Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salmonella merupakan kuman berbentuk batang, tidak berspora, dan pada
pewarnaan gram bersifat gram negative. Mempunyai ukuran 1-3.5m x 0.50.8m. Salmonella dapat tumbuh cepat pada media yang sederhana tetapi mereka
hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Salmonella biasanya
akan memberikan sifat positif dengan mengeluarkan bau gas H 2S dan adanya
gelembung pada tabung reaksi. Dan salmonella tahan dalam air yang membeku
pada periode yang lama, dan salmonella juga tahan terhadap bahan kimia tertentu.
Salmonella merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan
penyakit yang disebut salmonellosis (demam tifus, septicemia dan gastroenteritis)
bila mengkonsumsi makanan yang tercemar Salmonella sp. Habitat alami
Salmonella sp adalah usus manusia dan hewan, sedangkan air dan makanan
termasuk susu dan produknya merupakan media perantara penyebaran Salmonella
sp (Cliver and Doyle, 1990).
Salmonella yang merupakan bakteri gram negatif, dapat menyebabkan
penyakit demam tifoid, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella
typhi atau salmonella paratyphi. Yang mempunyai tanda tanda khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai demam,
toksemia, gejala gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit. Dan penyakit
tifus (Typhus Abdominalis) adalah infeksi penyakit akut yang biasanya terdapat
pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran. Selain itu Salmonella mungkin paling dikenal sebagai
penyebab keracunan makanan bakteri.
Salmonella banyak ditemui pada makanan-makanan yang tidak dibuat atau
diproduksi secara hygienis, oleh karena itu sebaiknya kita menghindari ataupun
mengurangi makanan yang kurang hygienis.

1.2 Tujuan
1

Tujuan umum :
Mengisolasi dan mengidentifikasi salmonella dalam bahan pangan

Tujuan Khusus :
- Mampu mengetahui dan melakukan isolasi salmonella dalam bahan
-

pangan
Mampu mengetahui dan melakukan identifikasi terhadap salmonella
dalam bahan pangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Salmonella
Bakteri Salmonella ditemukan pertama kali oleh Theobald Smith pada
1885 saat meneliti penyakit pencernaan pada babi. Dengan menggunakan
mikroskop, Smith menemukan sekelompok bakteri berbentuk batang yang
menyebabkan kematian hewan ternak tersebut.
Nama Salmonella sendiri baru diberikan oleh Daniel Edward Salmon,
rekan Smith yang melakukan penelitian lebih lanjut terhadap jenis bakteri
tersebut. Salmon menyimpulkan bahwa bakteri salmonella termasuk dalam
genus bakteri enterobakteria gram-negatif, berbentuk batang, bisa bergerak
bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida, serta menjadi penyebab timbulnya
penyakit salmonellosis.
Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif, tidak berspora dan
panjangnya bervariasi. Habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia
maupun binatang, bakteri ini dikelompokkan ke dalam enterobacteriaceae
(Brooks, 2005).
Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan
sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam dan beberapa gas dari
glukosa dan manosa. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan
masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya
hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat. Senyawa ini
menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi
salmonella dari tinja.
Isolasi dari mikroorganisme Salmonella pertama sekali dilaporkan pada
tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies Bacterium thyposum.
Kemudian, pada tahun 1886 perkembangan nomenklatur semakin kompleks
karena peranan Salmon dan Smith serta sempat menjadi bahan pembicaraan
yang rumit. Bahkan dalam perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri
yang paling kompleks dibandingkan enterobacteriacea lain, oleh karena
bakteri ini memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini (Winn,
2006).
B. Klasifikasi Salmonella typhosa
- Kingdom
: Bakteria
- Phylum
: Proteobakteria

Classis
Ordo
Familia
Genus
Species

: Gamma proteobakteria
: Enterobakteriales
: Enterobakteriakceae
: Salmonella
: Salmonella thyposa

