Anda di halaman 1dari 9

Makalah Parasitologi

Giardia Lamblia

Kelompok 5 :
Intan Dara Puspita ( 04 )
Revania Mardhotillah ( 09 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana yang membahas mengenai protozoa Giardia Lamblia.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa
memberkati segala usaha kita. Amin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Parasit ini di temukan oleh Anatomi Van Ieuwenhoek (1681), sebagai mikro organisme yang
bergerak-gerak didalam tinja, dan flegellata ini pertama kali dikenal serta dibahas oleh lambl (1859),
dan diberi nama “intestinalis”. Stiles (1915) memberikan nama baru, Giardia lambia, untuk
menghormati Prof. A. Giard dari paris dan Dr. Lambl dari Prague. Giardia lamblia (identik dengan
Lamblia intestinalis dan Giardia duodenalis) adalah protozoa parasit yang membentuk koloni dan
bereproduksi di usus kecil, menyebabkan giardiasis (infeksi usus kecil). Parasit giardia ini
menambatkan dirinya ke epithelium melalui cakram berperekat diperutnya dan bereproduksi
melalui pembelahan biner. Giardiasis tidak tersebar melalui darah, dan tidak menyebar ke bagian
sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Mereka menyerap nutrisi dari lumen
(dinding dalam) usus kecil dan tidak memerlukan oksigen untuk hidupnya (anaerob).

Manusia adalah hospen alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi yang
sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang disebabkannya disebut Giardiasis, Lamblias,
dengan distribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering ditemukan di daerah beriklim panas
dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasite ini ju ga ditemukan di Indonesia. Dalam silkus
hidupnya, G. Lamblia mengalami 2 stadium, yaitu stadium trofozoit yang dapat hidup bebas di dalam
usus halus manusia dan kista stadium infektif yang keluar ke lingkungan melalui feses manusia.
Tertelannya kista dari air minum dan makanan yang terkontaminasi atau dapat juga melalui kontak
individu merupakan awal dari infeksi. Setelah melewati gaster, kista menuju usus halus. Ekskistasi
terjadi di duodenum, setelah itu multiplikasi terjadi melalui pembelahan biner dengan interval
kurang lebih 8 jam. Trofozoit menempel pada mukosa duodenum dengan menggunakan sucking
disc yang dimilikinya. Enkistasi terjadi saat trofozoit masuk ke usus besar. Stadium trofozoit dan kista
dapat ditemukan pada feses penderita giardiasis. Kedua hal tersebur dapat dijadikan alat untuk
mendiagnosis penyakit giardiasis. Di luar tubuh manusia, G. Lamblia lebih tahan dalam bentuk kista
dan dalam lingkungan lembab dapat bertahan sampai 3 bulan. Giardia lamblia adalah salah satu
protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali
olehLeuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia
intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa
flagellata ini dapat pula menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Pengertian Giardia Lamblia

Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan
manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya sendiri.
Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang
saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang kucing, anjing, burung,
sapi, berang-berang, rusa dan domba.

Penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia dinamakan giardiasis. Penyakit ini terdapat di
negara berkembang yang beriklim panas. Giardiasis lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding
dewasa. Hampir 100% anak mengalami infeksi giardia lamblia saat 2 tahun pertama kehidupannya.
Infeksi oleh parasit ini kemungkinan terjadi dalam interval yang sering sehingga sebagian orang
melihat Giardia lamblia sebagai flora normal pada individu yang tinggal di negara berkembang.

1.3 Morfologi

Dalam morfologi atau bentuk dari protozoa parasit Giardia Lamblia ini mempunyai 2 stadium
yaitu:

1. Stadium trofozoit

Ukuran 12-15 mikron; berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu monyet yang bagian
anteriornya membulat dan bagian posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung (konveks)
dan pipih di sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan
menempati setengah bagian anterior badan parasit. Ia mempunyai sepasang inti yang letaknya di
bagian anterior, bentuknya oval dengan kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di
plasma inti. Trofozoit ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas.
Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal, letaknya melintang di posterior
dari batil isap.
Gambar :Tropozoit Giardia lamblia

2. Stadium kista

Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan kuat.
Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang baru
terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub. Kista
berukuran lebih kecil daripada trofozoit yaitu panjang 8-18 μm dan lebar 7-10 μm. Letak kariosom
lebih eksentrik bila dibandingkan dengan trofozoit. Pada kista yang telah matur terdapat 4 buah
median bodies, 4 buah nuclei, dan dapat pula ditemukan longitudinal fibers.

Gambar : Kista Giardia lamblia

1.4 Daur Hidup

Siklus hidup Giardia lamblia dimulai dari penularan dimulai dari menelan parasit dalam
bentuk kista. Dinding kista yang tebal akan pecah terkena asam lambung, dan keluarlah bentuk
tropozoit Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan bergerombol dengan parasit lain di daerah
usus halus, yang kemudian mulai menimbulkan gejala gangguan saluran cerna.
Bentuk tropozoit ini mirip buah pear yang dibelah dan mempunyai sepasang cambuk
(flagella) untuk membantu bergerak dan berenang bebas di dalam lumen usus. Bentuk tropozoit ini
kontak dengan cairan empedu, mengubah campuran makanan dan enzim pencernaan, Kemudian
mulai menembus lapisan selaput lendir usus, sambil terus membelah memperbanyak diri sampai
bertahun tahun. Bentuk ada yang mati karena enzim pencernaan dan ada yang berubah menjadi
bentuk kista berdinding tebal dan keras.Yang ikut aliran cairan usus, akan ikut keluar
bersamakotoran, mencemari air sungai, air danau, air selokan, atau mata air di pegunungan. Parasit
G. lamblia mencemari air permukaan, bersama-sama, Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning
(hepatitis), Kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus, kuman Campilobacter
menyebabkan diare pada manusia yang tertular melalui konsumsi daging babi, atau susu mentah.
Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan parasit, virus dan kuman
penyebab penyakit tersebut.

Penularan dapat terjadi dari orang ke orang melalui tangan yang mengandung kista dari tinja
orang yang terinfeksi ke mulut orang lain, penularan terjadi terutama di asrama dan tempat
penitipan anak. Cara-cara penularan seperti ini adalah yang paling utama. Hubungan seksual melalui
anus juga mempermudah penularan. KLB terbatas dapat terjadi karena menelan kista dari air minum
yang terkontaminasi tinja penderita, dan tempat rekreasi air yang tercemar dan jarag sekali
penularan terjadi karena makanan yang terkontaminasi tinja. Kadar chlorine yang digunakan secara
rutin untuk pengolahan air bersih tidak dapat membunuh kista Giardia, khususnya pada saat air
dalam keadaan dingin; air kotor yang tidak disaring dan air danau yang terbuka terhadap
kontaminasi oleh tinja manusia dan hewan merupakan sumber infeksi.

1.5 Distribusi Geografis


G.lamblia adalah parasit yang tersebar di kosmopolit dan lebih sering di temukan di daerah
yang beriklim panas daripada di daerah yang beriklim dingin.parasit ini juga ditemukan di indonesia
banyak terjadi di uni soviet, meksiko, asia tenggara, dan barat amerika selatan.organisme ini tetap
parasit usus yang paling sering diidentifikasi. dari 1964-1984,G. lamblia menyebabkan sedikitnya 90
wabah yang terbawa air diare, mempengaruhi lebih dari 23.000 orang. . kelompok paling berisiko
infeksi termasuk wisatawan, anak-anak, pria homoseksual, dan individu dengan negara-negara
defisiensi imunoglobulin (diwariskan atau diperoleh)Sebuah studi oleh Yoder et al melaporkan
bahwa, meskipun giardiasis terjadi di seluruh Amerika Serikat, kejadian ini terbesar di negara bagian
utara dengan serangan puncak dari awal musim panas sampai awal fall.10 Namun, hal ini mungkin
terkait dengan perbedaan dalam sistem surveillance negara masing-masing dan mungkin tidak selalu
mencerminkan peningkatan insiden sejati dalam states.10 utara.

1.6 Patologi dan Gejala Klinis

Adanya G.limblia pada hospes dengan batil isapnya melekat pada mukosa duodenum
dan yeyenum tidak selalu menimbulkan gejala .bila timbul kelainan ,hanya berupa iritasi yang
disebabkan oleh melekstnya parasit pada mukosa dengan batil isapnya.lesi berupa vilus menjadi
pendek dan peradangan pada kripta dan lamina propria,seperti terdapat pada sindroma
malabsorbsi .tidak diketahui ;apakah kelainan mukosa oleh giardia disebabkan oleh factor mekanik
dan toksik dan factor lainya.infeksigiardia dapat menyebabkan diare,disertai steatore karena
gangguan absorbs karoten ,folat,dan vitamin B12.produksi enzim mukosa juga berkurang
penyerapan bilirubin oleh giardia menghambat aktifitas lipase pangkreatik ,kelainan fungsi usus
kecil ini disebut sindrom malaabsorbsi,yang menimbulkan gejala kembung,abdomen membesar dan
tegang ,mual,anoreksia,feses banyak dan berbau busuk dan mungkin penurunan
beratbadan .setelah pengobatan kelainan usus kecil revesibel. Gejala klinis yang disebabkan oleh
giardiasis sangat bervariasi dan dapat berbeda di antara penderitanya. Hal ini tergantung berbagai
faktor seperti jumlah kista yang tertelan, lamanya infeksi, faktor hospes dan parasitnya sendiri
(Faubert, 2000). Giardia lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai macam
mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan melalui cara fecal-oral maupun oral-anal.
Banyak sumber air seperti danau dan sungai mengandung kista protozoa ini sebagai akibat dari
kontaminasi oleh feses manusia dan hewan. Transmisi G.lamblia umum terjadi pada orang yang
memiliki risiko tinggi seperti anak-anak yang berada di tempat penitipan anak, wisatawan yg
mengunjungi beberapa area, homoseksual, dan orang yg sering berhubungan dengan hewan-hewan
tertentu. Gejala giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare dan malabsorbsi. Diagnosis
dengan ditemukannya kista dan trofozoit dalam feses. Metode immunofluorescece dan enzyme
immuoassay sudah mulai dikembangkan untuk mendeteksi G. Lamblia dalam feses. Di dalam tubuh
yang sehat, biasanya tubuh dapat membatasi infeksi secara alami. Sedangkan pada pasien yang
immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat berlangsung lama. Orang yamg
mengalami giardiasis berulang umumnya memiliki kekurangan IgA, dan dapat berkembang menjadi
penyakit kronis. Kekurangan lactase juga dapat mengembangkan suatu infeksi giardia, namun ini
biasanya tidak berlangsung lebih dari beberapa minggu dan pemulihan penuh akan terjadi
kemudian. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Giardiasis harus dianggap sebagai
penyakit kekurangan vitamin B12, ini akibat dari masalah-masalah yang disebabkannya di dalam
sistem penyerapan usus.

Giardiasis bisa muncul sebagai (1) infeksi asimptomatis; (2) diare akut; (3) diare kronik.
Selain diare, terdap juga simptom seperti steatore, kram perut, perut kembung karena ada gas di
dalamnya, kehilangan berat badan, dan muntah. Tinja akan berwarna pucat, berminyak, atau berbau
(Hall, 1994). Giardiasis juga menyebabkan komplikasi yaitu, malnutrisi yang akan menyebabkan
gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada infant dan anak usia muda (Farthing, 1996).
Malabsorpsi zat besi juga terdapat pada infeksi simptomatis (Filer, 1996) dan alergi ditemukan pada
infeksi giardiasis (Di Prisco et al., 1998). Penyakit pankreas dan hati terjadi pada orang dewasa yang
terinfeksi Giardia sp. (Carroccio et al., 1997; Nakano et al., 1995; Roberts et al., 1998). Walaupun
sangat jarang giardiasis juga dilaporkan berhubungan dengan arthritis (Letts et al., 1998), arteritis
retina dan iridosiklitis (Corsi et al., 1998). Metode diagnostik yang standar untuk Giardiasis adalah
pemeriksaan tinja dengan menggunakan teknik SAFC untuk mendeteksi kista dan trofozoit. Trofozoit
juga dapat dijumpai dalam cairan dari duodeno-jejunal junction dengan endoskopi atau dengan
enterotest. Deteksi antigen G.intestinalis dalam tinja segar dengan teknik IFAT dan ELISA mempunyai
sensitivitasa dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik.

1.7 Diagnosis Giardiasis

Untuk mendapatkan kepastian diagnosis bagi kondisi giardiasis, dokter mungkin meminta
penderita untuk memberikan sampel kotoran selama beberapa hari untuk diperiksa di laboratorium.
Penderita akan diberikan instruksi lebih lanjut mengenai prosedur pengambilan sampel kotoran.
Selain mengecek keberadaan parasit, contoh kotoran juga dapat digunakan untuk menentukan
efektivitas pengobatan yang telah diberikan.

Memiliki catatan medis yang selalu diperbarui tidak hanya sangat membantu pasien, namun
juga dokter dalam memonitor gejala yang dirasakan pasien dan pengobatan apa saja yang
memengaruhi kondisi kesehatannya.

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik pada area perut penderita untuk
memeriksa jika ada area yang bermasalah. Pemeriksaan mulut dan kulit juga mungkin dilakukan
untuk mengecek tanda-tanda dehidrasi.

Selain prosedur di atas, suatu prosedur yang bernama enteroskopi juga mungkin dilakukan.
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan tabung fleksibel ke dalam tenggorokan hingga usus
kecil untuk memeriksa saluran pencernaan dan mengambil contoh jaringan.

1.8 Pengobatan

Giardiasis dapat diobati dengan metronidazol yang jarang menimbulkan efek


samping .dosis untuk dewasa adalah 3×250 mg sehari selama 7 hari,dosis anak disesuaikan dengan
umur. Obat pilihan adalah tinidazol dengan dosis tunggal 2 gram pada orang dewasa atau 30-35
mg/kg pada anak. Selain itu giardiasis juga dapat diobati dengan metronidazole, kuinakrin,
furazolidon.

Pengobatan infeksi pada manusia secara konvensiaonal yaitu melalui metronidazole,


tinidazole, atau nitazoxanide. Metronidazole walaupun pada saat ini merupakan obat terapi lini
depan, namun bisa menyebabkan mutagenic(mutasi gen) pada bakteri dan menyebabkan kanker
pada tikus putih sehingga harus dihindari selama kehamilan. Salah satu yang paling umum adalah
pengobatan alternatif berberine sulfate (ditemukan pada akar anggur oregon, goldenseal,
yellowroot, dan berbagai tanaman lainnya). Berberine telah memiliki efek entimicrobial dan
antipyretic, Namun harus dihindari pengguanaannya pada wanita hamil karena dapat merangsang
rahim untuk berkontrkasi. Pada dosis tinggi , berberine dapat menyebabkan bradycardia dan
hypotension(tekanan darah rendah)

Anda mungkin juga menyukai