Anda di halaman 1dari 9

Chondrosarcoma

A. Definisi

Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan


tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak
kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang yang terdiri
dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang berkembang menjadi ganas.
Kondrosarkoma biasanya ditemukan pada daerah tulang femur, humerus, kosta dan
bagian permukaan pelvis. Tumor ini memiliki banyak ciri dan bentuk perkembangan.
Dari pertumbuhan yang lambat hingga pertumbuhan metastasis yang agresif.

Kondrosarkoma dapat dibagi menjadi kondrosarkoma primer dan sekunder.


Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri disebut kondrosarkoma
primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi keganasan dari penyakit lain
seperti enkondroma, osteokondroma dan kondroblastoma disebut kondrosarkoma
sekunder. Kondrosarkoma sekunder kurang ganas dibandingkan kondrosarkoma
primer. Kondrosarkoma dapat diklasifikasi menjadi tumor sentral atau perifer
berdasarkan lokasinya di tulang.

B. Epidemologi

Menurut Spjut dkk. serta Lichtenstein, kondrosarkoma lebih sering ditemukan


pada pria daripada wanita, sedangkan Jaffe mengatakan, tidak ada perbedaan insidens.
Dari segi ras penyakit ini tidak ada perbedaan. Meskipun tumor ini dapat terjadi pada
seluruh lapisan usia, namun terbanyak pada orang dewasa (20-40 tahun). Tujuh puluh
enam persen, kondrosarkoma primer berasal dari dalam tulang (sentral) sedangkan
kondrosarkoma sekunder banyak ditemukan berasal dari tumor jinak seperti
osteokondroma atau enkondroma yang mengalami transformasi. Pasien dengan
ollier’s disease (enkondromatosis multipel) atau maffucci’s syndrome (enkondroma
multipel + hemangioma) memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi kondrosarkoma
daripada orang-orang normal dan sering sekali muncul pada dekade ketiga dan
keempat.

Di Amerika Serikat, kondrosarkoma merupakan tumor terbanyak kedua dari


400 jenis tulang ganas primer dengan jumlah kasus 25% dari seluruh keganasan
tulang primer dan sekitar 11% dari seluruh keganasan tulang. Setiap tahun, terdapat
90 kasus baru kondrosarkoma.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem muskuloskeletal tersusun dari tulang, kartilago, sendi, bursa, ligamen


dan tendon. Kartilago normal ditemukan pada sendi, tulang rusuk, telinga, hidung,
diskus intervertebra dan tenggorokan. Kartilago tersusun dari sel (kondrosit dan
kondroblast) dan matriks. Kondroblas dan kondrosit memproduksi dan
mempertahankan matriks. Matriks terdiri dari elemen fibrous dan substansi dasar.
Matriks ini kuat dan solid tetapi lentur. Matriks organik terdiri dari serat-serat kolagen
dalam gel semi padat yang kaya mukopolisakarida yang disebut juga substansi dasar.

Kartilago memegang peranan penting dalam pertumbuhan panjang tulang dan


membagi beban tubuh. Tulang bertambah panjang akibat proliferasi sel kartilago di
lempeng epifisis. Selama pertumbuhan dihasilkan sel-sel tulang rawan (kondrosit)
baru melalui pembelahan sel di batas luar lempeng yang berdekatan dengan epifisis.
Saat kondrosit baru sedang dibentuk di batas epifisis, sel-sel kartilago lama ke arah
batas diafisis membesar. Kombinasi proliferasi sel kartilago baru dan hipertrofi
kondrosit matang menyebabkan peningkatan ketebalan (lebar) tulang untuk
sementara. Penebalan lempeng tulang ini menyebabkan epifisis terdorong menjauhi
diafisis. Matriks yang mengelilingi kartilago tua yang hipertrofi dengan segera
mengalami kalsifikasi.

Pada orang dewasa, kartilago tidak mendapat aliran darah, limfe atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi kartilago. Proses ini dihambat dengan adanya endapan garam-garam
kalsium. Akibatnya sel-sel kartilago tua yang terletak di batas diafisis mengalami
kekurangan nutrien dan mati.

Osteoklas kemudian membersihkan kondrosit yang mati dan matriks


terkalsifikasi yang mengelilinginya, daerah ini kemudian diinvasi oleh osteoblas-
osteoblas yang berkerumun ke atas dari diafisis, sambil menarik jaringan kapiler
bersama mereka. Penghuni baru ini meletakkan tulang di sekitar bekas sisa-sisa
kartilago yang terpisah-pisah sampai bagian dalam kartilago di sisi diafisis lempeng
seluruhnya diganti oleh tulang. Apabila proses osifikasi telah selesai, tulang di sisi
diafisis telah bertambah panjang dan lempeng epifisis telah kembali ke ketebalan
semula. Kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki
ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis lempeng.
Ada tiga jenis kartilago yaitu: kartilago hialin, kartilago elastis dan
fibrokartilago. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban
tubuh pada sendi sinovial Kartilago ini memegang peranan penting dalam membagi
beban tubuh. Kartilago ini tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi dasar.
Substansi dasar terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-
sel kartilago. Proteoglikan sangat hidrofilik sehingga memungkinkan menahan
kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat. Kartilago hialin terletak pada epifisis
tulang panjang.

D. PREDILEKSI

Berdasarkan bentuk tulang, kondrosarkoma dapat mengenai tulang pipih dan


bagian epifisis tulang panjang. Kondrosarkoma dapat terkena pada berbagai lokasi
namun predileksi terbanyak pada lokasi proksimal seperti femur, pelvis, dan humerus.
Selain itu dapat pula mengenai rusuk, tulang kraniofasial, sternum, skapula dan
vertebra. Tumor ini jarang mengenai tangan dan biasanya merupakan bentuk
keganasan atau komplikasi dari sindrom enkondromatosis multipel.

E. Etiologi

Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi


etiologi kondrosarkoma masih sangat minimal. Namun berdasarkan penelitian yang
terus berkembang didapatkan bahwa kondrosarkoma berhubungan dengan tumor-
tumor tulang jinak seperti enkondroma atau osteokondroma sangat besar
kemungkinannya untuk berkembang menjadi kondrosarkoma. Tumor ini dapat juga
terjadi akibat efek samping dari terapi radiasi untuk terapi kanker selain bentuk
kanker primer. Selain itu, pasien dengan sindrom enkondromatosis seperti Ollier
disease dan Maffucci syndrome, beresiko tinggi untuk terkena kondrosarkoma.

F. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi kondrosarkoma primer maupun sekunder adalah terbentuknya


kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya
memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas pertumbuhan tulang
dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh osteoklas
kemudian dareah yang kosong itu, diinvasi oleh osteoblas-osteoblas yang melakukan
proses osifikasi. Proses osifikasi ini menyebabkan diafisis bertambah panjang dan
lempeng epifisis kembali ke ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh
tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan
kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma proses
osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan
abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila lesi
awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri dinamakan kondrosarkoma
sentral sedangkan kondrosarkoma perifer apabila lesi dari permukaan tulang seperti
kortikal dan periosteal. Tumor kemudian tumbuh membesar dan mengikis korteks
sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada formasi tulang baru dan soft tissue.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.

1. Diagnosis Klinis

Manifestasi klinis kondrosarkoma ini sangat beragam. Pada umumnya


penyakit ini memiliki perkembangan yang lambat, kecuali saat menjadi agresif.

Gejala Kondrosarkoma

Berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada kondrosarkoma:

1. Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75%


pasien kondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa
nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan.
Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri
tidak menghilang. Nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.

2. Pembengkakan : Pembengkakan lokal biasa ditemukan.

3. Massa yang teraba :Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.

4. Frekuensi miksi meningkat

Manifestasi klinis ini ditemukan pada kondrosarkoma di pelvis.

