Anda di halaman 1dari 15

TIPE-TIPE BAKTERI YANG HIDUP DI AIR TAWAR

1. Salmonella typhi
Bakteri salmonella merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif serta
berbentuk batang yang memiliki flagella. Infeksi terjadi akibat kontaminasi makanan
dan minuman yang mengakibatkan bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebagian besar
penderita yang terinfeksi bakteri ini merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang
terletak pada kandung empedu, saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran
kemih. Bakteri ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti diare dan
demam tifoid (Jawetzet al.,2010).
Bakteri salmonella berada pada family Enterobacteriaceae. Klasifikasi dari
salmonella sp. dapat dibagi berdasarkan spesies, subspecies dan serotipe. Genus
salmonella terbagi kedalam 2 spesies yakni : Salmonella enteric dan Salmonella
bongori. (Lubi,P.A.H.,2015). Secara umum, organisme yang berasal dari genus
Salmonella merupakan sumber penyebab berbagai macam infeksi, mulai dari
gastroenteritis ringan sampai berat seperti demam tifoid dan bakterimia.Salmonella
adalah agen penyebab salmonelosis yaitu penyakit endemis dan menimbulkan
kerugian yang besar di Indonesia (Jawetz et al,2010).
Salmonella typhi memiliki tiga antigen utama :
a. Antigen O (antigen somatic), yaitu berada pada lapisan luar tubuh bakteri. Bagian ini
memiliki struktur kimia lipopolisakarida (endotoksin). Antigen ini tahan dengan suhu
panas dan alkohol tetapi tidak tahan dengan formaldehid (Nelwan,RHH.,2007). 2)
b. Antigen H (antigen flagela), yakni terletak pada flagela, fimbriae atau fili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan dengan panas diatas 60o C, asam serta alkohol
(Nelwan,RHH.,2007).
c. Antigen Vi adalah polimer polisakarida bersifat asam yang berada pada kapsul
(envelope) dari bakteri sebagai pelindung bagi bakteri salmonella terhadap
fagositosis(Nelwan,RHH.,2007).
Gambar 1. Posisi dari ketiga antigen pada permukaan tubuh bakteri
Salmonella typhi (Mahandaru, Raffi.2013)

Kebanyakan serotipe Salmonella tumbuh dengan kisaran suhu 5 sampai 47° C


dengan suhu optimum 35 sampai 37° C, tetapi beberapa serotipe bisa tumbuh di suhu
serendah 2 sampai 4° C atau setinggi 54° C (Gray dan FedorkaCray, 2012).
Salmonella sensitif terhadap panas dan bisa mati pada suhu 70° C atau
lebih.Salmonella tumbuh di kisaran pH 4 sampai 9 dengan optimum antara 6,5 dan
7.5. Bakteri ini membutuhkan aktivitas air yang tinggi (aw) antara 0,99 dan 0,94 (air
murni aw = 1,0) namun bisa bertahan di aw <0,2 Seperti makanan kering.
Salmonella Berukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm, besar koloni rata-rata 2-4 mm.
Salmonella mempunyai flagela peritrika yang dapat memberikan sifat motil pada
salmonella tersebut. Flagela mengandung protein yang disebut flagellin yang
memberi signal bahaya kepada sistem kekebalan tubuh. Salmonella adalah organisme
yang mudah tumbuh pada medium sederhana, namun hampir tidak pernah
memfermentasikan laktosa dan sukrosa.