C. Salmonellosis
Bakteri Salmonella berkembang pada saluran pencernaan binatang seperti
babi, sapi, dan ayam. Bakteri tersebut kemudian menyebar melalui makanan
hingga menginfeksi manusia. Tak jauh beda dengan binatang, saat
menginfeksi manusia, Salmonella bersarang di saluran pencernaan, mulai dari
lambung hingga usus halus. Umumnya, bakteri Salmonella menimbulkan
salmonellosis berupa penyakit tifus atau paratifus.
Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella, akan menunjukkan gejala
berupa diare, kram perut, demam dan sakit kepala, mual, bahkan muntahmuntah. Suhu tubuh pun tidak stabil dan cenderung tinggi. Dari masa
inkubasi hingga munculnya gejala pertama memakan waktu antara 8-72
jam. Salmonellosis pada manusia cukup berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian. Sangat fatal jika menyerang bayi, balita, ibu hamil, dan orang
lanjut usia.

D. Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan
oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami
salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala
lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.

Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium,


dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid
fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,
yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki
keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan
tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan
mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

E. Media tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media,
salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang
dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan
xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektifdiferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa
gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.
Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat
membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara
memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan
salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat
memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena
hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni
Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya
bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan
bromtimol blue.

BAB III
ISI

3.1 Waktu dan pelaksanaan


3.1.1 Hari Pertama
Hari, tanggal : Selasa, 31 Maret 2015
Jam
: 10.00 WIB s.d selesai
Tempat: Laboratorium Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI
Padang
Pratikum
: Pembuatan media, sterilisasi alat dan bahan, dan persiapan
sampel / pra pengkayaan (preenrichment)
3.1.2

Hari Kedua
Hari, tanggal : Rabu, 01 April 2015
Jam
: 14.00 WIB s.d selesai
Tempat: Laboratorium Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI
Padang
Pratikum
: Pengkayaan (enrichment)

3.1.3

Hari Ketiga
Hari, tanggal : Kamis, 02 April 2015
Jam
: 14.00 WIB s.d selesai
Tempat: Laboratorium PVBP Poltekkes Kemenkes RI Padang
Pratikum
: Isolasi

3.1.4

Hari Keempat
Hari, tanggal : Senin, 06 April 2015
Jam
: 14.00 WIB s.d selesai
Tempat: Laboratorium PVBP Poltekkes Kemenkes RI Padang
Pratikum
: Identifikasi

3.1.5

Hari Kelima
Hari, tanggal : Selasa, 07 April 2015
Jam
: 14.00 WIB s.d selesai
Tempat: Laboratorium Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI
Padang
Pratikum
: Pembacaan hasil

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Pembuatan media, sterilisasi, dan persiapan sampel / pra pengkayaan
(preenrichment)
No

Alat

Jumlah

No

Alat

Jumla

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Testube
Erlenmeyer 250 ml
Gelas kimia 50 ml
Gelas ukur 50 ml
Spatula
Rak testube
Cawan petri
Pipet ukur 10 ml
Pipet ukur 1ml
Karet hisap

12 buah
8 buah
8 buah
1 buah
1 buah
1 buah
18 buah
3 buah
3 buah
1 buah

11
12
13
14
15
16
17
18

Incubator
Autoclave
Kompor listrik
Termometer
Botol pijit
Bunsen
Neraca analitik
Batang pengaduk

