Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM

PROTOZOOLOGI MEDIK

Nama : Aling H

Nim : 13200928N

Prodi : D4 Analis Kesehatan


LAPORAN PRAKTIKUM

GIARDIA LAMBLIA

1. Tujuan : Mempelajari Tentang Giardia lamblia

2. Hari dan Tanggal : minggu, 3 Oktober 2021

3. Bahan dan alat

4. Tinjauan Pustaka (Ciri morfologi, patogenitas, siklus hidup, gejala penyakit, pengobatan,
pencegahan)

Ciri morfologi
Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu:
1. Trofozoit: Ukuran 12-15 mikron; berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu monyet
yang bagian anteriornya membulat dan bagian posteriornya meruncing. Permukaan dorsal
cembung (konveks) dan pipih di sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti
cakram yang cekung dan menempati setengah bagian anterior badan parasit. Ia mempunyai
sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya oval dengan kariosom di tengah
atau butir-butir kromatin tersebar di plasma inti. Trofozoit ini mempunyai 4 pasang flagel
yang berasal dari 4 pasang blefaroplas. Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai
benda parabasal, letaknya melintang di posterior dari batil isap. sepasang flagel keluar dari 2
blefaroplas anteriol.sepasang flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di antara dua
inti dan kedua aksonema berjalan ke anteriol.lalu saling menyilang di garis tengah dan garis
lengkung dipinggir batil isap,kemudian masing-masing keluar dari sisi lateral kanan dan kiri
.sepasang aksonema yang agak tebal (disebut aksostil)berasal dari 2 blefaroplas median
berjalan ke posterior dan keduanya keluar dari ujung posterior .dari sepasang blefaroplas
yang leteknya di tengah-tengah dua batil isap ,keluar sepasang aksonema pendek sebagai
flagel sentral.dua batang yang agak melengkung dianggap sebagai benda parabasal
,leteknya melintang di posterior dari batil isap. Trofozoit berukuran panjang 9-20 μm, lebar
5-15 μm. Berbentuk oval hingga ada yang berbentuk buah pear atau bentuk hati. Bentuk
trofozoit spesies ini memiliki: sucking disc pada ujung anteriornya, yaitu area konkaf yang
menutupi setengah dari permukaan ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris bilateral.
Nuklei tersebut mengandung sedikit kromatin perifer namun memiliki kariosom besar yang
berada di tengah. Sebuah axostyle, terdiri dari 2 axonema yang membagi dua tubuhnya. Dua
buah median bodies (parabasal bodies), diduga memiliki peranan dalam proses
metabolisme. Empat flagella yang terletak di lateral, 2 lateral di ventral, dan 2 terletak di
kaudal.
2. Kista: Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan kuat.
Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang baru
terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub.
waktu kista dibentuk ,trofozoit menarik kembali flagel-flagel kedalam aksonema ,sehingga
tampak sebagai 4 pasang benda sabit yaitu sisa dari flag.G.lamblia hidup di rongga usus
kecil,yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan
kandung empedu dengan pergerakaqn flagel yang cepat trofozoit bergerak dari Satu tempat
ke tempat yang lain dengan batil isap ,melekatkan diri pada epitel usus.trofozoit
berkembang biak dengan belah pasang longitudinal dalam tinja cair biasanya hanya
ditemukan trofozoit.el.enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon,bila tinja mulai padat.bila
kista matang tertelan oleh hospes maka terjadi eksistasi di duodenum ,kemudian
sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuklah 2
trofozoit.

