SYPHILIS IN PREGNANCY

ALBERTUS NUGRAHA
 DEFINISI

• Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh Treponema pallidum yang dapat mengenai
seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa
manifestasi lesi di tubuh. Infeksi terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten
dini dan lanjut, serta neurosifilis (sifilis tersier). sifilis umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun
juga dapat secara vertikal pada masa kehamilan.

Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
 EPIDEMIOLOGY

• Who estimates that 5.6 million new cases of syphilis occurred among adolescents and adults aged 15–
49 years worldwide in 2012 with a global incidence rate of 1.5 cases per 1000 females and 1.5 per
1000 males. the estimated 18 million prevalent cases of syphilis in 2012 translates to a global
prevalence of 0.5% among females and 0.5% among males aged 15–49 years, with the highest
prevalence in the who african region 1.
• In 2008, more than 1 million pregnant women worldwide were newly infected with syphilis,[4] and it
is estimated that 12 million new infections occur each year. Syphilis in pregnancy results in many
complications, the most deadly of which is congenital syphilis. Newman et al. estimate that
520,000 adverse outcomes occurred in 2008 as a result of maternal syphilis infection 2.

1. WHO guideline on syphilis screening and treatment for pregnant women :2017
2. Mainardi, C. R., Silva, E. M., & Paiva, D. S. (2023). Congenital syphilis in Brazil: A reflection of the fragility of
screening and treatment of maternal syphilis. International Journal of Health Science, 3(30), 2–9.
https://doi.org/10.22533/at.ed.15933023200410
https://indonesiare.co.id/id/article/sifilis
 SIFILIS DALAM KEHAMILAN

• Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil, hanya perlu
diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal bisa memberikan hasil positif palsu. Transmisi
treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk, kira-kira sekitar umur kehamilan
16 minggu. Oleh karena itu bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16 minggu,
kemungkinan untuk timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan.
 PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menemukan T. pallidum dalam spesimen dengan menggunakan
mikroskop lapang pandang gelap, pewarnaan Burry, atau mikroskop imunofluoresensi. Pemeriksaan bantu lain
adalah tes non treponemal (tes reagen) umuk melacak antibodi IgG dan IgM terhadap lipid yang terdapat pada
permukaan sel treponema misalnya: Rapid Plasma Reagen (RPR), Venereal Disease Research Laboratory
(VDRL). Hasil positif palsu tes nontreponemal dalam populasi masyarakat umum mencapai 1 - 2 % (termasuk
pada ibu hamil). Tes treponemal menggunakan T. pallidum subspecies pallidum sebagai antigen, sehingga tes ini
merupakan jenis tes konfirmatif misalnya: Treponema pallidum haemaglutination Assay (TPHA).
• Ada sebagian besar kasus tes treponema reaktif, hasil reaktif tersebut akan tetap reaktif seumur hidup. Untuk
menegakkan diagnosis sifilis kongenital pemeriksaan IgM pada bayi sangat diperlukan, karena IgM dari
ibu tidak dapat melalui plasenta.
 CONGENITAL SYPHILIS

• Syphilis in pregnancy increases the risk of adverse outcomes, including pre-term delivery, low birth
weight, non-immune hydrops fetalis, intrauterine growth restriction, stillbirth, and congenital syphilis.
• 20% of infants born to untreated mothers are without any adverse outcomes, the chance of having an
infant with global delay (40%), stillbirth (30%), and neonatal death (40%) is significantly higher for
untreated versus treated mothers
• Watson- Jones et al.35 also found that women with high- titer active syphilis had an 18-fold increased
risk of stillbirth and a 4-fold increased risk of any adverse outcomes to the infant. The study also found
that women treated for high- and low-titer active syphilis experienced no increased risk in adverse
outcome compared with women who were seronegative for syphilis.
TERIMA KASIH