Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUGAS TERSTRUKTUR

KEDOKTERAN HAJI

Dosen Pembimbing:
Dr. Malik Setiawan, M.Infect.Dis

Kelompok F:
Achmad Tri Sugiarto Kharisul Islam F (16910006)
Nimas Eka Firdaningrum (16910020)
Taufiq Basuki Putra (16910022)
Yustika Permata Sari (16910027)
Nadiya Putri Hasibuan (16910036)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2020
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Abstrak

Latar belakang: Haji adalah mass gathering tahunan terbesar di dunia dengan jumlah
jamaah 2.000.000-3.000.000 muslim dari seluruh dunia yang datang ke Mekkah, Arab
Saudi. Risiko penularan influenza di kalangan jamaah Haji sangat tinggi. Olehkarena itu,
vaksinasi influenza dianjurkan dan sering dipantau di kalangan jamaah dari berbagai
negara. Namun, vaksinasi influenza jamaah haji di Arab Saudi tidak dinilai dalam beberapa
tahun terakhir.
Objektif: Evaluasi vaksinasi influenza yang diambil oleh jamaah haji dan identifikasi
penghalang utama dari vaksinasi influenza.
Metode: Data penelitian vaksinasi influenza diperoleh dari jamaah haji pada tahun 2013,
2014 dan 2015. Responder jamaah haji direkrut di Mina, Makkah selama periode puncak
haji. Jamaah Haji diminta melengkapi kuesioner dasar yang mencatat riwayat vaksinasi
influenza dan alasan tidak melakukan vaksinasi.
Hasil: Sebanyak 6974 peziarah Saudi berusia antara 18 dan 95 (median 34) tahun direkrut;
jantan untuk
rasio wanita adalah 1:1.2. Dari total, 90,8% menyatakan sejarah vaksinasi influenza
mereka, 51,3% dari mereka
dilaporkan menerima vaksin influenza sebelum melakukan perjalanan Haji. Tingkat
vaksinasi untuk tahun 2013,
2014 dan 2015 adalah 21,4%, 48,2% dan 58,1%, masing-masing (P < 0,001). Dari 1.269
peziarah yang berada di
lebih tinggi risiko penyakit parah, 54,5% menerima vaksin. Kurangnya kesadaran (47,5%),
ketergantungan pada alam
imunitas (15,8%) dan menjadi sibuk (15,5%) adalah alasan utama untuk non-tanda terima
Kesimpulan
ar Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1. Introduksi Penelitian
Haji adalah acara pengumpulan massal tahunan terbesar di dunia. Itu
menarik dua hingga tiga juta Muslim dari seluruh dunia menuju Mekah, Arab
Saudi. Sebagian besar peserta haji berasal dari Arab Saudi. Bahaya kesehatan
utama bagi jamaah haji adalah infeksi saluran pernapasan, termasuk influenza.
Telah dilaporkan bahwa lebih dari 90% peziarah memiliki setidaknya satu
pernapasan gejala sebelum mereka kembali ke negara asalnya. Khususnya, tingkat
influenza yang dikonfirmasi laboratorium di antara gejala peziarah diamati berkisar
antara 4% dan 15%. Selain itu, risiko tertular infeksi virus pernapasan, termasuk
influenza, meningkat secara signifikan setelah haji, dengan resiko yang
diperkirakan 8x lebih tinggi. Selain itu, influenza menimbulkan risiko kesehatan
