OLEH
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala kasih dan
kebijaksanaan, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah koasistensi bakteriologi dan mikologi dengan judul “Studi Pustaka Teknik Diagnosa
Laboratorium Salmonellosis”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah bakteriologi dan mikologi, Program Studi Profesi Kedokteran Hewan, Fakultas
Kedokteran dan Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana. Penulis menyadari bahwa
selama proses penulisan makalah terdapat peran, dukungan, doa, kritik dan saran dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Untuk itu, melalui kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih kepada orang tua dan keluarga, teman-teman kelompok koasistensi 6B, dan para dosen
pengampu mata kuliah bakteriologi dan mikologi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Etiologi..............................................................................................................................1
1.2. Epidemiologi Penyakit......................................................................................................1
1.3. Faktor Virulensi................................................................................................................3
1.4. Patogenesis........................................................................................................................3
1.5. Gejala Klinis.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1. Teknik Diagnostik Laboratorik.........................................................................................6
2.1.1. Isolasi dan Kultur Salmonella....................................................................................6
2.1.2. Pewarnaan Gram........................................................................................................7
2.1.3. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)............................................................................7
2.1.4. Uji Sulfide Indole Motility (SIM) Agar.....................................................................8
2.1.5. Uji Katalase...............................................................................................................8
2.1.6. Uji Simmons Citrate Agar (SCA)..............................................................................9
2.1.7. Uji Serologis..............................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSAKA......................................................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Etiologi
Salmonellosis disebabkan oleh Bakteri Salmonella, ada lebih dari 1800 serotipe
Salmonella ditemukan pada hewan dan manusia, termasuk hewan liar, reptilia, burung liar dan
insekta (Ditjenakkeswan, 2014). Beberapa serotipe tidak mempunyai inang yang spesifik dan
gejala yang ditimbulkan tidak khas misalnya Salmonella typhimurium (Ditjenakkeswan, 2014).
Di antara serotipe yang mempunyai inang spesifik adalah S.typhi; S.paratyhi A-B dan C; S.
sendai menyerang manusia; S. gallinarum dan S. pullorum pada unggas; S. abortus pada babi; S.
dublin menyerang Sapi; S. abortus ovis menyerang kambing dan domba dan S.abortus equi
Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang langsing tidak membentuk spora, tidak
berkapsul, bersifat motil kecuali S. pullorum dan S. gallinarum dan bersifat Gram negatif
(Ditjenakkeswan, 2014). Bakteri Salmonella membentuk antigen somatik (0) yang termostabil
dan antigen flagellar (H) yang termolabil. Antigen H terdiri dari 2 fase yaitu tipe monofase (kode
huruf kecil; a.b sebagainya) dan tipe difase (kode angka l,Il dan sebagainya) (Ditjenakkeswan,
2014). Antigen yang dihubungkan dengan sifat virulensinya S.typhi diberi kode Vi, antigen ini
tidak tahan panas. Selain itu dikenal antigen S (Smooth), R (Rough), M (Mucoid) dan K
(Kapsular) (Ditjenakkeswan, 2014). Identifikasi secara serotipe ini disusun dalam suatu bagan
puyuh, burung pipit, burung beo, kenari, dll) dan mamalia (simpanse, kelinci, marmut,
1
chinchilla, babi, anak kucing, rubah, anjing, babi, sapi, dan tikus liar) (Yeakel, 2022). Burung-
burung liar, rodentia, dan serangga, merupakan peluang vektor di sekitar lingkungan ternak
Salmonellosis dari berbagai jenis hewan (sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, angsa, anjing,
kucing) pernah dilaporkan. Demikian pula pada manusia. Tipe yang sudah ada di negara lain,
terdapat juga di Indonesia. Pada tahun 1981 terjadi letupan Salmonellosis pada kerbau di Tanah
Karo, Sumatera Utara yang dilaporkan oleh BPPV Medan (Dijtenakkeswan, 2014).
Penularan bisa terjadi secara vertikal (transovarian) tetapi dapat juga terjadi melalui
kontak langsung atau tidak langsung dengan unggas yang terinfeksi (pernafasan atau feses),
pakan, air, kotoran yang terkontaminasi, sebagai akibat dari sanitasi yang kurang baik. Infeksi
yang ditularkan melalui kontaminasi telur atau tempat penetasan biasanya mengakibatkan
kematian pada anak ayam pada beberapa hari pertama pasca-menetas hingga usia 2-3 minggu.
