OLEH
bahan pangan asal ayam ini telah dikonsumsi sajak lama, untuk memenuhi kebutuhanprotein
masyarakat di hampir seluruh Indonesia (Suryani et al., 2010). Ayam yang sehat dengan
manajemen pemelihraan yang baik dapat menghasilkan daging maupun telur dengan mutu yang
baik. Sebaliknya ayam yang terserang penyakit menglami penurunan produktivitas, sehingga
menghasilkan produk pangan yang kurang baik bahkan dapat menimbulkan penyakit pada manusia
yang mengonsumsinya, apabila sudah tercemari oleh mikroorganisme patogen. Penyakit yang
terjadi pada ayam, umumnya timbul bila manajemen pemeliharaan kurang baik, sanitasi kandang
yang buruk , penanganan limbah yang kurang baik dan disertai pemberian pakan yang kurang
berkualitas. Salah satu penyakit bakteri yang sering menyerang ayam yaitu Salmonellosis (Zulfikar,
2013).
Salmonella merupakan bakteri patogen manusia dan hewan. Salmonella biasanya ditemukan
hidup dan memperbanyak diri di dalam saluran pencernaan hewan dan manusia. Salmonella yang
keluar dari sistem pencernaan mampu menyebar luas di dalam darah, empedu, urin, bahan
lingkungan dan umumnya pada feses (Public Health England, 2015). Salmonella dalam feses
diluar tubuh manusia mampu bertahan hidup selama 1 hingga 2 bulan. Keberadaan Salmonella
dalam sistem pencernaan menyebabkan kontaminasi Salmonella sering dikaitkan dengan mulut
Daging ayam memiliki nutrisi, kadar air, dan material lain yang tinggi menyebabkannya
menjadi media yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri Salmonella. Menurut Shafini et al., (2017)
kontaminasi oleh bakteri Salmonella pada ayam dapat melalui berbagai jalur seperti kondisi
lingkungan peternakan ayam, pakan yang terkontaminasi bakteri Salmonella, kondisi pasar
penjualan ayam, dan aktifitas tangan pedagang ketika membersihkan sisa feses pada ayam
Salmonella sp. adalah salah satu bakteri gram negatif yang bersifat pathogen dan merupakan
agen yang paling sering menyebabkan food borne disease di dunia. Infeksi Salmonella sp. pada
hewan maupun manusia dapat menyebabkan salmonellosis yang mengganggu saluran cerna dan
banyak diantaramya dapat mengakibatkan kematian. Salmonellosis pada manusia dapat ditularkan
melalui makanan asal hewan yang terkontaminasi oleh Salmonella sp. Salmonellosis bersifat
endemis hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Diperkirakan salmonellosis terjadi sebanyak
60.000 hingga 1.300.000 kasus dengan sedikitnya 20.000 kematian per tahun. (Suwandono et al.,
2005).
Menurut penelitian Setiowati et al. (2011), persentase sampel daging ayam dari pasar
tradisional di Indonesia yang positif tercemar Salmonella adalah 10,06%. Kontaminasi Salmonella
sp. Pada ayam berasal dari peternakan yang terinfeksi (Aksakal, 2010). Selain itu, kejadian
dan jarak transportasi. Agen penyebab wabah salmonellosis mudah ditransmisikan dari lingkungan
ke hewan dan manusia baik langsung ataupun tidak langsung melalui produk pangan asal ternak.
Salmonella sp. dapat mencemari ayam sejak dari peternakan, dimana titik awal dari rantai
1.2 Tujuan
pada ayam melalui kultur, isolasi, dan identifikasi bakteri Salmonella sp. pada feses ayam.
1.3 Manfaat
pencernaan pada ayam melalui kultur, isolasi, dan identifikasi bakteri Salmonella sp. pada feses
ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Salmonella sp.
Bakteri Salmonella adalah bakteri yang tergolong dalam Familli Enterobacteri aceae. Pada
umumnya bakteri Salmonella ini bersifat patogen karena dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, hewan piaraan atau ternak dan hewan air seperti ikan, udang dan kerang-
kerangan(Kunarso, 1987).
Kingdom :Bacteria
Divisi :Proteobacteria
Kelas :GammaProteobacteria
Ordo :Enterobacteriales
Famili :Enterobacteriaceae
Genus :Salmonella
Bakteri Salmonella sp. bersifat motil, gram negatif, anaerob fakultatif serta berbentuk
batang dengan ukuran 1-3μm dengan diameter 0,3-0,6 μm, tidak berspora, memiliki flagella
peritrih di seluruh permukaan selnya (kecuali pada jenis bakteri Salmonella gallinarum dan
Salmonella pullorum) dan berkembang biak dengan cara membelah diri (Kunarso, 1987). Sel
terluar terdiri atas struktur lipopoli sakarida kompleks (LPS) yang terbebas dari lisis sel sampai
batas tertentu selama kultur. Bagian lipopoli sakarida dapat berfungsi sebagai endotoksin, dan
sp. tumbuh pada suhu dalam kisaran 7 sampai 47ºC dengan suhu optimum 35 sampai 37°C, tetapi
beberapa serotipe bisa tumbuh di suhu serendah 2 sampai 4°C atau setinggi 54°C (Tindall, 2005;
Gray dan FedorkaCray, 2012). Salmonella sensitif terhadap panas dan bisa matipada suhu 70°C
atau lebih. Salmonella tumbuh di kisaran pH 4-9 dengan optimum antara 6,5 dan7.5.
Salmonella menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon disaat genus lainnya
membutuhkan sumber karbon kompleks sebagai sumber nutrisinya. Beberapa Salmonella kecuali
Salmonella typhi memproduksi gas selama proses fermentasi. Salmonella mampu mengubah
Nitrat menjadi Nitrit dan tidak membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya (Hanes, 2003).
Bakteri ini juga memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk gas tetapi tidak
memfermentasikanl aktosa dan sukrosa. Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan
2.2 Etilogi
Salmonellosis disebabkan oleh Bakteri Salmonella, ada lebih dari 1800 serotipeSalmonella
ditemukan pada hewan dan manusia, termasuk hewan liar, reptilia, burung liar dan insekta
(Ditjenakkeswan, 2014). Beberapa serotipe tidak mempunyai inang yang spesifik dan gejala yang
serotipe yang mempunyai inang spesifik adalah S.typhi; S.paratyhi A-B dan C; S.sendai menyerang
manusia; S.gallinarum dan S.pullorum pada unggas; S.abortus pada babi; S.dublinpada Sapi;
S.abortus ovis menyerang kambing dan domba; dan S.abortus equi menyerang kuda
(Ditjenakkeswan, 2014).
burung pipit, burung beo, kenari, dll) dan mamalia (simpanse, kelinci, marmut, chinchilla, babi,
anak kucing, rubah, anjing, babi, sapi, dan tikus liar) (Yeakel, 2022). Burung-burung liar, rodensia,
dan serangga, merupakan peluang vektor di sekitar lingkungan ternak unggas yang harus
jenis hewan (sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, angsa, anjing, kucing) pernah dilaporkan.
Demikian pula pada manusia. Tipe yang sudah ada di negara lain, terdapat juga di Indonesia.Pada
tahun 1981 terjadi letupan Salmonellosis pada kerbau di Tanah Karo, Sumatera Utara yang
Penularan bisa terjadi secara vertikal (transovarian) tetapi dapat juga terjadi melalui kontak
langsung atau tidak langsung dengan unggas yang terinfeksi (pernafasan atau feses), pakan,
air,kotoran yang terkontaminasi, sebagai akibat dari sanitasi yang kurang baik. Infeksi yang
ditularkan melalui kontaminasi telur atau tempat penetasan biasanya mengakibatkan kematian pada
anak ayam pada beberapa hari pertama pasca-menetas hingga usia 2-3 minggu. Penularan antar
peternakan disebabkan oleh biosekuriti yang buruk (Yeakel, 2022). Penderita Salmonellosis masih
dapat mengekskresikan bakteri 3-4 bulan walau telah sembuh dari penyakit (Ditjenakkeswan,
2014).
Hasil interaksi antara host dan Salmonella tergantung dari tingkat resistensi inang,
banyaknya infeksi patogen, dan jenis serotipe Salmonella. Timbulnya penyakit tidak selalu terjadi
walau bakteri sudah tertelan. Timbulnya penyakit juga dapat muncul cepat atau lama pasa-infeksi.
Infeksi yang munculnya lama dikarenakan karena bakteri dapat mengakibatkan kolonisasi (tanpa
penyakit) dari inang, tetapi dengan perubahan lingkungan usus, misalnya disebabkan oleh stres,
antibiotik (aktivitas yang mempengaruhi flora normal), sehingga penyakit lambat untuk muncul.
2.4 Patogenesis
Manifestasi klinis yang paling umum dari Salmonellosis adalah diare. Dalam kasus tertentu
(ditentukan oleh faktor inang, strain Salmonella, dan dosis) septisemia terjadi. Faktor inang
termasuk usia, status kekebalan, komposisi flora normal (memberikan resistensi untuk kolonisasi),
Salmonella fase stationary (fase awal) merupakan fase paling optimal untuk bakteri
menyebabkan penyakit, karena dalam kondisi ini, RNA polimerase mengandung faktor sigma
alternatif (RpoS) sebagai initiator transkripsi gen dan bertanggung jawab untuk toleransi asam
serta daya tahan hidup pada lambung dan sistem pencernaan. RNA polimerase yang mengandung
RPoS juga merupakan pengatur ekspresi gen virulensi pada plasmid (Moxley, 2013).
Sel target Salmonellaialah sel M dalam folikel limfatik pada usus kecil distal dan usus besar
bagian atas. Kurangnya flora kompetitif yang disebabkan oleh gizi buruk, stres, atau antibiotik
berpotensi mengurangi jumlah Salmonella pada sistem pencernaan. Adhesi ke sel M merupakan
langkah pertama dalam proses infeksi penyakit, dimediasi oleh satu atau lebih protein adhesin,
yaitu, Agf, Pef, dan Lpf, dll. Setelah adhesi, Salmonella diinternalisasi mengikuti induksi membran
ruffles dalam sel target, setelah diinjeksi oleh T3SS (Type III Secretion System). Sel target rusak
permanen akibat interaksi ini, mengalami apoptosis. Salmonella kemudian berada di dalam sel
target, limfo nodul, dan jaringan submukosa. Respon inflamasi dimulai dengan pelepasan berbagai
kemokin dari sel inang yang terkena, serta pelepasan sitokin proinflamasi setelah interaksi inang
polymorphonuclear neutrophil (PMN) dan makrofag. PMN sangat efisien dalam fagositosis dan
pembunuhan Salmonella. Diare dianggap hasil dari sintesis prostaglandin oleh PMN, serta aktivasi
berbagai jalur pensinyalan protein inositol dalam sel inang. Hasil akhirnya adalah sekresi ion
(memiliki produk gen terkait SPI-2, SPI-3, SPI-4, dan SPI-5 yang memungkinkan pertumbuhan
dalam makrofag; kemampuan pengkodean faktor virulensi agar dapat tumbuh secara intraseluler
dan pengkodean resistensi serum; Sistem enzim PhoQ/PhoP memungkinkan resistensi terhadap
sistem imun), septikemia dapat terjadi. Kemungkinan terjadinya hal ini meningkat jika status
kekebalan inang berkurang. Salmonellamenyebar dan berkembang biak di dalam sel fagositik
(terutama makrofag) di dalam fagosom. Setelah penyebaran Salmonella secara sistemik, septikemia
dan syok endotoksik kemudian terjadi. Strain yang menghasilkan bentuk penyakit ini lolos dari
penghancuran oleh inang dan berkembang biak di dalam makrofag hati dan limpa, serta secara
intravaskular. Selama proses penyebaran, Salmonella juga dapat berada di luar lingkungan
intraseluler dan oleh karena itu berisiko terhadap pembentukan kompleks serangan membran
menyebabkan endotoksemia, kerusakan pembuluh darah yang parah, dan kematian (Moxley,
2013).
unggas muda, misalnya anak ayam. Unggas dapat mati tanpa menunjukkan tanda KIinis yang
teramati ialah kurang nafsu makan, kehausan, kelesuan, sayap terkulai, gangguan syaraf dan feses
berwarna putih atau coklat kehijauan. Tipus unggas disebabkan oleh S.gallinarum, biasanya
menyerang unggas dara dan dewasa, menimbulkan banyak kematian yang kadang-kadang tanpa
disertai tanda klinis terlebih dahulu. Umumnya hewan apatis, kurang nafsu makan, pial berwarna
merah tua dan disertai diare berwarna hijau. Unggas yang terserang oleh S.typhimurium tidak selalu
menunjukan gejala klinis, tetapi hewan penderita ini akan bertindak sebagai sumber penularan
(Ditjenakkeswan, 2014).
adalah sbb:
Tanda-tanda septikemi oleh sebab Salmonellosis pada babi dapat dikelirukan dengan tanda-
tanda septikemi yang disebabkan oleh Hog Cholera, Erysipelas atau infeksi Streptococcus.
Tanda-tanda diare seperti disentri babi, sedangkan gangguan alat pernafasan seperti yang
Tanda-tanda gastro enteritis pada sapi seperti keracunan makanan atau parasitisme. Adanya
diare seperti yang terjadi oleh infeksi virus diare dan kejadian abortus seperti dijumpai pada
infeksi lainya.
Tanda-tanda enteritis pada domba dan kambing mirip dengan kejadian coccidiosis,
enterotoksemia atau desentri pada domba oleh sebab jasad renik lainnya.
dan lain-lain; sulfaquinoxalin dan sulfamerasin untuk infeksi S.pullorum dan S.gallinarum,
S.gallinarum.
Tindakan sanitasi terhadap kandang, peralatan, dan lingkungan peternakan, serta fumigasi
maupun hospes pada media tertentu sehingga diperoleh di dapati kultur murni untuk pengujian
danidentifikasi (Putri dan Kusdiyantini, 2018). Media umum yang sering digunakan dalam isolasi
bakteri adalah nutrient agar (NA). Media NA berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam
kelompok media semi alami, yakni media yang terdiri dari bahan alami yangditambahkan dengan
senyawa kimia. Media Nutrient Agar termasuk kedalam jenis media umum digunakan untuk
Selain itu, pengujian untuk melihat ada tidaknya bakteri Salmonella sp. dapat dilakukan
menggunakan media selektif. Media Salmonella Shigella Agar (SSA) merupakan media selektif
yang dapat menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella (Ningrum, 2014). Kandungan Bilesalts,
Na-sitrat, dan brilliant green pada media SSA dapat menghambat pertumbuhan gram positif dan
beberapa gram negatif normal yang ada. Bakteri Salmonella sp., tumbuh pada media SSA dengan
ciri utama, yaitu bahwa koloni berbentuk bulat, cembung, tekstur halus, mengkilat, pinggiran rata,
memiliki koloni berwarna pink dengan inti koloni berwarna hitam, (Amiruddin etal.,2017).
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan metode pewarnaan gram dan uji
menggunakan KOH 10%. Kedua uji identifikasi ini dilakukan untuk membedakan bakteri
gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram dilakukan sebagai pewarnaan rutin bakteri
pada hasil apusan dengan menggunakan dua jenis pewarna yang akan menghasilkan
diferensiasi pada kedua jenis bakteri. Kristal violet digunakan sebagai pewarna pertama yang
tertahan pada dinding sel,j ika dilakukan dekolorisasi menggunakan alkohol 96%, bakteri
Penentuan sifat atau bakteri dengan KOH10% memiliki prinsip yang mirip pengujian
pewarnaan gram untuk menentukan sifat gram dari bakteri. KOH dapat menyerang lemak
(lipid bilayer) pada dinding sel bakteri dan menyebabkan lisisnya bakteri gram negatif
termasuk Salmonella sp. Bakteri yang lisis akan melepaskan materi genetik (DNA) yang
merupakan substansi melimpah di dalam sel bakteri. Molekul DNA sangat panjang dan
bersifat sticky strings (menyerupai lendir, getah atau lengket) yang memberikan hasil seperti
Uji pada media ini meliputi tiga parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan
sulfur (H2S), uji pembentukan indol dari hasil penguraian asam amino, dan
Ferrous ammonium sulphate dan Sodium thiosulphate digunakan untuk uji sulfur,
kandungan Nutrient agar digunakan untuk uji motilitas sedangkan uji Indol perlu
asam amino menjadi sulfur. Sulfur dihasilkan oleh beberapa jenis mikroba melalui
pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang. Hasil positif apabila H 2S
terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Hasil negatif tidak terbentuk logam
sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yangberada dalammedium tidak mampu
2010).
Uji indol adalah produksi indol dari triptofan yang merupakan salah satutes
dhydro chloricacid. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna merah pada
permukaan media. Menurut Radji (2010) Salmonella spp. Memberikan hasil negatif
tubuhnya. Pertumbuhan bakteri yang tidak hanya tumbuh pada bekas tusukan atau
menyebar pada media, maka bakteri yang diidentifikasi tersebut adalah golongan
menfermentasikan glukosa dan laktosa atau sukrosa serta memproduksi H 2S. Uji
kelompok lainnya. Fenol red adalah indikator pH yang akan menghasilkan warna
merah (pH7,3) ketika terjadi reaksi basa (tidak ada fermentasi ketiga gula), dan
berwarna kuning (pH 6,8) jika terjadi reaksi asam (fermentasi gula). Selain itu
besi sulfat dengan natrium tiosulfat pada media akan bereaksi jika bakteri
3. Uji sitrat
sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Uji ini dapat menggunakan
media Simmon’s Citrate Agar (SCA). Media ini merupakan medium sintetik
dengan nutrient agar (NA) sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA +
sebagai sumber N dan brom thymol blue sebagai indikator pH. Pada uji ini
menunjukkan reaksi positif. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin. Mikroba yang
menggunakan sitrat maka akan akan menyebabkan medium menjadi lebih basa
dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru (Markey et al.,2013).
4. Uji katalase
mengubah hidrogen peroksida H2O2 menjadi air dan gas oksigen. Bakteri yang
memproduksi enzim katalase salah satunya Salmonella sp., pada uji katalase di
BAB III
METOLODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Pengujian dilaksanakan pada tanggal 04 Oktober 2022 yang meliputi koleksi sampel,
pengujian di laboratorium, dan identifiaasi hasil uji. Sampel dikoleksi dengan cara melakukan swab
pada kloaka ayam yang diambil dari peternakan ayam milik Ibu Merlin di Baumata. Sampel yang
diambil adalah dari ayam yang memiliki gejala klinis lemas, dan feses berwarna putih berkapur.
Setelah dilakukan swab, kemudian sampel dibawa untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain cotton swab steril, tissue, kapas, kertas label, pensil,
kertas HVS, ose, pipet tetes, kaca objek, gloves, api bunsen, tabung durhan, rak tabung, botol
duran, cawan petri, plastic cawan, gelas ukur, timbangan, autoklaf, microwave, inkubator, dan
mikroskop.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam isolasi dan identifikasi Salmonella sp. ini adalah hasil
swab kloaka ayam, Salmonella Shigella Agar (SSA), Nutrient Agar (NA), Triple Sugar Iron
Agar (TSIA), Sulfide Indole Motility (SIM), Simmon Citrat Agar (SCA), alkohol, aquades,
kristal violet, lugol, aseton alkohol, safranin, H 2O2 (untuk uji katalase), KOH 10%, minyak
imersi,strip oksidasi, dan spiritus.
Alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu121 oC
selama 15 menit. Alat yang disterilisasi adalah cawan petri dan tabung durhan yang
dibungkus menggunakan kertas HVS. Bahan yang disterilisasi adalah aquades di dalam botol
1. Mengambil aquades sebanyak 130 ml lalu memasukkan dalam botol duran untuk
2. Mencampurkan bubuk SSA sebanyak 4.4 gram dalam aquades yang telah disteril,
SSA lasrut.
4. Media yang sudah homogen tersebut selanjutnya dituang ke dalam cawan petri
sebanyak 20 ml.
7. Menginkubasi media yang telah dikultur pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
bubuk NA larut.
4. Media yang telah disterilkan kemudian dibiarkan hingga hangat lalu dituangkan
5. Melakukan inokulasi koloni bakteri yang tumbuh pada media selektif SSA pada
selama 24 jam.
2. Meneteskan aquades sebanyak satu ose di atas kaca objek, lalu mengambil isolat
4. Meneteskan larutan kristal violet pada preparat dibiarkan selama 2 menit dan
5. Meneteskan lugol keatas kaca objek dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian
6. Meniriskan lugol dan selanjutnya kaca objek ditetesi alkohol aseton selama
7. Meneteskan safranin kekaca objek dan dibiarkan selama 2 menit kemudian dibilas
minyaki mersi.
Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari media NA
menggunakan ose steril dan dioleskan pada kaca objek. Selanjutnya ditetesi dengan
KOH 10 % lalu aduk, kemudian ose diangkat untuk melihat kekentalannya (seperti
lendir/tidak).
3.6 Uji Biokimia
1. Mencampurkan 1,7 gram bubuk SIM dengan 56 ml aquades ke dalam botol duran,
larut.
5. Media dimasukkan ke dalam kulkas dan diinkubasi selama seatu jam sebelum
digunakan.
6. Melakukan inokulasi koloni bakteri yang tumbuh pada media NA dengan cara
membuat tusukan menggunakan jarum inokulasi pada media SIM yang telah
dibuat.
selama 24 jam.
1. Mencampurkan 4,5 gram bubuk SIM dengan 70 ml aquades ke dalam botol duran,
larut.
5. Melakukan inokulasi koloni bakteri yang tumbuh pada media NA dengan cara
membuat tusukan dan goresan menggunakan jarum inokulasi pada media TSIA
selama 24 jam.
SIM larut.
telahdibuat.
selama 24 jam.
7. Selanjutnya melakukan pengamatan.
2. Kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam, lalu ditambahkan 0,2 sampai
cincin merah). Hasil uji positif ditandai dengan adanya cincin merah dipermukaan
media.
pada media pertumbuhan bakteri selektif yaitu media Salmonella shigella agar (Rahmati,
2016). Media SSA merupakan media selektif yang dapat menumbuhkan bakteri Salmoella dan
Shigella (Ningrum, 2014). Media ini mengandung peptone, ektrat daging sapi, laktosa, neutral
red, polipenton, sodium thiosulfate dan sodium citrate sehingga memungkinkan bakteri
Salmonella sp. dapat tumbuh pada media SSA. Bakteri gram positif tidak dapat tumbuh pada
media SSA, karena media ini mengandung garam empedu dan sitrat yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut (Afifah, 2013). Pada media SSA, Bakteri yang tidak
dapat memfermentasi laktosa seperi Salmonella sp. dan Shigella sp. akan tampak sebagai
koloni yang tidak berwarna, sedangkan bakteri yang dapat memfermentasi laktosa, seperti
Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae muncul sebagai koloni kecil berwarna merah
Hasil kultur bakteri dari swab kloaka pada media SSA, menunjukkan bahwa adanya koloni
bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri tersebut tampak berbentuk bulat dan permukaan
cembung dengan tepian halus serta berwarna hitam yang dikelilingi oleh zona berwarna putih
kekuningan. Bau yang khas juga dihasilkan oleh media yang ditumbuhi koloni bakteri,
sehingga diduga sebagai bakteri Salmonella sp. Hasil ini sesuai dengan pernyataan dari Paulus
et al., (2016), yang menyatakan bahwa koloni Salmonella yang tumbuh pada media SSA
menunjukkan ciri khas berupa koloni berbentuk bulat transparan dengan inti berwarna hitam.
Salmonella dapat melakukan metabolisme tiosulfat oleh enzim reduktif tiosulfat reduktase
pada bakteri dan menghasilkan hidrogen sulfida (H 2S), yang kemudian hidrogen sulfida
tersebut bereaksi dengan asam ferat pada media agar dan menimbulkan warna hitam pada inti
koloni sementara pada bakteri Shigella sp. tidak dapat memfermentasi laktosa dan juga tidak
menghasilkan hodrogen sulfida sehingga koloninya akan tampak berwarna bening atau
Bakteri Salmonella sp. yang sudah tumbuh pada media SSA, kemudian dipindahkan
pada media nutrien agar untuk mendapatkan isolat murni dan memperbanyak bakteri. Media
nutrient agar merupakan media umum yang digunakan sebagai kultur isolat bakteri. Setelah
dilakukannya kultur pada media, bakteri akan tumbuh dan koloninya akan nampak dalam
Hasil kultur bakteri Salmonella sp. pada media NA, menunjukkan bahwa koloni yang
tumbuh berbentuk bulat-bulat kecil, memiliki permukaan yang halus dan tidak berwana atau
bening. Hasil ini memiliki kesamaan dengan temuan oleh Nesa et al., (2011), bahwa bakteri
Salmonella yang tumbuh pada media NA membentuk koloni yang bulat, kecil dan
tembuscahaya. Berbeda pada media SSA, koloni bakteri Salmonella yang tumbuh pada media
NA berwarna bening dikarenakan media ini tidak mengandung natrium tiosulfat dan sitrat
sehingga tidak terjadi reaksi dan mengubah warna koloni menjadi hitam ketika koloni
menghasilkan H2S.
Gambar 2. Hasil inokulasi biakan bakteri dari media selektif pada media NA
(dokumentasi pribadi).
4.2 Pengujian Gram
4.2.1 Pewarnaan Gram
Isolat murni bakteri yang bersal dari media NA kemudian diambil untuk dilakukan
pewarnaan gram yang bertujuan untuk menentukan sifat dan morfologi dari bakteri
Salmonella sp. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa bakteri berwarna merah muda dan
berbentuk batang pendek. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri gram
negatif. Bakteri gram negatif dibedakan dari gram positif karena komposisi dinding sel yang
berbeda. Dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks dibanding bakteri gram positif.
Terdapat dua lapisan pada dinding sel bakteri gram negatif, berupa lapisan luar yang tersusun
oleh lipopoli sakarida serta protein dan lapisan bagian dalam yang tersusun oleh peptidoglikan
yang lebih tipis dibandingkan dengan peptidoglikan bakteri gram positif. Sifat dari
peptidoglikan yang tipis dan permeabilitas yang tinggi menyebabkan dinding sel mudah
melepaskan zat warna kristal violet ketika dilakukan pewarnaan pertama dan akan menyerap
warna dari safranin yang merupakan pewarna kedua. Dari sifat terebut, sehingga pada saat
pengamatan mikroskopik bakteri Salmonella sp. yang merupakan bakteri gram negatif, maka
bakteri ini akan berwarna merah muda (Lay, 1994;White et al, 2000).
Gambar 3. Hasil pewarnaan gram (Dokumentasi pribadi)
bakteri. Hasil pengujian ini, menunjukkan bahwa bakteri Salmonella sp. Merupakan bakteri
gram negatif, karena pada uji KOH 10% tampak berlendir dan seperti benang ketika ditarik
menggunakan ose. Bakteri gram negatif akan tampak berlendir dan kental ketika ditambahkan
KOH 10% sedangkan bakteri gram positif tidak (Hardiansyah et al., 2020). Hal ini
dikarenakan KOH 10% dapat meluruhkan lemak (lipid bilayer) sehingga membuat sel gram
negatif menjadi pecah, kemudian sel yang pecah akan mengeluarkan materi DNA. Molekul
DNA dari bakteri sangat panjang dan bersifat sticky strings (menyerupai lendir, getah dan
lengket), sehingga ketika diangkat menggunakan ose maka akan tampak seperti berlendir
menggunakan nutrisi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Setiap bakteri memiliki
kemampuan dalam menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak,
protein, dan asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organi kini biasanya
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri. Sifat
metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang
dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain itu dilihat kemampuannya menggunakan senyawa
Uji pada media ini terdiri tiga parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan sulfur
(H2S), uji pembentukan indol dari hasil penguraian asam amino, dan pengamatan pergerakan
Uji pada media SIM dilakukan untuk mendeteksi adanya indol yang merupakan hasil
penguraian asam amino triptofan. Asam amino triprofan merupakan komponen asam amino
yang terdapat pada protein. Untuk mendeteksi pembentukan indol maka dilakukan dengan
penambahan reagen Kovac’s, hasil positif ditunjukkan dengan adanya pembentukan cincin
indol berwarna merah sedangkan hasil negatif tidak terbentuknya cincin indol (Pattuju et
al.,2014). Hasil uji indol pada bakteri Salmonella sp. yang diambil dari media NA
menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya cincin berwarna merah
pada permukaan media, setelah ditambahkan reagen Kovac’s. Hasil negatif tersebut
disebabkan karena bakteri Salmonella sp. Tidak memiliki enzim triptophanase yang berperan
untuk mengoksidasi atau memecahasam amino tryptophan menjadi indol dan asam piruvat
(Quinetal., 2002).
Gambar 5. Uji indol pada media SIM (Dokumentasi pribadi)
macam gula, yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Pada media ini terdapat indikator fenol merah
serta FeSO4 untuk memperlihatkan pembentukan H2S. Media TSIA yang digunakan memiliki
dua bagian yaitu slant (miring) dan butt (tusuk) (Sari, 2012). Hasil pengujian pada media
TSIA menunjukkan bahwa tampak sedikit warna kuning dan sebagiannya lagi sudah tertutupi
oleh warna hitam pada bagian tegak dari media. Warna kuning pada media TSIA teramati
ketika 12 jam setelah dilakukan kultur bakteri, Namun setelah 24 jam, warna kuning tidak
teramati lagi karena sudah tertutupi oleh warna hitam yang merupakan H 2S. Adanya
perubahan warna pada bagian tegak dari media mengindikasikan bahwa terjadi aktivitas
biokimia dalam hal ini adalah fermentasi glukosa. Menurut Adams dan Moss (2000),
Salmonella sp. memiliki kemampuan dalam memfermentasi glukosa. Hasil pengamatan pada
bagian slant dari media TSIA, menunjukkan reaksi negatif yaitu tidak adanya perubahan
warna menjadi kuning, namun media yang teramati berwarna merah yang mengindikasikan
tidak terjadi fermentasi laktosa dan sukrosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanes (2003),
yang menyebutkan bahwa Salmonella merupakan jenis bakteri yang tidak dapat
memfermentasi karbohidrat jenis laktosa dan sukrosa. Menurut Latif et al., (2014) Salmonella
sp. memiliki ciri khas yaitu tidak dapat memfermentasikan laktosa. Ketidak mampuan
memfermentasikan laktosa adalah salah-satu hal penting dalam pemeriksaan identifikasi untuk
membedakan bakteri dari anggota bakteri lainnya. Paulus et al., (2016) menyatakan bahwa
perubahan warna merah pada bagian slant merupakan pengaruh alkalisasi dari pepton.
Salmonella sp. dapat memfermentasikan glukosa dengan jumlah yang terbatas pada media.
Keterbatasan ini membuat Salmonella sp. akhirnya mengunakkan pepton sebagai sumber
energi yang hasil sampingan berupa basa merah yang terjadi pada permukaan tabung.
Temuan lainnya pada pengujian ini,yaitu terbentuknya warna hitam pada media TSIA
yang mengindikasikan bahwa bakteri membentuk H 2S. Hal ini disebabkan karena adanya
kandungan natrium tio sulfat pada media mengalami reduksi, kemudian bereaksi dengan Fe +
sehingga membentuk logam sulfit yang ditandai dengan warna hitam pada dasar tabung
Gambar 6. Hasil pengujian pada media TSIA, pengamatan media TSIA 24 jam (Dokumentasi
pribadi).
4.3.3 Media Simmons Citrate Agar
Uji simmon’s citrate bertujuan untuk mentukkan penggunaan natrium sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon bagi bakteri. Media SCA merupakan medium sintetik dengan
nutrient agar dan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, serta brom thymol blue sebagai
Hasil pengujiam sitrat pada media SCA menunjukkan reaksi positif, ditandai dengan
perubahan warna dari hijau menjadi biru pada bagian media yang dikultur bakteri. Reaksi
positif disebabkan karena bakteri Salmonella sp. dapat menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon untuk proses pertumbuhan. Pemanfaatan sitrat melibatkan enzim citrate permease
yang dapat memecah sitrat menjadi oksaloasetat dan asetat sehingga dapat memproduksi
Na2CO3 dan serta NH3. Hasil akhir dari perombakan sitrat oleh bakteri dapat menimbulkan
kondisi pH menjadi alkali atau basa. Selanjutnya, karena kondisi lingkungan media yang
ditumbui bakteri bersifat basa, sehingga dapat merubah warna media menjadi biru. (Sari dan
Pratiwi, 2014). Menurut Amirudin et al.,(2017) Salmonella sp. memberikan hasil positif pada
uji sitrat, namum spesies Salmonella typhi tidak menggunakan sitrat sebagai sumberkarbon.
enzim katalase. Enzim katalase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis hydrogen
peroksida (H2O2) yang terbentuk dari respirasi aerob dan bersifat toksit terhadap bakteri,
menjadi hydrogen oksida atau air (H2O) dan oksigen (O2). Uji katalase positif ditunjukkan
dengan terbentuknya gelembung pada kaca objek yang disebabkan adanya gas oksigen dari
Hasil uji katalase pada isolat bakteri yang diduga sabagai Salmonella sp. menunjukkan
hasil positif, dicirikan dengan terbentuknya gelembung gas pada kaca objek. Terbentuknya
sehingga bakteri yang diduga memang merupakan bakteri Salmonella sp. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Nygren et al., (2012), bahwa bakteri Salmonella sp. menghasilkan
enzim katalase, yang ditunjukkan dengan hasil positif pada uji katalase.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil isolasi dan kultur bakteri serta pengujian biokimia di laboratorium dari
Koloni bakteri yang tumbuh dari hasil kultur bakteri merupakan koloni Salmonella
yang ditunjukkan dengan ciri morfologi yaitu, koloni berwarna transparan dengan
inti berwarna hitam, dan adanya warna kekuningan di sekitar koloni bakteri.
Hasil pewarnaan gram didapati bakteri berbentuk batang dan bersifat gram negatif.
Penentuan sifat dengan KOH 10% menunjukkan bahwa bakteri merupakan gram
Pada pengujian biokimia disimpulkan bahwa bakteri Salmonella sp. bersifat negatif
Uji TSIA menghasilkan warna kehitaman dengan sedikit kekuningan dan sedikit
Uji SCA menghasilkan perubahan warna media pada permukaan agar dari yang
5.1. Saran
Dalam melakukan pengambilan sampel, isolasi, dan kultur agen patogen perlu
seksama untuk menghindari kontaminasi agen patogen bagi pelaku pekerja di laboratorium dan
Afifah, N. 2013. Uji Salmonella-Shigella Pada Telur Ayam Yang Disimpan Pada Suhu
DanWaktuYang Berbeda. Jurnal Ilmiah Edu Research, 2(1):35-46.
Amiruddin. R R. Darniati dan Ismail. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Salmonella sp. Pada
AyamBakar Di Rumah Makan Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jurnal
JIMVET.01(3):265-274.
Bennasar, A., G. Luna, B. Cabrer, and J. Lalucat. 2000. Rapid Identification Of Salmonella
typhimurium, S. enteritidis and S. virchow isolates by polymerase chain reaction based
finger printing methods. Int. Microbia. 3:31-38.
BioLink,3(1):31-36.
Burtscher, C., P. A. Fall, P. A. Wilderer, and S. Wuertz, 1999. Detection of Salmonella spp and
Listeria monocytogenes in suspended organic waste by nucleic acid extraction and
PCR.Appl.Env. Microbiol. 26:2235-2237.