masyarakat yang cukup besar bagi negara tuan rumah. Karena itu, Kementerian
Kesehatan Saudi telah merekomendasikan vaksinasi influenza untuk semua jamaah
haji sejak 2005, khususnya mereka yang berisiko lebih tinggi dari influenza.
Beberapa studi memperkirakan penyerapan vaksin influenza di antara jamaah haji.
Studi-studi ini menunjukkan bahwa, sejak 2005, vaksinasi tingkat telah berfluktuasi
secara luas selama bertahun-tahun. Studi melaporkan tingkat vaksinasi influenza
musiman berkisar antara 0,7% hingga 100% di antara peziarah, dengan cakupan
tertinggi pada tahun 2009, tahun pandemi, ketika pemerintah Arab Saudi
melengking menekankan pada penerimaan vaksin. Penelitian juga menunjukkan
variasi substansial dalam vaksinasi tarif di antara peziarah dari berbagai negara.
Peziarah Iran melaporkan serapan vaksin influenza yang memuaskan yang
umumnya berkisar antara 76% dan 88% pada tahun-tahun antara 2004 dan 2010,
mencapai hingga 100% pada tahun 2009. Begitu pula dengan peziarah Australia
memiliki serapan vaksin yang dapat diterima berkisar antara 65% dan 89% dalam
tahun 2011 hingga 2013, meskipun peziarah dari Australia terdiri kurang dari 1%
dari total jamaah haji dalam satu tahun tertentu.
Tingkat vaksinasi di antara jamaah Malaysia pada tahun 2013 adalah
dilaporkan mencapai 65%, dan penyerapan di antara peziarah India tercapai hingga
72% di 2014. Di sisi lain, penyerapan pada tahun 2005 dan 2006 berkisar antara
27% dan 37% di antara peziarah Prancis dan Inggris. Beberapa penelitian
mengukur tingkat vaksinasi influenza di antara peziarah Prancis mengungkapkan
penyerapan vaksin yang berfluktuasi umumnya antara 26% dan 46% selama tahun
2006 hingga 2006-2013, dengan ekstrem hingga 97% pada 2009 dan nol pada 2013
(jatuh tempo hingga tidak tersedianya vaksin sebelum haji).
Sebuah studi besar di antara peziarah Mesir (yang mewakili sekitar 4% dari
total peziarah) mengungkapkan tingkat vaksinasi influenza yang rendah antara 9%
dan 30% di tahun 2012 hingga 2015. Namun, ada data terbatas tentang penggunaan
vaksin influenza di antara jamaah haji Saudi. Dua studi menilai penyerapan vaksin
sebelum 2005, tingkat pelaporan 1% dan 11% pada tahun 2003. Dua studi lebih
lanjut memeriksa serapan pada 2006 dan 2009, melaporkan tingkat 4% dan 13,7%,
masing-masing. Dengan demikian, tersedia data dari penelitian yang dilakukan
sebelum atau sekitar tahun pandemi mengungkapkan yang diserap oleh vaksin
influenza di kalangan jamaah Saudi di masa lalu lebih rendah dari rata-rata negara
lain. Selain itu, Tingkat belum dinilai sejak pandemi, sementara kebutuhan untuk
vaksinasi influenza untuk jemaah haji telah dibahas baru-baru ini. Menimbang
bahwa antara 26% dan 45% peziarah dalam 10 tahun terakhir berasal dari Arab
