1
Departemen/Bagian Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia
2
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin, Palembang, Indonesia
E-mail : dr.haridarmawan@yahoo.com
Abstrak
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual disebabkan bakteri Treponema pallidum dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, transfusi darah, dan vertikal dari ibu ke janin. Jika perempuan hamil menderita sifilis dapat terjadi
infeksi transplasenta ke janin sehingga menyebabkan keguguran, lahir prematur, berat badan lahir rendah, lahir mati,
atau sifilis kongenital. Diagnosis sifilis pada kehamilan ditegakkan berdasar anamnesis, manifestasi klinis, pemeriksaan
laboratorik, dan serologik. Skrining pada trimester pertama dengan tes non-treponema seperti rapid plasma reagin
(RPR) atau venereal disease research laboratory (VDRL) kombinasi dengan tes treponema seperti treponema pallidum
hemagglutination assay (TPHA) merupakan hal penting pada setiap perempuan hamil. Manifestasi klinis sifilis ke janin
bergantung pada usia kehamilan dan stadium sifilis maternal serta respons imun janin. Deteksi dini dan terapi adekuat
penting untuk mencegah transmisi infeksi sifilis dari ibu ke janin.
Abstract
Syphilis in Pregnancy. Syphilis is a sexually transmitted infection caused by bacterium Treponema pallidum which can
be transmitted through sexual intercourse, blood transfusion, and vertically from mother to fetus. If pregnant woman
suffers from syphilis, transplacental infection can occur to the fetus, causing abortion, prematurity, low birth weight,
stillbirth, or congenital syphilis. The diagnosis of syphilis in pregnancy is established based on history, clinical
manifestations, laboratory and serologic examination. Screening in the first trimester with non-treponema tests such
as rapid plasma reagin (RPR) or venereal disease research laboratory (VDRL) combined with a treponema test such as
the treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA) is important for every pregnant woman. Clinical
manifestations of syphilis to the fetus depend by gestational age and stage of maternal syphilis also fetal immune
response. Early detection and adequate management are important to prevent the transmission of syphilis infection
from mother to fetus.
73
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
74
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
sifilis kongenital. Pertama, terjadi ketika berkembang menjadi sifilis stadium sekunder
seorang perempuan terinfeksi sifilis (penyebaran hematogen).7 Lesi sifilis
kemudian hamil, atau kedua terjadi infeksi sekunder berupa makulopapular eritematosa
sifilis ketika perempuan tersebut sudah dengan diameter 0,5-1 cm tidak disertai gatal
hamil. Keadaan kedua cenderung terkait pada tubuh dan ekstremitas disebut sebagai
dengan dampak lebih buruk dikaitkan dengan roseola sifilitika (Gambar 3). Gejala ruam ini
spirokaetamia sehingga kemungkinan umum ditemukan di wajah, telapak tangan
1,4,5
penularan ke janin lebih tinggi. dan kaki serta kulit kepala.11
akibat penyebaran langsung treponema dari janin sehingga menyebabkan keguguran, lahir
lesi primer (ulkus durum).1,4 prematur, berat badan lahir rendah, lahir
Sifilis laten terjadi sesudah sifilis mati, atau sifilis kongenital.3,20 Kisaran 2/3
sekunder. Seseorang dikatakan menderita kehamilan dengan sifilis memberikan gejala
sifilis laten bila terdapat riwayat serologik asimtomatik, namun infeksi tetap ada dan
sifilis, belum pernah diobati, dan tidak dapat menimbulkan manifestasi segera
menunjukkan manifestasi klinis.12-15 Sifilis setelah bayi lahir atau bertahun-tahun
laten dini berjalan terus menjadi sifilis laten kemudian setelah lahir.21
lanjut. Fase ini tetap tidak menunjukkan Sifilis kongenital merupakan infeksi
manifestasi klinis, namun tes serologik dengan melibatkan banyak organ dan
nontreponema perlahan menurun dan dapat mengakibatkan gangguan neurologik,
ditemukan dengan kadar sangat rendah pertumbuhan tulang, sampai kematian janin.
sampai negatif. Stadium laten lanjut mulai 1 Manifestasi klinis sifilis kongenital bergantung
tahun setelah terinfeksi atau bila durasi pada usia kehamilan dan stadium sifilis
infeksi tidak diketahui.16 Pada sifilis laten maternal serta respons imun janin. Sifilis
lanjut tidak lagi menular melalui kontak kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital
seksual, namun tetap dapat ditularkan dini dan lanjut.3,22 Pada sifilis kongenital dini,
transplasenta dari perempuan hamil ke janin. gejala timbul dalam 2 tahun pertama
Terdapat kemungkinan 20-30% pasien sedangkan pada lanjut gejala timbul hingga 2
dengan sifilis laten lanjut berkembang dekade pertama.7
menjadi sifilis tersier dalam waktu 3-10 Manifestasi klinis sifilis kongenital dini
tahun.17,18 dapat berupa hepatosplenomegali (70%), lesi
kulit (70%), demam (40%), neurosifilis (20%),
pneumonitis (20%), serta limpadenopati
generalisata.22 Lesi kulit ditandai dengan
vesikel, bula atau ruam kulit berwarna merah
tembaga pada telapak tangan, telapak kaki,
sekitar hidung, dan mulut. Dapat terjadi
gangguan pertumbuhan, lesi pada selaput
lendir hidung dan faring, meningitis,
osteokondritis pada tulang panjang hingga
Gambar 4. Kondilomata lata3
mengakibatkan pseudoparalisis.23
Saat ini sudah jarang dijumpai sifilis Manifestasi klinis sifilis kongenital lanjut
tersier yang mengenai kulit, kardiovaskular dapat berupa keratitis interstisialis, gigi
dan sususan saraf pusat dibanding periode Hutchinson, gigi mulberry, gangguan nervus
praantibiotik. Sifilis tersier terjadi dalam VIII sehingga mengakibatkan tuli, neurosifilis,
berbagai sindrom klinis terdiri dari 3 skeloris pada tulang menyerupai pedang
kelompok utama, yaitu neurosifilis, sifilis (saber sign), perforasi palatum durum dan
kardiovaskular, dan sifilis jinak lanjut.19,20 septum nasi akibat destruksi dari gumma
Jika seorang perempuan hamil menderita (saddle nose), penonjolan tulang frontal,
sifilis dapat terjadi infeksi transplasenta ke fisura di sekitar rongga mulut dan hidung
78
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
disertai ragaden (sifilis rinitis infantil)22,23 harus diperiksa serologik sifilis.11 Sampai saat
(Gambar 5). Stigmata atau deformitas yang ini tidak ada pemeriksaan serologik yang
terjadi akan menetap selama kehidupan dapat membedakan infeksi T. pallidum
sehingga tidak dapat diobati.22 dengan treponema lain.11
Perempuan hamil dengan tes serologik
sifilis positif harus dianggap terinfeksi dan
mendapatkan terapi, kecuali bila riwayat
pengobatan tercatat dengan jelas dan titer
antibodi menunjukkan penurunan adekuat,
rendah atau dinyatakan stabil.12,13 Titer tes
nontreponema perempuan hamil terutama
≥1:8 dapat menjadi petanda infeksi dini dan
bakteremia. Perempuan hamil dengan
Gambar 5. Manifestasi klinis sifilis kongentital1 kenaikan titer antibodi mengindikasikan gagal
terapi atau terjadi infeksi ulang.14,15
2.4. Diagnosis Anamnesis pada kedua orang tua
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dilakukan dengan menanyakan hal-hal yang
lengkap termasuk riwayat seksual, berhubungan dengan risiko infeksi sifilis,
manifestasi klinis, dan pemeriksaan seperti koitus suspektus, riwayat transfusi
penunjang laboratorik maupun serologik. darah pada ibu, dan riwayat infeksi menular
Pemeriksaan langsung untuk melihat bakteri sebelumnya. Jika ibu terdapat riwayat sifilis
T. pallidum menggunakan mikroskop perlu ditanyakan riwayat terapi apakah sudah
lapangan gelap merupakan tes paling sensitif adekuat atau tidak.22,23
dan spesifik ketika terdapat ulkus durum dan Semua bayi seroreaktif (atau bayi dengan
kondilomata lata. Spesimen diperoleh dari ibu seroreaktif pada saat melahirkan) harus
lesi ulkus kulit dan mukosa erosif. Saat ini dilakukan pemeriksaan fisik dan tes serologik
telah dikembangkan metode polymerase setiap 3 bulan sampai tes menjadi nonreaktif
chain reaction (PCR) dan nucleic acid atau titer menurun 4 kali lipat.21 Titer
amplification test (NAAT) untuk deteksi nontreponema akan menurun pada umur 3
