Anda di halaman 1dari 45

INFEKSI PADA

KEHAMILAN
Pembimbing :
dr. Ipung Puruhito, Sp.PD

Disusun oleh:
HEIDY PUTERI R
201620401011098

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DEFINISI

Infeksi dalam kehamilan adalah masuknya


mikroorganisme patogen ke dalam tubuh wanita hamil,
yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau
gejala-gejala penyakit.
Bila virulensi mikroorganisme tergolong rendah,
umumnya terjadi reaksi imunologik, yang direfleksikan
dengan terbentuknya antibodi spesifik
HEPATITIS
B
TORCH

 TOXOPLASMA
 RUBELLA
 CYTOMEGALOVIRUS
 HERPES

 Keempat jenis penyakit infeksi ini berbahaya bagi janin


bila infeksi diderita oleh ibu hamil
• Toxoplasma  Protozoa Toxoplasma gondii
• Penularan melalui makanan mentah atau kurang masak,
yang tercemar ekskreta kucing yang terinfeksi

TOXOPLASMA
• Toxoplasma gondii dapat menular ke manusia melalui
beberapa rute, yaitu :
1. Pada toxoplasmosis kongenital  transmisi melalui
plasenta bila ibu mengalami infeksi primer saat hamil

2. Pada infeksi akuisita  bila makan daging


mentah/kurang matang yang mengandung ookista

3. Transplantasi organ dari donor yang menderita


toxoplasmosis primer.

• Resiko bayi lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1000 ibu hamil.
• Resiko meningkat menjadi 50/1000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi spesifik
• Hypertermi
• Cephalgia
• Fatigue
• Bumil  Infeksi primer  50% bayi dilahirkan
toksoplasmosis kongenital.
• Transmisi penyakit ke janin  Hidrosefalus,
Korioretinitis dan Kalsifikasi intrakranial.

GEJALA KLINIS
• Kehamilan dengan imun seropositif  antibodi IgG anti-
toksoplasma dengan titer 1/20 – 1/1000
• Kehamilan dengan antibodi IgG/IgM spesifik titer tinggi
 seropositif reinfeksi  kehamilan toksoplasmosis
eksaserbasi akut.
• Kehamilan dengan seronegatif  antibodi spesifik (-) 
uji serologik tiap trimester.
• Kehamilan dengan serokonversi  (seronegatif ~>
seropositif)  resiko tinggi transmisi vertikal dari
maternal ke janin (toksoplasmosis kongenital)

DIAGNOSIS
• Kehamilan dengan infeksi akut  Spiramisin 2-4 g/hari
(mencegah transmisi transplasental), Piremitamin 50-100
mg/kg/hr/p.o.

• Toksoplasma Kongenital  Sulfadiazin 50-100


mg/kg/hari dan Piremitamin 0,5-1 mg/kg (2-4 hari selama
20 hari). Inj i.m as.folinik 5 mg tiap 2-4 hari (efek toksik
piremitamin thd multiplikasi sel)

• Immunodefisiensi  piremitamin, sulfadiazin dan


as.folinik jangka panjang.

TERAPI
• Makan sayur-sayuran dan daging yang dimasak.
• Skrining serologik pramarital dilanjutkan skrining
bulanan selama kehamilan bagi bumil seronegatif.

PENCEGAHAN
• German measles  penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Rubella virus.
• Rubella  salah satu virus teratogenik dan menyebabkan
Kongenital Rubella Sindrom,
• Dikarakteristikkan oleh IUGR, kalsifikasi intrakranial,
mikrosepali, katarak, defek pada jantung (tersering: PDA)

RUBELLA
• Gejala yang muncul pada rubella saat kelahiran sangat
bervariasi. Hampir seluruh komplikasi ini terjadi pada
bayi yang lahir dari ibu yang terkena infeksi rubella saat
usia kehamilan 16 minggu.
• Ditemukan kongenital rubella sindrom 90% pada bayi,
jika infeksi terjadi pada 12 minggu pertama, dan 20% jika
terjadi diantara 12-16 minggu kehamilan.
Hematogen
Sistem vaskular
(infeksi pada
fetus
fetus)

Kerusakan
pemb.darah &
iskemik pd organ
yg berkembang

Ketika pajanan infeksi maternal terjadi pada trimester pertama, infeksi ke fetus akan terjadi
sekitar 80%, menurun 25% pada trimester kedua, dan meningkat lagi pada trimester ketiga.
• Infeksi primer  pembesaran KGB
• Ruam pada daerah muka dan menyebar ke seluruh tubuh
dalam waktu 1 hari.
• Gejala klinis primer
• IgM spesifik rubella  ELISA
• Prenatal  memeriksa adanga IgM dari darah janin
melalui CVS (chorionic villus sampling)

DIGNOSIS
• Virus ini menyebabkan pembengkakan sel  terlihat sel
membesar (sitomegali) dan tampak seperti gambaran
mata burung hantu.
• Infeksi sitomegalovirus dapat ditularkan melalui kontak
dengan saliva, urin / cairan tubuh lain, termasuk melalui
kontak seksual, transplantasi organ, transmisi
tansplasenta, transmisi melalui ASI dan transfusi darah