2. Chaetomium sp.
Genus Chaetomium terdiri antara 80 dan 100 spesies, tergantung pada dokumen
yang dikonsultasikan: data taksonomi sangat bervariasi untuk genus ini. Chaetomium
globosum adalah spesies yang paling dikenal dan dipelajari. Beberapa yang paling
umum adalah Chaetomium atrobrunneum, Chaetomium funicola, Chaetomium
globosum, dan Chaetomium strumarium.
Chaetomium adalah spesies jamur umum dengan distribusi di mana-mana di
seluruh dunia dan tersebar luas di tanah dan bahan tanaman yang membusuk tetapi
konsentrasi spora di udara luar tidak terlalu tinggi. Di dalam ruangan, jamur ini hidup
di selulosa, dan ditemukan di kayu, kompos, lembaran batu, jerami, dan bahan
serupa. Ia juga dikenal sebagai jamur pelapuk lunak untuk kayu lunak dan kayu keras.
Chaetomium juga ditemukan di dalam ruangan pada berbagai substrat yang
mengandung selulosa, termasuk arsip dokumen, wallpaper, tekstil dan bahan
konstruksi.
Chaetomium tumbuh dengan baik antara 16 dan 25° C, dan sebagian besar
spesies tumbuh paling baik antara 25 dan 35 ° C. Beberapa spesies menjadi
termotoleran atau termofilik pada kenyataannya, mereka yang telah dilaporkan
menyebabkan penyakit manusia invasif tumbuh juga baik antara 35 dan 37°C.
Bahkan, menurut suhu pertumbuhan optimal ketika dibudidayakan pada Malt
Agar dengan ekstrak ragi 2%, seseorang dapat membedakan beberapa kelompok
Chaetomium: mesophilic (15 35 ° C), semi-mesophilic (15-37 ° C), mikrotermofilik
(15-40°C), termotoleran (15 45°C) dan termofilik (25-55°C).
Titik termal kematian spesies C. globosum adalah 55-57°C. Di sisi lain,
askospora bahkan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan: mereka dapat bertahan
hidup pada suhu 60°C selama 60 menit. Secara in vitro, pada media Sabouraud Agar,
mereka menunjukkan sedikit ketahanan panas, bertahan pada 60° C selama 60 menit,
tetapi tidak pada 70° C selama 10 menit seperti jamur mikro tanah lainnya .
Askospora mereka dapat berkecambah pada suhu dalam kisaran 4-10° C hingga 38 °
C, optimal pada 24-28° C. Globosum akan tumbuh paling baik pada pH antara 7,1
dan 10,4, tetapi juga dapat tumbuh pada pH 3,5.
Gambar 2. Chaetomium sp.

3. Legionella pneumophila
Legionella adalah nama dari bakteri yang mempunyai sifat dan cirri yaitu,
merupakan bakteri aerobik, non spora, berbentuk batang, gram negative, dan
mempunyai ukuran panjang 2 – 20 µ dengan garis tengah 0,5 – 0,7 µ. Legionella
sudah diidentifikasi mempunyai kurang lebih 39 spesies dan dapat menyebabkan
penyakit pada manusia
Legionella merupakan bakteri yang berkaitan dengan air dan tersebar luas di
lingkungan, dan mampu bertahan dalam kondisi ekstrim suhu tinggi (Yasmon et al.,
2010). Bakteri ini dapat ditemukan pada sumbersumber air alami dan juga buatan
manusia. Sumber yang berpotensi dalam kontaminasi L. pneumophila yaitu sistem
penyejuk udara seperti cooling tower dan penyejuk ruangan, kolam air hangat, kolam
renang, shower head, dan air pancuran (Hsu et al., 2006).
Identifikasi L. pneumophila dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
isolasi bakteri dengan metode kultur, identifikasi bakteri dengan uji serologi, deteksi
antigen di dalam urin, deteksi bakteri dalam jaringan ataupun cairan tubuh
menggunakan mikroskop immunofluorescent seperti Direct Immunofluorescent
Assay (DFA) dan deteksi DNA bakteri dengan Polymerase Chain Reaction/ PCR
(Stout et al., 2003).
Gambar 3. L.pneumophila (ditunjuk tanda panah)
Sumber bakteri Legionella bisa berasal dari alam atau buatan manusia. Dari alam
seperti : danau, sungai, lumpur, uap panas serta tanah. Seadngkan yang berasal dari
buatan manusia : menara pendingin, keran air panas atau dingin, tangki pemanas air,
spa, shower, sauna, whirpool, industri system pendingin, air terjun buatan dan lain –
lain. Bakteri legionella dapat bertahan dan tumbuh pada suhu 25 - 42ºC. Legionella
akan mati pada suhu 55ºC dalam 1 jam. (2,5)