bakteri spirokaeta menggunakan cairan yang bulan dan menjadi nonreaktif pada umur 6
diambil dari lesi kulit, darah atau cairan bulan jika bayi tidak terinfeksi sifilis
serebrospinal.7. kongenital (jika hasil tes reaktif disebabkan
Semua perempuan hamil harus dilakukan oleh transfer pasif antibodi dari ibu melalui
pemeriksaan serologik sifilis pada awal plasenta) atau terinfeksi sifilis kongenital
kehamilan.3 Skrining dapat dilakukan pada tetapi telah mendapat terapi adekuat.24
kunjungan antenatal pertama. Populasi Diagnosis sifilis kongenital sulit
perempuan risiko tinggi, tes serologik dapat diinterpretasi karena antibodi IgG
dilakukan 2 kali dalam trimester ketiga, sekali nontreponema dan treponema ibu dapat
pada kehamilan 28-32 minggu, dan sekali saat melewati plasenta dan sampai ke janin.
melahirkan. Perempuan dengan riwayat Melakukan tes treponema (TPHA atau FTA-
kematian janin sesudah kehamilan 20 minggu Abs) pada serum neonatus tidak dianjurkan
79
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
karena dapat menimbulkan kesalahan unit dosis tunggal untuk sifilis stadium
interpretasi.3 Semua neonatus yang lahir dari primer, sekunder, dan laten dini sedangkan
ibu dengan hasil nontreponema dan dosis diulang 1 minggu kemudian selama 3
treponema reaktif harus dievaluasi dengan minggu (total 7,2 juta unit) untuk sifilis laten
tes serologik nontreponema (RPR atau lanjut, tersier, atau tidak diketahui riwayat
VDRL).12 infeksi sebelumnya.6,12 Kadar treponemasid
Tes treponema sebaiknya tidak antibiotik harus dicapai dalam serum dengan
digunakan untuk evaluasi respons durasi 7-10 hari agar mencakup masa
pengobatan karena dapat tetap positif replikasi yang berlangsung selama 30-33 jam.
walaupun telah mendapat terapi adekuat. Sampai saat ini belum ada laporan mengenai
Antibodi ibu yang ditransfer melalui plasenta bakteri T. pallidum resisten terhadap
masih ada sampai bayi berumur 15 bulan. Tes penisilin.12
treponema reaktif setelah 18 bulan adalah Alergi penisilin dilaporkan terjadi pada 5-
diagnostik untuk sifilis kongenital.23 Jika tes 10% perempuan hamil.17 Pada perempuan
nontreponema nonreaktif pada saat ini, tidak hamil dengan sifilis, penggunaan antibiotik
diperlukan pengobatan maupun evaluasi, lain tidak direkomendasikan. Beberapa
namun jika reaktif maka anak diobati sebagai antibiotik lain telah dievaluasi untuk terapi
sifilis kongenital dan dilakukan evaluasi lagi.22 sifilis seperti doksisiklin (level of evidence and
Evaluasi ultrasonography (USG) dapat strength of recommendation 3B) dan
dilakukan pada usia gestasi > 20 pekan untuk eritromisin (level of evidence and strength of
melihat tanda sifilis kongenital seperti recommendation 5D). Doksisiklin
hepatomegali, penebalan plasenta, kontraindikasi untuk perempuan hamil
hidramnion, asites, hidrops fetalis, dan sedangkan eritromisin kurang efektif karena
peningkatan arteri serebri media.16 tidak dapat menembus sawar darah
Gambaran histopatologik dasar sifilis plasenta.8
kongenital adalah obliteratif endarteritis yang Terapi rekomendasikan pada perempuan
terdiri dari infiltrat sel mononuklear dan hamil dengan alergi penisilin adalah
plasma di sekitar pembuluh darah dengan desensitisasi penisilin. Desensitisasi penisilin
hiperplasia intima dan sel endotel.2,3 merupakan prosedur dimana pasien
dipaparkan penisilin dengan dosis bertahap
2.5 Tatalaksana hingga mencapai dosis efektif. Setelah itu
Terapi adekuat untuk perempuan hamil pasien diberikan terapi penisilin yang
dengan infeksi sifilis penting untuk mengobati sesuai.17,18 Prosedur desensitisasi harus
infeksi pada ibu, mencegah penularan ke dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
janin, dan menangani sifilis yang telah terjadi dengan ketersediaan alat untuk menangani
ke janin.7 Antibiotik penisilin benzatin G (level reaksi anafilatik.19
of evidence and strength of recommendation Terapi sifilis pada perempuan hamil
1A) merupakan terapi pilihan utama untuk dapat memicu reaksi Jarisch-Herxheimer.
sifilis pada kehamilan. Terapi menurut CDC Reaksi ini merupakan reaksi febris akut
dan Dirjen P2P Kemenkes RI adalah injeksi disertai nyeri kepala, atralgia, dan mialgia.
intramuskular penisilin benzatin G 2,4 juta Gejala ini terjadi akibat pelepasan
80
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
81
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
liposakarida treponema dari spirokaeta mati. mencegah transmisi infeksi sifilis dari ibu ke
Umum reaksi mulai muncul 1-2 jam setelah janin.
terapi, mencapai puncak pada 8 jam dan
berkurang dalam 24-48 jam.17 Reaksi ini Daftar Pustaka
dapat memicu kontraksi uterus, kelahiran 1. Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA., Katz SI,
prematur, dan gangguan denyut jantung Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, eds.
janin, namun risiko terjadi reaksi Jarisch- Fitzpatrick’s Dermatology In General
th
Herxheimer bukan merupakan kontraindikasi Medicine. 8 ed. New York: McGraw-Hill
Medical; 2012. p. 2471-92.
pemberian penisilin pada perempuan hamil.
2. Lukehart SA. Biology of treponemes. In:
Hampir seluruh kejadian ini dapat ditangani
Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P,
dengan edukasi kepada pasien dan terapi Wasserheit JN, Corey L, et al. Sexually
suportif.19 transmitted disease. 4th edition. New York:
Evaluasi titer serologik antibodi McGraw-Hill; 2008. p. 647-59.
nontreponema harus dilakukan dalam 1, 3, 6, 3. Shafi T, Radolf JD, Sanchez PJ, Schulz KF,
12, dan 24 bulan setelah terapi. Jika terapi Murphy FK. Congenital syphilis. In: Holmes
efektif, maka diharapkan titer serologik KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P,
nontreponema berkurang 4 kali lipat dalam 6- Wasserheit JN, Corey L, et al. Sexually
12 bulan paska terapi dan menjadi nonreaktif transmitted disease. 4th edition. New York:
dalam 12-24 bulan.8 Titer nontreponema McGraw-Hill; 2008. p. 1577-1613.
4. Williams JW. Sexually transmitted infection.
meningkat hingga 4 kali lipat atau tidak
In Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
berkurang menunjukan gagal terapi atau
Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al.
reinfeksi, namun titer nontreponema dapat Williams obstetrics. 25th ed. New York:
menurun sangat lambat pada pasien yang McGraw-Hill Medical; 2018. p. 1967-73.
pernah diterapi sebelumnya. 9-11 5. Newman L, Kamn M, Hawkes S, Gomez G, Say
WHO dan CDC telah mengeluarkan L, Seuc A, et al. Global estimates of syphilis in
panduan pengobatan (Tabel 1)12 pada bayi pregnancy and associated adverse outcomes:
baru lahir dengan diagnosis sifilis kongenital. analysis of multinational antenatal
Pada bayi dengan riwayat alergi penisilin surveillance data. Plos Med. 2016; 10(2): 1-
tetap diobati dengan penisilin dengan 10.
melakukan desensitisasi terlebih dahulu.24 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 tentang
Eliminasi Human Immunodeficiency Virus,
3. Kesimpulan
Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. 2017.
Sifilis pada kehamilan dapat 7. Indriatmi W. Sifilis. In: Daili SF, Nilasari H,
menyebabkan keguguran, lahir prematur, Indriatmi W, Zubier F, Romawi R, Pudjiati SR.
berat badan lahir rendah, lahir mati, atau Infeksi menular seksual. 5th edition. Jakarta:
sifilis kongenital. Skrining pada trimester FKUI; 2017. p. 103-50.
pertama dengan tes nontreponema 8. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan
kombinasi dengan tes treponema merupakan MY, Siswati AS, Rosita C, et al. Sifilis. In:
hal penting pada setiap perempuan hamil. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Perdoski;
Deteksi dini dan terapi adekuat penting untuk 2017. p. 372-4.
82
Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 3 No.1 2020, Hal 73-83, DOI: 10.32539/SJM.v3i1.70
9. Tsimis ME, Sheffield JS. Update on syphilis in fetal health. Am J Obstet Gynecol. 2017;
pregnancy. Birth Defect Research. 2017; 109: 216(4): 352-63.
347-52. 22. Walker GJ, Walker DG. Congenital syphilis: a
10. Santis MD, Luca CD, Mappa I, Spagnuolo T, continuing syphilis but neglected problem.
Licameli A, Straface G, et al. Syphilis infection Semin Fetal Neonat Med. 2007; 12: 198-206.
during pregnancy: fetal risks and clinical 23. Sheffield JS, Sanchez PJ, Morris G, Maberry
management. Inf Dis Obstet Gynecol. 2012; 5: M, Zeray F. Congenital syphilis after maternal
1-5. treatment for syphilis during pregnancy. Am J
11. Genc M, Ledger W. Syphilis in pregnancy. Sex Obstet Gynecol. 2002; 186: 569-73.
Trans Inf. 2000; 76: 73-9. 24. Goldenberg RL, Culhane JF, Johnson DC.
12. WHO Guideline on Syphilis Screening and Maternal infection and adverse fetal and
Treatment for Pregnant Women. 2017 neonatal outcomes. Clin Perinatol. 2005; 32:
13. Hawkes S, Matin N, Broutet N, Low N. 523-9.
Effectiveness of interventions to improve
screening for syphilis in pregnancy: a
systematic review and meta analysis. Lancet
Infection. 2011; 11: 684-91
14. Wendel GD, Sheffield JS, Hollier LM, Hill JB,
Ramsey PS, Snachex PJ. Treatment of syphilis
in pregnancy and prevention of congenital
syphilis. Clin In Dis. 2002; 35(2):200-9
15. Augusto BC, Moraes RB, Alvaro GR, Olivera
MB, Olivera BJ, Flavio FA. Syphilis during
pregnancy: a study of 879.831 pregnant
women in Brazil. Epid J Sur. 2016; 6(5): 1-6.
16. Pasquini L, Malosso ER, Cordioso A, Trotta M,
Tomasso M. Latent syphilis infection in
pregnancy: an ultrasound diagnosed case of
penicillin treatment failure. Case Rep Obstet
Gynecol. 2018; 8: 1-3.
17. Wahab AA, Ali UK, Mohammad M, Madiana E,
Rahman MM. Syphilis pregnancy. Pak J Med
Sci 2015; 31(1): 217-9.
18. Jin J. Screening for syphilis in pregnant
women. J Am Med Ass. 2018; 320(9): 1-2.
19. Queensland Clinical Guidelines Maternity and
Neonatal: Syphilis in Pregnancy. 2018
20. Magalhaes M, Basto L, Areia AL, Franco S,
Malheiro ME, Afonso M, et al. Syphilis in
pregnancy and congenital syphilis: reality in a
Portuguese central university. Rev Bras
Ginecol Obstet. 2017; 39: 265-72.
21. Rac M, Revell PA, Eppes CS. Syphilis during
pregnancy: a preventable threat to maternal-
83