Saudi, ini sangat penting untuk mengevaluasi penyerapan vaksin influenza di antara
para peziarah domestik ini. Oleh karena itu, analisis ini bertujuan untuk menilai
vaksin influenza serapan di antara jamaah haji Saudi selama tiga berturut-turut
tahun dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang mempengaruhi
penyerapan vaksin.
1.2. Tujuan Penelitian
Evaluasi vaksinasi influenza yang diambil oleh jamaah haji dan identifikasi
penghalang utama dari vaksinasi influenza.
BAB II
Metodelogi Penelitian
2.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah large cluster-randomised
controlled trial. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas
penggunaan masker terhadap kejadian infeksi pernafasan akibat virus selama
periode haji.
2.2. Populasi
Populasi penilitian yaitu jamaah haji dari Arab Saudi dan Australia, selama
periode haji haji pada tahun 2013, 2014 dan 2015. Proses perekrutan responden
dan pengambilan data penelitian dilakukan di Mina, Mekkah selama periode
puncak ibadah haji. Para ketua kelompok ibadah haji yang bertanggung jawab
untuk melayani jamaah haji Arab Saudi atau Australia diajak untuk turut serta
berpartispasi dalam proses pengambilan data pada penelitian ini.
Responden yang berusia 65 tahun atau lebih, dan/atau memiliki kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti: penyakit paru kronis, kardiovaskular,
neurologis, hepatik atau penyakit ginjal, atau wanita hamil atau
immunocompromised dikategorikan sebagai jamah haji “berisiko tinggi”
(termasuk kedalam kelompok jamaah haji yang direkomendasikan untuk
melakukan vaksinasi influenza). Sedangkan jamaah haji yang sehat dan berusia
kurang dari 65 tahun dikategorikan sebagai kelompok jamaah haji “tidak berisiko
tinggi”.
2.3. Teknik Mengambil Sampel
Pengambilan data pada kelompok responden jamaah haji dilakukan oleh tim
peneliti di tenda-tenda jamaah haji yang berada di Mina, Mekkah, Arab Saudi
pada hari pertama pelaksanaan ibadah haji, yaitu: tanggal 13 Oktober 2013, 2
Oktober 2014 dan 22 September 2015. Hanya data dari jamaah haji domestik
yang menunaikan ibadah haji dari Arab Saudi (terlepas dari kebangsaan mereka),
yang dimasukkan dalam analisis data penelitian ini. Semua jamaah yang
berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk mengisi kuesioner awal pada hari
pertama haji. Kuesioner ini berisi tentang data demografis jamaah haji, seperti:
jenis kelamin, usia, alamat, dan pekerjaan; riwayat medis termasuk kondisi medis
yang sudah ada sebelumnya dan status kehamilan dan riwayat vaksinasi termasuk
vaksinasi influenza, beserta alasan untuk tidak melakukan/menerima vaksin bagi
jamaah haji yang tidak melakukan vaksin influenza.
2.4. Besar Sampel
Besar sampel yang diambil tercantum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Sampel yang diambil pada setiap tahun


2013 2014 2015
Hari Pertama 13 Oktober 2 Oktober 22 September
Haji
Jumlah Sampel 916 1959 4099
Pria:wanita 1:1,6 1:1,4 1:1
Umur median 32(18-95) 33(18-95) 35(18:88)
Jamaah risti 130/730(17,8%) 312/1651(18,9%) 874/3984(21,9%)
Hamil 10/472(2,1%) 12/937(1,3%) 38/2124(1,8%)
Merokok 56/733(7,6%) 147/1626(9,0%) 513/4034(12,7%)

2.5. Izin Etik Penelitian


Izin etik penelitian ini diperoleh dari King Abdullah Medical City (KAMC),
International Review Board, Arab Saudi (IRB Ref. No.: 15-205); dan dari Komite
Etik Penelitian Manusia Hunter, New England, Australia (HNEHREC Reference
No: 13/07/17 / 3.04).
2.6. Analisis Statistic yang digunakan
Statistical Package for the Social Sciences®24 (SPSS®24, IBM, Chicago,
IL, USA). Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis regresi logistik multivariabel, bertujuan untuk meneliti hubungan antara
berbagai macam variabel yang mempengaruhi penggunaan vaksin pada jamaah
haji. Hanya variabel dengan nilai Pvalue ≤0,05 dalam analisis univariabel yang
dimasukkan dalam model analisis regresi logistik multivariabel. Pada penelitian
ini, nilai Pvalue ≤0,05 dianggap signifikan secara statistik
Bab III
Hasil Penelitian
3.1. Diskusi Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efek vaksin influenza pada
jamaah haji Saudi dan untuk mengidentifikasi hambatan utama untuk pengambilan
vaksin. Data ini menunjukkan bahwa serapan vaksin influenza di antara jamaah haji
dari Arab Saudi yang mengambil bagian dalam penelitian ini telah meningkat dari
tahun ke tahun tetapi masih belum optimal. Utama hambatan untuk penyerapan
vaksinasi adalah kurangnya kesadaran dan persepsi yang salah tentang vaksin. Pada
tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan tujuan dalam Majelis
Kesehatan Dunia ke-56 untuk mencapai vaksinasi influenza cakupan 75% atau
lebih tinggi pada tahun 2010 di antara orang lanjut usia 65 tahun atau lebih.
Kemudian, Kantor Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan di Departemen
Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menetapkan target 70% untuk cakupan
vaksinasi influenza di antara populasi sehat pada tahun 2020. Terhadap standar
internasional ini, tingkat vaksinasi influenza maksimum dilaporkan 58,1% di antara
peserta pada tahun 2015, atau penyerapan keseluruhan sebesar 55,6% di antara
peziarah lanjut usia (berusia 65 tahun).
Seperti yang telah disebutkan, tingkat vaksinasi influenza di antara peziarah
haji saudi dalam penelitian ini juga lebih rendah dari vaksinasi tarif di sebagian
besar negara lain untuk tahun yang sama. Namun, serapan vaksinasi lebih baik dari
yang lain Negara-negara Arab. Misalnya, peziarah dari Mesir mendapat vaksinasi
cakupan 9%, 30% dan 19% masing-masing selama 2013-2015. Temuan ini sesuai
dengan data dari cakupan vaksin baru-baru ini survei di negara-negara Dewan
Kerjasama Teluk (GGC), menunjukkan tingkat vaksinasi influenza dari 15% hingga
24%, yang mengindikasikan kebutuhan untuk meningkatkan penyerapan vaksinasi
di antara jamaah haji dari negara-negara Arab.
Variasi dalam cakupan vaksinasi di seluruh negara dan tahun sebagian dapat
dijelaskan oleh pengaruh pandemi dan lainnya wabah saat pengambilan vaksinasi.
Wabah non-haji terkenal seperti itu sebagai SARS pada 2003-04 dan avian
influenza (H5N1) pada 2005-06 berkontribusi untuk peningkatan relatif dalam
penyerapan vaksinasi influenza di Indonesia beberapa pengaturan. Begitu pula
dengan vaksin influenza tertinggi penyerapan di antara jemaah haji dari berbagai
negara diamati pada tahun 2009 selama wabah global influenza A (H1N1) pdm
2009 regangan. Ini mungkin dipengaruhi oleh kesadaran yang tinggi dan publikasi
yang produktif di media, dan perubahan yang terjadi di media kebijakan yang
menjadikan vaksin sebagai salah satu persyaratan visa untuk Kehadiran haji.
Lonjakan epidemi MERS-CoV di Saudi Saudi pada 2013 dan 2014 diikuti oleh
rekomendasi yang ditingkatkan oleh otoritas kesehatan Saudi untuk vaksinasi