4. Naegleria foleri
Naegleria fowleri adalah organisme free-living ameba yang dapat ditemukan di
seluruh duni. Naegleria fowleri dapat ditemukan di seluruh dunia dan dapat diisolasi
dari air, tumbuhan air, kolam renang air hangat, hidroterapi, limbah, dan kadang kala
pada hapusan dari saluran nafas individu yang sehat. Tipikal kasus Naegleria fowleri
terjadi pada musim panas, dimana Naegleria fowleri berproliferasi dengan cepat
seiiring dengan meningkatnya temperatur. Penderita penderita Naegleria fowleri
biasanya memiliki riwayat kontak dengan air seperti berenang di danau, sungai atau
kolam renang yang dapat terinfeksi oleh organisme ini beberapa hari sebelum
timbulnya gejala.
Naegleria fowleri dikenal dengan karakteristik yang disebut amebaflagellata,
yaitu memiliki bentuk amoeboid dan flagellata dalam siklus hidupnya. Siklus
hidupnya terdiri atas stadium trophozoit (amoeboid dan flagellata) yang motile dan
bentuk kista yang non-motile dan resisten. Trophozoit bentuk amoeboid adalah
bentuk satu-satunya yang dijumpai pada manusia. Trophozoit bentuk amoeboid
ketika bergerak berbentuk memanjang, lebih lebar pada bagian anterior, yang dapat
dengan jelas dibedakan dari bagian posterior yang menyempit, dan membentuk
sebuah pseudopodia yang lebar.
Gambar 4. Bentuk flagellata Naegleria fowleri
5. Rhizopus stolonifer
Rhizopus stolonifer umumnya dikenal sebagai jamur roti hitam. Ini adalah
anggota Zygomycota dan dianggap sebagai spesies terpenting dalam genus Rhizopus.
Ini adalah salah satu jamur yang paling umum di dunia dan memiliki distribusi global
meskipun paling sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Ini adalah agen
umum penguraian makanan yang disimpan. Seperti anggota genus Rhizopus lainnya,
R. stolonifer tumbuh dengan cepat, sebagian besar di lingkungan dalam ruangan.
Spesies ini dikenal sebagai saprotrof dan berperan penting dalam kolonisasi awal
substrat di tanah. Meskipun demikian, ia juga dapat berperilaku sebagai parasit pada
jaringan tanaman yang menyebabkan pembusukan sayuran dan buah-buahan. Seperti
spesies Rhizopus lainnya, R. stolonifer tumbuh dengan cepat dan menyebar melalui
stolon. Stolon menyediakan struktur udara untuk pertumbuhan miselium dan
menempati area yang luas. Mereka bisa memanjat secara vertikal maupun horizontal.
Sporangiofor R. stolonifer dapat mencapai panjang 2,5 mm dan diameter sekitar 20
m. Spora berbentuk berbeda tergantung pada nutrisi yang tersedia. Mereka bisa bulat
telur, poligonal atau sudut. Suhu optimal untuk pertumbuhan bervariasi antara 25 dan
30°C. Titik kematian termal, yang didefinisikan sebagai suhu terendah yang dapat
membunuh semua sel dalam sepuluh menit, adalah 60°C.Rhizopus stolonifer dapat
tumbuh di lingkungan asam dengan pH serendah 2,2. Kisaran pH dapat bervariasi
dari 2,2 hingga 9,6.
Rhizopus stolonifer dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Ini
adalah spesies heterotalik. Reproduksi seksual terjadi ketika strain kawin yang
kompatibel dipasangkan, akhirnya menimbulkan zigospora. Sporangiofor
mengandung strain tipe kawin '+' dan '-'. Meiosis tertunda sampai perkecambahan
zigospora. Gametogenia sering berbeda dalam ukuran, terlepas dari jenis kawin.
Perbedaan ukuran ini bukan karena jenis kelamin tetapi mungkin karena nutrisi.
Rhizopus stolonifer penting secara ekonomi sebagai agen pembusuk
penyimpanan pasca panen. Sementara Saccharomyces cerevisiae adalah sumber
alkohol industri yang paling penting, R. stolonifer dan spesies Rhizopus lainnya juga
menghasilkan etil alkohol yang merupakan produk fermentasi terpenting. Rhizopus
stolonifer juga digunakan secara komersial untuk memproduksi asam fumarat dan
asam laktat dengan kemurnian tinggi. Kehadiran seng mengurangi jumlah asam
fumarat yang dihasilkan oleh jamur.