h
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

b. Pengkayaan (enrichment)
No
1
2
3

Alat

Jumla

No

Pipet ukur 1 ml
Karet hisap
Incubator

h
1 buah
1 buah
1 buah

4
5

Jumla

No

h
2 buah
1 buah

3
4

Jumla

No

h
5 buah
1 buah

3
4

Alat

Jumlah

Lampu bunsen
Rak testube

1 buah
1 buah

Alat

Jumlah

Lampu bunsen
incubator

1 buah
1 buah

Alat

Jumlah

Lampu bunsen
incubator

1 buah
1 buah

c. Isolasi
No

Alat

1
2

Ose
Rak testube

d. Identifikasi
No

Alat

1
2
3.2.2

Ose
Rak testube
Bahan
Bahan

LB
SCB
TT
HEA
BSA

Bahan

Jumlah
2,925 gram
0,69 gram
1,38 gram
6,84 gram
4,68 gram

Sampel minuman
Kapas
Kertas koran
Aquadest
LIA

Jumlah
25 ml
secukupnya
secukupnya
secukupnya
0,96 gram

XLDA

4,95 gram

TSIA

1,95 gram

3.3 Cara kerja


3.3.1 Pembuatan Media
a. Untuk membuat 225 ml LB dibutuhkan LB :
225 ml
x 13 gram=2,925 gram
1000
1) Timbang LB sebanyak 2,925 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan 225 ml
aquadest
3) Pindahkan ke dalam erlenmeyer
4) Aduk sampai homogen dan tutup dengan kapas
b. Untuk membuat 3 tabung SCB :
30 ml
x 23 gr=0,69 gr
1000
1) Timbang SCB sebanyak 0,69 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan 30 ml
aquadest
3) Pindahkan kedalam erlenmeyer dan aduk sampai homogen
4) Pipet SCB dan masukkan kedalam masing masing testube
sebanyak 10 ml
5) Tutup testube dengan kapas dan beri label.
c. Untuk membuat 3 tabung TT
30 ml
x 46 gr=1,38 gr
1000
1) Timbang TT sebanyak 1,38 gram dengan neraca analitik
6) Masukkan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan 30 ml
aquadest
7) Pindahkan kedalam erlenmeyer dan aduk sampai homogen
8) Pipet TT dan masukkan kedalam masing masing testube
sebanyak 10 ml
9) Tutup testube dengan kapas daan beri label
d. Untuk membuat 3x2 petri HEA dibutuhkan agar :
90 ml
x 76 gr =6,84 gr
1000
1) Timbang HEA sebanyak 6,84 gram dengan neraca analitik

2) Masukkan ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan 90 ml


aquadest
3) pindahkan ke dalam erlenmeyer
4) Panaskan diatas kompor listrik dan aduk sampai homogen pada
suhu 100C
5) pindahkan HEA kedalam 6 buah cawan petri dengan ketebalan
masing masing 3 mm
6) Homogenkan dengan cara cawan petri diputar searah jarum jam
7) Biarkan sampai agar membeku
e. Untuk membuat 3x2 petri BSA dibutuhkan agar :
90 ml
x 52 gr=4,68 gr
1000
1) Timbang BSA sebanyak 4,68 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan 90 ml
aquadest
3) pindahkan kedalam erlenmeyer
4) Panaskan diatas kompor listrik dan aduk sampai homogen pada
suhu 100C
5) pindahkan BSA kedalam 6 buah cawan petri dengan ketebalan
masing masing 3 mm
6) Homogenkan dengan cara cawan petri diputar searah jarum jam
7) Biarkan sampai agar membeku
8) Catatan : sehari sebelum digunakan simpan BSA agar pada suhu
kamar diruang gelap
f. Untuk membuat 3x2 petri XLDA dibutuhkan agar :
90 ml
x 55 gr =4,95 gr
1000
1) Timbang XLDA sebanyak 4,95 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan 90 ml
aquadest
3) pindahkan ke dalam erlenmeyer
4) Panaskan diatas kompor listrik dan aduk sampai homogen pada
suhu 100C
5) Pindahkan XLDA ke dalam 6 buah cawan petri dengan ketebalan
masing masing 3 mm
6) Homogenkan dengan cara putar cawan petri searah jarum jam
7) Biarkan sampai agar membeku
g. Untuk membuat 3 tabung TSIA agar miring :