influenza.
Kebijakan-kebijakan ini dapat memainkan peran dalam peningkatan
influenza tingkat vaksinasi di kalangan jamaah Saudi terlihat dalam penelitian ini.
Namun, data yang tepat untuk mengeksplorasi motivator vaksinasi influenza di
Indonesia analisis saat ini tidak cukup. Selain itu, angka yang lebih rendah peserta
pada 2013 dibandingkan dengan dua tahun berikutnya mungkin condong data
membawa keterwakilan data dipertanyakan.
Peziarah dengan kondisi medis kronis atau mereka yang berusia 65 tahun
atau di atas berada pada peningkatan risiko penyakit influenza berat. Individu
dengan kondisi berisiko tinggi ini, termasuk jamaah haji sebelumnya perjalanan
mereka, direkomendasikan untuk menerima vaksin influenza musiman setiap tahun.
Studi saat ini menunjukkan bahwa para peziarah resiko tinggi memiliki tingkat
vaksinasi yang sedikit lebih tinggi daripada peziarah lainnya. Ini juga telah diamati
dalam beberapa penelitian lain. Sebagai contoh, peziarah Australia dan penduduk
GCC dengan resiko tinggi memiliki serapan vaksinasi yang lebih tinggi daripada
yang tidak beresiko. Meskipun serapan vaksinasi di antara para peziarah yang
berisiko tinggi relatif lebih tinggi daripada di antara para peziarah peziarah lainnya,
tingkat vaksinasi belum mencapai patokan ditetapkan oleh WHO. Apalagi dalam
penelitian ini, jamaah hamil, yang sangat dianjurkan untuk menerima vaksin
influenza sebelumnya Haji, memiliki serapan vaksinasi keseluruhan hanya 39%.
Begitu pula rendah penyerapan di antara wanita hamil non-haji Saudi dikaitkan
kesalahpahaman tentang keamanan vaksin influenza untuk hamil wanita.
Selanjutnya, dalam studi berbasis rumah sakit di Saudi, diamati bahwa hanya 8,8%
petugas kesehatan yang mengetahui influenza itu vaksin direkomendasikan untuk
wanita hamil. Jadi, upaya harus diinspirasi untuk mempromosikan vaksinasi
influenza di antara baik peziarah Saudi dan petugas kesehatan untuk meningkatkan
cakupan vaksin di antara hamil dan tidak berisiko tinggi. Alasan utama yang
diberikan oleh peziarah Saudi untuk tidak menerima Vaksin influenza sebelum haji
adalah kurangnya kesadaran. Ini konsisten dengan studi lain di antara jamaah haji
dan populasi Saudi. Kesadaran yang buruk mungkin disebabkan oleh sejumlah
faktor, termasuk ketidaktahuan tentang ketersediaan vaksin, siapa harus
menerimanya, atau dari mana seseorang dapat menerimanya. Semua ini
sebelumnya telah dilaporkan oleh para peziarah sebagai alasan untuk tidak
menerima vaksin influenza sebelum haji. Haji telah terjadi dalam beberapa tahun
terakhir selama musim gugur yaitu, menjelang musim influenza, itu mungkin
berkontribusi pada rendahnya tingkat kesadaran di masyarakat tentang perlunya
vaksin meskipun Kementerian Saudi Upaya Kesehatan untuk mempromosikan
vaksin sebelum haji khususnya untuk individu dengan risiko tinggi.
Hambatan lain untuk vaksinasi influenza adalah persepsi yang salah vaksin
influenza dan influenza. Percaya bahwa seseorang dapat mengandalkan alam
imunitas adalah persepsi yang salah tentang influenza di antara jamaah haji dalam
penelitian ini. Ini juga alasan utama karena tidak menerima vaksin di antara
peziarah Australia di Indonesia 2011 dan 2012. Selain itu, beberapa peziarah
mengklaim bahwa mereka jarang terkena influenza atau meremehkan keseriusan
influenza. Demikian juga dalam penelitian lain, hingga 14% peziarah yang tidak
menerima vaksin mengklaim bahwa mereka tidak khawatir mendapatkan influenza
saat haji. Kekhawatiran tentang efektivitas vaksin atau takut efek samping vaksin
dinyatakan oleh Haji Saudi jemaah haji sebagai alasan non-vaksinasi sebelum haji.
Petugas kesehatan di Saudi Saudi (dalam pengaturan non-haji) menyatakan bahwa
mereka tidak menerima vaksin karena mereka percaya vaksin itu tidak efektif
(51%). Studi lain juga menunjukkan bahwa jemaah haji umum memiliki persepsi
yang salah terhadap efek vaksinasi.

Pendidikan dan nasihat kesehatan yang efektif diyakini akan meningkat


sikap jemaah haji terhadap langkah-langkah pencegahan termasuk vaksinasi.
Misalnya, serapan vaksin influenza meningkat dua kali di antara peziarah yang
menerima pendidikan kesehatan sebelum haji dibandingkan dengan mereka yang
tidak. Mengatasi kurangnya kesadaran dan kesalahan persepsi tentang vaksin
influenza di kalangan peziarah, penyebaran informasi yang akurat diperlukan
melalui saluran komunikasi yang digunakan peziarah dan kepercayaan. Untuk
Misalnya, rekomendasi dari pemimpin kelompok wisata haji adalah pengaruh
positif utama pada sikap peziarah terhadap pencegahan langkah-langkah dan
vaksinasi di antara peziarah Australia. Data dari sebuah survei besar tentang
penyerapan vaksinasi di antara penduduk Negara-negara GCC termasuk Arab Saudi
(meski belum tentu haji peziarah) mengungkapkan bahwa saran dokter adalah
motivator terkemuka untuk penerimaan vaksin influenza. Advokasi vaksin melalui
dokter, otoritas kesehatan, dan pemimpin kelompok wisata haji bisa tingkatkan
penyerapan vaksin peziarah. Perlu dicatat bahwa, diskusi tentang pembuatan vaksin
influenza wajib bagi jamaah haji telah dinaikkan baru-baru ini. Terlepas dari
hambatan nyata yang menantang kebijakan tersebut, seperti ketersediaan vaksin
sebelum haji dan kejang yang tidak cocok, langkah-langkah lain untuk mencegah
infeksi pernapasan, seperti pneumokokus vaksinasi, cuci tangan dan penggunaan
facemask, harus dipertimbangkan bersama dengan vaksinasi influenza. Studi
selanjutnya adalah diminta untuk memantau pengambilan vaksin di antara jamaah
Saudi dan menganjurkan kebijakan yang optimal untuk meningkatkan penyerapan
vaksin. Tentu saja, ada beberapa batasan dalam penelitian ini yang bisa diatasi
dalam survei masa depan. Pertama, data yang dikumpulkan tentang influenza
vaksinasi adalah anekdotal yang mungkin menimbulkan bias persepsi pada
masyarakat. Namun demikian, sementara perakitan haji di tahun studi telah terjadi
di September dan Oktober, sebagian besar peziarah memiliki vaksin influenza
segera sebelum haji karena vaksin baru saja diperkenalkan di Indonesia belahan
bumi utara, dan ditawarkan oleh Kementerian Kesehatan Saudi untuk jemaah haji
domestik. Kedua, data terperinci tentang motivator dan alasan untuk menerima
vaksin influenza tidak diperoleh dari peserta penelitian. Informasi seperti itu akan
memungkinkan simpatisan untuk memahami perilaku peziarah dan meningkatkan
influenza serapan vaksinasi di masa depan. Ketiga, penelitian ini didasarkan pada
sampel kenyamanan bukan sampel berdasarkan probabilitas dari yang lebih besar,
populasi terdefinisi sehingga temuan tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh
populasi Saudi.

3.2. Hasil Penelitian


3.2.1. Karakteristik Jamaah Haji
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 6974 jamaah haji. Penelitian
dilakukan selama tiga tahun mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2015, dengan rasio
jenis kelamin pria dan wanita 1:1,2. Usia atau tanggal lahir diperoleh dari 6785
jamaah (97,3%); mereka berusia antara 18 sampai 95 tahun (median 34; rata-rata
36,4). Diantara jamaah haji yang menyebutkan usia dan kondisi medisnya, proporsi
jamaah “at increased risk” adalah sebanyak 1316/6365 (20,7%). Karakteristik dari
partisipan dalam penelitian selama tiga tahun tercantum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Karakteristik jamaah haji selama tiga tahun (2013-2015)

3.2.2. Vaksinasi influenza


Terdapat 6334 responden (90,8%) yang mempunyai riwayat vaksinasi
influenza. Dalam tiga tahun, sebanyak 3247 dari 6334 partisipan yang mengaku
sudah mendapat vaksinasi influenza. Tingkat vaksinasi influenza ini meningkat
secara signifikan dari 21,4% di tahun 2013 menjadi 48,2% di tahun 2014 dan
58,1% di tahun 2015 (P < 0,001).
Tingkat vaksinasi influenza antar gender hampir sama, yaitu 50,6% pada
pria dan 51,8% pada wanita (P = 0,33). Vaksinasi pada jamaah “at increased risk”
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan jamaah haji “not at increased
risk” (54,5% banding 50,5% dengan P = 0,01). Bagaimanapun, jamaah wanita
hamil memiliki tingkat vaksinasi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
wanita tidak hamil (39,0% banding 52,0% dengan P = 0,05).
Partisipan berasal dari berbagai daerah di Arab Saudi, dengan representasi
yang proporsional dari populasi di seluruh daerah. Vaksinasi jamaah haji ini
bervariasi, mulai dari 46,4% di wilayah Tengah, dan 59,8% di wilayah Utara dan
Selatan. Namun untuk jamaah haji dari kota Mekah sendiri memiliki tingkat
vaksinasi yang lebih rendah (28,0%) dibandingkan dengan jamaah dari daerah
lainnya di Kota Saudi (52,2%) (P < 0,001). Diantara partisipan, ada yang berprofesi
sebagai petugas kesehatan (healthcare workers, HCW) dan tingkat vaksinasinya
adalah 52,7%. Tingkat vaksinasi influenza dari berbagai kelompok jamaah
tercantum dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2. Data jumlah jamaah yang mendapat vaksinasi influenza, 2013-2015

