Anda di halaman 1dari 43

TORCH dalam kehamilan

dr. Jacobus Jeno, Sp.OG

Lecturer :
TOKSOPLASMA GONDII

• Toksoplasmosis pada kehamilan dapat menyebabkan


infeksi janin kongenital.
• Janin yang terinfeksi kongenital tersebut mengalami
kerusakan organ/struktur  hidrosefalus, korioretinitis
dan kalsifikasi serebralis.
Hidrosefalus

• Pelebaran ventrikel lateral, dimana lebar


atrial lebih dari 15 mm pada trimester II
dan III
Sekuele pada bayi
• Sekuele ringan : sikatriks/ scar korioretinal tanpa
gangguan visus atau adanya kalsifikasi serebral tanpa
diikuti kelainan neurologik.

• Sekuele berat : kematian janin intra uterin atau


neonatal. Atau adanya scar korioretinal dengan
gangguan visus berat ataupun kelainan neurologik
berat.
• Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan sebelum 20
minggu,  20% janin mengalami infeksi kongenital 
25% dari janin yang terinfeksi ini memperoleh
kerusakan organ berat, 15% kerusakan organ ringan
serta sisanya 60% bersifat subklinis (Foulon et al,
1994).
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS PADA
KEHAMILAN
• Kehamilan dengan seropositif  ditemukan adanya
antibodi IgG anti toksoplasma dengan titer 1/20-
1/1000.
• Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM spesifik titer
tinggi  ibu hamil seropositif memperoleh ulangan
infeksi (reinfeksi).
• Kehamilan dengan seronegatif  darah ibu tidak
mengandung antibodi spesifik  mengulangi uji
serologik tiap trimester (3 bulan) sekali.
• Kehamilan dengan serokonversi  adanya perubahan
dari seronegatif menjadi seropositif selama kehamilan.
• Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
transmisi vertikal dari maternal ke janin serta
mengakibatkan infeksi janin (toksoplasmosis
kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
• Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman
pada hasil uji serologis ibu hamil.
• Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan
amniosentesis dengan panduan ultrasonografi guna
memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban
sebagai pendekatan diagnostik
• Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia
kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
• Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin
melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi
cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
• Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna mengidentifikasi
DNA T.oxoplasma gondii pada darah janin atau cairan
ketuban.
• Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin
guna mendeteksi antibodi IgM janin spesifik (anti
toksoplasma).
• Diagnosis toksoplasmosis kongenital ditegakkan
berdasar
• Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgM janin
spesifik (anti toksoplasma) dari darah janin, dan D.N.A
dari T. gondii dengan P.C.R darah janin ataupun cairan
ketuban.
• Diagnostik prenatal yang berdasarkan amniosentesis
(aspirasi cairan ketuban), saat ini paling sering
dilakukan guna mendeteksi adanya infeksi janin
kongenital.
• Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan diperoleh
deteksi DNA (Deoxyribonucleic acid) T.gondii dalam
cairan ketuban melalui metode PCR (Polymerase Chain
Reaction) secara akurat dan cepat.
TERAPI

• Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3 minggu


diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g sulfadiazine/hari
selama 3 minggu juga sampai kelahiran
RUBELA
RUBELA
• Selama kehamilan, virus ini menjadi penyebab
langsung kematian janin dan bahkan yang paling
penting malformasi kongenital berat.
• Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, terutama pada
wanita berusia subur.
Diagnosis
• Konfirmasi infeksi rubela  sulit dilakukan.
• Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain, dan
sekitar seperempat dari infeksi rubela bersifat subklinis
walaupun terjadi viremia yang telah menginfeksi
mudigah atau janin.
• Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1 minggu
• Orang nonimun yang mengalami viremia rubela akan
memperlihatkan titer puncak antibodi 1 sampai 2
minggu setelah awitan ruam.
• Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, infeksi
pada janin semakin kecil menyebabkan malformasi
kongenital.
• Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang
memperlihatkan tanda infeksi intrauterus sebelum
minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari mereka yang
terinfeksi pada usia 13 sampai 16 minggu
Sindrom Rubela Kongenital
• Lesi mata, termasuk katarak, glaukoma
• Penyakit jantung, termasuk duktus arteriosus paten,
defek septum.
• Tuli sensorineural
• Defek susunan saraf pusat  microcephaly
• Hambatan pertumbuhan janin
• Hepatosplenomegali dan ikterus
• Perubahan tulang
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital
menyebarkan virus sehingga merupakan
ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa
rentan yang berkontak dengan bayi tersebut.
CYTOMEGALOVIRUS
• Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang
karakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata
burung hantu.
Penularan

• Transmisi horisontal terjadi


melalui “droplet infection”
dan kontak dengan air
ludah.
• Transmisi vertikal
penularan proses infeksi
maternal ke janin. 
transplasenta.
• Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama
kali atas individu  infeksi primer.
• Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun
asimtomatis serta virus akan menetap dalam jaringan
hospes dalam waktu yang tak terbatas  infeksi laten.
• Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama
kehamilan, dan infeksi pada umur kehamilan kurang
sampai 16 minggu menyebabkan kerusakan serius.
• Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi
pada ibu hamil dengan pola imunologis seronegatif
dan non primer bila ibu hamil dengan seropositif.
• Infeksi endogenus  suatu reaktivasi virus yang
sebelumnya dalam keadaan laten.
DIAGNOSIS
• Metode serologis  diagnosa infeksi maternal primer
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM
dan IgG anti CMV)
• Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan
dengan menggunakan uji immuno fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
• Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu
dengan kehamilan yang menunjukkan infeksi primer
pada umur kehamilan sampai 20 minggu.
• Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus
pada cairan ketuban yang diperoleh setelah
amniosentesis.
• Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila didapatkan :
Oligohidramnion,
Polihidramnion
Hidrops non imun
Asites janin
Gangguan pertumbuhan janin
Mikrosefali,
Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
TERAPI DAN KONSELING
• Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya
terapi intervensi karena pengobatan dengan anti virus
(ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif serta
memuaskan.
• Dengan demikian konseling, infeksi primer yang terjadi
pada umur kehamilan  20 minggu setelah
memperhatikan hasil diagnosis prenatal  dapat
dipertimbangkan terminasi kehamilan
HERPES
Virologi
• Berdasarkan perbedaan imunologi dapat dikenali 2
jenis herpes simpleks virus (HSV)
• HSV tipe 1 (Non genital)
• HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan
seksual.
Diagnosis
• Penemuan virus dengan biakan jaringan
merupakan konfirmasi paling optimal untuk
membuktikan infeksi klinis.
Perjalanan penyakit selama kehamilan
• 80 persen wanita yang terjangkit infeksi herpes
genitalis mengalami kekambuhan simtomatik
sebanyak 2-4 kali selama hamil
• Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering
pada kehamilan tahap lanjut.
Pada Janin dan Neonatus
• Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang di
keluarkan dari serviks atau saluran genital bawah.
• Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban
pecah atau berkontak dengan janin saat persalinan.
Infeksi pada Neonatus
• Diseminata  keterlibatan organ-organ dalam mayor
• Lokalisata  Keterlibatan terbatas pada mata, kulit
atau mukosa
• Asimtomatik.
Penatalaksanaan Antepartum
• Seksio sesarea diindikasikan pada wanita dengan lesi
genital aktif.
• Dengan demikian seksio sesarea dilakukan hanya
apabila tampak lesi primer atau rekuren saat mejelang
persalinan atau saat selaput ketuban pecah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai