Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI ZOONOTIK

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT BAKTERIAL ZOONOTIK ( SALMONELLOSIS ,


ZOONOTIC TUBERCULLOSIS )

DISUSUN OLEH:

RAWIZAH (2005902010032)

STUDY KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR


MEULABOH

2022
KATA PENGANTAR

Pertama tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Esa atas
rahmat dan rodhonya Allah SWT , karena tanpa rahmat dan ridhonya kita tidak bisa
menyelesaikan makalah dengan baik dan selesai tepat waktu .

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mardi Fadillah , selaku dosen pengampu
mata kuliah Epedemiologi Zoonosis yang telah membimbing kami dalam matkul ini . kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman_teman kami yang selalu setia membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini .

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui ,
maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman_teman maupun dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna , sekian kami ucapkan terima kasih .

Meulaboh November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I


1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Umum
1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus
BAB II
2.1 Salmonella
1 . Pengertian Salmonella 2 . Patogenisitas 3 . Penyebab Infeksi Salmonella 4. Gejalqa
Salmonella 5. Faktor Risiko 6. Cara Mencegah Salmonella 7. Pengobatan Salmonella
2.2 Zoonotik Tuberkulosis
1 . Pengertian Zoonotik Tuberkulosis 2. Etiologi Zoonotik Tuberkulosis] 3. Patogenisitas
Zoonotik Tuberkulosis 4. Gejala Zoonotik Tuberkulosis 5. Faktor Resiko 6. Cara
Penularan Tuberkulosis
BAB III
3.1Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salmonella nontyphoidal adalah patogen bawaan makanan penting yang menyebabkan


gastroenteritis, bakteremia, dan infeksi fokal berikutnya. Bakteri kuat ini terutama bermasalah
pada berbagai individu dengan gangguan sistem imun, termasuk (tetapi tidak terbatas pada)
pasien dengan keganasan, human immunodeficiency virus, atau diabetes, dan mereka yang
menerima terapi kortikosteroid atau pengobatan dengan agen imunoterapi lainnya. Infeksi
endovaskular dan abses tulang dalam atau viseral merupakan komplikasi penting yang mungkin
sulit diobati. Tempat infeksi dan status kekebalan individu mempengaruhi pilihan pengobatan.
Pertanda resistensi Salmonella nontyphoidal terhadap fluoroquinolones dan sefalosporin
generasi ketiga telah dilaporkan baru-baru ini, dan resistensi tersebut kemungkinan akan
menjadi masalah terapeutik di masa depan. Laporan saat ini menyajikan gambaran singkat
tentang masalah dan tren yang terkait dengan salmonellosis yang menarik bagi dokter penyakit
menular.(Acheson and Hohmann, 2001)

Genus salmonella ada dua yaitu s. enterica ( salmonella thipy ) dan s.bongoroid ( salmonella
parathipy ) . Di Indonesia, insiden demam tifoid diperkirakan sekitar 300-810 kasus per
100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah kasus berkisar antara 600.000-1.500.000 pertahun.
Hal ini berhubungan dengan tingkat higienis individu, sanitasi lingkungan dan penyebaran
kuman dari karier atau penderita tifoid. Pada daerah endemis yang sanitasi dan kesehatannya
terpelihara baik, demam tifoid muncul sebagai kasus sporadic 4J0'". Berdasarkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986demam tifoidmenyebabkankematian 3% dari seluruh
kematian di Indonesia. Rata-rata kasus kematiandankomplikasi demam tifoidselalu
berubahantar wilayahendemis yangberbeda

Zoonotik tuberkulosis (Ztb) merupakan tuberkulosis yang disebabkan oleh anggota


kelompok bakteri Mycobacterium tuberculosis complex (MTBC) (Kaneene et al. 2014), dapat
menyerang hewan sebagai reservoir dan bersifat zoonosis sehingga dapat menular dan
menginfeksi manusia (OIE 2017; WHO 2017; FAO 2017). Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mengklasifikasikan zoonotik tuberkulosis sebagai salah satu diantara tujuh penyakit
zoonosis terabaikan yang berpotensi menginfeksi manusia (Ereqat et al. 2013). Data kejadian
Ztb pada manusia, pada tahun 2016 secara global diperkirakan telah terjadi sebanyak 142.000
kasus (72.700 kasus di Afrika, 46.700 kasus di Asia Tenggara, 18.000 kasus di Pasifik Barat,
7.660 kasus di Mediterania Timur, 1.160 kasus di Eropa dan 822 kasus di Amerika), dengan
12.500 kasus kematian. Jumlah tersebut terhitung sebesar 1,4% dari total kasus tuberkulosis
(TB) secara global yang mencapai 10 juta kasus (WHO 2017). (Madani et al., 2022)

Tuberkulosis ( TBC ) adalah penyakit menular bersifat menahun , merupakan salah satu
zoonosis penting , menyerang mamalia dan unggas dengan tanda-tanda khas oleh terbentuknya
tuberculosis disertai proses perkrjuan dan perkapuran pada lymphoglandula paru-paru maupun
alat tubuh lainnya . Kejadian tuberculosis pada hewan ternak diindonesia tidak begitu
menonjoldibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Kerugian akibat tuberculosis pada
hewan ternak dapat berupa penurunan produksi susu , kehilangan berat badan dan pengafkiran
bagian-bagian daging yang terserang .

1.2 Rumusan Masalah

1 . Apa yang di maksud dengan salmonella

2 . Bagaimana patogenisitas salmonella dan penyebabnya?

3 . Apa saja gejala dan fsktor resiko salmonella?

4. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan salmonella?

1.3 Tujuan

1.3.1 tujuan umum

Untuk mengetahui tentang penyakit salmonella dan zoonotic tubekulosis

1.3.2 tujuan khusus

1 . untuk mengetahui factor resiko salmonella dan zoonotic tuberculosis

2 . untuk mengetahui penyebab terjadinya salmonella dan zoonotic tuberculosis

3 .untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan salmonella dan zoonotic


tuberculosis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SALMONELLA

1. Pengertian Salmonella

Salmonella adalah genus bakteri enterobakteria Gram-negatif berbentuk tongkat yang


menyebabkan demam tifoid, demam paratipus, dan keracunan makanan. Spesiesspesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari
Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald
Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakteri ini
pada tahun 1885 pada tubuh babi .

Salmonella adalah salah satu jenis bakteri penyebab penyakit yang terkait dengan makanan.
Penyakit infeksi salmonella, atau disebut salmonellosis, membuat penderitanya mengalami
gejala sakit perut, diare, demam, nyeri dan kram di perut.

Salmonella adalah kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia. Bakteri
ini dapat hidup di saluran usus hewan yang ditularkan ke manusia melalui makanan yang
terkontaminasi kotoran hewan. Selain itu, konsumsi makanan yang kurang matang dan tidak
dicuci juga dapat meningkatkan risiko terkontaminasi. Adapun cara mengetahui apakah
makanan tersebut mengandung bakteri salmonella, sebenarnya tidak mudah. Bakteri
salmonella dalam makanan hanya dapat terdeteksi melalui uji di laboratorium.

2. Patogenisitas

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonelosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonelosis adalah diare, kram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella. Gejala lainnya adalah sakit
kepala, mual, dan muntah-muntah.
Genus Salmonella terdiri atas dua spesies, yaitu S. bongori dan S. enterica. Tiga serotipe
utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. Salmonella typhi
menyebabkan penyakit demam tifus akibat invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan atau intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typhi memiliki keunikan yaitu
hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain . Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan
karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan
mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi

3. Penyebab infeksi salmonella


Bakteri Salmonella dapat hidup di usus manusia, hewan, dan unggas. Penularannya bisa
melalui beberapa cara, antara lain:

1).Makanan yang terkontaminasi

Sebagian besar orang yang terinfeksi salmonella karena memakan makanan yang telah
terkontaminasi. Beberapa jenis makanan yang umum terinfeksi salmonella adalah sebagai
berikut:

• Daging mentah dan unggas setengah matang, termasuk ayam, burung, bebek, sapi, babi,
dan kalkun.

• Makanan laut jika dipanen dari air yang terkontaminasi.

• Telur mentah dari ayam yang terinfeksi.

• Mayones atau bahan lain buatan sendiri yang dibuat menggunakan dari telur mentah
yang terkontaminasi.

• Buah-buahan dan sayur-sayuran yang tidak dicuci.

• Susu yang tidak dipasteurisasi dan produk susu lainnya, termasuk keju lunak, es krim,
dan yogurt

• Makanan olahan seperti chicken nugget dan selai kacang

2). Penyebab lain

Selain dari makanan, ada beberapa penyebab lain yang membuat Anda mungkin
mendapatkan salmonella, diantaranya:

• Tidak menjaga kebersihan seperti jarang mencuci tangan.


• Memelihara hewan peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan reptil yang dapat
membawa bakteri.

• Konsumsi makanan mentah


• Tidak mencuci bahan makanan sebelum mengolahnya

4. Gejala salmonella

Siapapun dapat terinfeksi penyakit ini, terutama bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun.
Sebagian besar infeksi salmonella dapat diklasifikasikan sebagai gastroenteritis.

Ketika terinfeksi, Anda mungkin tidak akan langsung mengalami gejala karena masa inkubasi
berkisar dari beberapa jam hingga dua hari setelah mengonsumsi makanan tersebut. Setiap
orang juga mungkin mengalami gejala yang berbeda, tergantung kekebalan tubuh mereka.

Namun, secara umum ada sejumlah gejala salmonella, yaitu:

• Mual

• Muntah

• Diare

• Demam

• Kram perut

• Panas dingin

• Sakit kepala

• Darah di dalam tinja

Umumnya, tanda dan gejala infeksi salmonella ini akan berlangsung selama 2-7 hari.
Lalu, diare dapat berlangsung sampai 10 hari, meskipun mungkin diperlukan beberapa bulan
sebelum usus kembali normal.

5. Faktor risiko

Kemudian ada sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan terkena infeksi bakteri
salmonella, diantaranya:

• Anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun, lebih mungkin terkena
salmonella daripada orang dewasa.

• Orang dewasa yang lebih tua dan orang dengan Sistem kekebalan tubuh yang lemah,
seperti orang dengan HIV / AIDS, pasien transplantasi organ, dan orang yang
menerima pengobatan kemoterapi dan radiasi

• Riwayat perjalanan internasional di tempat dengan sanitasi yang buruk.


• Mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh

• Memiliki penyakit radang usus karena dapat merusak lapisan usus sehingga salmonella
lebih mudah bertahan.

• Memiliki penyakit peradangan usus sebelumnya, sel-sel selaput lendir pada usus yang
sudah mengalami kerusakan sebelumnya lebih rentan terinfeksi bakteri Salmonella.

• Penggunaan antasida dapat menyebabkan penurunan pH dalam lambung, sehingga


bakteri Salmonella dapat lebih mudah bertahan hidup dan menginfeksi usus.

• Penggunaan antibiotik minum tanpa indikasi yang tepat dapat menurunkan jumlah
bakteri baik dalam usus, sehingga Salmonella dengan mudah menginfeksi usus.

6. Cara mencegah salmonella

Menjaga kebersihan tubuh dan makanan adalah cara paling utama untuk mencegah
terjadinya salmonella. Pencegahan infeksi salmonella juga sangat penting dilakukan terutama
jika di dalam rumah terdapat anak atau orang tua dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa cara mencegah
salmonella, diantaranya:

• Pastikan semua unggas, daging, makanan laut, dan telur, dimasak dengan baik. Masak
makanan yang mengandung bahan-bahan ini ke suhu internal 73,8 ° C (165 ° F).

• Hindari mengkonsumsi susu mentah atau produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi.

• Hindari mengkonsumsi telur mentah atau setengah matang. Simpan telur dalam lemari
es.

• Jangan konsumsi telur yang sudah retak.

• Cuci bersih produk sebelum dikonsumsi.

• Cuci bersih semua peralatan, termasuk talenan, pisau, dan meja, setelah menangani
makanan mentah.

• Cuci tangan secara menyeluruh saat akan mengolah makanan, setelah kontak dengan
kotoran, maupun setelah memegang reptil atau burung.

7. Pengobatan salmonella

Keracunan Salmonella memerlukan waktu penyembuhan sekitar satu minggu tanpa


perlu pengobatan khusus jika penderitanya memiliki kekebalan tubuh yang baik.
Sebagai cara menyembuhkan salmonella, minumlah banyak air dan cairan lainnya untuk
menghindari dehidrasi jika mengalami diare. Namun, apabila mengalami gejala infeksi
salmonella memberat, sebaiknya segera memeriksakan diri ke Dokter Spesialis Penyakit
Dalam.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tinja, urin, dan pemeriksaan
laboratorium. Selain itu, jika gejala semakin parah, diare parah hingga muncul kotoran
berdarah, demam tinggi yang tak kunjung membaik, dan dehidrasi parah juga menandakan
Anda memerlukan obat-obatan antidiare, antibiotik, maupun perawatan medis lainnya. Infeksi
salmonella yang tidak tertangani bisa menyebabkan robeknya dinding usus dan komplikasi lain
yang lebih serius.

2.2 ZOONOTIK TUBERKULOSIS

1 . Pengertian zoonotic tuberculosis

zoonosis adalah bentuk tuberkulosis manusia yang kurang umum yang disebabkan oleh
anggota Mycobacterium tuberculosis (M. bovis) kompleks. Bentuk zoonosis terutama
ditularkan secara tidak langsung, melalui konsumsi susu yang terkontaminasi, produk susu,
atau daging yang mengandung bahan yang terinfeksi . Tuberkulosis sapi disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis var. bovis (M. bovis) merupakan penyakit infeksius,
menular dan menahun. Spesies bakteri ini merupakan bagian dari Mycobacterium tuberculosis
complex, dapat menginfeksi ternak sapi, dan lainnya, hewan liar dan manusia (zoonosis).
Biasanya zoonotic tuberculosis ini berasal dari hewan.

2. Etiologi Zoonotik Tuberkulosis

Bakteri penyebab tuberkulosis termasuk dalam satu genus Mycobacterium,secara morfologik


berbentuk batang 0,2 – 0,7 x 10,1 mikron, kadang-kadang berbentuk filamen atau menyerupai
miselium. Pada stadium awal pertumbuhan bersifat acid fast, tidak terwarnai dengan baik
dengan pewarnaan Gram, dan bersifat Gram negatif lemah. Tidak bergerak aktif (non motile),
tidak membentuk spora, bersifat aerobik atau mikro aerofilik, bersifat khemo organotrop,
pertumbuhan in vitro sangat lambat 2 – 10 minggu. Beberapa spesies memerlukan suplemen
khusus. Genus ini terdiri dari banyak spesies, baik bersifat patogenik dan saprofitik (HOLT et
al., 1994). Tuberkulosis sapi disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis var. bovis atau
sering disebut Mycobacterium bovis (M. bovis). Umumnya, bakteri ini hanya dapat hidup
beberapa minggu di luar tubuh induk semangnya, karena tidak tahan terhadap panas, sinar
matahari langsung atau kondisi kekeringan (APHIS VETERINARY SERVICES, 2002).

3. Patogenisitas Zoonotik Tuberkulosis

Dari sifat patogenitas terhadap hospes, spesies bakteri yang penting sebagai penyebab
tuberkulosis yaitu: M. tuberculosis var. bovis (tuberkulosis pada sapi atau tipe bovine), M.
tuberculosis var. human (tuberkulosis pada manusia atau tipe human) dan M. avium
(tuberkulosis tipe avian) (MERCK & CO, 2008). Induk semang (host) utama dari M. bovis
adalah sapi (Bos taurus), selain itu M. bovis juga dapat menyerang kerbau, rusa, bison, babi
dan hewan-hewan liar lainnya. M. bovis termasuk dalam kelompok Mycobacterium
tuberculosis complex (MTC) yang merupakan penyebab utama penyakit tuberkulosis pada
sejumlah spesies. Anggota MTC lainnya seperti M. tuberculosis, M. africanum dan M. microti
telah dilaporkan dapat menginfeksi hewan (ANIMAL HEALTH AUSTRALIA, 2007).

Patogen tuberkulosis dapat ditularkan ke hewan lain dan manusia melalui sekresi
pernafasan dan ekskresi. Manusia dapat tertulari M. bovis melalui saluran pencernaan,
mengkonsumsi produk ternak yang tercemar atau susu yang tidak dipasteurisasi dan juga
melalui saluran pernafasan secara aerosol. Tuberkulosis sapi pada stadium primer sulit
didiagnosis karena bersifat subklinis, sedangkan pada stadium infeksi lanjut (tahunan) dapat
muncul gejala klinis yang berupa temperatur fluktuatif, anoreksia, bobot hidup turun,
pembengkakan kelenjar limfoglandula, batuk-batukdan frekuensi pernafasan naik. Lesi
patologik anatomik ditandai dengan ciri khas terbentuknya granuloma (tuberkel) yang
melokalisir bakteri penyebab, terutama pada organ paru-paru dan limfoglandula, atau dapat
juga pada organ lain. Lesi granuloma biasanya berbentuk nodul kecil atau tuberkel berwarna
kekuningan, perkejuan-perkapuran.

4 . Gejala Zoonotik Tuberkulosis

Gejala klinis yang ditimbulkan pada sapi biasanya kronis , pada awal infeksi tidak
terlihat gejala, pada infeksi yang berlanjut gejala umumnya kurus yang progresif, demam
dengan fluktuasi rendah, lemah dan napsu makan hilang. Pada hewan yang juga dengan gejala
paru, menunjukkan gejala batuk basah dan parah di pagi hari, kondisi dingin atau pada saat
aktivitas. Yang mungkin terlihat gejala kesulitas bernafas. Pada infeksi yang berlanjut hewan
terlihat sangat kurus dan mengalami gangguan pernafsan yang akut. Pada beberapa hewan
kelenjar limfe retropharingeal membesar dan mungkin bisa pecah. Pembengkakan kelenjar
yang sangat besar akan bisa menganggu permbuluh darah, jalan nafas maupun saluran
pencernaan. Jika saluran pencernaan juga terserang bisa terlihat diare atau konstipasi yang
berselang(intermitten).

Masa inkubasi infeksi M. bovis pada sapi sangat lama dapat berbulan-bulan atau tahunan
bahkan tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas atau seringkali subklinis, apabila terjadi
gejala tidak spesifik mencirikan penyakit tersebut. Akan tetapi konfirmasi diagnosis
tuberkulosis pada sapi hidup dapat dilakukan secara serologik dan secara bakteriologik adanya
bakteri M. bovis pada sampel sekresi dan ekskresi.

5. Faktor Resiko

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi infeksi dan penularan tuberkulosis,yaitu:

• Umur hewan,
• lingkungan,
• cuaca dan
• manajemen peternakan.

Namun demikian, mekanisme masuknya bakteri ke dalam tubuh hewan sangat sulit
diketahui. Dari studi retrospektif, penelitian dari luar negeri menunjukkan bahwa infeksi dan
penularan tuberkulosis pada hewan rentan melalui saluran pernafasan

6 .Cara Penularan Zoonotik Tuberkulosis

Cara Penularan Zoonotic tuberculosis antara lain :

1 . Inhalasi
Inhalasi merupakan cara penularan penyakit Ztb yang paling utama antara manusia dan hewan
(Kemal et al. 2019). Manusia dapat terinfeksi Ztb dari ternak melalui rute inhalasi, bakteri dapat
terhirup manusia saat melakukan kontak ketika menangani hewan ataupun melalui peralatan
dan lingkungan kandang yang terkontaminasi oleh sekresi hewan terinfeksi . . Individu yang
bekerja pada bidang peternakan, kebun binatang, pemerahan susu, penjualan ternak,
kedokteran hewan, inspeksi daging, laboratorium dan bidang lainnya yang berkaitan dengan
hewan serta ternak, memiliki potensi yang lebih tinggi terpapar penyakit dari hewan seperti Ztb
(Teppawar et al. 2018).(Madani et al., 2022)

2 . Oral

l yaitu melalui konsumsi produk hewan (susu dan daging) dari hewan yang terinfeksi
Penularan Ztb dari ternak ke manusia dapat didukung oleh kebiasaan masyarakat akan
konsumsi susu segar yang tidak dipasteurisasi terlebih dahulu (raw milk) serta kebiasaan dalam
konsumsi daging yang tidak dimasak sempurna (Ghebremariam et al. 2018). Penelitian yang
dilakukan oleh Biru et al. 2014 di negara Ethiopia menunjukkan bahwa sejumlah 79% dari
respondennya diketahui memiliki kebiasaan konsumsi raw milk dan daging yang tidak dimasak
sempurna.(Madani et al., 2022)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Zoonotik tuberkulosis (Ztb) disebabkan oleh anggota kelompok bakteri Mycobacterium


tuberculosis complex (MTBC) (M. bovis, M. caprae dan M. orygis). Kejadian Ztb paling
banyak disebabkan oleh M. Bovis, yang dapat menyerang ternak sapi, domba, kambing hingga
babi. Ztb dapat ditularkan antar ternak serta dari ternak ke manusia melalui rute inhalasi dan
oral

Saran

Diharapkan kepada masyarakat untuk selalu mengolah dan mengonsumsi makanan


yang higienis dan matang dengan sempurna agar tidak menimbulksn penyakit terhadap tubuh
. Kemudian diharapkan selalu memperhatikan makanan yang dikonsumsi apakah sehat atau
telah terkontaminasi dengan zat lain .-
DAFTAR PUSTAKA

ACHESON, D. & HOHMANN, E. L. 2001. Nontyphoidal salmonellosis. Clinical Infectious


Diseases, 32, 263-269.
MADANI, H. A., CAHYADI, A. & WINDRIA, S. 2022. Potensi Transmisi Penyakit Zoonotik
Tuberkulosis dari Ternak kepada Manusia. WARTAZOA, 59.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salmonella

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/infeksi-salmonella

Anda mungkin juga menyukai