopalatoschizis dengan foto rontgen, MRI untuk evaluasi abnormal.
Pemeriksaan terapeutik: berat ringan kecacatannya, meprioritaskan
masalah nutrisi, mencegah komplikasi
USG: mndeteksi kelainan struktur pd janin
AFP: pd ibu hamil dngn sampel darah>>tinggi(kecacatan pd batang saraf)
Fetoscopi: jarang karena resiko tinggi
Bayi yang terlahir dengan labiopalatoschizis harus ditangani oleh
klinisi
dari
multidisiplin
dengan
pendekatan team-based,
agar
pada
waktu
menyususui
dan
akan
mempengaruhi
111
evaluasi gigi rahang, cangkok tulang alveolar dapat dilakukan pada usia1213 tahun. Dibuatkan dop khusus dipalatal/ obturator.
8. Kelainan Kongenital Saluran Pencernaan
1.
Labiopalatoskizis
Yaitu kelainan bagian depan serta samping muka serta langit-langit
mulut tidak menutup dengan sempurna
Etiologi
a. factor Genetik atau keturunan
Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma
Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel
penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya
adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir
sumbing
akan
menyebabkan
gangguan
berat
pada
darah
putih
dalam
sumsum
tulang
dan
untuk
pendewasaannya.
Defisiensi Asam Folat menyebabkan gangguan metabolisme
DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi intisel
terutama sel-sel yang cepat membelah, seperti sel darah merah,
sel darah putih serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina,
Kekurangan folat menghambat penyembuhan, menyebabkan
anemia megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan
lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna.
Pada ibu hamil, kekurangan asam folat
menyebabkan
112
asam folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400
mikrogram/ hari
Asam folat perlu diberikan mulai 4 bulan sebelum kehamilan.
Ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak wanita tidak tahu
pasti kapan dirinya akan hamil.
Bagi janin, kekurangan asam folat pada ibu hamil, bisa
menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
Bayi mengalami kecacatan pada otak dan sumsum tulang
belakang, menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing, bayi
lahir dengan berat badan rendah, Downs Syndrome, bayi
mengalami kelainan pembuluh darah,
Vitamin C yang ada dalam jeruk menghambat kerusakan folat.
Alkohol mengganggu absorbsi dan menungkatkan ekskresi folat
c. Radiasi
d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya
seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi
hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya
kecanduan alkohol, terapi penitonin
Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya
karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut
sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris)
pecah kembali.
Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di
bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
113
iii.
Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi.
Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat
114
badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran
napas dan sistemik.
Untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh
(rules of Ten)yaitu :
Berat badan bayi minimal 10 pon,
Kadar Hb 10 g%,
usianya minimal 10 minggu
kadar leukosit minimal 10.000/ui.
Pencegahan
- menghindari faktor- faktor yang meningkatkan terjadinya
labiopalatoskizis
- Skrining USG
2.
115
116
Klasifikasi
a)
Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat menutup
secara
baik,
sehingga
menyebabkan
regurgitasi,
terutama
kalau
bayi
Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak membuka
secara baik, sehingga keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula spasmus
cardio-oesophagus.Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea yang tumbuh
ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang ditemukan
secara mikroskopik dalam lapisan otot.(2)(3)
c)
yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia esophagus menggunakan
system klasifikasi gross of bostom yang sudah popular digunakan.
System ini berisi antara lain.(1)
Tipe A__ Atresia esophagus tanpa fistula ; atresia esophagus murni (10%)
117
Air liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbui.Pada fistula trakea
esophagus, cairan lambung masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering
sianosis.
Pemberian minum dapat menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi
sianosis.
terisi udara.
kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu: dan jika kateter
didorong terus akan melingkar lingkar di dalam esophagus yang buntu tersebut.
atau larutan kontras liopodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa.
Diagnosis
dari gejala-gejala yang terlihat
Diagnosis antenatal dengan USG pada gestasi 14-15 minggu dengan
hasil tidak tampak adanya gambaran lambung janin dengan cairan amnion
normal atau meningkat
Diagnosis post natal
118
Masukkan kateter yang agak kaku melalui lubang hidung ke esofagus. Jika
kateter terhenti setelah masuk 10-12 cm dari rongga hidung, maka
diagnosis dapat ditegakkan
Pemeriksaan radiologis = foto thoraks
119
Manifestasi klinis
Tidak berwarna bil (dari empedu) tetapi terkadang ada flek sedikit
darah.
Tidak ada mual, dan bayi segera mau minum lagi.
120
4.
Lambung intratorak ( lambung )
Etiologi
Esofagus pendek akibat kelainan kongenital yaitu kegagalan elongasi usus
depan antara hari 30 dan hari ke 39 perkembangan janin
Gejala
nyeri perut epigastrum
nyeri perut setelah makan dan muntah
disfagia
rasa panas akibat refluks cairan lambung
Diagnosis
fluroskopi = untuk melihat batas gastroesofageal
esofagoskopi = disfagia
pemeriksaan manometrik = untuk menilai tekanan sfingter esofagus
Penatalaksanaan
Sewaktu makan bayi duduk dalam posisi tegak dan tidur dengan
letak kepala lebih tinggi
Antasid = cegah ulkus
Tindakan bedah = jika perawatan konservatif tidak berhasil
5.
Atresia bilier
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak
terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
PENYEBAB
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya
gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui.
Atresia bilier ditemukan pada 1 dari 15.000 kelahiran.
PATOFISIOLOGI
Secara embriologi, percabangan bilier berkembang dari divertikulum
hepatik dari embrio foregut. Duktus bilier intrahepatik berkembang dari
hepatosit janin, sel-sel asal bipotensial mengelilingi percabangan vena
porta. Sel-sel duktus bilier primitif ini membentuk sebuah cincin, piringan
duktal, yang berubah bentuk menjadi struktur duktus bilier matang. Proses
perkembangan duktus biliaris intrahepatik dinamis selama embriogenesis
121
122
Secara mikroskopis, sisa bilier diwakili oleh jaringan fibrosa padat, distal.
Proksimal, duktus biliaris dikelilingi oleh fibrosis konsentris dan infiltrat
peradangan disekitar struktur seperti-duktus yang kecil sekali, duktus
koledokus dan kelenjar bilier. Oklusi sclerosingduktus bilier menjadi lebih
luas seiring dengan pertambahan usia. Kasai dan rekan-rekannya
memperlihatkan bahwa duktus intrahepatik berhubungan dengan hepatis
porta melalui kanal yang kecil sekali, setidaknya diawal masa bayi.
Rekonstruksi bedah berdasarkan pada pedoman ini.
Dalam 2 bulan pertama setelah kelahiran, perubahan histologis hati
memperlihatkan pemeliharaan arsitektur hepatik dasar dengan proliferasi
duktulus empedu, sumbatan empedu dan fibrosis periportal ringan pada
bayi dengan atresia bilier. Nantinya, fibrosis membentang kedalam lobulus
hepatikus, akhirnya menghasilkan gambaran sirosis. Seperempat bayi yang
memiliki infiltrat inflamasi portal dan transformasi sel-raksasa yang tak
dapat dibedakan dari temuan patologis hepatitis neonatorum.
GEJALA
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
- air kemih bayi berwarna gelap
- tinja berwarna pucat
- kulit berwarna kuning
- berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung
lambat
123
- hati membesar.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar.
#
adalah mengganti
saluran empedu
yang
Etiologi
Mungkin disebabkan dari kegagalan rekanalisasi
124
125
Manifestasi klinis
Muntah proyektil dan berwarna hijau
Perut bagian epigastrium membuncit
Dehidrasi
Diagnosis
Foto polos abdomen yang memperlihatkan gambaran double bubble
Tata laksana
Lambung dikosongkan terlebih dahulu
Beri cairan intravena untuk memperbaiki keseimbangan air dan elektrolit.
Operasi yaitu duodenoduodenostomia atau duodenoyeyunostomia
7.
( divertikula ) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula ini bisa
mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas.
Penyebab pasti tidak diketahui.
126
127
128
Gejala
Biasanya tidak bergejala, tapi kantungnya dapat melepaskan asam dan
menyebabkan ulkus sehingga terjadi perdarahan rektum yang tidak disertai
nyeri.
Tinja biasanya berwarna keunguan / kehitaman
Pada remaja dan orang dewasa, divertikulum cenderung menyebabkan
penyumbatan usus sehingga timbul nyeri, kram dan muntah
Diagnosa
> Melalui skrining radionuklir
> Pada pemeriksaan tinja bisa ditemukan adanya darah
> Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan adanya anemia
Penatalaksanaan
8.
Hirschsprung (Megakolon Kongenital)
Etiologi
Terjadi akibat tidak adanya sel-sel ganglion submukosa dan pleksus
miesterikus dari intestin distal.
Patogenesis
Tidak ada ganglion parasimpatik dalam dinding usus yang terbentang ke
arah proksimal mulai dari anus hingga jarak tertentu menyebabkan bagian
kolon yang sempit ini tidak dapat mengembang sehingga tatap sempit dan
defekasi terganggu. Kolon proksimal (antara usus yang persarafannya
normal dan abnormal) akan menebal/hipertropi otot karena tinja yang
tertimbun menyebabkan penebalan dinding usus.
Manifestasi klinis
Gangguan defekasi 24 jam setelah lahir
Trias klasik : Mekonium keluar terlambat, muntah hijau, perut membuncit
seluruhnya
Gejala obstipasi kronik diiringi oleh diare berat dengan feses berbau dan
berbau khas karena enterokolitis
130
Anus tampak rata / sedikit cekung kedalam / anus ada tapi tidak
berhubungan dengan rectum
Etiologi
l Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/
3 bulan
131
132
133
134
135
136
137
138
139
Gastroskizis.
Gastroskizis merupakan defek para umbilikus yang mengenai seluruh
lapisan dinding abdomen. DeVries (1980) membuat hipotesis terjadinya
gastroskizis adalah akibat involusi abnormal (persisten) atau atrofi prematur
vena
umbilikalis kanan pada 28 33 hari pasca konsepsi.
Diagnosis dibuat berdasarkan adanya defek pada dinding abdomen
anterior, terletak lateral dari insersi umbilikus, dimana usus dan atau hepar
dapat
keluar dari celah tersebut. Usus akan tampak melayang-layang di dalam
cairan
amnion. Kelainan ini jarang disertai kelainan lainnya sehingga prognosisnya
lebih
baik dari omfalokel. Serum maternal AFP juga meningkat.
140
141
Omfalokel.
Omfalokel merupakan defek dinding abdomen pada daerah insersi
umbilikus. Organ yang keluar dapat dilapisi peritoneum parietalis dan
amnion.
Kelainan ini dapat disertai kelainan lain (50 80%) DIMANA 40 60%
disertai
kelainan kromosom.
Diagnosis dibuat berdasarkan adanya massa usus yang keluar dari celah
defek tanpak disertai hepar (omfalokel tipe intrakorporal), atau sudah
disertai
keluarnya hepar (omfalokel tipe ekstrakorporal). Kadang-kadang selaput
omfalokel ruptur sehingga gambarannya mirip gastroskizis, bedanya insersi
tali
pusat pada daerah omfalokel.
142
Gambar 8. Gastroskizis
143
Gambar 9. Omfalokel
HERMAPHRODITES
Hermaprodit berasal dari mitologi Yunani, yaitu hermes yang
artinya dewa pencipta atletik dan filsafat ajaib dan aphroditus yang artinya
dewi percintaan. Hermaprodit secara biologi adalah individu yang
memiliki dua alat atau organ kelamin, yaitu jantan dan betina yang
berfungsi penuh.
Ditinjau dari perkembangan embrio, setiap orang memiliki sifatsifat dari jenis kelamin yang berlawanan dalam tingkat rudimenter. Sampai
144
umur 7 minggu setelah fertilisasi, keadaan pada dua seks itu masih sama.
Kemudian diferensiasialat-alat kelamin dimulai dari umur kira-kira 24
minggu setelah fertilisasi.
Rangsang pembentukan jenis kelamin timbul karena faktor genetik,
yaitu kromosom Y dan kromosom X. Telah diketahui bahwa pada manusia
kehadiran kromosom Y menentukan seks laki-laki.Di bawah pengaruh
kromsom Y plika genetalis yang indifferen berkembang menjadi testis,
tetapi bila tidak terdapat kromosom Y maka plika genetalis berkembang
menjadi ovarium.
Jenis Jenis Hermaphrodites
1. Hermaphrodit Sejati
Hermaprodit
sejati
merupakan
suatu
keadaan
individu
145
146
Collodion Baby
Iktiosis lamelar (IL) termasuk dalam kelompok kelainan kornifikasi.
Prevalensimya rendah yaitu 1/200.000 sampai dengan 1/300.000 kelahiran hidup
dan mode transmisi biasanya autosomal resesif. IL dapat mengancam hidup segera
setelah lahir, karena kulit neonatus ditutupi oleh collodion yang menyerupai
membran tebal, sehingga menyebabkan bayi sepsis dan mengalami dehidrasi
dramatis. Penumpukann spontan membran ini memberikan gambaran iktiosis,
yang digambarkan dengan sisik pada seluruh tubuh. Intensitas iktiosis berkisar
dari sisik cokelat yang luas sampai hanya dengan deskuamasi yang halus. Hal ini
juga disertai dengan berbagai keratoderma palmoplantar, alopesia dan eritema.
Autosomal recessive congenital ichthyosis (ARCI) terdiri dari 2 bentuk yaitu
Iktiosis lamelar (IL) dan non bullous congenital ichthyosiform erythroderma
(NCIE). Sekitar 95% kasus bayi kolodion akan berlanjut menjadi iktiosis dan
sisanya dapat sembuh sempurna (spontaneously healing collodion baby).
Klasifikasi iktiosis umumnya berdasarkan pola pewarisan, berat-ringannya
penyakit, klinis dan histopatologi. Klasifikasi yang sering digunakan adalah
berdasarkan pola pewarisan yaitu secara dominan autosomal contohnya iktiosis
vulgaris (IV), resesif terangkai X dan resesif autosomal (IL dan NCIE).
Klasifikasi lain berdasarkan berat ringannya penyakit yaitu bentuk yang ringan
(IV), bentuk sedang (IL, NCIE) dan bentuk berat (iktiosis harlequin).
147
148
Higroma Colli
Higroma dalam bahasa Yunani berarti tumor yang berisi air. Higroma
merupakan kelainan kongenital dari sistem limfatik. Higroma pertama kali
dideskripsikan oleh Wernher pada tahun 1843 sebagai lesi kista limfatik yang
dapat mengenai berbagai daerah anatomi pada tubuh manusia. Akan tetapi,
sebagian besar mengenai daerah kepala dan leher (75%), dengan predileksi
sebelah kiri.
Higroma colli yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap
saluran nafas dan pencernaan sehingga memerlukan penatalaksanaan
sesegera mungkin.Modalitas terapi utama berupa tindakan eksisi bedah
untuk membuang lesi kista.Prognosis kista higroma colli bergantung pada
ukurannya dan tindakan yang dilakukan karena jarang ada kasus yang
mengalami regresi spontan.
Bayi dan anak-anak yang ditemukan dengan massa di leher sering diajukan
ke radiologist untuk evaluasi lebih lanjut. Berbagai modalitas seperti USG, CT149
Scandan MRIdapat membantu membedakan jenis massa pada leher ini.Foto polos
diindikasikan apabila ada kompresi dan pergeseran struktur pada leher.
150
9. Sistem Urogenital
Displasia dan Agenesis Ginjal
Adalah suatu malformasi berat dan merupakan penyakit primer
yang memerlukan dialisis dan transplantasi ginjal pada tahun pertama
151
Displasia Ginjal
Pada displasia ginjal ditemukan gambaran glomerulus, tubulus,
duktus primitif, dan gambar berbentuk tulang rawan metaplastik. Struktur
lobus piramid dan stroma ginjal tidak beraturan. Biasanya bersifat sporadik
dan tidak herediter.
Gambaran klinis
Asimtomatik
Gejala massa abdomen unilateral
Hipertensi
ISK
Hemturia
Proteinuria
Kelainan ginjal kontralateral (refluks vesiko ureter, obstruksi
hubungan ureteropelvik)
152
Displasia Ginjal
Agenesis Ginjal
Agenesis ginjal unilateral dapat terjadi pada 1 : 1000 kelahiran,
sedangkan Agenesis ginjal bilateral terjadi pada 12 : 100.000 kelahiran.
Etiologinya
menyebabkan
karena
kelainan
terganggunya
perkembangan
perkembanagan
tunas
blastema
ureter
yang
metanefrik
menjadi dewasa.
Pada Agenesis Ginjal Bilateral, sebagian besar lahir mati. Sisanya
hanya mampu hidup dalam beberapa jam / hari. Sehingga secara klinis
sering tidak terdeteksi. Saat pranatal didapatkan ologohidramnion dan
saat USG fetus tidak ditemukan ginjal. Saat lahir, Fasies Potter (hidung
seperti burung betet, kuping letak rendah). Agenesis Ginjal Unilateral,
bersifat asimptomatik apabila kondisi ginjal unilateralnya berfungsi
normal. Kelainan sering ditemukan secara tidak sengaja saat meakukan
pemeriksaan skrining.
153
Hipospadia
154
155
156
Epispadia
157
158
Mikropenis
10. Ekstremitas
Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan bawaan dimana didapatkan jari lebih dari
lima pada satu tangan atau kaki. Nama lain: hiperdaktili.
GEJALA DAN TANDA
159
160
Brakidaktili
Adalah suatu kelainan yang dicirikan dengan jari tangan atau jari
kaki yang memendek, karena memendeknya ruas-ruas tulang jari.
Penderita brakidaktili memiliki gen dalam keadaan heterozigot
(Bb). Individu yang memiliki gen yang homozigot dominan (BB)
menyebabkan kematian pada masa embrio, sedangkan dalam keadaan
heterozigot hanya mempunyai 2 ruas jari, karena ruas jari yang tengah
sangat pendek dan tumbuh menyatu dengan ruas jari lain. Brakidaktili
terjadi pada 1 dari 4.000 kelahiran.
161
Sindaktili
Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau
lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau
angsa (webbed fingers). Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari
telunjuk dengan jari tengah, jari` tengah dengan jari manis, atau ketiganya.
Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran. Lebih banyak terjadi pada
bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
Pada awal perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki
adalah normal. Pada sekitar 16 minggu kehamilan, apoptosis (kematian
sel) berlangsung dan enzim menghilangkan selaput tersebut. Pada
beberapa janin, proses ini tidak terjadi sepenuhnya antara semua jari
tangan atau kaki sehingga selaput tersebut menetap.
Sindaktili (jari-jari saling berlekatan) yang disebabkan gen
homozigot
(karier)
melakukan
perkawinan
dengan
sesamanya,
163
dengan
kelainan
yang
lain
seperti
aberasi
umum), serebral
bifida.
kromosom:
dimungkinkan
karena
cacat
dari
164
adalah
istilah
umum
yang
digunakan
untuk
165
166
167
169
170
Fokomelia
171
Micromelia
Ectrodactyly
Tangan dan kaki belah (lobster claw deformity, deformitas capit
udang) merujuk kepada adanya celah abnormal antara jaringan lunak dan
tulang metakarpal kedua dan keempat. Tulang metakarpal dan falang
ketiga hampir selalu tidak ada, sementara ibu jari dan jari kedua serta jari
keeempat dan kelingking menyatu. Kedua bagian tangan kadangkadangberhadapa satu sama lain dan berfungsi seperti capit udang.