30 ml
x 65 gr=1,95 gr
1000
1) Timbang TSIA sebanyak 1,95 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan 30 ml
aquadest
3) pindahkan ke dalam erlenmeyer
4) Panaskan diatas kompor listrik dan aduk sampai homogen pada
suhu 100C
5) Pipet TSIA dan masukkan

kedalam masing masing testube

sebanyak 10 ml
6) Lalu tutup dengan kapas dan miringkan testube agar terbentuk agar
miring
h. Untuk membuat 3 tabung LIA agar miring :
30 ml
x 32 gr=0,96 gr
1000
1) Timbang LIA sebanyak 0,96 gram dengan neraca analitik
2) Masukkan ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan 30 ml
aquadest
3) pindahkan ke dalam erlenmeyer
4) Panaskan diatas kompor listrik dan aduk sampai homogen pada
suhu 100C
5) Pipet LIA dan masukkan

ke dalam masing masing testube

sebanyak 10 ml
6) tutup dengan kapas dan miringkan testube agar terbentuk agar
miring
3.3.2

Sterilisasi
1) Bungkus cawan petri yang sudah terisi agar(HEA, BSA, dan XLDA)
dan pipet ukur dengan menggunakan kertas koran
2) Masukkan pipet ukur, media LB, SCB, TT, LIA, dan TSIA ke dalam
autoclave
3) sterilisasi sampai suhu 121C (249,8F) selama 15 menit.
4) Setelah selesai matikan autoclave dan keluarkan peralatan dari
autoclave.

3.3.3

Persiapan sampel / Pra pengkayaan (preenrichment)


1) Pipet sampel(susu murni) sebanyak 25ml menggunakan pipet ukur
2) Masukkan sampel kedalam erlenmeyer yang berisi LB
3) Flambir mulut Erlenmeyer menggunakan Bunsen dan tutup dengan
kapas
10

4) Inkubasi pada suhu 35C selama 24 2 jam di inkubator


3.3.4

Pengkayaan (enrichment)
1) Ambil masing masing 1 ml LB yang telah di inkubasi dengan
2)
3)
4)
5)

menggunakan pipet ukur 1ml


Kemudian pindahkan ke dalam masing-masing media SCB dan TT
Lalu homogenkan
Flambir mulut testube dan tutup dengan kapas
Inkubasi selama 24 2 jam pada suhu 42 0,2C bila diduga
kandungan salmonellanya banyak atau pada 35C jika diduga
salmonellanya rendah.

3.3.5

Isolasi
1) Apabila ada pertumbuhan, ambil 1 ose dari TT dan SCB
2) Pertumbuhan yang positif ditandai dengan kekeruhan pada TT dan
SCB
3) Pijarkan ose sampai memerah dengan lampu bunsen
4) Dinginkan ose di dinding testube TT dan SCB, lalu aduk sebanyak 3
kali kemudian flambir mulut testube dan tutup kembali dengan kapas
5) Goreskan ose dari TT dan SCB dengan cara zig zag pada media agar
HEA, BSA, dan XLDA yang bagian bawah petri di bagi menjadi 4
kuadran
6) Flambir bagian tutup petri dari HEA, BSA, dan XLDA
7) inkubasi media agar HEA, BSA, dan XLDA pada suhu 35C selama
24 2 jam

3.3.6

Identifikasi
1) Ambil koloni tipikal (+) jika ada, atau koloni atipikal (jika tidak
ditemukan koloni tipikal)
- Koloni tipikal pada HEA ditandai dengan berwarna biru kehijauan
sampai biru dengan atau tanpa warna hitam ditengahnya, atau
membentuk

koloni

besar,

glossy

(metalik)

warna

hitam

ditengahnya, atau seluruhnya berwarna hitam


Koloni tipikal pada BSA ditandai dengan berwarna coklat atau abu

abu atau hitam, kadang kadang metalik


Pada XLDA dtandai dengan berwarna pink dengan atau tanpa

warna hitam ditengahnya


2) Panaskan ose sampai memerah dengan lampu bunsen kemudian
dinginkan ose dengan cara menusukkan ke pinggir media
3) Ambil koloni bakteri dengan menggunakan ose

