- Bakteri salmonella adalah bakteri gram negatif bentuk batang, berflagela, bersifat
anaerobik fakultatif, tidak berspora, dan memiliki kemampuan invasi
- Bakteri ini memiliki 3 macam antigen yang terletak pada permukaannya : antigen O, H,
dan Vi
o antigen H terletak pada flagela, fimbriae, atau pada fili
o antigen vi terletak pada kapsul dari bakteri dan dapat melindungi bakteri dari
fagositosis
o antigen O terletak pada outer membrane dari bakteri ini
- Bakteri salmonella : The genus comprises two species, S. bongori and S. enterica, the latter
of which is divided into six subspecies: S. e. enterica, S. e. salamae, S. e. arizonae, S. e.
diarizonae, S. e. houtenae, and S. e. indica
- The full name of a serotype is given as, for example, Salmonella
enterica subsp. enterica serotype Typhimurium, but can be abbreviated
to Salmonella Typhimurium.
- Salmonella juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan seberapa baik organisme
beradaptasi dengan inang manusia:
o Mereka yang sangat beradaptasi dengan manusia dan tidak memiliki inang
bukan manusia: Kelompok ini termasuk S. Typhi dan S. Paratyphi tipe A, B (juga
disebut S. Schottmülleri), dan C (juga disebut S. Hirschfeldii), yang bersifat
patogen hanya pada manusia dan umumnya menyebabkan demam enterik
(tifus). ( typhoidal salmonella)
o Yang beradaptasi dengan inang bukan manusia atau menyebabkan penyakit
hampir secara eksklusif pada hewan: Beberapa galur dalam kelompok ini—S.
Dublin (sapi), S. Arizonae (reptil), dan S. Choleraesuis (babi)—juga
menyebabkan penyakit pada manusia.
o Mereka dengan kisaran inang yang luas: Kelompok ini mencakup > 2000 serotipe
(misalnya, S. enteritidis, S. Typhimurium) yang menyebabkan gastroenteritis
salmonella dan menyebabkan 85% dari semua infeksi Salmonella di AS. ( non
typhoidal)
Dikarenakan oleh host nya yang berbeda, maka cara penularan dari kedua tipe salmonella ini
juga berbeda:
- Salmonellosis:
- food and water yang terkontaminasi baik feces atau urin dari hewan atau
manusia yang terinfeksi salmonella
Diperkirakan 94% salmonellosis ditularkan melalui makanan. Manusia
biasanya terinfeksi dengan memakan makanan yang terkontaminasi
kotoran dari hewan yang terinfeksi. Akibatnya, makanan yang terlibat
seringkali berasal dari hewan seperti daging sapi, unggas, susu, dan
telur.
- by direct animal contact, and
Salmonella bacteria are widely distributed in domestic and wild animals.
They are prevalent in food animals such as poultry, pigs, and cattle; and
in pets, including cats, dogs, birds, and reptiles such as turtles.
Di pet nya si salmonella ini tidak akan ada gejalanya
- Pada akhir masa inkubasi, sel inang di dekatnya diracuni oleh endotoksin yang
dilepaskan dari salmonella yang mati. Respon lokal terhadap endotoksin adalah
gangguan enteritis dan gastrointestinal yang akhirnya menyebabkan manifestasi klinis
pada salmonellosis karena rusaknya sel-sel pada usus
- Pada infeksi NTS, dia akan induce a high inflammatory response during the initial
invasion of the intestinal mucosa sehingga akan ada massive neutrophil recruitment
during intestinal inflammation caused by NTS serovars sehingga rusak nya sel-sel
enterocyte disebabkan juga selain dari endotoxin adalah dari cytokin-cytokin pro
inflamasi
- In immunocompetent patients, NTS gastroenteritis is self-limiting, with infection being
confined to the terminal ileum and colon.
a. Kondisi yang mengancam jiwa akibat disfungsi organ yang yang disebabkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi
b. Kriteria klinis khusus digunakan untuk mengidentifikasi sepsis yaitu Sequential
(sepsis- related) Organ Failure Assessment (SOFA) skor ≥2 . Skor SOFA dikenal
sebagai metode yang penting untuk menggambarkan disfungsi organ, tetapi
agak rumit untuk identifikasi awal pasien dengan sepsis di luar ICU
c. Makanya ada score sederhana quick SOFA > memudahkan identifikasi pasien
yang berpotensi berisiko meninggal akibat sepsis
- Uncomplicated sepsis, disebabkan oleh infeksi, seperti flu atau abses gigi. Hal ini
sangat umum dan biasanya tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
- Sepsis berat, terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi sudah mulai
mengganggu fungsi organ-organ vital, seperti jantung, ginjal, paru-paru atau
hati.
- Syok septik, terjadi pada kasus sepsis yang parah, ketika tekanan darah turun ke
tingkat yang sangat rendah dan menyebabkan organ vital tidak mendapatkan
oksigen yang cukup > bisa menyebabkan kematian
Septic shock is defined by persistent hypotension requiring vasopressors
to maintain mean a arterial pressure of 65 mm Hg or higher and a serum
lactate level greater than 2 mmol/L (18 mg/dL) despite adequate volume
resuscitation
- Selain itu, pada pasien sepsis akan terjadi kerusakan dan disfungsi pada
mitokondria karena tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Hal ini akan
menyebabkan energi yang dihasilkan menurun sehingga bisa terjadi disfungsi
organ secara perhalan dan viabilitas sel dalam menjalankan fungsinya akan
menurun > organ dysfunction
- Pada sepsis juga sering terjadi yang namanya DIC
Hiperkoagulabilitas terjadi akibat pelepasan tissue factor akibat
kerusakan sel endotel yang menyebabkan produksi trombin, aktivasi
platelet, dan pembentukan fibrin clots. Kondisi ini dapat menyebabkan
hipoksia jaringan dan disfungsi organ
- Infeksi Salmonella fokal dapat terjadi dengan atau tanpa bakteremia yang berkelanjutan,
menyebabkan keluhan tergantung dari organ yang terlibat— hampir semua organ bisa
terlibat > tapi yang pasling sering adalah saluran pencernaan (hati, kandung empedu,
usus buntu), permukaan endotel (misalnya, plak aterosklerotik, aneurisma ileofemoral
atau aorta, katup jantung), perikardium , meninges, paru-paru, sendi, tulang, saluran
genitourinari, atau jaringan lunak.
- Preexisting solid tumors are occasionally seeded and develop abscesses that may, in
turn, become a source of Salmonella bacteremia. S. Choleraesuis and S. Typhimurium
are the most common causes of focal infection.
Pathophysiology of typhoid fever:
- The average incubation period for typhoidal serovars is 14 days with symptoms
persisting for up to 3 weeks
- awalnya masih sama, si bakteri typhoid ini akan tertelan, lalu melewati lambung dan
akhirnya sampai di bagian usus
- S typhi dan paratyphi memasuki sistem inang terutama melalui ileum distal. Mereka
memiliki fimbriae khusus yang menempel pada epitel di atas kelompok jaringan limfoid
di ileum (Peyer patch), titik estafet utama untuk makrofag yang berjalan dari usus ke
sistem limfatik.
- Spesies Salmonella patogen ditelan oleh sel fagosit usus, yang kemudian membawanya
ke makrofag lamina propria. Melalui kompleks toll-like receptor (TLR)–5 dan
TLR-4/MD2/CD-14, makrofag mengenali pola molekul terkait patogen (PAMPs) seperti
flagela dan lipopolisakarida. Makrofag dan sel epitel usus kemudian memobilisasi sel T
dan neutrofil dengan interleukin 8 (IL-8). Semoga peradangan yang dihasilkan cukup
untuk menekan infeksi. Tapi, S typhi memiliki antigen kapsular Vi yang menutupi
PAMP, menghindari peradangan berbasis neutrofil, sedangkan serovar paratyphi yang
paling umum, paratyphi A, tidak. Ini mungkin menjelaskan infektivitas Typhi yang
lebih besar dibandingkan dengan isolat paratyphi.
- Tidak seperti infeksi NTS, infeksi oleh serovar tifoid tidak menyebabkan respon
inflamasi yang tinggi selama invasi awal mukosa usus. Peradangan usus minimal
selama demam enterik berkorelasi dengan transmigrasi neutrofil yang oebih sedikit
ketika melintasi epitel usus.
- Selain itu, serotipe typhi dan paratyphi dapat memiliki Quorum Sense. Ini adalah jenis
komunikasi intraseluler dimana organisme mengoordinasikan pengerumunan dan
produksi biofilm untuk mencegah penghancuran bakteri oleh sel imun.
- Setelah difagosit oleh makrofag di peyer patch Salmonella tifoid mengkooptasi mesin
seluler makrofag untuk reproduksi mereka sendiri, karena dibawa melalui kelenjar
getah bening mesenterika ke saluran toraks dan limfatik dan kemudian melalui jaringan
retikuloendotelial hati, limpa, sumsum tulang, dan kelenjar getah bening. Sesampai di
sana, mereka berhenti dan terus berkembang biak. Ketika kepadatan kritis tercapai,
bakteri menyebabkan apoptosis makrofag. Hal ini memungkinkan salmonella
memasuki aliran darah yang bisa menyebabkan sepsis
- Typhoidal salmonella ini juga menghasilkan endotoxin dalam darah.
o Endotoksin pertama-tama bekerja pada pembuluh darah dan saraf,
mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan penurunan tonus pembuluh
darah, gangguan pengaturan suhu, serta muntah dan diare.
o Pada bentuk penyakit yang parah, cukup banyak cairan dan elektrolit yang
hilang untuk menurunkan volume sirkulasi darah dan tekanan arteri, dan
menyebabkan syok hipovolemik. Syok septik juga dapat berkembang.
o Oliguria dan azotemia dapat berkembang pada kasus yang parah akibat
keterlibatan ginjal akibat hipoksia dan toksemia.
- Bakteri kemudian menginfeksi kantong empedu baik melalui bakteremia atau
dikarenakan oleh bakteri yang bereplikasi di hati lalu membuat produksi bile yang
terinfeksi. Hasilnya adalah organisme masuk kembali ke saluran pencernaan di empedu
dan menginfeksi kembali bercak Peyer. Bakteri yang tidak menginfeksi kembali inang
akan ditumpahkan di feses dan menjadi tersedia untuk menginfeksi orang lain.
- Chronic carriers are responsible for much of the transmission of the organism. While
asymptomatic, they may continue to shed bacteria in their stool for decades.
Summary of the differences between NTS and typhoidal serovars associated with disease in
humans.
NTS serovars Typhoidal serovars
Serovars Represented by the ubiquitous Typhi, Paratyphi
serovars Typhimurium and Enteritidis,
but ∼1500 other serovars of S.
enterica ssp. I are known
Host range Broad Human-restricted
Epidemiology Worldwide Endemic in developing countries
especially Southeast Asia, Africa,
and South America
Reservoirs Farm animals, produce, pets None, human to human transmission
Clinical Self-limiting gastroenteritis in Invasive, systemic disease in
manifestations immunocompetent individuals immunocompetent individuals
(diarrhea, vomiting, cramps)In (fever, chills, abdominal pain, rash,
immunocompromised patients disease nausea, anorexia,
is associated with invasive hepatosplenomegaly, diarrhea or
extraintestinal infections ( bacteremia) constipation, headache, dry cough)
Disease course Short incubation period (6–24 h) Brief Long incubation period (7–21 days)
duration of symptoms (less than 10 Extended duration of symptoms (up
days) Long-term carriage has not been to 3 weeks) One to four percent of
observed infected individuals become long-
term (≥1 year) carriers
Human Robust intestinal inflammation, Minimal intestinal inflammation,
immune neutrophil recruitment, Th1 response leukopenia, Th1 response
response
Vaccination No vaccine available for humans (i) killed whole cell parenteral
vaccine, (ii) live attenuated oral
vaccine (Ty21a), (iii) Vi
polysaccharide capsule-based
vaccine