Namun semua manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap


kondrosarkoma. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade
tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan
pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan
orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.
Penentuan Grade dan Stage dari Kondrosarkoma

Grade(G) dilihat dari agresif tidaknya tumor tersebut. Disebut grade rendah (G1)
apabila jinak dan grade tinggi (G2) bila agresif. Penilaian grade kondrosarkoma dapat juga
melalui pemeriksaan mikroskopis Pada grade rendah biasanya sel tumor masih mirip dengan
sel normal dan pertumbuhannya lambat serta kemungkinan metastase sangat kecil. Pada
grade tinggi, sel tumor tampak abnormal dengan pertumbuhan dan kemampuan metastase
yang sangat cepat. Kebanyakan kondrosarkoma itu berada pada grade rendah. Grade tinggi
kondrosarkoma lebih sering akibat rekurensi dan metastase ke bagian tubuh yang lain. Yang
termasuk grade rendah adalah kondrosarkoma sekunder sedangkan yang termasuk grade
tinggi adalah kondrosarkoma primer.

Tujuan penentuan stage ialah mendeskripsikan ukuran dan mengetahui apakah sel
tumor ini telah bermetastase di luar lokasi aslinya. Untuk lokasi anatomi, dituliskan (T1) jika
tumor tersebut berada di dalam tulang dan (T2) jika diluar tulang.

Berikut ini adalah penentuan stage kondrosarkoma:

 Stage 1A merupakan tumor grade rendah di dalam tulang

 Stage 1B merupakan tumor grade rendah di luar tulang yang meliputi soft tissue
spaces, nervus dan pembuluh darah.

 Stage 2A merupakan tumor grade tinggi di lapisan keras tulang.

 Stage 2B merupakan tumor grade tinggi di luar tulang yang meliputi soft tissue
spaces, nervus dan pembuluh darah.

 Stage 3 merupakan tumor grade rendah-tinggi, bisa di dalam atau di luar tulang
namun telah mengalami metastase.

Apabila didapatkan keterlibatan kelenjar limfa regional maka disebut N1


sedangkan N0 apabila tidak didapatkan keterlibatan kelenjar limfe regional. Jika
didapatkan metastase disebut sebagai M1 dan jika tidak didapatkan metastase disebut M0.
Kondrosarkoma biasa bermetastase pada paru-paru, namun dapat juga bermetastase pada
tulang, liver, ginjal, payudara atau otak.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penting dalam usaha


penegakan diagnosis tumor. Pada kondrosarkoma, pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan meliputi foto konvensional, CT scan, dan MRI. Selain itu,
kondrosarkoma juga dapat diperiksa dengan USG dan Nuklear Medicine.
 Foto konvensional

Foto konvensional merupakan pemeriksaan penting yang dilakukan untuk


diagnosis awal kondrosarkoma. Baik kondrosarkoma primer atau sentral
memberikan gambaran radiolusen pada area dekstruksi korteks. Bentuk destruksi
biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal periosteal pada formasi tulang
baru. Karena ekspansi tumor, terjadi penipisan korteks di sekitar tumor yang
dapat mengakibatkan fraktur patologis. Scallop erosion pada endosteal cortex
terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat dan permukaan tumor yang licin.
Pada kondrosarkoma, endosteal scalloping kedalamannya lebih dari 2/3 korteks,
maka hal ini dapat membedakan kondrosarkoma dengan enkondroma. Gambaran
kondrosarkoma lebih agresif disertai destruksi tulang, erosi korteks dan reaksi
periosteal, jika dibandingkan dengan enkondroma.

Tidak ada kriteria absolut untuk penentuan malignansi. Pada lesi


malignan, penetrasi korteks tampak jelas dan tampak massa soft tissue dengan
kalsifikasi. Namun derajat bentuk kalsifikasi matriks ini dapat dijadikan patokan
grade tumor. Pada tumor yang agresif, dapat dilihat gambaran kalsifikasi matriks
iregular. Bahkan sering pula tampak area yang luas tanpa kalsifikasi sama sekali.
Destruksi korteks dan soft tissue di sekitarnya juga menunjukkan tanda
malignansi tumor. Jika terjadi destruksi dari kalsifikasi matriks yang sebelumnya
terlihat sebagai enkondroma, hal tersebut menunjukkan telah terjadi perubahan ke
arah keganasan menjadi kondrosarkoma.

 CT scan

Dari 90% kasus ditemukan gambaran radiolusen yang berisi kalsifikasi


matriks kartilago. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan hasil lebih sensitif untuk
penilaian distribusi kalsifikasi matriks dan integritas korteks. Endosteal cortical
scalloping pada tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT scan
dibandingkan dengan foto konvensional. CT scan ini juga dapat digunakan untuk
memandu biopsi perkutan dan menyelidiki adanya proses metastase di paru-paru.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Gambaran makroskopis pada kebanyakan tumor memperlihatkan sifat


kartilaginosa; besar dengan penampilan berkilau dan berwarna kebiru-biruan.
Secara mikroskopis, beberapa tumor berdiferensiasi baik dan sulit dibedakan
dengan enkondroma bila hanya berdasakan pada gambaran histologis saja.
Kecurigaan kearah keganasan apabila sel berinti besar, inti multipel dalam
suatu sel tunggal atau adanya beberapa kondroblas dalam satu lakuna.
Diantara sel tersebut terdapat matriks kartilaginosa yang mungkin disertai
dengan kalsifikasi atau osifikasi.
Konfirmasi patologi anatomi diperlukan untuk diagnosis dan
optimalisasi manajemen terapi. Biopsi sering dilakukan sebagai langkah awal
penanganan. Biopsi perkutaneus dengan tuntunan imaging akan sangat
membantu pada beberapa kasus tertentu. USG dilakukan sebagai penuntun
biopsi jarum halus pada soft tissue, sedangkan CT scan digunakan sebagai
penuntun untuk biopsi jarum halus pada tulang. Perubahan patologis antara
tumor jinak dan tumor ganas grade rendah sangat sulit dinilai. Biopsi jarum
halus kurang baik untuk memastikan diagnostik patologis dan biasanya sering
dikonfirmasi dengan biopsi bedah terbuka.

Klasifikasi kondrosarkoma berdasarkan patologi anatomi:

1. Clear cell chondrosarcoma:

Clear cell chondrosarcoma termasuk grade rendah dengan pertumbuhan yang lambat
dan secara khas terdapat di epifisis tulang-tulang tubular terutama pada femur dan humerus.

Sesuai dengan namanya, biopsi dari tumor ini akan menunjukkan clear cell dengan
banyak vakuola besar. Akan tampak pula lobular cartilaginous di dalam clear cells,
multinucleated giant cells, mitosis sedikit, dan susunan matriks menjadi sedikit disertai
kalsifikasi fokal.

2. Mesenchymal chondrosarcoma

Di bawah mikroskop, selnya berbentuk lingkaran kecil/oval dari spindled neoplastic


cells dengan gumpalan ireguler kromatin dan nukleoli. Terjadi peningkatan perubahan
mitosis dan penipisan kartilago.

3. Dedifferentiated chondrosarcoma

Dediffentiated chondrosarcoma sekitar 10% dari seluruh tipe kondrosarkoma. Sifat


khasnya adalah gabungan antara grade rendah kondrosarkoma dan proses keganasan
degeneratif, di mana terjadi keganasan soft tissue yang utuh sehingga tidak dapat
diidentifikasi lagi sebagai keganasan kartilago. Biasanya pada pasien berusia 60 tahun ke
atas.

Pada gambaran patologi anatomi tampak ikatan antara sel kartilago dan nonkartilago,
stroma kondroid, sel kondrosit mengecil dan nukleus padat dengan disertai beberapa
pembesaran.

4. Juxtacortical chondrosarcoma

Juxtacortical chondrosarcoma merupakan 2% dari seluruh kondrosarkoma. Lesi


umumnya terletak pada bagian metafisis femur, jarang pada diafisis.
H. DIAGNOSIS BANDING

Kondrosarkoma biasanya berasal dari tulang normal, atau merupakan perubahan


ganas dari kelainan jinak seperti osteokondroma dan enkondroma.

1 Osteokondroma

Osteokondroma atau eksostosis osteokartilagenus adalah pertumbuhan tulang dan


tulang rawan yang membentuk tonjolan di daerah metafisis. Tonjolan ini menimbulkan
pembengkakan atau gumpalan. Kelainan ini selalu muncul di daerah metafisis dan tulang
yang sering terkena adalah ujung distal femur, ujung proksimal tibia, dan humerus.

Osteokondroma ini perlu dibedakan dengan osteokondroma bawaan yang


predileksinya di daerah diafisis dan bersifat multipel. Osteokondroma terdiri atas dua tipe,
yaitu tipe bertangkai dan tipe sesil yang mempunyai dasar lebar.

Perubahan ke arah ganas hanya satu persen. Eksisi dilakukan bila kelainan cukup
besar sehingga tampak di bawah kulit atau, bila mengganggu.

2 Enkondroma

Enkondroma merupakan tumor jinak pada kartilago displastik yang biasanya berupa
lesi soliter pada bagian intramedullar tulang dan metafisis tulang tubular. Hal yang penting
pada penyakit ini adalah komplikasi, terutama fraktur patologis atau perubahan bentuk ke
arah keganasan yang disertai fraktur patologis.

Pada foto konvensional enkondroma memberikan gambaran berupa radiolusen yang


berbatas tegas di daerah medulla. Tampak pula kalsifikasi seperti cincin dan pancaran (ring
and arcs) yang berbatas tegas, membesar dan menipis, khususnya pada daerah tangan dan
kaki. Pada tulang panjang, bentuk kalsifikasinya mungkin sulit dibedakan dengan kalsifikasi
distropik pada infark tulang.

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kondrosarkoma merupakan bentuk kerja tim antara dokter dengan


profesional kesehatan lainnya. Para radiologist, diperlukan untuk melihat faktor- faktor untuk
evaluasi kecepatan perkembangan tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran tumor. Perawat
dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien efek samping dari penanganan
kondrosarkoma dan memberikan dorongan kesehatan makanan untuk membantu melawan
efek samping tersebut.

Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal seperti:

1. Ukuran dan lokasi dari kanker

2. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut.


3. Grade dari sel kanker tersebut.

4. Keadaan kesehatan umum pasien

Pasien dengan kondrosarkoma memerlukan terapi kombinasi pembedahan (surgery),


kemoterapi dan radioterapi.

1 Surgery

Langkah utama penatalaksanaan kondrosarkoma pembedahan karena kondrosarkoma


kurang berespon terhadap terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat
dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah beku hingga
amputasi radikal untuk lesi agresif grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan
paling tepat adalah amputasi.

2 Kemoterapi

Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika kanker
telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic)
untuk menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat memberikan efek samping
yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian
obat.

3 Radioterapi

Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro maupun mikroskopik.
Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total 50-55 Gy memberikan
hasil bebas tumor sebanyak 25% 15 tahun setelah pengobatan. Pada kasus-kasus yang hanya
menjalani operasi saja menunjukkan kekambuhan pada 85%. Efek samping general
radioterapi adalah nausea dan malasea. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan
mengatur jarak dan dosis radioterapi.

J. PROGNOSIS

Prognosis untuk kondrosarkoma ini tergantung pada ukuran, lokasi dan grade dari tumor
tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan survival rate dan prognosis dari penyakit ini.
Pasien anak-anak memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dewasa.

Penanganan pada saat pembedahan sangat menentukan prognosis kondrosarkoma karena


jika pengangkatan tumor tidak utuh maka rekurensi lokal bisa terjadi. Sebaliknya apabila
seluruh tumor diangkat, lebih dari 75% penderita dapat bertahan hidup. Rekurensi
kondrosarkoma biasa terjadi 5–10 tahun setelah operasi dan tumor rekuren bersifat lebih
agresif serta bergrade lebih tinggi dibanding tumor awalnya. Walaupun bermetastasis,
prognosis kondrosarkoma lebih baik dibandingkan osteosarkoma.

Anda mungkin juga menyukai