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
• Di negara-negara maju, CMV merupakan penyebab
infeksi kongenital yang paling utama dengan angka
kejadian 0,3-2% dari kelahiran hidup.
• Dilaporkan pula bahwa 10-15% bayi lahir yang terinfeksi
secara kongenital adalah simptomatis yakni dengan
manifestasi klinis akibat terserangnya SSP dan berbagai
organ lainnya. Hal ini menyebabkan kematian perinatal
20-30% serta timbulnya cacat neurologik berat lebih dari
90% pada kelahiran.
• Sebanyak 10-15% bayi yang terinfeksi bersifat
asimptomatis serta tampak normal pada waktu lahir
Jaringan Sel & Eksaserb
Infeksi Primer Hospes Jaringan asi
• Infeksi CMV primer
Infeksi CMV maternal :
(asimtomatik) :
• Demam ringan
• Mononukleosis
• Malaise
• Demam
• Myalgia
• Lelah
• limfadenopati

GEJALA KLINIS
• Infeksi CMV kongenital, terjadi pada 5-10% bayi
baru lahir :
• jaundice
• hepatosplenomegali,
• rash ptekial
• respiratory distress,
• gangguan neurologi : mikrosefali, motor delay,
kalsifikasi serebral, letargy dan kejang.
• Metode serologis  diagnosa infeksi maternal primer
dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari
seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan
IgG anti CMV)
• Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan
dengan menggunakan uji immuno fluoresen.

DIAGNOSIS
• Obat yang digunakan untuk CMV saat ini adalah
Ganciclovir, Foscarnet, Cidofivir, Valaciclovir, tapi
sampai saat ini belum dilakukan evaluasi mengenai
intoksikasi dan resistensi terhadap obat-obatan tersebut.

TERAPI
• Herpes disebabkan oleh infeksi dari Herpes simplex
virus. Walaupun HSV-1 dan HSV-2 dapat menyebabkan
herpes neonatal, HSV-2 bertanggungjawab 70% dari
kasus. Infeksi herpes neonatal didefinisikan sebagai
infeksi dalam 28 hari kelahiran dan 90% infeksi
perinatally transmitted melalui jalan lahir

HERPES
• Sekitar 30-60% wanita yang mendapatkan perawatan
obstetri memiliki riwayat infeksi HSV
• Survey di India, kejadian IgM pada kelompok pasien
dengan riwayat obstetri buruk (lahir mati, kematian
neonatal) ditemukan hanya 3,6%.
• Herpes dapat di transmisikan ke fetus pada periode
peripartum (saat bayi melalui jalan lahir, 80%), transmisi
melalui intrauterin (dari asending infeksi melalui kanalis
servikalis atau transplasenta, 5%), atau melalui transmisi
postnatal 10%
Perjalanan penyakit selama kehamilan
• 80% wanita yang terjangkit infeksi herpes genitalis
mengalami kekambuhan simtomatik sebanyak 2-4 kali
selama hamil
• Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering pada
kehamilan tahap lanjut.
HEPATITIS B

 Keradangan atau inflamasi pada sel-sel hati yang


menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta
seluler yang khas.
 7 macam virus hepatitis (HVA, HVB, HVC, HDV, HEV,
TTV, HGV).
 Namun, salah satu infeksi virus yang bisa memberikan
pengaruh khusus pada kehamilan adalah infeksi oleh virus
hepatitis B (HVB).
• HBV bereplikasi pada hepatosit  sistem imun
teraktivasi  reaksi spesifik u/ melawan virus 
menimbulkan proses inflamasi pada hepar.
• HBV ≠ melewati plasenta krn ukurannya yg besar 
menginfeksi janin jika terjadi kerusakan pelindung
maternal-fetal (ex : amniosentesis)
• Bumil karier HBV & HBsAg (+)  90% bayinya
terinfeksi.
• Transmisi HBV  kontak dari darah, cairan tubuh, hub.
Sexual.
• Stadium preikterik: berlangsung selama 4-7 hari. Pasien
mengeluh sekit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah,
demam, nyeri pada otot, dan nyeri pada perut kanan atas,
urin menjadi lebih coklat
• Stadium ikterik: berlangsung selama 5-6 minggu. Ikterus
mulai muncul pada sklera, kemudian seluruh tubuh.
Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih merasa
lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mukin berwana kelabu
atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
• Stadium pasca ikterik: ikterus mereda, warna urin dan
tinja kembali normal. Apabila hepar sudah membesar,
pasien akan mengeluh nyeri perut kanan atas.

Gejala Klinis
• Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat
dipertimbangkan pemberian HBIG atau Lamivudin pada
1-2 bulan sebelum persalinan. (pengaruh teratogenik dari
lamivudin)
• HbsAg positif  seksio sesarea. (persalinan lama
meningkatkan penularan HBV intrauterin).