Gambar 5. Struktur Rhizopus stolonifer

6. E-coli
Bakteri Escherichia coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran
pencernaan manusia maupun hewan. Escherichia coli pertama kali diisolasi oleh
Theodor Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885. Bakteri ini
berbentuk batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 μm, termasuk gram negatif, dapat
hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta
fakultatif anaerob (Fardiaz, 2009) Struktur sel Escherichia coli dikelilingi oleh
membran sel, terdiri dari sitiplasma yang mengandung nukleoprotein. Mebran sel
Escherichia coli ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagela dan pili Escherichia
coli menjulur dari permukaan sel. Tiga struktur antigen utama permukaan yang
digunakan untuk membedakan serotipe golongan Escherichia coli adalah dinding sel,
kapsul dan flagela. Dinding sel Escherichia coli berupa lipopolisakarida yang bersifat
pirogen dan menghasilkan endoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul
Escherichia coli berupa polisakarida yang dapat melindungi membran luar dari
fgositik dan sistem komplemen., diklasifikasikan sebagai antigen K.Flagela
Escherichia coli terdiri dari protein yang bersifat antigen dan dikenal sebagai antigen
H.Faktor virulensi Escherichia coli juga disebabkan oleh ontoroksin, hemolisin,
kolisin, 6 sidorophor, dan molekul pengikat besi (Fardiaz, 2009)
Terdapat tiga jenis Escherichia coli, yaitu : Escherichia coli enterotoksigeneik
(enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)).

Gambar 6. Struktur E-coli


7. Copepods
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu kope = dayung dan podos = kaki.
Oleh karena itu Copepod  berarti berdayung kaki. Copepoda merupakan kelompok
entomostraca (udang-udangan tingkat rendah) dengan jumlah spesies terbesar,
yaitu sekitar 8.400 spesies. Sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25% nya
sebagian ektoparasit. Kebanyakan Copepoda adalah holoplanktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera. Pada umumnya
copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu
dan beberapa milimeter.
Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya.
Copepoda memakan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui rambut-rambut
(setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang mengelilingi mulut (maxillae),
atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya
Gambar 4. Bagian tubuh Copepoda
• Planktonik, parasit, bentik.
• Ukuran sekitar 0,5 - 2 mm.
• Tergolong sebagai udang renik yang biasanya ada yang menyerang tubuh ikan bagian
insang dan luar.
• Ada yang bersifat filter feeder dan predator.
• Kebanyakan kelompok Meroplankton
• Warna umum berwarna keabu-abuan dan kecoklatan.
• Hidup di air tawar, payau dan laut.
• Hidup pada salinitas 25 sampai 35 ppt.
• Hidup pada suhu 17-30*C dan PH 8.
• Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda betina.
• Tubuh bersegmen.
• Memiliki tubuh yang pendek dan silinder.
• Reproduksi menggunakan antena untuk menempel pada betina.
• Tubuh terbagi dua bagian yaitu metasome dan urosome.
• Egg sac (betina).
Tubuh Copepoda berbentuk silindris dan pendek. Seperti halnya Branchiopoda,
Copepoda juga memiliki tubuh transparan. Warna merah, ungu, biru dan sebagainya
pada Copepoda adalah warna yang ditimbulkan oleh makanan yang dimakan
oleh Copepoda. Tubuh Copepoda terdiri dari kepala yang membulat, 6 ruas thorax,
dan 3 sampai 5 ruas abdomen. Kepala sejati mempunyai 5 pasang anggota tubuh
(antena pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua).
Gambar 8. Calanoid Copepod

8. Rotifers
Rotifera berasal dari kata rota = roda  dan fera = membawa. Kata “rotifer”
berasal dari bahasa latin artinya “roda-pembawa”, karena korona di sekitar mulut
yang bergerak menyerupai roda (meskipun organ tidak benar-benar memutar).
pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan
nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing.Dari 1.700 spesies, kebanyakan
hidup di air tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumut yang basah.
Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-
rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis
merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam
ganggang jenis Vaucheria dan Volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna cerah
seperti seperti merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.
Habitat rotifera dapat mencakup lingkungan masih air, seperti dasar danau, serta
lingkungan air yang mengalir,seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering
ditemukan pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu,di selokan hujan
dan genangan air, di tanah atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon
mati, dalam tangki limbah pabrik pengolahan, dan bahkan pada krustasea air tawar
dan larva serangga air.
Gambar 9. Struktur dan bentuk tubuh rotifer
Rotifera adalah organisme dioecious (memiliki alat kelamin baik jantan atau
betina) dan menunjukkan dimorfisme seksual (jantan dan betina memiliki bentuk
yang berbeda). Banyak spesies yang parthenogenic dan menunjukkan Haplodiploid,
metode penentuan jenis kelamin di mana telur dibuahi berkembang menjadi seorang
wanita dan telur yang tidak dibuahi berkembang menjadi laki-laki. Pada banyak
spesies dioecious, laki-laki yang berumur pendek dan kecil, dengan tidak ada sistem
pencernaan dan satu testis. Wanita bisa menghasilkan telur yang mampu dormansi,
yang melindungi telur selama kondisi lingkungan yang keras.

9. Anabana sp.
Anabaena hidup di air tawar, didalam tanah, sisa makhluk hidup, serta
bersimbiosis dengan tumbuhan Azolla pinnata. Temperatur udara yang sesuai untuk
Azolla berkisar antara 20-35°C, sedangkan keperluan pH air/lumpur  juga juga
bervariasi antara 4-7 dan bertahan pada penerimaan pencahayaan > 25 % (Lumpkin,
1987); pada pH masam 4,5-5,0 kolam nutrisi fermentative juga masih berkembang
beberapa hari namun akan ikut terdekomposisi setelah lebih dari satu minggu
(Widyasunu et al., 2011 d).
Anabaena termasuk kedalam phylum Cyanobacteria atau Cyanophyta. Berikut
adalah ciri-ciri umum dari phylum Cyanobacteria atau Cyanophyta :
a. Bersel tunggal ( Uniseluler ), ada pula yang berkoloni.
b. Memiliki pigmen klorofil (berwarna hijau), karotenoid (berwarna oranye)
serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin (berwarna biru) dan
fikoeritin (berwarna merah). Gabungan pigmen-pigmen ini membuat
warnanya hijau kebiruan.
c. Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose, kadang – kadang
berlendir.
d. Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)
e. Bersifat autotrof (dapat membuat makanan sendiri dari zat anorganik) karena
memiliki klorofil.
f. Ganggang ini merupakan disebut makhluk hidup perintis karena dapat hidup
di tempat-tempat makhluk hidup lain tidak dapat hidup.
g. Ganggang hijau biru yang berbentuk filamen dapat juga membentuk spora
berdinding tebal yang resisten terhadap panas dan pengeringan dan dapak
memfiksasi/mengikat N (nitrogen) yaitu heterokist.Selain heterokist ada juga
bagian spora yang membesar berisi cadangan makanan yang disebut akinet.
Anabaena berperan penting di dalam perairan. Berikut adalah peranan dari
Anabaena di dalam perairan :
 Anabaena sp ini dapat menambat nitrogen dengan bersimbiosis dengan paku
air, dan tumbuhan paku air ini sangat berguna bagi kesuburan tanaman,
misalnya padi di sawah, berfungsi seperti pupuk.
 Menghasilkan oksigen di dalam erairan karena dapat berfotosintesis.
 Membuat perairan tampak hijau
 Sebagai produsen bagi zooplankton, larva ikan, atau udang kecil.
 Selain mensintesa nitrogen, anabaena juga mengeluarkan vitamin B12, auxin,
dan asam askrobat yang meningkatkan pertumbuhan padi lewat perairan
sawah.
Pada Azolla pinnata  terdapat mikroba yang disebut Anabaena sp, yang memiliki
akinet berdinding tebal yang mengandung banyak cadangan makanan, terdapat
heterotista yang berfungsi mengikat oksigen. Anabaena sendiri bersifat koloni
sehingga pada mikroskop hanya nampak rantai-rantai yang berwarna hijau, pada
umumnya tidak bergerak  karena tidak memiliki bulu cambuk dan mengandung
peptidoglikan sehingga membuat dindingnya tebal. Pada Azolla pinnata Anabaena sp
bersimbiosis untuk mengikat nitrogen, untuk kelangsungan hidup pada paku sawah
ini, Anabaena  mengikat oksigen dari hasil fotosintesis.