Penularan antar peternakan disebabkan oleh biosekuriti yang buruk (Yeakel, 2022). Penderita
Salmonellosis masih dapat mengekskresikan bakteri 3-4 bulan walau telah sembuh dari penyakit
(Ditjenakkeswan, 2014).
Hasil interaksi antara host dan Salmonella tergantung dari tingkat resistensi inang,
banyaknya infeksi patogen, dan jenis serotipe Salmonella. Timbulnya penyakit tidak selalu
terjadi walau bakteri sudah tertelan. Timbulnya penyakit juga dapat muncul cepat atau lama
pasca-infeksi. Infeksi yang munculnya lama dikarenakan karena bakteri dapat mengakibatkan
kolonisasi (tanpa penyakit) dari inang, tetapi dengan perubahan lingkungan usus, misalnya
disebabkan oleh stres, antibiotik (aktivitas yang mempengaruhi flora normal), sehingga penyakit
2
1.3. Faktor Virulensi
Beberapa faktor virulensi utama yang membuat Salmonella dapat bertahan dan
diare berat.
dalam inang, tetapi secara khusus menggunakan Sistem Sekresi Tipe III (T3SS)
bertahan hidup dan replikasi intraseluler dalam sel fagosit dengan cara
T3SS juga merupakan protein berbentuk jarum yang akan mentransfer faktor
Mempunyai stress protein yang membuat bakteri tahan terhadap pH asam pada
lambung inang.
1.4. Patogenesis
Manifestasi klinis yang paling umum dari Salmonellosis adalah diare. Dalam kasus
tertentu (ditentukan oleh faktor inang, strain Salmonella, dan dosis) septisemia terjadi. Faktor
inang termasuk usia, status kekebalan, komposisi flora normal (memberikan resistensi untuk
3
Salmonella fase stationary (fase awal) merupakan fase paling optimal untuk bakteri
menyebabkan penyakit, karena dalam kondisi ini, RNA polimerase mengandung faktor sigma
alternatif (RpoS) sebagai initiator transkripsi gen dan bertanggung jawab untuk toleransi asam
serta daya tahan hidup pada lambung dan sistem pencernaan. RNA polimerase yang
mengandung RPoS juga merupakan pengatur ekspresi gen virulensi pada plasmid (Moxley,
2013).
Sel target Salmonella ialah sel M dalam folikel limfatik pada usus kecil distal dan usus
besar bagian atas. Kurangnya flora kompetitif yang disebabkan oleh gizi buruk, stres, atau
antibiotik berpotensi mengurangi jumlah Salmonella pada sistem pencernaan. Adhesi ke sel M
merupakan langkah pertama dalam proses infeksi penyakit, dimediasi oleh satu atau lebih protein
adhesin, yaitu, Agf, Pef, dan Lpf, dll. Setelah adhesi, Salmonella diinternalisasi mengikuti
induksi membran ruffles dalam sel target, setelah diinjeksi oleh T3SS (Type III Secretion
System). Sel target rusak permanen akibat interaksi ini, mengalami apoptosis. Salmonella
kemudian berada di dalam sel target, limfo nodul, dan jaringan submukosa. Respon inflamasi
dimulai dengan pelepasan berbagai kemokin dari sel inang yang terkena, serta pelepasan sitokin
proinflamasi setelah interaksi inang dengan Lipopolisakarida (LPS) dinding sel, interaksi ini
sangat efisien dalam fagositosis dan pembunuhan Salmonella. Diare dianggap hasil dari sintesis
prostaglandin oleh PMN, serta aktivasi berbagai jalur persinyalan protein inositol dalam sel
inang. Hasil akhirnya adalah sekresi ion klorida dan air (Moxley, 2013).
penyebaran (memiliki produk gen terkait SPI-2, SPI-3, SPI-4, dan SPI-5 yang memungkinkan
pertumbuhan dalam makrofag; kemampuan pengkodean faktor virulensi agar dapat tumbuh
4
secara intraseluler dan pengkodean resistensi serum; Sistem enzim PhoQ/PhoP memungkinkan
resistensi terhadap sistem imun), septikemia dapat terjadi. Kemungkinan terjadinya hal ini
meningkat jika status kekebalan inang berkurang. Salmonella menyebar dan berkembang biak di
dalam sel fagositik (terutama makrofag) di dalam fagosom. Setelah penyebaran Salmonella
secara sistemik, septikemia dan syok endotoksik kemudian terjadi. Strain yang menghasilkan
bentuk penyakit ini lolos dari penghancuran oleh inang dan berkembang biak di dalam makrofag
hati dan limpa, serta secara intravaskular. Selama proses penyebaran, Salmonella juga dapat
berada di luar lingkungan intraseluler dan oleh karena itu berisiko terhadap pembentukan
mengeluarkan siderofor, salmochelin yang menghilangkan besi dari protein pengikat besi.
Salmonellosis pada unggas termasuk Pullorum adalah penyakit yang terutama menyerang
unggas muda, misalnya anak ayam. Unggas dapat mati tanpa menunjukkan tanda KIinis yang
teramati ialah kurang nafsu makan, kehausan, kelesuan, sayap terkulai, gangguan syaraf dan
feses berwarna putih atau coklat kehijauan. Tipus unggas disebabkan oleh S. gallinarum,
biasanya menyerang unggas dara dan dewasa, menimbulkan banyak kematian yang kadang-
kadang tanpa disertai tanda Klinis terlebih dahulu. Umumnya hewan apatis, kurang nafsu makan,
pial berwarna merah tua dan disertai diare berwarna hijau. Unggas yang terserang oleh S.
typhimurium tidak selalu menunjukan gejala klinis, tetapi hewan penderita ini akan bertindak
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kultur bakteri merupakan teknik untuk memperoleh bakteri tertentu dari suatu
lingkungan ataupun jaringan hidup untuk dibiakkan ke dalam laboratorium dalam kondisi
terkontrol. Kultur bakteri umumnya digunakan untuk berbagai macam tujuan, salah satunya ialah
dalam diagnosa dan identifikasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
Dalam isolasi dan kultur bakteri dibutuhkan media nutrisi bagi bakteri agar bakteri dapat
tetap bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama di luar habitat lingkungannya. Bakteri
Salmonella sendiri mempunyai beberapa media selektif yang umum digunakkan, yakni;
Salmonella Shigella Agar atau SSA (Erina, 2022), Xylose Lysine Deoxycholate Agar atau XLDA
(Suripto, 2022), Selenite Cystine Broth Agar (SCBA). Berdasarkan perubahan makroskopik
setelah media Salmonella diinkubasi, terdapat beberapa ciri umum dari media yang positif koloni
Salmonella, yakni; koloni bakteri akan terlihat transparan dan terdapat warna kehitaman di
A B
Gambar 1. A. Koloni Salmonella sp. yang tumbuh pada media agar XLD (Suripto, 2022) dan B.
Koloni Salmonella sp. pada media agar SSA (Erina, 2022).
6
2.1.2. Pewarnaan Gram
Merupakan uji untuk membedakan bakteri bergram positif dan bergram negatif, dengan
prinsip jika bakteri dapat mempertahankan warna Kristal Violet maka bakteri termasuk ke dalam
bakteri bergram positif, jika bakteri tidak dapat mempertahankan warna Kristal Violet setelah
dilarutkan dengan alkohol dan kemudian dapat menyerap warna Safranin maka bakteri
merupakan bakteri bergram negatif. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan komposisi dinding
antara bakteri bergram positif dan bergram negatif, dimana bakteri bergram positif mempunyai
komposisi peptidoglikan yang lebih tinggi sedangkan bakteri bergram negatif memiliki
Uji TSIA atau Triple Sugar Iron Agar merupakan media diferensial atau media uji yang
Shigella. Uji ini mempunyai prinsip yakni dengan melihat kemampuan bakteri dalam
memfermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa menjadi hidrogen sulfat, namun untuk bakteri
Salmonella sendiri hanya bisa memfermentasi laktosa, tidak dengan glukosa dan sukrosa (El-
Interprestasi hasil positif dari uji ini yakni dengan munculnya endapan hitam pada
bagian dasar agar yang menunjukkan terjadinya fermentasi laktosa oleh Salmonella. Fermentasi
laktosa terjadi dikarenakan tidak adanya oksigen pada bagian dasar tabung untuk mengoksidasi
asam amino sehingga bakteri perlu memfermentasi laktosa sebagai sumber energi, sedangkan
bagian permukaan agar akan berubah menjadi warna merah dikarenakan adanya reaksi oksidasi
oleh oksigen pada permukaan agar terhadap asam amino (pepton). Hasil dari fermentasi pepton
7
menyebabkan pelepasan amonia (NH3) yang mengakibatkan indikator pH, phenol red, berubah
Merupakan media diferensial dan media uji untuk melihat kemampuan bakteri dalam
memproduksi sulfur H2S, pembentukan indol dari hasil penguraian asam amino, dan motilitas
sel dalam agar. Hasil positif pembentukan sulfur Salmonella ditandai dengan menghitamnya
medium, dikarenakan Salmonella memproduksi H2S (Barret dan Clark, 1987) sebagai hasil dari
respirasi sulfur ketika Salmonella berada pada lingkungan dengan tingkat oksigen rendah
(University of California, 2010). Hasil uji indol ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada
permukaan media, namun Salmonella merupakan bakteri yang tidak dapat memetabolisme
tryptophan dikarenakan Salmonella tidak mempunyai enzim triptopanase, sehingga indol tidak
akan terbentuk pada uji indol (Nikaido dkk., 2012). Uji motilitas ditandai dengan melebarnya
zona difusi pertumbuhan dari garis inokulasi menunjukkan bahwa Salmonella merupakan bakteri
yang motil, terkecuali untuk S. pullorum dan S. gallinarum yang bukan merupakan spesies
Merupakan uji untuk melihat kemampuan bakteri dalam memproduksi enzim katalase,
yakni dengan cara menetesi larutan hidrogen peroksida pada object glass, kemudian larutan
tersebut di-inokulasi bakteri Salmonella dan di-homogenkan dengan ose. Jika terdapat
gelembung atau gas dari larutan maka interpretasi menunjukkan bakteri positif memproduksi
enzim katalase. Salmonella sendiri merupakan bakteri yang positif terhadap uji katalase (Poojari
dkk., 2022). Fungsi dari katalase yakni untuk menguraikan hidrogen peroksida (by-product dari
metabolisme sel bakteri) yang dapat merusak organel-organel sel jika tidak diuraikan.
8
2.1.6. Uji Simmons Citrate Agar (SCA)
Uji SCA merupakan uji untuk membedakan antara famili Enterobacteriaceae dan
kelompok Aerogenes berdasarkan pemanfaatan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energi (Himedia, 2019). Hasil positif uji Simmons Citrate ditunjukkan dengan perubahan media
menjadi warna biru karena adanya indikator pH bromthymol blue. Menurut pernyataan Himedia
(2019) bahwa Salmonella akan menunjukkan reaksi positif pada uji Simmons Citrate Agar.
Uji serologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi Salmonella sp. salah satunya
adalah uji aglutinasi. Pengujian aglutinasi mencampurkan serum dengan antigen pada cawan
mikropipet, selanjutnya diaduk menggunakan Ose sehingga serum dan antigen Salmonella
pullorum tercampur secara merata kemudian di diamkan selama 2 menit (Nugroho, 2021).
Gambar 1. Uji Aglutinasi S. Pullorum. K, Kontrol. 1-6, nomor plate. a-s, sampel (vertikal).
Sampel dalam kotak merah, sampel positif. Sampel tanpa kotak negatif. (Nugroho, 2021)
Apabila dalam waktu kurang lebih 2 menit setelah diaduk terjadi reaksi aglutinasi, maka
serum tersebut tercatat sebagai sampel positif pullorum dan apabila tidak terjadi reaksi aglutinasi
9
maka serum tersebut tercatat sebagai sampel negatif pullorum (Thaha, 2016). Pembacaan reaksi
aglutinasi terjadi ketika terdapat penggumpalan antara antigen dan serum. Reaksi timbul karena
perikatan antara antibody dengan daerah ikatan yang banyak pada antigen akan menimbulkan
kristalisasi yang menunjukkan bahwa serum tersebut mengandung antibodi terhadap antigen
spesifik dan dicatat sebagai sampel positif. Adanya antibodi di dalam serum darah terjadi akibat
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pustaka teknik-teknik diagnosa dan uji biokimia pada
Koloni bakteri Salmonella yang tumbuh pada media selektif Salmonella seperti
Salmonella Shigella Agar dan Xylose Lysine Deoxycholate Agar akan menimbulkan
mempunyai bentuk Coccobacillus atau batang pendek dan berwarna merah muda.
Uji TSIA positif terhadap Salmonella akan menimbulkan ciri, warna merah pada bagian
Uji SIM positif terhadap Salmonella akan menimbulkan ciri, terdapat warna kehitaman
pada media, tidak membentuk indol dan tidak motil (S. Pullorum dan S. Gallinarum).
Uji SCA positif terhadap Salmonella akan menimbulkan ciri, warna media akan berubah
Uji Serologi positif terhadap Salmonella akan menimbulkan ciri aglutinasi pada serum
11
DAFTAR PUSAKA
Clark, M.A. dan Barret, E.L. 1987, The phs gene and hydrogen sulfide production by Salmonella
typhimurium, J. Bacteriol, 169 (6):2391-7.
Ditjennakkeswan (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan), 2014, Manual Penyakit
Hewan Mamalia, Jakarta, Kementrian Pertanian.
Lehman, D. 2005, Triple Sugar Iron Agar Protocols, American Society for Microbiology,
Washington, United States of America
El-Zakfaly, H.T. dan Kassim E.A. 1983, Effects of Storage Temperature, Light and Time on
Stability of Triple Sugar Iron Agar and its Productivity for Escherichia coli and
Salmonella typhimurium, Folia Microbiol, 28:446-451
Erina., Sutriana, A., Darmawi., Winaruddin., Sugito. dan Nasution, F.F.A. 2019, Isolasi
Salmonella sp Pada Air Tempat Pemeliharaan Kura-Kura Ambon (Cuora amboinensis),
JIMVET, 3(2):48-54.
Nikaido, E., Giraud, E., Baucheron, Sylvie., Yamasaki, S., Wiedemann, A., Okamoto K., Takagi,
T., Yamaguchi, A., Cloeckaert, A. dan Nishino, K. 2012, Effects of indole on drug
resistance and virulence of Salmonella enterica serovar Typhimurium revealed by
genome-wide analyses, Gut Pathog, 4:5.
Nugroho, G.P., dkk. 2021, Identifikasi Salmonella pullorum pada Ayam Petelur Periode Grower
dengan Uji Aglutinasi dan Makroskopik di Peternakan Ayam Kabupaten Sidrap, Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 8(3):217-224.
Poojari, K., Akhila, D.S., Raj, M.J.R., Santosh, K.S., Kenjar, A. dan Ashwath, P. 2022,
Biocontrol of Escherichia Coli and Salmonella in poultry meat using phage cocktail, Iran
J Vet Res, 23(3):270-274.
Quinn, P.J., Markey, B.K., Leonard, F.C., FitzPatrick, E.S., Fanning, S. dan Hartigan, P.J. 2011,
Veterinary Microbiology and Microbial Disease, 2nd Edition, Wiley-Blackwell, Hoboken,
New Jersey.
Shivaprasad, H.L. 2000, Pullorum Disease and Fowl Typhoid, Revue Scientifique et Technique
de Office International des Epizooties, 19:405-424.
12
Suripto dan Alfani, C. 2022. Identification of Pathogenic Bacteria in Traditional Packaged
Donuts at Ampenan Market Using Xylose Lysine Deoxychoalate (XLD) Media, Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2).
Thaha, A.H. 2016, Gambaran klinis dan prevalensi salmonellosis pada ayam ras petelur di Desa
Tanete Kec. Maritenggae Kabupaten Sidrap, Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan,
3(1):160-168
Tripathi, N. dan Sapra, A. 2023, Gram Staining, Statpearls, Tampa, Florida, United States.
Wang, X., Wang, H., Li, T., Liu, F.,Cheng, Y., Guo,X., Wen, G., Luo, Q., Shao, H., Pan, Z. dan
Zhang, T. 2020, Characterization of Salmonella spp. isolated from chickens in Central
China, BMC Veterinary Research, 16:299.
Yeakel, S.D. 2023, 'Pullorum Disease in Poultry', MSD Veterinary Manual, Diakses pada 12 Juni
2023, https://www.msdvetmanual.com/poultry/salmonelloses/pullorum-disease-in-
poultry#:~:text=Pullorum%20disease%20is%20caused%20by,pasted%20to%20the
%20vent%20area
13