Anda di halaman 1dari 18

SHIPILIS

KELOMPOK:
YOVINIA
FEBBY NINDA A.N
A P R I Y A N I Y U D I S T R I YA T I
OKTOVINA WERFETE
N O V I TA M A R G A R E TA A R I A N I
Definisi
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, merupakan
penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit
dapat menyerang seluruh organ tubuh. Terdapat masa laten
tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi
di dalam kandungan.
Mikrobiologi Treponema pallidum

Treponema pallidum adalah organisme yang berbentuk spiral


dan sangat motil dengan ujung yang meruncing dan memiliki 6
sampai 14 spiral. Dari bentuknya yang silinder, panjang bakteri
mencapai sekitar 6 sampai 15 mm dan lebar mencapai 0,25 mm.
T. pallidum adalah organisme yang memiliki metabolisme yang
lambat.
7,8 Bakteri T. pallidum memiliki beberapa karakteristik, seperti:

Membran luar Urutan genom Bakteri Organisme Kontak


T. pallidum T. pallidum T. pallidum T. pallidum seksual

(vaginal, anogenital,
Sebagian besar adalah lipid Menunjukkan merupakan bakteri bereplikasi secara dan orogenital), tetapi
dan mengandung sedikit organisme tersebut gram negatif yang lambat, waktu untuk juga dapat menyebar
protein. memiliki keterbatasan memiliki membran membelah diri secara kongenital
dalam biosintesis dan luar dengan dikalkulasikan (pada kehamilan
katabolik. membran dalam mencapai 30-33 jam melalui transplasenta
yang hanya berisi pada tahap awal atau selama
beberapa membran penyakit. persalinan melalui
protein integral. jalan lahir).
Gejala Klinis
Manifestasi awal penyakit sifilis dapat berupa makula kecil, yang
kemudian menjadi papul dan mengalami ulserasi. Ulkus biasanya tunggal,
tidak nyeri, dasar bersih dan relatif tidak memiiki pembuluh darah,
meskipun kaang dapat multipel. Dapat terjadi limfadenopati inguinal
bilateral. Pada pria, lesi umumnya ditemukan di sulkus koronal pada glan
penis atau batang penis, sedangkan pada wanita lesi ditemukan pada
vulva, dinding vagina, atau pada servik. Lesi ekstragenital jarang terjadi.
Apabila tidak diobati, ulkus akan menghilang secara spontan dalam waktu
3-8 minggu tanpa meninggalkan bekas luka.
Diagnosis Sifilis
Diagnosis sifilis didasarkan pada evaluasi klinis, deteksi organisme
penyebab, dan konfirmasi dari penyakit dengan pemeriksaan
laboratorium. Treponema pallidum tidak dapat dilakukan kultur di
laboratorium, tetapi dapat diidentifikasi pada lesi menggunakan
pemeriksaan lapangan gelap atau mikroskop fluoresensi atau dengan
teknik molekuler. Pada individu yang asimtomatis, dapat dilakukan tes
serologi untuk skrining terhadap infeksi. Serologi masih merupakan
metode yang paling reliabel untuk diagnosis laboratorium sifilis.
Terapi sifilis
Pengobatan sifilis menggunakan penisilin G yang diberikan secara parenteral. Penisilin
merupakan pilihan obat untuk tatalaksana sifilis pada semua stadium. Preparat yang
digunakan seperti benzathine, aqueous procaine, atau aqueous crystalline. Dosis dan
lama pengobatan disesuaikan dengan stadium dan manifestasi klinis yang muncul dari
penyakit. Pengobatan untuk sifilis laten lanjut dan sifilis tersier memerlukan waktu yang
lebih lama, karena organisme penyebab mungkin membelah secara lambat. Pengobatan
yang lebih lama juga dibutuhkan pada individu dengan sifilis laten yang tidak diketahui
secara pasti durasi individu tersebut terinfeksi sifilis. Pemilihan preparat penisilin yang
tepat memegang peranan penting, karena T. pallidum dapat berada pada area yang sulit
diakses oleh beberapa jenis penisilin, misalnya area sistem saraf pusat dan cairan
humour akueus. Kombinasi penisilin benzathine, procaine dan preparat penisilin oral
dianggap tidak tepat digunakan sebagai pengobatan sifilis.
Patogenesis Sifilis pada Kehamilan
Sifilis pada kehamilan biasanya diperoleh melalui kontak seksual, dimana
pada sifilis kongenital, bayi mendapatkan infeksi sifilis dari transmisi
transplasental dari Treponema pallidum. Penularan melalui hubungan
seksual membutuhkan paparan mukosa yang lembab atau lesi kulit pada
sifilis primer atau sekunder. Pasien dengan penyakit sifilis yang tidak diobati
tampaknya dapat pulih, namun dapat mengalami kekambuhan dalam
periode sampai dengan dua tahun. Oleh karena itu, seseorang dapat lebih
berisiko menularkan sifilis pada tahun pertama dan kedua dari periode
terinfeksi sifilis yang tidak diobati.
Gejalanya dapat dibedakan berdasarkan tingkat sifilis, yaitu:

