Anda di halaman 1dari 2

Sumber : Walter, Gerhard et all. 2012. Treatment Algorithms for Chronic Osteomyelitis. [online].

tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3336146 diakses 10 Oktober 2017.

Solomon, Louis et all, 2010. Apleys System Of Orthopaedics and Fractures. UK. CRC Press

Gambar : Allogaritme terapi Osteomielitis Kronis

Sumber : Walter, Gerhard et all. 2012.

Terapi kuratif pada Osteomielitis kronis pada tahap pertama adalah debridemen, stabilisasi
tulang dan terapi antibiotik. Debridemen adalah memotong jaringan yang kontraktur disekitar luka.
Terapi debridemen bersaman waktunya dengan terapi antibiotik untuk mesnsupresi bakteri. Selain
mensupresi bakteri, antibiotic juga berguna untuk mencegah perkembangan bakteri sehingga tidak
menyebar. Antibiotik yang digunakan adalah adalah antibiotic yang dapat menpenetrasi sclerosis
bone dan tidak beracun apabila digunakan dalam jangka lama. Contoh dari antibiotic yang digunakan
adalah fucidic acid, clyndamisin dan chepalosporin . Apabila bakteri telah resistensi terhadap
meticilin, terapi daoat menggunakan vacomycin dan reiclopenin. Stabilisasi tulang pada fraktur
nonunion diperlukan untuk kontrol infeksi (Solomon, Louis et all, 2010).
Gambar : (A).
Debridemen yang kurang baik. (B). Debridemen yang baik. (C). Pemberian bone
graft untuk menutup defek

Kemudian dilanjutkan dengan terapi daerah luka, terutama penanganan abses yang dilakukan
dengan insisi dan drainase. Drainase adalah pembersihan dari pus. Selanjutnya, Manajemen defek
tulang dan fraktur nonunion. Bone graft dari iliac crest dapat digunakan untuk penanganan defek
tulang hingga 6 cm. Bone graft dikerjakan bila jaringan lunak penutup sudah sembuh, adanya flap
yang viabel dan infeksi telah terkontrol, biasanya dalam 6 hingga 8 minggu setelah transfer otot.
Tulang cancellous mempunyai daya tahan yang lebih dibandingkan dengan tulang kortikal, mungkin
karena paling terakhir terjadi gangguan vaskularisasi. Untuk vaskularisasi graft diperlukan dasar graft
yang baik vaskularisasinya. Pencegahan untuk osteomyelitis paskatraumatik dengan hati-hati, sesuai
dan tepat waktu dalam merawat jaringan yang terluka ( Walter, Gerhard et all. 2012).
Kemudian apabila pasien sudah responsive terhadap terapi kuratid maka pasien dirawat
dengan cara palliative. Perawatan paliatif berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menggangu, dan berusaha agar penderita aktif sampai
akhir hayatnya ( Walter, Gerhard et all. 2012).

Pertanyaan : apakah tindakan P.Amin pergi ke sangkat putung sudah tepat ? apabila masih salah,
bagaimana tindakan yang seharusnya diambil oleh P. Amin?

Jawaban interpretasi klinik : adanya deformitas menandakan adanya trauma yang tidak ditangani
dengan benar. Scar tissue menunjukkan adanya luka robek pada jaringan sehingga menyebabkan
jaringan parut. Sinus menunjukkan adanya pus pada tulang. Discharge seropuulen di region cruis
menunjukkan bakteri penginfeksi adalah bakteri pirogenik.

Anda mungkin juga menyukai