Patogenitas

Bila jumlah kista yang tertelan hanya sedikit, biasanya tidak akan menimbulkan gejala klinis.
Infeksi pada anak-anak dibanding dewasa sama dengan tiga dibanding satu (giardiasis banyak
ditemukan pada anak). Parasit yang melekat pada mukosa dinding usus serta adanya kegiatan
mekanik dan toxin dari parasit tersebut dapat menyebabkan peradangan ringan dan gangguan
penyerapan lemak sehingga dapat terjadi diare yang mengandung banyak lemak (steatorrhoea).
Selain itu juga terjadi gangguan absorpsi glukosa, laktosa, silosa, karoten, folat, dan vitamin B12.
Penyerapan bilirubin oleh Giardia lamblia juga dapat menghambat aktivitas lipase pankreatik.
Enzim-enzim disakarida dan pankreas juga akan terganggu. Gangguan penyerapan vitamin serta
bahan haemopoetic juga dapat menyebabkan avitaminosis. Keadaan diatas bisa disebut juga
dengan sindrom malabsorpsi.
Secara histologis, akan ditemukan vili usus memendek, kerusakan sel epitel usus, infiltrasi
plasma, dan kriptum usus rusak.

Siklus hidup

Manusia adalah hospes alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang disebabkannya disebut Giardiasis,
Lamblias, dengan distribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering ditemukan di daerah
beriklim panas dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasite ini juga ditemukan di Indonesia.
Dalam silkus hidupnya, G. Lamblia mengalami 2 stadium, yaitu stadium trofozoit yang dapat
hidup bebas di dalam usus halus manusia dan kista stadium infektif yang keluar ke lingkungan
melalui feses manusia. Tertelannya kista dari air minum dan makanan yang terkontaminasi atau
dapat juga melalui kontak individu merupakan awal dari infeksi. Setelah melewati gaster, kista
menuju usus halus. Ekskistasi terjadi di duodenum, setelah itu multiplikasi terjadi melalui
pembelahan biner dengan interval kurang lebih 8 jam. Trofozoit menempel pada mukosa
duodenum dengan menggunakan sucking disc yang dimilikinya. Enkistasi terjadi saat trofozoit
masuk ke usus besar. Stadium trofozoit dan kista dapat ditemukan pada feses penderita
giardiasis. Kedua hal tersebur dapat dijadikan alat untuk mendiagnosis penyakit giardiasis. Di
luar tubuh manusia, G. Lamblia lebih tahan dalam bentuk kista dan dalam lingkungan lembab
dapat bertahan sampai 3 bulan.
Makanan, minuman, dan air yang terkontaminasi dengan Giardia lamblia tidak sengaja
tertelan (menular melalui fecal-oral)  Giardia lamblia masuk ke dalam tubuh  stadium kista
dari Giardia lamblia akan menetaskan 2 trofozoit, dan memperbanyak diri dengan pembelahan
mitosis biner belah pasang  trofozoit tersebut akan menempel di sel epitel cembung/dinding
mukosa usus halus dengan bantuan sucking disc (untuk melawan gerak peristaltik usus) 
trofozoit tersebut akan berkoloni dan tinggal di saluran empedu untuk menghindari keasaman
dari duodenum  trofozoit yang tidak menempel di dinding mukosa usus halus akan mengalami
enkistasi di kolon, karena lingkungan yang kurang baik  akan dieksresikan kolon yang
berbentuk padat (jika Giardia lamblia berada dalam stadium bentuk kista) atau cair (yang
membuktikan bahwa feses tersebut mengandung banyak Giardia lamblia dalam stadium
trofozoit).

gejala penyakit

Gejala klinis yang disebabkan giardiasis sangat bervariasi dan dapat berbeda di antara
penderitanya. Hal ini tergantung berbagai faktor, seperti jumlah kista yang tertelan, lamanya
infeksi, faktor hospes, dan parasitnya itu sendiri. Masa inkubasi berlangsung 9-15 hari. Gejala
akut dimulai dengan rasa tidak enak di perut yang diikuti dengan mual dan tidak nafsu makan.
Dapat juga disertai dengan demam ringan, dan kemudian diikuti dengan diare cair yang berbau
busuk, kram perut, dan perut terasa kembung karena ada gas di dalamnya. Pada tinja, biasanya
jarang ditemukan lendir dan darah. Gejala akut biasanya berlangsung selama 3-4 hari dan dapat
sembuh secara spontan (self-limit).
Sebaliknya, giardiasis/lambliasis dapat berubah menjadi fase kronis berupa diare yang hilang
timbul selama 2 tahun atau lebih. Pada fase ini, penderita merasa lemah, sakit kepala, myalgia,
dan juga dapat disertai dengan penurunan berat badan dan malabsorpsi.
Pada penderita yang asimtomatik, secara histologi tidak ditemukan kelainan mukosa,
duodenum, dan jejenum.
Gejala klinis:
1. Demam.
2. Anemia.
3. Tinja besar dan bau.
4. Flatulen.
5. Distensi abdomen, mual.
6. Cholecystopathy.
7. Enteritis kronis.
8. Sindrom malabsorpsi.

