Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh
dengan
optimum
pada
suhu
37oC
dengan
waktu
pembelahan
0,47
jam. S.
aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran
pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai
karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang
memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia,meningitis, dan arthrititsSebagian besar penyakit yang disebabkan
oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus
juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2,
dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase
diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim
ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri
dan fagositosis terhambat.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
8.
9.
Menghasilkan katalase
dapat
dihambat
dengan
cepat
oleh
bahan
kimia
bebas,
namun
habibat
12. Sebagian
besar
Alamiahnya
adalah
adalah
saprofit
pada
yang
hidup
permukaan
di
epitel
alam
golongan
primate/mamalia.
Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai
berikut:
warna
koloni
bentuk
sel
putih
koloni
bentuk
susu
atau
bulat,
bola,
agak
tepian
diameter
0,5-1,5
krem,
timbul,
um,
terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak teratur,
Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak motil,
fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 30-370C
dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan metabolisme fermentatif.
Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorangeorangean.
Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan
lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim.
Suhu
Optimum
pertumbuhan
35-37oC
Suhu
Minimum
pertumbuhan
10oC
Suhu
Maksimum
pertumbuhan
42oC
Suhu
Lethal
62oC
30-60
menit
A. Ciri khas organisme : staphylococcos adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1m
yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,kokus tunggal,berpasangan,tetrad dan
berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair.staphylococcus bersifat non motil dan tidak
membentuk spora.Di bawah pengaruh obat seperti penisilin,staphylococcus mengalami lisis.
Spesies mikrococcus sering kali mirip staphylococcus.mereka hidup bebas di
lingkungan dan memebentuk kumpulan yang teratur terdiri atas 4 atau 8 kokus.Koloninya
berwarna kuning,merah atau orange.
B. Biakan : Staphylococcus tumbuh dengan baikpada berbagai media bakteriologi di bawah
suasana aerobik atau mikroaerofilik.tumbuh dengan cepat pada temperatur 37C namun
pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar 20-35C.Koloni pada media
yang padat berbentuk bulat,lembu dan mengkilat.S.aureus biasanya membentuk koloni abuabu hingga kuning emas.Tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobik atau pada
media cair.berbagai macam tingkat hemolisis di hasilkan oleh S.aureus dan kadang-kadang
oleh spesies lain.
C. Karakteristik Pertumbuhan : Staphylococcusmenghasilkan katalase,yang membedakannya
dengan streptococcus.staphylococcusmemfermentasi karbohidrat menghasilkan asam laktat
dan tidak menghasilkan gas.Aktivitas proteolitik bervariasi dari 1 jalur k jalur yang
lain.Staphylococcus yang patogenik menghasilkan beberapa produk ekstra seluler.
Staphylococcus sensitif
terhadap
beberapa
obat
antimikroba.resistansinya
di
2.
yang menderita infeksi kompleks yang mendapat terapi vankomisin jangka panjang.Sering
terdapat kegagalan terapi dengan vankomisin.Mekanisme resistensi berkaitan dengan
peningkatan sinteris dinding sel dan perubahan dalam dinding sel serta bukan di sebabkan
oleh gen van seperti yang di temukan pada enterococcus.Galur S.aureus dengan tingkat
kerentanan menengah terhadap vankomisin biasanya resisten terhadap nafsilin tetapi pada
umumnya rentan terhadap oxazolidinon dan terhadap quinupristin/dalfopristin.
3.
Plasmid
juga
dapat
membawa
gen
untuk
resistensi
terhadap
Akibat sifat toleran berdampak bahwa staphylocaccus di hambat ole obat teapi tidak di
bunuh oileh obat tersebut misalnya terdapat perbedaan yang besar antara KHM(Kadar
Hambat Minimal) dan KBM(Kadar Bunuh Minimal)dari obat antimikroba.pasien dengan
endokarditis yang di sebabkan oleh S.aureus yang toleran dapat mengalami perjalanan
penyakit yang lama di bandingkan dengan pasien yang mengalami endokarditis yang di
sebabkan oleh S.aureusyang sepenuhnya rentan terhadap antimikroba.Toleransi suatu zat
dapat di hubungkan dengan kurangnya aktivitas enzi autolitik di dalam dinding sel.
dalam
sebagian
besar
populasi,misalnya
ukuran
koloni,pigmen
dan
Berdasarkan morfologi
Bentuknya bulat(kokus) atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak,
tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan
kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya
cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan
yang sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri
yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60 oC
selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15 menit.
2.
Domain
Bacteria
Kingdom
Eubacteria
Phylum
Firmicutes
Class
Order
Family
Genus
Species
Bacillales
Staphylococcaceae
:
:
Bacilli
Staphylococcus
S. aureus
seperti buah
anggur
3.
4.
1.
Kebutuhan akan O2
enterase
dan
menyebabkan
aktivitas
pembekuan.Koagulase
dapat
katalase
yang
mengubah hydrogen
dan
lipase.Staphylococcus
aureus mengandung
lysostaphin
yang
dapat
menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus
aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma, delta dan epsilon. Toksin lain ialah leukosidin,
enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan
makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit
sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang
kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o C dengan suhu
minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 9,8
dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan
adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk
pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin,
phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak
dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin,
diantaranya :
Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat
menyebabkan lisis pada sel darah merah.
Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan
sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.
Foto dari mikroskop elektron (Scanning electron microscope) dari Staphylococcus aureus.
S.aureus sudah dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh Ogston.
Mikroorganisme ini merupakan flora yang juga ditemukan pada area perianal, inguinal, aksila
dan hidung (nares anterior). Sekitar 11-32% individu sehat mempunyai mikroorganisme ini
dan 25% ditemukan pada tenaga kesehatan rumah sakit. Persentase tersebut lebih tinggi lagi
pada pengguna obat suntik, pasien dengan masalah kulit dan pengguna infus. Individuindividu karier yang terpapar ini mempunyai makna klinis karena berresiko lebih tinggi
terjadi infeksi dibandingkan bukan karier.
1)
Peptidoglikan
2)
Asam teikhoik.
3)
Protein A
4)
Kapsul
5)
1.
Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein) adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan
yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan ikatan -1,4,
dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam amino l-alanin, dalanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam diaminopimelik (DAP)-asam amino
langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.[1][2]Peptidoglikan adalah komponen
utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku dan bertanggungjawab untuk menjaga
integritas sel serta menentukan bentuknya. [1] Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah
selubung yang menyelimuti sel yang tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang
berdampingan satu sama lain dan dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida yang terbuat
dari asam amino. [2]
Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesies bakteri, contohnyaStaphylococcus aureus,
namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada peptidoglikannya. Peptidoglikan ditemukan
baik pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif, tetapi dengan struktur yang
sedikit berbeda. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan
peptidoglikan yang lebih tebal, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai strukturlipopolisakarida yang tebal. Metode
yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh
ilmuwan Denmark,Hans Christian Gram pada tahun 1884. Terdapat lebih dari 100 jenis
peptidoglikan yang berbeda yang telah diketahui.
2.
Protein A
Letak protein A ada pada dinding sel S. aureusdan dapat mengganggu sistem imun
inang dengan mengikat antibodi immunoglobin G .
3.
Kapsul
Kapsul melindungi bakteria dengan cara mencegah fagositosis bakteri terhadap
leukosit polimorfonuklear (PMN). Mikrokapsul polisakarida pada beberapa strain
Staphylococcus aureus berperan sebagai antifagosit (Carter dan Wise, 2004). Kapsul
merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang diselubungi oleh kapsula
polisakarida. Sebelas serotype kapsular Staphylococcus aureus diidentifikasi Staphylococcus
auerus, dengan serotype 5 dan 8 yang mayoritas sebagai penyebab infeksi. Kapsul
Staphylococcus aureus berfungsi mencegah fagosit berinteraksi dengan determinan
subkapsular bakteri, sehingga tidak terjadi penelana oleh fagosit. Kapsul juga tidak mengikat
komplemen, akibatnya komplemen tidak dapat berinteraksi dengan reseptor C-3 pada
fagosit .Polisakarida pada Staphylococcus aureus biasa disebut dengan mikrokapsul karena
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, tidak seperti kapsul bakteri
pada umumnya yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Strain Staphylococcus aureus
yang diisolasi dari kasus infeksi menunjukkan peningkatan ekspresi polisakarida tetapi secara
cepat akan kehilangan kemampuan antigenesitasnya bila dikultur
4.
enterase
dan
menyebabkan
aktivitas
pembekuan.Koagulase
dapat
katalase
yang
mengubah hydrogen
Daur Hidup
ket :
: Panton-Valentine Leukocidin
PMN
: Polymorphonuclear
leukocytes,
or
granulocyte;
Polymorphonuclear
neutrophil
MRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya mengandung
PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.
Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL menempel
pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2 kejadian, yaitu : jika kandungan PVL
kecil, sel tersebut akan mengalami apositosis ; sedangkan bila kandungan PVL besar, sel akan
mengalami sitolisis. Jika mengalami sitolisis, mediator inflamasi atau ROS dirilis untuk
membuat PVL menjadi lisis yang mengarah ke jaringan nekrosis
F.
Epidemiologi
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit dengan produksi toksin preformed
maupun oleh menginfeksi baik jaringan lokal dan sirkulasi sistemik. Penularan penyakit
dapat terjadi pada bagian-bagian di bawah ini.
seperti telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni, krim pengisi roti, kue pai, kue sus coklat,
dan produk susu.
Infeksi
sistemik: Staphylococcus
aureus
pada
umumnya
menyebabkan
infeksi
endokarditis pada penderita osteomyelitis, penderita infeksi sinus, dan penderita epiglotitis
(biasanya anak-anak).
G. Patogenesis
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :
1)
Jerawat
2)
3)
4)
5) Infeksi kulit
Periapikal
Infeksi
Abces
saluran
Infeksi
kemih
ginjal
(primer)
(sekunder)
nonpatogenik
dan
tidak
bersifat
invasif
seperti Staphylococcus
epidermidis adalah koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. Organisme semacam itu
jarang menyebabkan supurasi tetapi dapat menginfeksi proteosa di bidang ortopedi atau
kardiovaskular atau menyebabkan penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya
tahan tubuh (Jawetz, dkk, 2005 : 322).
Staphylococcus aureus ini terbawa di hidung, tenggorokan, aksila, sela jari kaki, dan
perineum pada 30-50% orang sehat tanpa menyebabkan infeksi klinis. Pembawa asimtomatik
ini penting secara klinis karena bakteri dapat dipindahkan ke bagian tubuh yang rentan
(misalnya dari hidung ke luka) atau dari individu asimtomatik sehat ke seseorang yang
kurang sehat yang akan menderita infeksi klinis (Gould, 2003 : 152)
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et
al., 1994; Warsa, 1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan
infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula
terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat
menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah,
sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi
paru-paru
Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau
infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis
setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial Keracunan makanan
dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus. Waktu onset dari gejala keracunan
biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang
termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan.
Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa
disertai
demam .
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureustimbul secara tiba-tiba dengan gejala
demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal
pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda
yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan pria dengan luka yang terinfeksi
stafilokokus. S. aureus dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya,
tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah
fagositosis.
Tes
adanya
aktivtias
katalase
menjadi
pembeda
ini
mempunyai
aktivitas
proteolitik
dan
dapat
melarutkan
matriks
toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan demam,
syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam
usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan
makanan, terutama
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi S. aureusdilakukan melalui pemberian antibiotik, yang
disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses maupun nekrotomi.
Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul) yang
berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau
intravena, seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan
rifampisin. Sebagian besar galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotic
tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol,
amoksilin, dan tetrasiklin
3.
4.
bagian abses yang lemah. Drainase cairan pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian
secara kavitas oleh jaringan dan akhirnya terjadilah penyembuhan.
Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus manapun,
organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke bagian lain dalam
tubuh. Pada osteomielitis, fokus primer pertumbuhan Staphylococcus aureus khas adalah di
pembuluh darah tepi dari metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan
supurasi
kronik.Staphylococcus
aureus dapat
menyebabkan
pneumonia,
meningitis,
empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ. Stafilokokus yang
mempunyai kemampuan invasi yang rendah, terlibat dalam banyak infeksi kulit (misalnya
akne, pioderma atau impetigo).
Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi invasif
yang nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh toksin eksfoliatif.
Sindroma syok toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok toksik
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan abnormal
seperti infeksi folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka,
meningitis, pneumonia .
H. Analisa Laboratorium
A. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan di swab pada luka bernanah,
dimasukkan ke media Nutrient Broth, lidi dipatahkan untuk menghindari kontaminasi serta
dihomogenkan. Sampel dimasukkan ke dalam termos, dibawa menuju Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan. Lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan
ada tidaknya bakteri, kemudian inkubasi pada inkubator dengan suhu 37 oC selama 18 24
jam.
B.Metode yang dilakukan:
1. Pewarnaan Sederhana
Dibuat sediaan, fiksasi di atas api.
Warnai dengan Methilen Blue selama 1 2 menit.
Ambil 1 ose steril sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 370C selama 18 24 jam.
Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
3.
Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi dua
kelompok yaitu Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai
berikut:
Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang terpisah dari
Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada NaCl di atas objek glass.
Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit, bilas dengan
air mengalir.
Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang, cuci dengan
air mengalir.
Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga dibawah
mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna kristal violet akan
larut oleh penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna kedua yaitu Safranin/fuchsin
sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna merah.
4.
Uji Katalase
Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari Nutrient
Agar.
Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
6.
Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung durham yang
telah dibalik.
Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri terlepas dari ose.
Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada inkubator selama 18 24 jam dengan suhu 37oC.
Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasikan
glukosa dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media dan
merubah warna indikator.
7.
Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang sama) yang
terdapat pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18 24 jam pada suhu 37oC
8.
Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar disegarkan
kembali kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan kedalam inkubator selama 24 jam pada
suhu 370C.
Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian diswab merata
keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA beberapa jenis
cakram antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Kemudian diamati dan diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram antibiotik.
1.
HASIL PENGAMATAN
1.
Pewarnaan Sedarhana
Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang berbentuk kokus,
seperti kumpulan anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa terdapat
bakteri, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
ini menggunakan zat warna basa seperti kristal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa,
safranin atau hijau malachit.
2.
: 2 mm
Bentuk
: Bulat
Konsistensi
: Lunak
Warna
: Putih kekreman
Permukaan
: Halus
Aspek
: mengkilat
Tepi koloni
: Rata
Elevasi
: Cembung
: Opaque
3.
Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang
merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram
positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur. Hasil
pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 3.
4.
Uji Katalase
Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa ditandai
dengan terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi kuning. Sedangkan
glukosa negatif, tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna larutan.
7.
Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient Agar
dapat dilihat pada Gambar 7.
1.
2.
3.
4.
5.