Dwarfisme adalah suatu kondisi kelainan yang ditandai dengan tinggi tubuh yang pendek akibat
kelainan medis atau genetis. Seorang manusia dewasa dikatakan mengalami dwarfisme bila
tinggi badannya hanya mencapai kisaran 147 cm atau lebih pendek. Kondisi ini lebih sering
disebut dengan perawakan tubuh yang pendek dibandingkan penyebutan dwarfisme atau dwarf
karena dianggap mendiskriminasi kondisi penderita.
Dwarfisme bisa diakibatkan oleh beberapa kondisi, salah satunya kondisi genetis atau karena
adanya kelainan medis saat lahir.
Penyebab Dwarfisme
Selain mutasi genetis dari kedua orang tua, nutrisi yang buruk, atau kekurangan hormon,
dwarfisme juga disebabkan oleh beberapa jenis kondisi medis dan penyebab lain yang belum
diketahui hingga kini. Dwarfisme yang khusus berkembang akibat kondisi medis terbagi lagi
menjadi dua kategori umum, yaitu:
Dwarfisme proporsional, yaitu semua anggota tubuh memiliki ukuran yang sama kecil dan
proporsional dengan tinggi tubuh penderita dwarfisme sehingga tampak seperti postur tubuh
normal pada umumnya. Kondisi ini biasanya tidak langsung terlihat pada saat lahir. Gejala bisa
muncul di awal masa kanak-kanak yang kemudian membatasi keseluruhan proses tumbuh
kembang anak.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh berkurangnya produksi hormon pertumbuhan oleh
kelenjar pituitari, atau kelenjar di bawah otak, sehingga tidak memenuhi asupan untuk
pertumbuhan yang normal.
Dwarfisme disproporsional, yaitu sebagian anggota tubuh memiliki ukuran yang sama kecil
dan proporsional dengan tinggi tubuh, namun anggota tubuh lain memiliki ukuran normal atau
bahkan lebih besar dari ukuran rata-rata. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan
terhambatnya perkembangan tulang pada penderita.
Sindrom Turner. Sindrom ini hanya dialami oleh wanita ketika menghilangnya satu atau
sebagian dari kromosom seksual atau kromosom X. Kondisi ini menjadikan hanya
terdapat satu kromosom yang berfungsi, bukannya sepasang.
Sindrom Prader-Willi
Sindrom Down
Sindrom Noonan
Sindrom Conradi
Hypochondroplasia
Penyakit mucopolysaccharide
Diastrophic dysplasia
Pseudoachondroplasia
Penyakit jangka panjang yang berdampak kepada paru-paru, jantung, atau ginjal.
Dwarfisme dapat disebabkan oleh lebih dari 300 kondisi medis sehingga menjadikannya
memiliki gejala yang beragam pula.
Gejala Dwarfisme
Dwarfisme memiliki gejala yang beragam pada tiap kategori, namun perawakan tubuh yang
pendek merupakan gejala yang paling sering muncul.
Dwarfisme Proporsional
Kondisi ini memengaruhi keseluruhan pertumbuhan tubuh sehingga berpengaruh juga pada
buruknya perkembangan satu atau beberapa sistem tubuh. Penderita kondisi ini umumnya
memiliki kepala, tubuh, dan badan yang kecil, namun berukuran proporsional satu sama lain.
Gejala lainnya yaitu:
Memiliki tinggi di bawah persentil ketiga berdasarkan grafik standar pertumbuhan anak.
Perkembangan organ seksual yang tertunda, atau bahkan tidak ada, pada masa remaja.
Gejala tambahan biasanya berkaitan dengan penyakit yang mendasari berkembangnya kondisi
ini, misalnya penderita sindrom Prader-Willi cenderung memiliki selera makan yang terus-
menerus.
Dwarfisme Disproporsional
Gejala dwarfisme disproporsional biasanya segera terlihat ketika lahir atau di awal masa kanak-
kanak. Walau demikian, sebagian besar penderita kondisi ini tetap memiliki kapasitas intelektual
yang normal. Tidak jarang juga penderita dwarfisme disproporsional memiliki tubuh yang
normal dengan tungkai yang sangat pendek atau tubuh yang sangat pendek dengan tungkai yang
lebih pendek dan lebar. Bagian kepala biasanya lebih besar dibandingkan tubuh.
Ukuran tubuh yang umum atau rata-rata. Tinggi orang dewasa sekitar 122 cm.
Ukuran kepala yang besar dan tidak proporsional dengan tubuh, serta dahi menonjol dan
bagian atas hidung yang rata.
Jari-jari yang pendek dan adanya jarak lebar antara jari tengah dan jari manis.
Lengan dan kaki yang pendek dengan panjang lengan dan kaki bagian atas yang lebih
pendek dibandingkan lengan dan kaki bagian bawah.
Segera temui dokter jika Anda menyadari kemunculan gejala sejenis pada anak atau kondisi lain
yang bisa berdampak kepada tumbuh kembang anak.
Diagnosis Dwarfisme
Dwarfisme dapat dikenali semenjak lahir atau di awal masa kanak-kanak, namun ada juga yang
baru bisa terdiagnosis ketika usia anak sudah lebih dewasa dan/atau ketika tumbuh kembangnya
sudah tidak berjalan sesuai dengan seharusnya. Pemeriksaan anak rutin yang dilakukan semenjak
lahir memang penting dilakukan, bukan hanya dengan memberinya vaksinasi, melainkan dengan
memantau perkembangan fisik dan kesehatannya juga. Dengan demikian, gangguan-gangguan
yang muncul dapat dideteksi dan diobati lebih cepat.
Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilalui anak jika dokter mencurigai adanya tanda-tanda
dwarfisme, yaitu:
Memeriksa bentuk wajah dan bentuk tulang tubuh untuk mencari gejala dwarfisme.
Mengukur tinggi, berat badan, dan lingkar kepala untuk mengenali pertumbuhan yang
tidak biasa, seperti bentuk kepala yang lebih besar.
Mengamati ukuran tubuh keluarga lainnya, seperti orang tua, saudara, kakek-nenek, atau
kerabat lain untuk mengetahui tinggi rata-rata di keluarga termasuk yang memiliki tubuh
tidak tinggi.
Melakukan tes pencitraan tubuh, seperti X-ray dan MRI scan. Kedua tes ini dilakukan
untuk mendapatkan gambaran jelas dari tengkorak dan tulang, serta jika terdapat kelainan
pada kelenjar pituitari atau hipotalamus pada otak.
Melakukan tes hormon untuk mengukur pertumbuhan hormon pertumbuhan atau hormon
lain yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak.
Melakukan tes genetik untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, misalnya untuk
mengetahui apakah anak mengidap sindrom Turner yang menjadi penyebab dwarfisme.
Tes ini akan mencari tahu seperti apa kondisi kromosom X yang memicu sindrom Turner
pada anak.
Pengobatan Dwarfisme
Mengobati dwarfisme bisa melibatkan berbagai macam dokter spesialis, sesuai dengan kondisi
penderita kondisi ini. Kebanyakan perawatan dwarfisme tidak bisa memperbaiki postur tubuh.
Perawatan dilakukan untuk mengurangi gangguan yang muncul akibat komplikasi dari kondisi
ini. Beberapa pilihan perawatan yang ada, yaitu:
Terapi hormon. Sebuah hormon sintetis akan disuntikkan untuk membantu hormon
pertumbuhan yang kurang pada penderita dwarfisme. Suntik hormon ini dilakukan
hingga beberapa kali selama masa remaja, setidaknya hingga tinggi badan maksimum
dari tinggi rata-rata di keluarga pasien tercapai. Selain tinggi badan, suntikan juga
dilakukan untuk memastikan tubuh dapat tumbuh sesuai dengan kapasitas pertumbuhan
yang seharusnya. Perawatan ini dapat dilengkapi dengan terapi hormon lain, misalnya
hormon estrogen bagi penderita sindrom Turner.
Prosedur operasi. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki arah tumbuh tulang,
memperbaiki bentuk tulang belakang agar stabil, dan memperbesar pembukaan di tulang
belakang untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang belakang. Operasi juga bisa
dilakukan untuk membuang kelebihan cairan di otak pada kondisi hidrosefalus.
Selain prosedur perawatan yang dilakukan di rumah sakit, pemilik dwarfisme juga tetap bisa
menyesuaikan kondisi ini dengan lingkungan di rumah maupun ketika beraktivitas sehari-hari.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu:
Upayakan menjaga postur tubuh anak dengan menyediakan bantal untuk punggung
bagian bawah, dan bangku kecil untuk anak duduk.
Berikan dukungan yang memadai untuk menjaga kepala dan leher anak ketika ia sedang
duduk.
Gunakan kursi khusus anak yang kokoh dan menopang leher dan punggung dengan baik
pada kendaraan Anda. Atur kursi dengan menghadap belakang, pada aturan berat dan
tinggi badan tertinggi yang memungkinkan (meski melewati umur yang
direkomendasikan).
Perhatikan selalu tanda-tanda komplikasi pada anak, seperti apnea tidur dan infeksi
telinga.
Mulailah diet makanan sehat dan seimbang sejak dini untuk mencegah masalah
penambahan berat badan.
Ajak anak untuk lebih sering berpartisipasi pada kegiatan menyehatkan, seperti
bersepeda, berenang, namun hindari olahraga-olahraga yang memberikan benturan pada
tubuh, seperti sepakbola, senam atau gimnastik, dan menyelam.
Kebanyakan penderita dwarfisme tidak memiliki gangguan yang serius terkait dengan kondisi ini
sehingga dapat menjalani hidup dengan normal dengan harapan umur yang normal juga.
Komplikasi Dwarfisme
Dwarfisme memiliki beberapa komplikasi yang umum terjadi akibat kondisi ini, misalnya pada
kehamilan. Perempuan hamil yang memiliki kondisi dwarfisme disproporsional cenderung
mengalami gangguan pernapasan selama masa kehamilan. Prosedur kelahiran Caesar juga
seringnya diharuskan bagi perempuan dengan kondisi seperti ini, karena bentuk dan ukuran
tulang panggul yang membuat melahirkan secara normal menjadi berisiko tinggi. Komplikasi-
komplikasi lain dwarfisme menurut klasifikasinya, yaitu:
Dwarfisme proporsional
Dwarfisme disproporsional
Komplikasi yang menyertai kondisi ini umumnya akan berbeda-beda bagi tiap penderita.
Penderita dwarfisme berisiko mengalami komplikasi seperti:
Menderita arthritis.
Penambahan berat badan yang bisa menambah tekanan pada saraf, serta memicu
gangguan pada sendi dan tulang belakang.
Hidrosefalus.
Bertambahnya tekanan pada saraf tulang belakang yang ada di dasar tulang tengkorak.
Punggung yang terus membungkuk atau bengkok, disertai dengan rasa sakit.
Penyempitan saluran pada tulang belakang bagian bawah sehingga menambah tekanan
pada saraf tulang belakang, disusul dengan rasa sakit atau mati rasa pada tungkai.
Seseorang yang memiliki dwarfisme juga harus berhadapan dengan persepsi masyarakat yang
salah mengenai kondisi ini. Hal ini bisa berdampak pada turunnya kepercayaan diri dan
terbatasnya kesempatan yang sebenarnya bisa diraih oleh penderita dwarfisme, khususnya anak-
anak yang rentan terhadap ejekan di dalam pergaulan sehari-hari.