Pengobatan

Pada banyak kasus, penderita giardiasis dapat sembuh dengan


sendirinya dalam beberapa minggu. Bila tidak membaik, dokter akan
meresepkan obat antiparasit. Obat juga diberikan pada pasien yang mengalami
infeksi parah dan berkepanjangan. Sejumlah obat yang digunakan adalah:

 Metronidazole. Metronidazole adalah obat yang paling umum digunakan untuk


mengatasi giardiasis. Obat ini akan digunakan selama 5-7 hari. Obat ini bisa
menimbulkan beberapa efek samping, seperti mual, dan timbul rasa logam di
mulut.
 Paromomycin. Paromomycin digunakan selama 3-10 hari dan dibagi dalam 3 kali
konsumsi.

Pencegahan

 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama setelah dari toilet dan
mengganti popok, juga sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan.
Gunakan sanitizer atau pembersih tangan berbahan dasar alcohol, jika tidak ada
air dan sabun.
 Rebus air PAM sebelum diminum, untuk membunuh bakteri dan kuman yang
mungkin terdapat di dalam air. Dianjurkan merebus air PAM selama 10 menit.
 Gunakan air dalam kemasan untuk minum dan menggosok gigi, jika sedang
bepergian ke tempat yang kualitas airnya tidak layak. Jangan mengonsumsi
buah dan sayuran mentah, serta es batu di tempat tersebut.
 Jangan melakukan hubungan seks anal yang berisiko, seperti bergonta-ganti
pasangan atau melakukan hubungan seks tanpa pengaman
5. Topik/materi praktikum

Mengetahui tentang Giardia lamblia

6. Pengamatan (gambar, keterangan dan ciri khas masing-masing preparat)

7. Daftar Pustaka

Adrianto, Herbert. 2017. Kontaminasi Telur Cacing pada Sayur dan Upaya

Pencegahannya Helminth Eggs Contamination in Vegetables and

Prevention Efforts. Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Ciputra.

https://doi.org/10.22435/blb. V1312.5697. 105-114


Astuti, R., Siti, A. 2008. Identifikasi Telur Cacing Usus Pada Lalapan Daun

Kubis Yang Dijual Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Simpang Lima Kota

Semarang. Proseding Seminar Nasional: Continuing Medical And Health

Education (Cmhe), (Online). Vol. 1, No. 1, Hlm. 297 -307,

(Jurnal.Unimus.Ac.Id/Index. Php/Psn12012010/Article/View/133/114, [9

April 2015).

Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert D, et al. 2006.

Soil transmitted helminth infection: ascariasis, trichuriasis, and hookworm.

Lancet. 367: pp1521-32.

CDC. 2009a. Ascariasis : biology, atlanta: center for disease control and

prevention.

Diunduh

dari:

http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html [Diakses Maret 2015).

CDC. 2009b. Hookworm : biology, atlanta: center for disease control and

prevention.

Diunduh

dari:

http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html (Diakses Maret 2015).

CDC. 2012. Parasite-Blastocystis spp infection. https://www.cdc.gov/parasites/

blastocystis/biology.html akses 15 Desember

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Ascariasis : Biology,

Atlanta: Center for Disease Control and Prevention. Diunduh dari:

http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html (Diakses 26 Januari

2018).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Hookworm : Biology,

Atlanta: Center for Disease Control and Prevention. Diunduh dari:

http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html [Diakses 8 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai