Anda di halaman 1dari 28

MORFOLOGI

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh
dengan

optimum

pada

suhu

37oC

dengan

waktu

pembelahan

0,47

jam. S.

aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai
karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang
memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia,meningitis, dan arthrititsSebagian besar penyakit yang disebabkan
oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus
juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2,
dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase
diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim
ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri
dan fagositosis terhambat.

B. Morfologi dan identifikasi


Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan
bakteri coccus yang lain yaitu :
1.

Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 1,5 m.

2.

Warna koloni putih susu atau agak krem

3.

Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.

4.

Bersifat fakultatif anaerobic

5.

Pada umumnya tidak memiliki kapsul

6.

Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)

7.

Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)

8.

Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik

9.

Menghasilkan katalase

10. Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %


11. Pertumbuhannya
tertentu

dapat

dihambat

dengan

cepat

oleh

bahan

kimia

bebas,

namun

habibat

seperti Hexachlorophene 3%.

12. Sebagian

besar

Alamiahnya

adalah

adalah

saprofit
pada

yang

hidup

permukaan

di

epitel

alam

golongan

primate/mamalia.

Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai
berikut:

warna

koloni

bentuk
sel

putih
koloni

bentuk

susu

atau

bulat,
bola,

agak
tepian

diameter

0,5-1,5

krem,
timbul,
um,

terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak teratur,

Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak motil,
fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 30-370C
dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan metabolisme fermentatif.
Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorangeorangean.
Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan
lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim.

Suhu

Optimum

pertumbuhan

35-37oC

Suhu

Minimum

pertumbuhan

10oC

Suhu

Maksimum

pertumbuhan

42oC

Suhu

Lethal

62oC

30-60

menit

Suhu Lethal 72oC 15 menit

A. Ciri khas organisme : staphylococcos adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1m
yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,kokus tunggal,berpasangan,tetrad dan
berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair.staphylococcus bersifat non motil dan tidak
membentuk spora.Di bawah pengaruh obat seperti penisilin,staphylococcus mengalami lisis.
Spesies mikrococcus sering kali mirip staphylococcus.mereka hidup bebas di
lingkungan dan memebentuk kumpulan yang teratur terdiri atas 4 atau 8 kokus.Koloninya
berwarna kuning,merah atau orange.
B. Biakan : Staphylococcus tumbuh dengan baikpada berbagai media bakteriologi di bawah
suasana aerobik atau mikroaerofilik.tumbuh dengan cepat pada temperatur 37C namun
pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar 20-35C.Koloni pada media
yang padat berbentuk bulat,lembu dan mengkilat.S.aureus biasanya membentuk koloni abuabu hingga kuning emas.Tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobik atau pada
media cair.berbagai macam tingkat hemolisis di hasilkan oleh S.aureus dan kadang-kadang
oleh spesies lain.
C. Karakteristik Pertumbuhan : Staphylococcusmenghasilkan katalase,yang membedakannya
dengan streptococcus.staphylococcusmemfermentasi karbohidrat menghasilkan asam laktat
dan tidak menghasilkan gas.Aktivitas proteolitik bervariasi dari 1 jalur k jalur yang
lain.Staphylococcus yang patogenik menghasilkan beberapa produk ekstra seluler.
Staphylococcus sensitif

terhadap

beberapa

obat

antimikroba.resistansinya

di

kelompokkan dalam beberapa golongan:


1.

Biasanya menghasilkan enzim beta laktamase,yang berada di bawah kontrol plasmid,dan


membuat organisme resisten terhadap beberapa penisilin.

2.

Galur S.aureus yang mempunyai tingkat kerentanan menengah terhadap vankomisin(kadar


jhambat minimum 4-8 mg/mL),telah di isolasi di jepang,AS dan beberapa negara lain dan ini
sangat mendapat perhatian dari pada klinisi.S.aureus pada umumnya di isolasi dari pasien

yang menderita infeksi kompleks yang mendapat terapi vankomisin jangka panjang.Sering
terdapat kegagalan terapi dengan vankomisin.Mekanisme resistensi berkaitan dengan
peningkatan sinteris dinding sel dan perubahan dalam dinding sel serta bukan di sebabkan
oleh gen van seperti yang di temukan pada enterococcus.Galur S.aureus dengan tingkat
kerentanan menengah terhadap vankomisin biasanya resisten terhadap nafsilin tetapi pada
umumnya rentan terhadap oxazolidinon dan terhadap quinupristin/dalfopristin.
3.

Plasmid

juga

dapat

membawa

gen

untuk

resistensi

terhadap

tetrasiklin,eritromisin,aminoglikosida dan obat-obat lainnya.hanya pada beberapa galur


staphylococcus masih peka terhadap vankomisin.
4.

Akibat sifat toleran berdampak bahwa staphylocaccus di hambat ole obat teapi tidak di
bunuh oileh obat tersebut misalnya terdapat perbedaan yang besar antara KHM(Kadar
Hambat Minimal) dan KBM(Kadar Bunuh Minimal)dari obat antimikroba.pasien dengan
endokarditis yang di sebabkan oleh S.aureus yang toleran dapat mengalami perjalanan
penyakit yang lama di bandingkan dengan pasien yang mengalami endokarditis yang di
sebabkan oleh S.aureusyang sepenuhnya rentan terhadap antimikroba.Toleransi suatu zat
dapat di hubungkan dengan kurangnya aktivitas enzi autolitik di dalam dinding sel.

D. Variasi : Biakan Staphylococcus mengandung beberapa bakteri dengan karakter yang


berbeda

dalam

sebagian

besar

populasi,misalnya

ukuran

koloni,pigmen

dan

hemolisis,kompeleksitas kerja enzim,resistansi obat dan dalam hal patogenitas.Invitro,ciri


khas inio di pengaruhi oleh kondisi-kondisi pertumbuhan:jika S.aureus yang resisrtan
terhadap nafsilin di inkubasi pada agar darah suhu 37C,1 dari 10 7 organisme menjadi resistan
terhadap nafsilin:jika di inkubasi pada suhu 30C pada agar yang mengandung NaCl 2-5% 1
dalam 103 organisme menjadi resistan terhadap nafsilin.

C. Klasifikasi staphylococcus aureus


1.

Berdasarkan morfologi
Bentuknya bulat(kokus) atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak,
tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan

kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya
cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan
yang sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri
yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60 oC
selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.

2.

Berdasarkan filogenik (garis keturunan)


Scientific Classificatin

Domain

Bacteria

Kingdom

Eubacteria

Phylum

Firmicutes

Class

Order

Family

Genus
Species

Bacillales
Staphylococcaceae

:
:

Bacilli

Staphylococcus

S. aureus

Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 m Susunannya 2-2, 4-4,


bergerombol

seperti buah

anggur

3.

Berdasarkan sifat pewarnaan


Staphylococcus aureus (S. aureus)adalah bakteri gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning, bersifat aerobfakultatif, tidak menghasilkanspora dan tidak motil, umumnya
tumbuh berpasangan maupun berkelompok,dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m.S.
aureus tumbuhdengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan0,47 jam.
S. aureusmerupakanmikroflora normalmanusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernafasan atas dan kulit.Keberadaan S. aureus
padasaluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarangmenyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketikaresistensi
inang melemah karena adanya perubahan hormon;adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakansteroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan
inang

4.

Berdasarkan aktivitas metabolisme

1.

Kebutuhan akan O2

Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di


bawah suasana aerobic atau microaerofilik.Koloni akan tumbuh dengan cepat pada
temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar
(20C-35C) koloni pada media padat akan berbentuk bulat,lembut dan mengkilat.
Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk
pigmen.pada nutrien agar setelah di inkubasi selama 24 jam kolonin berpigmen kuning
emas,ukuran 2-4mm,bulat,cembung tapi rata.pada agar darah atau media BAP sekeliling
koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar.
2.

Produksi toksin dan enzim


Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang
biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat
ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di duga toksin,meskipun
berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid
atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat dalam kromosom.
Hemolisa:Staphylococcus aureus dapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di sebut
alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa dapat
menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan cepat,hemolisa alfa di
sebabkan oleh jenis koagulase positif dan penting pada patogenesis infeksi pada manusia.
Koagulase:Staphylococcus aureusmenghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzim
yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau sitrat dengan bantuan
suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk
menghasilkan

enterase

dan

menyebabkan

aktivitas

pembekuan.Koagulase

dapat

mengendapakan fibrin pada permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureusmembentuk


koagulase positif di anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.
Katalase:Staphylococcus menghasilkan

katalase

yang

mengubah hydrogen

peroksida(H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase membedakan Staphylococcus positif


dariStreptococcus yang negatif.
D. Struktur sel

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif, tidak bergerak, tidak


berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah
anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya.
Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 m
dengan koloni berwarna kuning. S. aureus mempunyai dinding sel yang terdiri dari
peptidoglikan, asam teikoik, fibronectin binding protein, clumping factorsdan collagen
binding protein.
Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir 50% dari
berat dinding sel. Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida (asam N-asetilglukosamin
dan asam N-asetilmuramik), polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, D-Ala, D-ala) dan sebuah
jembatan pentaglisin. Melalui katalisis transpeptidase oleh Penicillin-Binding Protein (PBP),
setiap peptidoglikan akan saling berikatan dengan peptidoglikan lainnya dengan cara
merubah rantai alanin agar berikatan dengan jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya.
Proses menghasilkan suatu struktur dinding sel yang padat. Beberapa enzim juga dihasilkan
oleh S.aureus,diantaranya koagulase, clumping factor, hialuronidase dan -laktamase.
Dinding sel S. Aureus juga mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat
kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus.
Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase,
protease

dan

lipase.Staphylococcus

aureus mengandung

lysostaphin

yang

dapat

menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus
aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma, delta dan epsilon. Toksin lain ialah leukosidin,
enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan
makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit
sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang
kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.

Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o C dengan suhu
minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 9,8
dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan
adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk
pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin,
phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak
dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin,
diantaranya :

Eksotoksin-a yang sangat beracun.

Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat
menyebabkan lisis pada sel darah merah.

Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.

Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan
sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.

Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.


Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran
lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat
dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan
permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi,
S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul,
meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.

Foto dari mikroskop elektron (Scanning electron microscope) dari Staphylococcus aureus.
S.aureus sudah dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh Ogston.
Mikroorganisme ini merupakan flora yang juga ditemukan pada area perianal, inguinal, aksila
dan hidung (nares anterior). Sekitar 11-32% individu sehat mempunyai mikroorganisme ini
dan 25% ditemukan pada tenaga kesehatan rumah sakit. Persentase tersebut lebih tinggi lagi
pada pengguna obat suntik, pasien dengan masalah kulit dan pengguna infus. Individuindividu karier yang terpapar ini mempunyai makna klinis karena berresiko lebih tinggi
terjadi infeksi dibandingkan bukan karier.

Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifatantigenik. Bahan-bahan


ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan jugabersifat antigenik (Arif et al, 2000).Polisakarida
yang ditemukan pada jenis virulen disebut polisakarida A, danyang ditemukan pada jenis yang tidak patogen
disebut polisakarida B. Polisakarida Amerupakan komponen dinding sel yang dapat dipindahkan dengan
memakai asamkompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose.Bakteriofage
terutama menyerang bagian ini (Arif et al, 2000).
8Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, kedua-duanyabersama-sama membentuk
dinding sel kuman

Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :

1)

Peptidoglikan

2)

Asam teikhoik.

3)

Protein A

4)

Kapsul

5)

Enzim dan Toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus aureus

1.

Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein) adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan
yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan ikatan -1,4,
dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam amino l-alanin, dalanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam diaminopimelik (DAP)-asam amino
langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.[1][2]Peptidoglikan adalah komponen
utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku dan bertanggungjawab untuk menjaga
integritas sel serta menentukan bentuknya. [1] Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah
selubung yang menyelimuti sel yang tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang

berdampingan satu sama lain dan dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida yang terbuat
dari asam amino. [2]
Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesies bakteri, contohnyaStaphylococcus aureus,
namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada peptidoglikannya. Peptidoglikan ditemukan
baik pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif, tetapi dengan struktur yang
sedikit berbeda. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan
peptidoglikan yang lebih tebal, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai strukturlipopolisakarida yang tebal. Metode
yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh
ilmuwan Denmark,Hans Christian Gram pada tahun 1884. Terdapat lebih dari 100 jenis
peptidoglikan yang berbeda yang telah diketahui.
2.

Protein A
Letak protein A ada pada dinding sel S. aureusdan dapat mengganggu sistem imun
inang dengan mengikat antibodi immunoglobin G .

3.

Kapsul
Kapsul melindungi bakteria dengan cara mencegah fagositosis bakteri terhadap
leukosit polimorfonuklear (PMN). Mikrokapsul polisakarida pada beberapa strain
Staphylococcus aureus berperan sebagai antifagosit (Carter dan Wise, 2004). Kapsul
merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang diselubungi oleh kapsula
polisakarida. Sebelas serotype kapsular Staphylococcus aureus diidentifikasi Staphylococcus
auerus, dengan serotype 5 dan 8 yang mayoritas sebagai penyebab infeksi. Kapsul
Staphylococcus aureus berfungsi mencegah fagosit berinteraksi dengan determinan
subkapsular bakteri, sehingga tidak terjadi penelana oleh fagosit. Kapsul juga tidak mengikat
komplemen, akibatnya komplemen tidak dapat berinteraksi dengan reseptor C-3 pada
fagosit .Polisakarida pada Staphylococcus aureus biasa disebut dengan mikrokapsul karena
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, tidak seperti kapsul bakteri
pada umumnya yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Strain Staphylococcus aureus

yang diisolasi dari kasus infeksi menunjukkan peningkatan ekspresi polisakarida tetapi secara
cepat akan kehilangan kemampuan antigenesitasnya bila dikultur
4.

Enzim dan Toksin-toksin


Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang
biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat
ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di duga toksin,meskipun
berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid
atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat dalam kromosom.
Hemolisa:Staphylococcus aureus dapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di sebut
alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa dapat
menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan cepat,hemolisa alfa di
sebabkan oleh jenis koagulase positif dan penting pada patogenesis infeksi pada manusia.
Koagulase:Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzim
yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau sitrat dengan bantuan
suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk
menghasilkan

enterase

dan

menyebabkan

aktivitas

pembekuan.Koagulase

dapat

mengendapakan fibrin pada permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureus membentuk


koagulase positif di anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.
Katalase:Staphylococcus menghasilkan

katalase

yang

mengubah hydrogen

peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase membedakan Staphylococcuspositif


dari Streptococcus yang negatif.
E.

Daur Hidup

ket :

MRSA : Methicillin-resistant Staphylococcus aureus


PVL

: Panton-Valentine Leukocidin

PMN

: Polymorphonuclear

leukocytes,

or

granulocyte;

Polymorphonuclear

neutrophil
MRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya mengandung
PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.
Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL menempel
pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2 kejadian, yaitu : jika kandungan PVL
kecil, sel tersebut akan mengalami apositosis ; sedangkan bila kandungan PVL besar, sel akan
mengalami sitolisis. Jika mengalami sitolisis, mediator inflamasi atau ROS dirilis untuk
membuat PVL menjadi lisis yang mengarah ke jaringan nekrosis

F.

Epidemiologi
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit dengan produksi toksin preformed
maupun oleh menginfeksi baik jaringan lokal dan sirkulasi sistemik. Penularan penyakit
dapat terjadi pada bagian-bagian di bawah ini.

Gastrointestinal: Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi akut keracunan


makanan melalui preformed enterotoxins. Bahan makanan mungkin terinfeksi oleh
bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat pada produk daging, unggas, produk telur, salad

seperti telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni, krim pengisi roti, kue pai, kue sus coklat,
dan produk susu.

Infeksi kulit dan rambut: Staphylococcus aureusumumnya hidup berkoloni pada


permukaan kulit nasofaring, dan perineum. Infeksi di permukaan ini dapat terjadi terutama
bila penghalang kulit mengalami gangguan fungsi atau kerusakan.

Infeksi

sistemik: Staphylococcus

aureus

pada

umumnya

menyebabkan

infeksi

endokarditis pada penderita osteomyelitis, penderita infeksi sinus, dan penderita epiglotitis
(biasanya anak-anak).

Infeksi nosokomial: resisten methicillin Staphylococcus staphylococcal (MRSA) adalah


strain bakteri yang umumnya terlibat dalam infeksi nosokomial . Faktor risiko untuk
kolonisasi MRSA atau infeksi yang terjadi di rumah sakit antara lain sebelum paparan
antibiotik, saat masuk ke unit perawatan intensif, insisi bedah, maupun paparan pasien yang
terinfeksi.

G. Patogenesis
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :

1)

Jerawat

2)
3)
4)
5) Infeksi kulit

Periapikal
Infeksi

Abces

saluran
Infeksi

kemih
ginjal

(primer)
(sekunder)

Kemampuan patogenik dari galur Staphylococcus aureus adalah pengaruh


gabungan antara faktor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat daya sebar invasif. Pada
satu sisi semata-mata diakibatkan oleh ingesti enterotoksin dan pada sisi lain adalah
bakteremia dan penyebaran abses pada berbagai organ. Peranan sebagai bahan ekstraseluler
pada patogenesis berasal dari sifat masing-masing bahan tersebut.
Staphylococcus aureus yang patogenik dan hanya bersifat invasif menghasilkan koagulase
dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi hemolitik.Staphylococcus
aureus yang

nonpatogenik

dan

tidak

bersifat

invasif

seperti Staphylococcus

epidermidis adalah koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. Organisme semacam itu
jarang menyebabkan supurasi tetapi dapat menginfeksi proteosa di bidang ortopedi atau
kardiovaskular atau menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya
tahan tubuh (Jawetz, dkk, 2005 : 322).
Staphylococcus aureus ini terbawa di hidung, tenggorokan, aksila, sela jari kaki, dan
perineum pada 30-50% orang sehat tanpa menyebabkan infeksi klinis. Pembawa asimtomatik
ini penting secara klinis karena bakteri dapat dipindahkan ke bagian tubuh yang rentan
(misalnya dari hidung ke luka) atau dari individu asimtomatik sehat ke seseorang yang
kurang sehat yang akan menderita infeksi klinis (Gould, 2003 : 152)
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et
al., 1994; Warsa, 1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan
infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula

terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat
menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah,
sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi
paru-paru
Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau
infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis
setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial Keracunan makanan
dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus. Waktu onset dari gejala keracunan
biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang
termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan.
Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa
disertai
demam .
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureustimbul secara tiba-tiba dengan gejala
demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal
pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda
yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan pria dengan luka yang terinfeksi
stafilokokus. S. aureus dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya,
tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah

1. Faktor Virulensi S. aureus


S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam
jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan
sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin, contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses

fagositosis.

Tes

adanya

aktivtias

katalase

menjadi

pembeda

egnus Staphylococcus dariStreptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al.,1995).


2. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya faktor
koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut. Esterase yang dihaslki
an dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada
permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis.
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar koloni
bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta
hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada medium agar darah. Toksin ini dapat
menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang
terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel
darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan
sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah
domba
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi perannya
dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen tidak dapat
mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis
5. Toksin eksfoliatif
Toksin

ini

mempunyai

aktivitas

proteolitik

dan

dapat

melarutkan

matriks

mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial pada ikatan


sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab Staphylococcal Scalded
Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit
6. Toksin Sindrom Syok Toksik
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok

toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan demam,
syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam
usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan

makanan, terutama

pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein.

2. Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi S. aureusdilakukan melalui pemberian antibiotik, yang
disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses maupun nekrotomi.
Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul) yang
berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau
intravena, seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan
rifampisin. Sebagian besar galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotic
tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol,
amoksilin, dan tetrasiklin

3.

Tempat berkembang biak bakteri Staphylococcus aureus


Adapun tempat berkembang biaknya bakteri staphylococcus yaitu pada rongga
mulut,hidung dan saluran kemih.

4.

Patologi Staphylococcus aureus


Kelompok Staphylococcus aureus yang menetap di folikel rambut menyebabkan nekrosis
jaringan (faktor dermonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin di sekitar
lesi dan di dalam limfatik membentuk dinding yang menghambat proses penyebaran dan
diperkuat lagi oleh akumulasi sel inflamasi dan kemudian jaringan fibrosa. Di dalam pusat
lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis jaringan (dipacu oleh hipersensitivitas tipe lambat) pada

bagian abses yang lemah. Drainase cairan pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian
secara kavitas oleh jaringan dan akhirnya terjadilah penyembuhan.
Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus manapun,
organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke bagian lain dalam
tubuh. Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhan Staphylococcus aureus khas adalah di
pembuluh darah tepi dari metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan
supurasi

kronik.Staphylococcus

aureus dapat

menyebabkan

pneumonia,

meningitis,

empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ. Stafilokokus yang
mempunyai kemampuan invasi yang rendah, terlibat dalam banyak infeksi kulit (misalnya
akne, pioderma atau impetigo).
Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi invasif
yang nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh toksin eksfoliatif.
Sindroma syok toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok toksik
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan abnormal
seperti infeksi folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka,
meningitis, pneumonia .
H. Analisa Laboratorium
A. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan di swab pada luka bernanah,
dimasukkan ke media Nutrient Broth, lidi dipatahkan untuk menghindari kontaminasi serta
dihomogenkan. Sampel dimasukkan ke dalam termos, dibawa menuju Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan. Lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan
ada tidaknya bakteri, kemudian inkubasi pada inkubator dengan suhu 37 oC selama 18 24
jam.
B.Metode yang dilakukan:
1. Pewarnaan Sederhana
Dibuat sediaan, fiksasi di atas api.
Warnai dengan Methilen Blue selama 1 2 menit.

Buang sisa zat warna menggunakan air mengalir.


Objek glass dikeringkan dengan cara diangin anginkan.
Amati dibawah mikroskop.
2.

Penanaman pada Media Nutrient Agar


Media ini berfungsi untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk mendapatkan
koloni yang terpisah dari biakan koloni.

Ambil 1 ose steril sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 370C selama 18 24 jam.
Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
3.

Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi dua
kelompok yaitu Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai
berikut:

Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang terpisah dari
Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada NaCl di atas objek glass.
Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit, bilas dengan
air mengalir.
Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang, cuci dengan
air mengalir.
Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga dibawah
mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna kristal violet akan
larut oleh penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna kedua yaitu Safranin/fuchsin
sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna merah.

4.

Uji Katalase

Teteskan H2O2 3 % diatas objek glass.


Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient
Agar dan homogenkan dengan H2O2 3 %.
Amati hasil yang diperoleh.
5.

Penanaman pada Nutrient Agar Miring

Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari Nutrient
Agar.
Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.

6.

Uji Gula gula (Glukosa dan Manitol)

Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung durham yang
telah dibalik.
Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri terlepas dari ose.
Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada inkubator selama 18 24 jam dengan suhu 37oC.
Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasikan
glukosa dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media dan
merubah warna indikator.
7.

Penanaman pada Blood Agar

Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang sama) yang
terdapat pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18 24 jam pada suhu 37oC

8.

Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika

Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar disegarkan
kembali kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan kedalam inkubator selama 24 jam pada
suhu 370C.
Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian diswab merata
keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA beberapa jenis
cakram antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Kemudian diamati dan diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram antibiotik.

1.

HASIL PENGAMATAN

1.

Pewarnaan Sedarhana
Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang berbentuk kokus,
seperti kumpulan anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa terdapat
bakteri, seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pewarnaan Sederhana


Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dengan sekelilingnya dengan tujuan melihat
ada atau tidaknya bakteri sebelum pemeriksaan selanjutnya dilakukan. Lazimnya pewarnaan

ini menggunakan zat warna basa seperti kristal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa,
safranin atau hijau malachit.
2.

Pengamatan Pada Media Nutrient Agar


Hasil pengamatan pada media Nutrient Agar, didapatkan beberapa koloni terpisah dan
hasil pengamatan pertumbuhan koloni dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Biakan bakteri pada media Nutrient Agar


Dari hasil pengamatan koloni yang terpisah dan sifat koloni diperoleh :
Ukuran

: 2 mm

Bentuk

: Bulat

Konsistensi

: Lunak

Warna

: Putih kekreman

Permukaan

: Halus

Aspek

: mengkilat

Tepi koloni

: Rata

Elevasi

: Cembung

Sifat tembus cahaya

: Opaque

3.

Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang
merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram
positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur. Hasil
pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pewarnaan Gram pada pembesaran 1000x


Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati penampakan
morfologi bakteri lebih baik karena telah memiliki warna, mengidentifikasi organel-organel
sel bakteri yang bisa diamati, serta mempermudah proses identifikasi dan membedakan
organisme yang memiliki ciri-ciri serupa.

4.

Uji Katalase
Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Terbentuk gelembung O2 pada uji katalase


Pada Gambar 4. terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat toksik bagi
bakteri, sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk menetralisirkan
H2O2 menjadi O2 dan H2O. Terbentuklah gelembung O2 pada permukaan objek glass.
5.

Pengamatan pada Nutrient Agar Miring


Penanaman bakteri pada media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Koloni yang tumbuh pada Nutrient Agar miring


Pada Gambar 5. Terlihat bakteri dengan ciri-ciri pertumbuhan yang menyebar memenuhi
seluruh permukaan agar dan tampak seperti bergelombang.
6.

Uji Gula-gula (manitol dan glukosa)


Hasil pengamatan pada uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukkan adanya
perubahan pada manitol, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa ditandai
dengan terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi kuning. Sedangkan
glukosa negatif, tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna larutan.
7.

Pengamatan pada Blood Agar

Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient Agar
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Penanaman pada Media Blood Agar


Pada Gambar 7. Terlihat media Blood Agar jernih artinya terjadi hemolisis sel-sel darah
secara lengkap disebut juga hemolisis beta. Media Blood Agar merupakan media untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk membedakan
kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan sel darah merah. Beberapa
bakteri menghasilkan sitolisin yang dapat melarutkan sel darah merah.
8.

Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika


Hasil uji sensitivitas antibiotik dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 8. Zona hambat antibiotik


Keterangan:

1.

Zona hambat Gentamicin

2.

Zona hambat Tetraciclin

3.

Zona hambat Vancomycin

4.

Zona hambat Penicillin

5.

Zona hambat Ampicilin


Pada Gambar 8. Terlihat bahwa kelima antibiotik yang digunakan menunjukkan adanya
zona hambat. Akan tetapi pada antibiotik Gentamicin, Tetraciclin dan Vancomicin
memperlihatkan zona hambat yang lebih luas dibandingkan dengan Penicillin dan Ampicilin.
Antibiotik Penicillin dan Ampicillin mempunyai luas zona hambat 6 mm dan 4 mm, sehingga
Penicillin dan Ampicillin resisten terhadap bakteri tersebut.
DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, sifat-sifat biakan dan sifatsifat biokimia dari bakteri dapat diketahui bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram
positif (+), berbentuk kokus bergerombol, mampu memfermentasikan glukosa sehingga dapat
diindentifikasi bahwa bakteri tersebut adalahStaphylococcus aureus.

Anda mungkin juga menyukai