Penanganan kehamilan
dan persalinan
KOMPLIKASI :
• Hepatitis B kronik  Sirosis dan karsinoma
Hepatoseluler.

PROGNOSIS :
• Resiko terkena hepatitis kronik sangat tinggi diantara
individu dengan infeksi hepatitis B yang didapat saat
perinatal
• Kewaspadaan universal : hindari hubungan seksual dan
pemakaian alat atau bahan dari pengidap. Vaksinasi
Hepatitis B bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting,
terutama yang sering terpapar dengan darah.
• Skrining HBsAg pada ibu hamil
• Imunisasi

PENCEGAHAN
MALARIA

 Infeksi yang disebabkan oleh plasmodium.


 Plasmodium falsiparum dan plasmodium vivax
 Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang
masih menjadi ancaman dan sering menimbulkan wabah.
 Pada kehamilan, malaria adalah penyakit infeksi yang
merupakan gabungan antara masalah obstetrik, sosila, dan
kesehatan masyarakat dengan pemecahan multidimensi
dan multidisiplin
• 4 PLASMODIUM :
• Vivax
• Ovale
• Malariae
• Falciparum

ETIOLOGI
• 300-500 juta orang terinfeksi.
• 1,2 juta kematian pada 2010.
• Afrika  ¼ wanita hamil terinfeksi
• Indonesia  Papua, NTT, Maluku, Maluku Utara dan
Sulawesi Utara.
• Gejala malaria yang tidak umum sering terjadi pada
kehamilan, terutama pada trimester II, seperti:
• Panas: umumnya panas tinggi sampai menggigil
• Anemia: akan menjadi parah pada kehamilan karena
hemolisis dengan akibat asam folat menurun, di samping
karena perubahan pada kehamilan
• Pembesaran lien: umumnya pada trimester II
• Pada infeksi yang berat biasa terjadi: ikterus, kejang,
kesadaran menurun, koma, muntah dan diare

GEJALA KLINIS
• Pasien dengan dugaan malaria P.falsiparum sebaiknya
dirawat
• Periksa jenis plasmodium untuk memberi pengobatan
yang tepat
• Pengawasan ketat pada ibu dan janin
• Pilih obat berdasarkan: berat ringannya penyakit, hindari
obat yang merupakan kontraindikasi, pilih dosis yang
adekuat, beri cairan yang adekuat, perhatikan nutrisi yang
cukup kalori.

PENANGANAN
• Lini pertama:
• Artesunat injeksi  sediaan 1 ampul berisi 60 mg serbuk
kering asam artesunik dilarutkan dalam 0,6 ml natrium
bokarbonat 5%, diencerkan dalam 3-5 ml dekstrose 5%.
Pemberian secara bolus iv selama 2 menit. Loading dose:
2,4 mg/kg iv setiap hari sampai hari ke-7, jika penderita
sudah dapat minum obat, ganti peroral.
• Artemeter  1 ampul berisi 80 mg artemeter. Pemberian
secara im selama 5 hari. Dosis dewasa 160 mg (2 ampul) im
pada hari pertama, diikuti 80 mg im pada hari kedua sampai
kelima

Antimalaria pada
kehamilan
• Lini kedua
• Kuinin (kina) per infus (drip) kina 25% dosis
10mg/kg atau 1 ampul (2ml=500mg) dilarutkan dalam
500 ml dekstrose atau dalam NaCl dalam 8 jam,
diulang setiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai
penderita bisa mium obat, atau dengan dosis yang
sama diberikan selama 4 jam kemudian, infus tanpa
obat 4 jam, diulang obat selama 4 jam, kemudian tanpa
obat selama 4 jam. Demikian 3 kali dalam 24 jam,
sampai penderita dapat minum obat.

Kontraindikasi pada kehamilan: Primakuin, Tetrasiklin, Doksisiklin,


Halofantrin
• Hipoglikemi: kadang-kadang diduga sebagai gejala klinik
malaria karena takikardia , berkeringat, dan pusing. Pada
malaria P.falsiparum terutama yang mendapat obat kinina,
kadar gula darah harus diperiksa tiap 4-6 jam.
Hipoglikemi apada ibu dapat menyebabkan gawat janin.
• Edem paru: lebih sering terjadi pada trimester II atau III.
• Anemia berat.

KOMPLIKASI
• Profilaksis klorokuin (pelancong ke endemik) 
Klorokuin dosis 5 mg/kg/minggu habis makan, diminum
1 minggu sebelum datang ke daerah endemik malaria 
sampai 4 minggu setelah kembali, diulang kalau kembali
ke daerah endemik setelah 3-6 bulan.
• Pada daerah yang resisten klorokuin, dapat diberikan
Meflokuin 15 mg/kg dosis tunggal untuk daerah yang
sensitif. Meflokuin 25 mg/kg diteruskan dengan 10
mg/kg 6-24 jam kemudian untuk daerah yang mulai
resisten

PENCEGAHAN

Anda mungkin juga menyukai