11

4) Pindahkan 1 ose ke dalam agar miring LIA dengan cara ditusuk


sampai kedasar testube dan TSIA dengan cara digoreskan pada bagian
agar miring dan tusuk sampai kedasar testube
5) Inkubasi pada suhu 35C selama 24 2 jam, tabung jangan ditutup
untuk menjaga kondisi aerobic selama pengeraman
3.3.7

Pembacaan Hasil
1) Keluarkan agar miring LIA dan TSIA dari inkubator
2) Amati agar miring LIA dan TSIA yang diduga mengandung
salmonella, dengan ciri ciri :
- Pada agar miring LIA yang diduga mengandung salmonella
-

ditandai dengan menghasilkan gas.


Pada agar miring TSIA yang diduga mengandung salmonella
menghasilkan reaksi alkali (merah) pada permukaan agar miring
dan asam (kuning) pada dasar agar, dengan atau tanpa produksi
H2S (hitam) pada TSIA, dan juga didapatkan gas pada masingmasing media dengan ditandai terangkatnya agar hingga mencapai
permukaan testube.

Tabel dari pembacaan hasil :


Media
LIA
TSIA

Hasil
Positif (+)

Negatif (-)

Keterangan
Terdapatnya gas
Pada permukaan
agar : reaksi alkali
(merah),
Pada dasar agar :
reaksi
asam(kuning)
Terdapatnya gas

12

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Dari hasil pratikum Penyahatan Makanan dan Minuman mengenai
Analisis Salmonella dalam Panganyang dilaksanakan pada Selasa / 31 Maret
2015 s.d Selasa / 07 April 2015 di laboratorium Kampus Poltekkes Kemenkes
RI Padang, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Uji Preenrichment (LB : 35C : 24 2 jam)
Terjadi kekeruhan, kekeruhan menandakan pertumbuhan
2. Enrichment (SCB dan TT : 35C : 24 2 jam)
Terjadi kekeruhan pada SCB dan TT. Kekeruhan menandakan
pertumbuhan
3. Isolasi (HEA, BSA, XLDA : 35C : 24 2 jam)
Pada HEA (+3) koloni yang didapatkan tipikal

13

Pada XLDA (+4) koloni yang didapatkan tipikal :

Pada BSA (+6) koloni yang didapatkan tipikal.

14

4. Identifikasi (TSIA & LIA : 35C : 24 2 jam) :


Presumtif salmonella ditandai dengan reaksi tipikal pada TSIA

Presumtif salmonella ditandai dengan reaksi tipikal pada


LIA

4.2 Pembahasan
Pada tahap pra pengkayaan (preenrichment) pertumbuhan (+) ditandai
denga kekeruhan pada media LB.
Pada tahap pengkayaan (enrichment) pertumbuhan (+) ditandai dengan
kekeruhan pada media TT dan SCB.
Pada tahap isolasi koloni tipikal pada HEA ditandai dengan berwarna biru
kehijauan sampai biru dengan atau tanpa warna hitam ditengahnya, atau
membentuk koloni besar, glossy (metalik) warna hitam ditengahnya, atau
seluruhnya berwarna hitam, tetapi pada saat pengamatan media HEA tidak

15

ditemukan seperti ciri ciri yang di atas sehingga dapat disimpulkan media
HEA merupakan atipikal.
Koloni tipikal pada BSA ditandai dengan berwarna coklat atau abu abu
atau hitam, kadang kadang metalik. Medium disekeliling koloni mula
mula berwarna coklat lau berubah menjadi hitam dengan bertambahnya
waktu. Setelah 24 jam dan jika belum ada koloni tipikal maka inkubasi dapat
dilanjutkan 24 jam lagi. Pada saat pengamatan media BSA ditemukan kolini
tipikal sesuai dengan ciri ciri di atas.
Pada XLDA dtandai dengan berwarna pink dengan atau tanpa warna hitam
ditengahnya, tetapi pada pengamatan tidak ditemukan seperti ciri ciri di atas
sehingga dapat di simpulkan media tersebut merupakan atipikal.
Pada identifikasi ambil koloni tipikal (+) pindahkan pada agar miring LIA
dan TSIA tetapi, jika tidak ada yang (+) ambil koloni yang atipikal atau koloni
yang menandakan tidak ada pertumbuhan karena koloni yang tidak ada
menandakan pertumbuhan belum tentu terbebas dari pendugaan adanya
salmonella. Bisa saja pada saat melakukan isolasi kurang teliti dan adanya
kontaminasi dari benda lain.
Ciri spesifik salmonella umumnya akan menghasilkan reaksi alkali
(merah) pada permukaan agar miring dan asam (kuning) pada dasar agar,
dengan tanpa produksi H2S (hitam) pada TSIA. Pada LIA, salmonella
menghasilkan reaksi alkali (ungu) pada dasar agar. Jika dasar agar LIA
bereaksi asam (berwarna kuning) dianggap tidak berpotensi (-) salmonella.
Semua kultur yang menghasilkan reaksi alkali pada dasar agar LIA,
apapun reaksinya pada TSIA harus diduga salmonella dan diuji lebih lanjut.
Kultur yang menghasilkan reaksi asam pada dasar LIA tetapi memberikan
reaksi alkali pada permukaan TSIA dan asam pada dasar agar TSIA juka harus
diuji lebih lanjut untuk salmonella. Pengujian berikutnya adalah uji
biochemical.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

16

Berdasarkan hasil praktikum dapat di simpulkan sebagai berikut :


1. Sampel yang digunakan dalam analisis patogen dalam pangan adalah susu
murni.
2. Pada tahap pra pengkayaan (preenrichment) terjadi kekeruhan pada media
LB yang menandakan pertumbuhan mikroba
3. Pada tahap pengkayaan terjadi kekeruhan pada media TT dan SCB yang
menandakan pertumbuhan mikroba
4. Pada tahap isolasi media agar HEA tidak ditemukan koloni tipikal, pada
BSA ditemukan koloni tipikal ditandai dengan berwarna coklat atau abu
abu atau hitam, kadang kadang metalik, dan pada XLDA tidak
ditemukan koloni tipikal
5. Pada susu murni positif mengandung Salmonella, karena pada media agar
miring LIA, menghasilkan gas dan pada media agar miring TSIA,
permukaan agar miring menghasilkan reaksi alkali (berwarna merah),
dasar agar miring menghasilkan reaksi alkali berwarna kuning, dan banyak
menghasilkan gas. Semua kultur yang menghasilkan reaksi alkali pada
dasar agar LIA, apapun reaksinya pada TSIA harus diduga salmonella dan
diuji lebih lanjut.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
- Perlunya hygiene makanan yang baik untuk menghindari adanya
-

pencemaran Salmonella dalam makanan


Seorang pengolah makanan harus memiliki persayaratan personal

hygiene
Memperhatikan peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan
Perlunya kesadaran masyarakat terhadap makanan yang baik dan aman
untuk dikonsumsi

5.2.2

Bagi Mahasiswa
- Dalam melakukan pratikum diharapkan kehati hatian
- Diharapkan memahami teori sebelum melakukan praktek agar
-

5.2.3

memudahkan dalam pratikum


Menggunakan alat pelindungt diri pada saat praktikum

Bagi Perguruan Tinggi


- Agar menyediakan alat sesuai dengan kebutuhan
- Agar menyediakan bahan sesuai dengan kebutuhan

17

18

Anda mungkin juga menyukai