172
11. Musculo-skeletal
Akondroplasia (ACH)
Bentuk tersering kekerdilan (1:26.000 kelahiran hidup),
terutama mengenai tulang panjang. Tengkorak besar dengan bagian
tengah wajah kecil, jari tangan pendek, dan kurvatura tulang
belakang yang mengalami aksentuasi. ACH diwariskan sebagai
173
organisasi,
mengakibatkan
osteogenesis
Tulang
dan
Pertumbuhan
cacat
dalam
endochondral.
jaringan
adalah
lainnya
pelat
dinyatakan
dengan
lebar
normal.
normal,
kolom
rusak.
174
175
dibagian
ujung.
Hal
ini
dapat
menimbulkan
176
177
alkohol
selama
masa
kehamilan. Alkohol
akan
178
179
lebih tinggi daripad populasi normal. Sekitar 20% pasien dengan situs
inversus komplit juga mengidap bronkiektasis dan sinusitis kronis
karena kelainan silia. Prevalensi situs inversus < 1:10000 orang.
Ilmu kedokteran mencatat belum dapat dipastikan penyebab dari
kelainan ini, hanya asumsi bahwa hal tersebut terjadi karena
perubahan/mutasi gen saat pembentukan organ saat masih janin. Hal
tersebut menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Situs inversus secara umum merupakan kelainan genetik
autosomal resesif. Orang orang dengan situs inversus totalis tidak
menyadari dengan kelainan anatomi yang mereka miliki hingga mereka
datang ke dokter untuk memeriksakan penyakit yang tidak berkaitan
dengan kondisi ini. Organ organ yang terbalik ini akan menyebabkan
kebingungan dalam melakukan anamnesa dan diagnosa. Dokter
biasanya akan mencurigai pasien situs inversus saat memeriksa denyut
jantungnya ternyata berada pada sisi kanan tubuh, yang kemudian
dokter akan meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan radiologi.
Sekitar 25% individu dengan situs inversus memiliki kondisi
yang mendasarinya yang dikenal dengan nama diskinesia silier primer
(PCD). PCD adalah disfungsi dari silia yang terjadi selama
perkembangan embrio. Silia yang berfungsi dengan normal akan
menentukan posisi organ dalam selama perkembangan embriologi, dan
oleh karena itu individu dengan PCD memiliki kesempatan untuk
berkembang menjadi situs inversus sebanyak 50%. PCD yang disertai
dengan situs inversus dikenal dengan nama sindrom kartagener yang
terdiri dari trias situs inversus, sinusitis kronis, dan bronkiektasis.
180
Asplenia
Istilah asplenia menunjukan tidak adanya limpa. Individu dengan
asplenia beresiko tinggi terkena berbagai macam penyakit, terutama
infeksi. Asplenia adalah salah satu istilah yang digunakan untuk
menunujukan kondisi ini. Istilah lainnya adalah Ivemark syndrome, right
isomerism sequence, bilateral right-sideness sequence, splenic agenesis
syndrome, dan asplenia dengan cardiovascular anomalies.
181
Valproate syndrome
Antikonvulsan yang dikonsumsi selama kehamilan berhubungan
dengan peningkatan risiko malformasi dan keterlambatan perkembangan.
Sodium valproate, banyak digunakan sebagai obat anti epilepsi dan mood
stabilizer. Ini diijinkan untuk digunakan pada tahun 1978 dan laporan
pertama kali bahwa obat ini merugikan janin diterbitkan pada tahun 1980.
Fitur wajah terlihat pada FVS adalah trigonocephaly, dahi tinggi
dengan penyempitan bifrontal, lipatan epicanthic, alur infraorbital,
jembatan hidung datar, akar hidung lebar, hidung anteversi, philtrum
dangkal dan bibir atas yang panjang.
182
Warfarin Syndrome
184
DAFTAR PUSTAKA
Februari
2013].
Diakses
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview
7. Astira EF. Congenital Talives Equino Varus. Jakarta. 2011 [Diakses pada 2
Februari 2013]. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/68327926/ctev
8. Suryo. Polidaktili dalam Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 2003.
185