Gambar 10. Anabana Sp.


10. Cryptosporidium
11. Cryptosporidium adalah parasit penghasil spora yang terdapat di usus
12. manusia dan hewan yang terinfeksi. Cryptosporidium spp. adalah
penyebab
13. paling umum dari Cryptosporidiosis.
14. Cryptosporidium adalah parasit penghasil spora yang terdapat di usus
15. manusia dan hewan yang terinfeksi. Cryptosporidium spp. adalah
penyebab
16. paling umum dari Cryptosporidiosis.
17. Cryptosporidium adalah parasit penghasil spora yang terdapat di usus
18. manusia dan hewan yang terinfeksi. Cryptosporidium spp. adalah
penyebab
19. paling umum dari Cryptosporidiosis.
Cryptosporidium sp. pertama kali diketahui di dalam lambung dan usus halus
tikus oleh Tyzzer (1907). Sejak itu Cryptosporidium sp. telah diidentifikasi pada
lebih dari 170 spesies binatang, termasuk ayam, kalkun, babi, kuda dan domba,
anjing, tikus liar, burung, ikan dan reptile. Dua laporan pertama mengenai infeksi
yang terjadi pada manusia yaitu pada tahun 1976, yang menyerang anak berusia 3
tahun dengan keadaan immunocompetent dan yang mengenai orang dewasa dengan
immunocompromised. Dari tahun 1976 sampai 1982, kejadian infeksi pada manusia
jarang dilaporkan.
Morfologi :
Oocyst : bulat hampir menyerupai oval berukuran 4-6 micrometer. Ketika
matang, oocyst terdiri dari 4 sporozoit yang tidak selalu terlihat, refraktil, terdiri dari
1-8 granule yang menonjol, dan dilapisi oleh 2 dinding yang tebal. (3,4,10)
Oocyst
umumnya dapat hidup lama di air, termasuk di laut, tetapi tidak dapat bertahan hidup
pada pengeringan.

Gambar 11. Siklus hidup Cryptosporidium


Keterangan :
Ookista yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit, dikeluarkan
melalui feses dari organisme yang terinfeksi dan mungkin mengalami rute yang lain
seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari Cryptosporidium
parvum dan Cryptosporidium hominis umumnya terjadi melalui kontak dengan air
yang telah terkontaminasi. Banyak wabah yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di
taman air, kolam renang umum dan pusat pelayanan umum (2). Setelah tertelan (dan
mungkin terhirup) oleh hospes (3), eksistasi terjadi (a). Empat sporozoit dikeluarkan
dari tiap ookista, menembus sel epitelial (b, c) usus dan jaringan yang lain seperti
saluran pernafasan. Sporozoit akan berkembang menjadi trophozoit. Kemudian
mengalami multiplikasi aseksual (schizogoni atau merogoni) (d, e, ) yang
menghasilkan meront tipe I. Merozoit yang dihasilkan dari meront tipe I dapat
mereinfeksi sel dan mengulang kembali siklus aseksual atau menginfeksi sel dan
berkembang menjadi meront tipe II (f). Tiap meront tipe II akan membebaskan 4
buah merozoit. Diyakini bahwa hanya merozoit tipe II inilah yang akan berkembang
mengalami multiplikasi seksual (gametogoni) menghasilkan mikrogamont (g) dan
makrogamont (h). Mikrogamet yang keluar dari mikrogamont akan membuahi
makrogamont yang matang dan menghasilkan zigot (i), yang akan berkembang
menjadi ookista berdinding tebal (j) dan ookista berdinding tipis (k). Ookista ini akan
bersporulasi (berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari
ookista berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi.

Anda mungkin juga menyukai