Chiu, C. H., and T. O. Jonathan. 1996. Rapid identification of Salmonella serovars in feces
byspecific detection of virulence genes, invA and spvC by an enrichment broth culture-
multiplex PCR combination assay.J. Clin. Microbiol. 67:2619-2622.
Ditjennakkeswan (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan), 2014, Manual Penyakit
Hewan Mamalia, Jakarta, Kementrian Pertanian.
Ferretti, R., L. Mannazzu, L. Cocolin, G. Comi, and F. Clementi. 2001. Twelve-hours PCR-based
method for detection of Salmonella spp. In food. Appl. Environ. Microbiol. 74:977-978.
Guild ford.UK.
Hardiansyah, M.Y., Musa, Y. danJaya, A.M. 2020. Identifikasi Plant Growth Rhizobacteriapada
rizosfer bamboo duri dengan Gram KOH 3%. Agrotechnology Research Journal,4(1):41-
46.
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T., 2000, Bergey’s Manual
Determinative BacteriologyI, 9th edition, Lippincott Williams and Wilkins
Company,USA, pp. 93, 184, 186-187. International Handbook of Foodborne Pathogens.
Marcel Dekker, Inc. NewYork.
Mukhtaruddin, Fakhrurrazi dan Mahdi Abrar. 2018. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Salmonella
Sp. Pada Usus Ayam Kampung di Desa Lampuja Kecamatan Darussalam Kabupaten
Aceh Besar. Jimvet, 3(1):24-36.
Ningrum. 2014. Analisis Kandungan Salmonella sp Dan Kandungan Formalin yang Terdapat
Pada Makanan Otak-otak Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang dijual Di Toko Oleh-
olehKota Gresik Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA, Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Palus, T.S., Sanam, M.U.E. dan Detha, A.I.R. 2016. Identifikasi Salmonella Sp. dan Escherichia
coli Pada Lalat DiTempat Penjualan Daging Pasar Naikoten Kota Kupang.
JurnalVeteriner Nusantara, 1(1):10-13.
Putri, A. L. O., dan Kusdiyantini, E. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari
Pangan Fermentasi Berbasis Ikan (Inasua) yang Di perjualbelikan di Maluku-Indonesia.
Jurnal Biologi Tropika1 (2):6-12.
Quinn, P. J. B. J. Markey, M.E. Carter, W.J. Donnelly, and F.C. Leonard. 2002. Veterinary
Microbiolog yand Microbial Disease. Garsinton Road, Oxford, United Kingdom:
Blackwell Publishing Company.
Rahmiati. 2016. Analisis Bakteri Salmonella – Shigella Pada Kuah Sate Pedagang Kaki Lima.
Retnowati AA. 2007. Uji Potensi Antibakteri Senyawa yang Dihasilkan Bakteri dalam Susu
Fermentasi Yakult. Skripsi. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Rossita AS, Munandar K, Sawitri K.2017. Komparasi Media Na Pabrikan Dengan Na Modifikasi
Untuk Media Pertumbuhan Bakteri. Seminar Nasional Biologi, IPA dan
Pembelajarannya, Jember.
Salmonella sp dan Shigella sp Pada Feses Kuda Bendi di Bukittinggi Sumatera Barat. Jimvet,
2(3):402-410.
Samosir, M.F.,D.Suryanto, dan Desrita. 2017. Isolasi dan identifikasi bakteri potensial probiotik
pada saluran pencernaan ikan mas (Cyprinu scarpio). Jurnal Biologi.6 (2):24.
Sari, D.A.P. 2012. Isolasi dan Identifikasi Salmonella enteridis pada telur Saluran, Pencernaan
dan Feses Ayam Ras dari Peternakan di Gunung Sindur Bogor. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Intitut Pertanian Bogor.
SariN, Erina, AbrarM ,Wardani E,Fakhrurrazi, Daud R.2018. Isolasi dan Identifikasi
Suryani, Y. A. O. Bernadeta, dan U. Siti. 2010. Isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat dari
limbah kotoran ayam sebagai agnesi probiotik dan enzim kolesterol reduktase. Prosiding
Seminar Nasional Biologi. Universitas NegriYogyakarta.Yogyakarta:138-147.
Suwandono, A.M., Destri, dan C. Simanjutak. 2005. Salmonellosis dan Surveillans demam tifoid
yang disebabkan Salmonella di Jakarta Utara. Disampaikan dalam Lokakarya Jejaring
Intelijen Pangan-BPOM RI. Jakarta. 25 Januari2005.
Yeakel, S.D. 2023, 'Pullorum Disease in Poultry', MSD Veterinary Manual, Diakses pada 12 Juni
2023, https://www.msdvetmanual.com/poultry/salmonelloses/pullorum-disease-inn
poultry#:~:text=Pullorum%20disease%20is%20caused%20by,pasted%20to%20the%20vent
%20area
Yusuf, R.W.N.2009.I solasi dan identifikasi bakteri gram negatif pada luka ikan mas koki
(carassius auratus) akibat infestasi ektoparasit Argulus sp. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.
Zulfikar. 2013. Manajemen pemeliharaan Ayam Petelur Ras. Tesis. Pasca Sarjana Kesehatann
Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.