Primer Sekunder Tersier

Lesi awal sifilis adalah papul Dalam beberapa minggu atau bulan, Penelitian pada era sebelum
yang muncul di area kelamin penyakit dapat berkembang disertai penggunaan antibiotik menyatakan
pada 10-90 hari (rata-rata 3 beberapa perubahan seperti demam sepertiga kasus infeks sifilis yang
minggu) setelah terpapar. dengan suhu rendah, malaise, radang tidak diobati akan berkembang
Papul berkembang sampai tenggorokan, nyeri kepala, adenopati, menjadi komplikasi tersier, dimana
berdiameter 0,5-1,5 cm dan dan ruam pada kulit ataupun mukosa. neurosifilis merupakan komplikasi
setelah kira-kira satu minggu Pada tahap ini terjdi penyebaran tersering. Sifilis tersier secara
terjadi ulserasi yang T.Pallidum secara luas melalui sistem umum dibagi menjadi tiga
menghasilkan chancre tipikal hematogen dan limpatik, hal ini kelompok yaitu: neurosifilis, sifilis
dari sifilis primer (ulkus bulat dibuktikan melalui temuan pada kardiovaskular, dan late benign
atau sedikit memanjang, darah, kelenjar limfa, biopsi hati, dan syphilis.
dengan tepi yang mengeras cairan serebrospinal.
sebanyak 1-2 cm).
Dampak Infeksi Sifilis Pada Kehamilan
Sifilis primer maupun sekunder yang tidak mendapat penatalaksanaan
selama kehamilan akan 100% berefek pada janin, dimana 50% dari
kehamilan dalam kondisi ini akan menghasilkan kelahiran prematur atau
kematian perinatal. Sifilis laten dini pada kehamilan yang tidak diterapi dapat
menyebabkan angka prematuritas atau kematian perinatal sekitar 40%.
Sepuluh persen janin yang lahir dari ibu dengan sifilis lanjut yang tidak
diterapi menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital, dan angka kematian
perinatal meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Dampak Infeksi Sifilis Pada Bayi
Infeksi sifilis pada kehamilan meningkatkan risiko infeksi transplasenta pada
janin sebesar 60-80%. Risiko infeksi tersebut semakin meningkat terutama
pada trimester kedua kehamilan. Transmisi dari ibu ke bayi semakin tinggi
pada infeksi sifilis primer atau sekunder yang tidak mendapatkan terapi
(risiko sebesar 60-90%), pada sifilis laten dini risiko penularan mencapai 40%
dan 10% pada sifilis laten lanjut. Sebanyak 2/3 kehamilan dengan sifilis
memberikan gejala asimtomatis saat bayi lahir, namun infeksi tetap ada dan
dapat bermanifestasi segera setelah lahir ataupun bertahun-tahun paska
kelahiran.
Dampak Infeksi Sifilis Pada Bayi
Infeksi sifilis pada kehamilan meningkatkan risiko infeksi transplasenta pada
janin sebesar 60-80%. Risiko infeksi tersebut semakin meningkat terutama
pada trimester kedua kehamilan. Transmisi dari ibu ke bayi semakin tinggi
pada infeksi sifilis primer atau sekunder yang tidak mendapatkan terapi
(risiko sebesar 60-90%), pada sifilis laten dini risiko penularan mencapai 40%
dan 10% pada sifilis laten lanjut. Sebanyak 2/3 kehamilan dengan sifilis
memberikan gejala asimtomatis saat bayi lahir, namun infeksi tetap ada dan
dapat bermanifestasi segera setelah lahir ataupun bertahun-tahun paska
kelahiran.
Skrining sifilis pada kehamilan mencakup:

Pada ibu yang tidak mendapatkan

pemeriksaan adekuat selama masa

kehamilan, pemeriksaan Rapid


Semua wanita hamil harus
Plasma Reagin (RPR) harus
Setiap ibu dan bayi yang tidak
diskrining sifilis pada kunjungan
dilakukan pada saat melahirkan.
memiliki status sifilis maternal
pertama pelayanan antenatal.
terdokumentasi, tidak dapat
Wanita yang berisiko tinggi
meninggalkan rumah sakit
mengalami sifilis dan wanita yang
tanpa dilakukannya skrining.
tinggal di daerah dengan morbiditas

sifilis yang tinggi harus melakukan

pemeriksaan ulang antara minggu

ke-28 dan 32 kehamilan serta saat

melahirkan.
Lanjutan…

Wanita dengan titer antibodi

yang persisten dan lebih tinggi


Ibu hamil yang seropositif harus
Ibu paska terapi sifilis, apabila memiliki dapat mengindikasikan
mendapatkan terapi, kecuali mereka
respon yang baik terhadap pengobatan dan terjadinya infeksi ulang.
memiliki dokumentasi pengobatan yang
memiliki titer serofast rendah (Venereal
Setiap ibu yang mengalami adekuat dengan respon serologis yang
Disease Research Laboratory (VDRL) < 1: 2
kematian janin setelah usia 20 tepat sesuai dengan pengobatan dan
dan RPR < 1:4), tidak memerlukan terapi
minggu kehamilan harus titers dinyatakan rendah serta stabil.
ulang.
dilakukan pemeriksaan sifilis.
Diagnosis Sifilis pada Kehamilan
Metode paling spesifik dan sensitif dalam mendiagnosis sifilis primer ialah
dengan menemukan treponema dari sediaan cairan yang diambil dari
permukaan chancre yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop lapangan
gelap. Ruam sifilis primer dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis,
kemudian tekan bagian dalam/dasar lesi hingga didapatkan serum. Serum
diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap, dengan menggunakan minyak
emersi. Treponema pallidum berbentuk ramping, bergerak lambat dan
berangulasi.
Beberapa pemeriksaan antibodi non spesifik yang dapat dilakukan :

Tes Non-treponemal (RPR, VDRL)

mendeteksi antibodi terhadap kardiolipin, yang merupakan komponen

membran sel dari T.pallidum. Hasil tes yang positif perlu dikonfirmasi

dengan pemeriksaan treponema. Tes non-treponemal berfungsi untuk

menentukan aktifitas penyakit dan respon terhadap terapi.

Tes Treponemal (TPHA, Elisa, FTA-Abs)

Hasil tes yang reaktif akan tetap reaktif seumur hidup bahkan

sesudah diterapi secara tepat. Hasil ini mengindikasikan adanya

paparan infeksi sifilis dan tidak menjadi indikator aktifitas penyakit.


Pencegahan Transmisi Infeksi Sifilis dari Ibu ke Bayi
World Health Organization telah mencanangkan Global Strategic Plan untuk
mengeliminasi sifilis kongenital, yang terdiri dari 4 pilar, yaitu a) memastikan
komitmen politik yang berkelanjutan dan advokasi; b) meningkatkan akses, kualitas
serta pelayanan kesehatan maternal dan bayi baru lahir; c) melakukan skrining dan
pengobatan pada wanita hamil dan pasangannya; seta d) membangun
pengawasan, pemantauan dan system evaluasi. Selain itu, WHO bersama-sama
dengan Program for Appropriate Technology and Health (PAHO) menginisisasi dual
testing project untuk mengeliminasi sifilis kongenital. Metode pada program tersebut
adalah dengan melakukan tes untuk menemukan T.pallidum dan HIV secara
bersamaan, dengan sampel dan peralatan yang sama, sehingga seluruh wanita
hamil akan mendapatkan tes skrining untuk HIV dan sifilis secara bersamaan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai