DISUSUN OLEH:
RAWIZAH (2005902010032)
2022
KATA PENGANTAR
Pertama tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Esa atas
rahmat dan rodhonya Allah SWT , karena tanpa rahmat dan ridhonya kita tidak bisa
menyelesaikan makalah dengan baik dan selesai tepat waktu .
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mardi Fadillah , selaku dosen pengampu
mata kuliah Epedemiologi Zoonosis yang telah membimbing kami dalam matkul ini . kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman_teman kami yang selalu setia membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini .
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui ,
maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman_teman maupun dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna , sekian kami ucapkan terima kasih .
Penyusun
DAFTAR ISI
Genus salmonella ada dua yaitu s. enterica ( salmonella thipy ) dan s.bongoroid ( salmonella
parathipy ) . Di Indonesia, insiden demam tifoid diperkirakan sekitar 300-810 kasus per
100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah kasus berkisar antara 600.000-1.500.000 pertahun.
Hal ini berhubungan dengan tingkat higienis individu, sanitasi lingkungan dan penyebaran
kuman dari karier atau penderita tifoid. Pada daerah endemis yang sanitasi dan kesehatannya
terpelihara baik, demam tifoid muncul sebagai kasus sporadic 4J0'". Berdasarkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986demam tifoidmenyebabkankematian 3% dari seluruh
kematian di Indonesia. Rata-rata kasus kematiandankomplikasi demam tifoidselalu
berubahantar wilayahendemis yangberbeda
Tuberkulosis ( TBC ) adalah penyakit menular bersifat menahun , merupakan salah satu
zoonosis penting , menyerang mamalia dan unggas dengan tanda-tanda khas oleh terbentuknya
tuberculosis disertai proses perkrjuan dan perkapuran pada lymphoglandula paru-paru maupun
alat tubuh lainnya . Kejadian tuberculosis pada hewan ternak diindonesia tidak begitu
menonjoldibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Kerugian akibat tuberculosis pada
hewan ternak dapat berupa penurunan produksi susu , kehilangan berat badan dan pengafkiran
bagian-bagian daging yang terserang .
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 SALMONELLA
1. Pengertian Salmonella
Salmonella adalah salah satu jenis bakteri penyebab penyakit yang terkait dengan makanan.
Penyakit infeksi salmonella, atau disebut salmonellosis, membuat penderitanya mengalami
gejala sakit perut, diare, demam, nyeri dan kram di perut.
Salmonella adalah kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia. Bakteri
ini dapat hidup di saluran usus hewan yang ditularkan ke manusia melalui makanan yang
terkontaminasi kotoran hewan. Selain itu, konsumsi makanan yang kurang matang dan tidak
dicuci juga dapat meningkatkan risiko terkontaminasi. Adapun cara mengetahui apakah
makanan tersebut mengandung bakteri salmonella, sebenarnya tidak mudah. Bakteri
salmonella dalam makanan hanya dapat terdeteksi melalui uji di laboratorium.
2. Patogenisitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonelosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonelosis adalah diare, kram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella. Gejala lainnya adalah sakit
kepala, mual, dan muntah-muntah.
Genus Salmonella terdiri atas dua spesies, yaitu S. bongori dan S. enterica. Tiga serotipe
utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. Salmonella typhi
menyebabkan penyakit demam tifus akibat invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan atau intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typhi memiliki keunikan yaitu
hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain . Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan
karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan
mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi
Sebagian besar orang yang terinfeksi salmonella karena memakan makanan yang telah
terkontaminasi. Beberapa jenis makanan yang umum terinfeksi salmonella adalah sebagai
berikut:
• Daging mentah dan unggas setengah matang, termasuk ayam, burung, bebek, sapi, babi,
dan kalkun.
• Mayones atau bahan lain buatan sendiri yang dibuat menggunakan dari telur mentah
yang terkontaminasi.
• Susu yang tidak dipasteurisasi dan produk susu lainnya, termasuk keju lunak, es krim,
dan yogurt
Selain dari makanan, ada beberapa penyebab lain yang membuat Anda mungkin
mendapatkan salmonella, diantaranya:
4. Gejala salmonella
Siapapun dapat terinfeksi penyakit ini, terutama bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun.
Sebagian besar infeksi salmonella dapat diklasifikasikan sebagai gastroenteritis.
Ketika terinfeksi, Anda mungkin tidak akan langsung mengalami gejala karena masa inkubasi
berkisar dari beberapa jam hingga dua hari setelah mengonsumsi makanan tersebut. Setiap
orang juga mungkin mengalami gejala yang berbeda, tergantung kekebalan tubuh mereka.
• Mual
• Muntah
• Diare
• Demam
• Kram perut
• Panas dingin
• Sakit kepala
Umumnya, tanda dan gejala infeksi salmonella ini akan berlangsung selama 2-7 hari.
Lalu, diare dapat berlangsung sampai 10 hari, meskipun mungkin diperlukan beberapa bulan
sebelum usus kembali normal.
5. Faktor risiko
Kemudian ada sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan terkena infeksi bakteri
salmonella, diantaranya:
• Anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun, lebih mungkin terkena
salmonella daripada orang dewasa.
• Orang dewasa yang lebih tua dan orang dengan Sistem kekebalan tubuh yang lemah,
seperti orang dengan HIV / AIDS, pasien transplantasi organ, dan orang yang
menerima pengobatan kemoterapi dan radiasi
• Memiliki penyakit radang usus karena dapat merusak lapisan usus sehingga salmonella
lebih mudah bertahan.
• Memiliki penyakit peradangan usus sebelumnya, sel-sel selaput lendir pada usus yang
sudah mengalami kerusakan sebelumnya lebih rentan terinfeksi bakteri Salmonella.
• Penggunaan antibiotik minum tanpa indikasi yang tepat dapat menurunkan jumlah
bakteri baik dalam usus, sehingga Salmonella dengan mudah menginfeksi usus.
Menjaga kebersihan tubuh dan makanan adalah cara paling utama untuk mencegah
terjadinya salmonella. Pencegahan infeksi salmonella juga sangat penting dilakukan terutama
jika di dalam rumah terdapat anak atau orang tua dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa cara mencegah
salmonella, diantaranya:
• Pastikan semua unggas, daging, makanan laut, dan telur, dimasak dengan baik. Masak
makanan yang mengandung bahan-bahan ini ke suhu internal 73,8 ° C (165 ° F).
• Hindari mengkonsumsi susu mentah atau produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi.
• Hindari mengkonsumsi telur mentah atau setengah matang. Simpan telur dalam lemari
es.
• Cuci bersih semua peralatan, termasuk talenan, pisau, dan meja, setelah menangani
makanan mentah.
• Cuci tangan secara menyeluruh saat akan mengolah makanan, setelah kontak dengan
kotoran, maupun setelah memegang reptil atau burung.
7. Pengobatan salmonella
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tinja, urin, dan pemeriksaan
laboratorium. Selain itu, jika gejala semakin parah, diare parah hingga muncul kotoran
berdarah, demam tinggi yang tak kunjung membaik, dan dehidrasi parah juga menandakan
Anda memerlukan obat-obatan antidiare, antibiotik, maupun perawatan medis lainnya. Infeksi
salmonella yang tidak tertangani bisa menyebabkan robeknya dinding usus dan komplikasi lain
yang lebih serius.
zoonosis adalah bentuk tuberkulosis manusia yang kurang umum yang disebabkan oleh
anggota Mycobacterium tuberculosis (M. bovis) kompleks. Bentuk zoonosis terutama
ditularkan secara tidak langsung, melalui konsumsi susu yang terkontaminasi, produk susu,
atau daging yang mengandung bahan yang terinfeksi . Tuberkulosis sapi disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis var. bovis (M. bovis) merupakan penyakit infeksius,
menular dan menahun. Spesies bakteri ini merupakan bagian dari Mycobacterium tuberculosis
complex, dapat menginfeksi ternak sapi, dan lainnya, hewan liar dan manusia (zoonosis).
Biasanya zoonotic tuberculosis ini berasal dari hewan.
Dari sifat patogenitas terhadap hospes, spesies bakteri yang penting sebagai penyebab
tuberkulosis yaitu: M. tuberculosis var. bovis (tuberkulosis pada sapi atau tipe bovine), M.
tuberculosis var. human (tuberkulosis pada manusia atau tipe human) dan M. avium
(tuberkulosis tipe avian) (MERCK & CO, 2008). Induk semang (host) utama dari M. bovis
adalah sapi (Bos taurus), selain itu M. bovis juga dapat menyerang kerbau, rusa, bison, babi
dan hewan-hewan liar lainnya. M. bovis termasuk dalam kelompok Mycobacterium
tuberculosis complex (MTC) yang merupakan penyebab utama penyakit tuberkulosis pada
sejumlah spesies. Anggota MTC lainnya seperti M. tuberculosis, M. africanum dan M. microti
telah dilaporkan dapat menginfeksi hewan (ANIMAL HEALTH AUSTRALIA, 2007).
Patogen tuberkulosis dapat ditularkan ke hewan lain dan manusia melalui sekresi
pernafasan dan ekskresi. Manusia dapat tertulari M. bovis melalui saluran pencernaan,
mengkonsumsi produk ternak yang tercemar atau susu yang tidak dipasteurisasi dan juga
melalui saluran pernafasan secara aerosol. Tuberkulosis sapi pada stadium primer sulit
didiagnosis karena bersifat subklinis, sedangkan pada stadium infeksi lanjut (tahunan) dapat
muncul gejala klinis yang berupa temperatur fluktuatif, anoreksia, bobot hidup turun,
pembengkakan kelenjar limfoglandula, batuk-batukdan frekuensi pernafasan naik. Lesi
patologik anatomik ditandai dengan ciri khas terbentuknya granuloma (tuberkel) yang
melokalisir bakteri penyebab, terutama pada organ paru-paru dan limfoglandula, atau dapat
juga pada organ lain. Lesi granuloma biasanya berbentuk nodul kecil atau tuberkel berwarna
kekuningan, perkejuan-perkapuran.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada sapi biasanya kronis , pada awal infeksi tidak
terlihat gejala, pada infeksi yang berlanjut gejala umumnya kurus yang progresif, demam
dengan fluktuasi rendah, lemah dan napsu makan hilang. Pada hewan yang juga dengan gejala
paru, menunjukkan gejala batuk basah dan parah di pagi hari, kondisi dingin atau pada saat
aktivitas. Yang mungkin terlihat gejala kesulitas bernafas. Pada infeksi yang berlanjut hewan
terlihat sangat kurus dan mengalami gangguan pernafsan yang akut. Pada beberapa hewan
kelenjar limfe retropharingeal membesar dan mungkin bisa pecah. Pembengkakan kelenjar
yang sangat besar akan bisa menganggu permbuluh darah, jalan nafas maupun saluran
pencernaan. Jika saluran pencernaan juga terserang bisa terlihat diare atau konstipasi yang
berselang(intermitten).
Masa inkubasi infeksi M. bovis pada sapi sangat lama dapat berbulan-bulan atau tahunan
bahkan tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas atau seringkali subklinis, apabila terjadi
gejala tidak spesifik mencirikan penyakit tersebut. Akan tetapi konfirmasi diagnosis
tuberkulosis pada sapi hidup dapat dilakukan secara serologik dan secara bakteriologik adanya
bakteri M. bovis pada sampel sekresi dan ekskresi.
5. Faktor Resiko
• Umur hewan,
• lingkungan,
• cuaca dan
• manajemen peternakan.
Namun demikian, mekanisme masuknya bakteri ke dalam tubuh hewan sangat sulit
diketahui. Dari studi retrospektif, penelitian dari luar negeri menunjukkan bahwa infeksi dan
penularan tuberkulosis pada hewan rentan melalui saluran pernafasan
1 . Inhalasi
Inhalasi merupakan cara penularan penyakit Ztb yang paling utama antara manusia dan hewan
(Kemal et al. 2019). Manusia dapat terinfeksi Ztb dari ternak melalui rute inhalasi, bakteri dapat
terhirup manusia saat melakukan kontak ketika menangani hewan ataupun melalui peralatan
dan lingkungan kandang yang terkontaminasi oleh sekresi hewan terinfeksi . . Individu yang
bekerja pada bidang peternakan, kebun binatang, pemerahan susu, penjualan ternak,
kedokteran hewan, inspeksi daging, laboratorium dan bidang lainnya yang berkaitan dengan
hewan serta ternak, memiliki potensi yang lebih tinggi terpapar penyakit dari hewan seperti Ztb
(Teppawar et al. 2018).(Madani et al., 2022)
2 . Oral
l yaitu melalui konsumsi produk hewan (susu dan daging) dari hewan yang terinfeksi
Penularan Ztb dari ternak ke manusia dapat didukung oleh kebiasaan masyarakat akan
konsumsi susu segar yang tidak dipasteurisasi terlebih dahulu (raw milk) serta kebiasaan dalam
konsumsi daging yang tidak dimasak sempurna (Ghebremariam et al. 2018). Penelitian yang
dilakukan oleh Biru et al. 2014 di negara Ethiopia menunjukkan bahwa sejumlah 79% dari
respondennya diketahui memiliki kebiasaan konsumsi raw milk dan daging yang tidak dimasak
sempurna.(Madani et al., 2022)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salmonella
https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/infeksi-salmonella