Dalam analisis regresi multivariat logistik, odds ratio (OR) disesuaikan


untuk mendapatkan prediktor dengan nilai P yang signifikan dalam analisis
univariat. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tahun haji, partisipan “at increased
risk”, daerah, dan pekerjaan. Jamaah yang menunaikan ibadah haji pada tahun 2014
dan 2015 mempunyai tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dibandingkan pada tahun
2013; nilai OR selama tahun tersebut adalah 3,28 (95% CI = 2,68–4,01, P < 0,001)
dan 4,85 (95% CI = 4,03–5,85, P< 0,001). Jamaah haji yang berasal dari kota
Mekah memiliki tingkat vaksinasi yang lebih rendah dibandingkan daerah lain
(adjusted OR = 0,52, 95% CI = 0,37–0,72, P < 0,001).

3.2.3. Hambatan dalam vaksinasi


Alasan utama bagi partisipan yang tidak melakukan vaksinasi influenza
adalah antara lain: kurangnya perhatian terhadap pentingnya vaksinasi (47,5%),
bergantung pada imunitas alami tubuh (15,8%), dan terlalu sibuk (15,5%) (Gambar
3.1). Jamaah dari kota Mekah yang tidak melakukan vaksinasi secara signifikan
lebih mungkin karena tidak suka disuntik (9,8%) dibandingkan dengan jamaah dari
daerah lain (adjusted OR = 2,94, 95% CI = 1,45–5,96, P = 0,003).
Takut alergi terhadap komponen vaksin (1,8%) secara signifikan merupakan
alasan yang cukup sering diantara jamaah “at increased risk” yang tidak melakukan
vaksin, dibandingkan dengan partisipan lain (0,6%) (adjusted OR = 3,37, 95% CI =
1,38–8,26, P = 0,01). Jenis kelamin pria secara signifikan cenderung lebih
bergantung pada imunitas alami tubuhnya dibandingkan dengan wanita (18,1%
banding 13,7%) (adjusted OR = 1,46, 95% CI = 1,14–1,87, P < 0,01) dan mereka
mengatakan bahwa mereka terlalu sibuk untuk melakukan vaksinasi (17,4%
banding 13,8%) (adjusted OR = 1,43, 95% CI = 1,11–1,85, P = 0,01).

Gambar 3.1. Alasan-alasan jamaah haji yang tidak melakukan vaksinasi influenza

3.2. Kesimpulan Penelitian


Vaksinasi influenza pada jamaah haji dari tahun 2013-2015 mengalami
peningkatan namun belum mencapai nilai optimal sesuai yang dianjurkan oleh
WHO. Faktor yang mempengaruhi optimalisasi vaksinasi yaitu kesadaran dan
mispresepsi jamaah haji tentang pentingnya vaksinasi influenza sebagai primary
prevention. Usaha untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya vaksinasi
influenza dapat dilakukan dengan edukasi kepada jamaah haji dan tenaga medis
professional. Penelitian mengenai latar belakang mispresepsi vaksinasi influenza
pada jamaah haji perlu dilakukan sehingga edukasi lebih tepat sasaran.
Lampiran

Jurnal:

Anda mungkin juga menyukai