Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PARASITOLOGI

MODUL GASTROINTESTINAL

Giardia lamblia

CLARISSA CHAROLINA TRIANY

FAA 114 022

DOSEN PEMBIMBING

dr. Indria Augustina

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

PALANGKA RAYA

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

G. lamblia di temukan oleh Anatomi Van Ieuwenhoek (1681), sebagai


mikro organisme yang bergerak-gerak didalam tinja, dan flegellata ini pertama
kali dikenal serta dibahas oleh lambl (1859), dan diberi nama intestinalis. Stiles
(1915) memberikan nama baru, G. lamblia, untuk menghormati Prof. A. Giard
dari paris dan Dr. Lambl dari Prague. G. lamblia (identik dengan Lamblia
intestinalis dan Giardia duodenalis) adalah protozoa parasit yang membentuk
koloni dan bereproduksi di usus kecil, menyebabkan giardiasis (infeksi usus
kecil). Parasit G. lambilia ini menambatkan dirinya ke epithelium melalui cakram
berperekat diperutnya dan bereproduksi melalui pembelahan biner. Giardiasis
tidak tersebar melalui darah, dan tidak menyebar ke bagian sistem pencernaan
lainnya namun tetap berada di usus kecil. Mereka menyerap nutrisi dari lumen
(dinding dalam) usus kecil dan tidak memerlukan oksigen untuk hidupnya
(anaerob).1
Manusia adalah hospes alamiah G.lamblia, selanjutnya spesies dan
morfologi yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang
disebabkannya disebut Giardiasis, Lamblias, dengan distribusi geografik bersifat
kosmolit dan lebih sering ditemukan di daerah beriklim panas dari pada di daerah
beriklim dingin, dan parasite ini juga ditemukan di Indonesia. Dalam silkus
hidupnya, G. lamblia mengalami 2 stadium, yaitu stadium trofozoit yang dapat
hidup bebas di dalam usus halus manusia dan kista stadium infektif yang keluar
ke lingkungan melalui feses manusia. Tertelannya kista dari air minum dan
makanan yang terkontaminasi atau dapat juga melalui kontak individu merupakan
awal dari infeksi. Setelah melewati gaster, kista menuju usus halus. Ekskistasi
terjadi di duodenum, setelah itu multiplikasi terjadi melalui pembelahan biner

2
dengan interval kurang lebih 8 jam. Trofozoit menempel pada mukosa duodenum
dengan menggunakan sucking disc yang dimilikinya. Enkistasi terjadi saat
trofozoit masuk ke usus besar. Stadium trofozoit dan kista dapat ditemukan pada
feses penderita giardiasis. Kedua hal tersebur dapat dijadikan alat untuk
mendiagnosis penyakit giardiasis.1
Di luar tubuh manusia, G. lamblia lebih tahan dalam bentuk kista dan dalam
lingkungan lembab dapat bertahan sampai 3 bulan. G. lamblia adalah salah satu
protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan manusia. Protozoa ini
ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya sendiri.
Nama lain dari G. lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis.
Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula
menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.1

1.2 Taksonomi
Domain : Eukaryota
Filum : Metamonada
Ordo : Diplomonadida
Class : Flagelata
Family : Hexamitidae
Genus : Giardia
Species : Giardia lamblia

1.3 Distribusi Geografis


G. lamblia adalah parasit yang tersebar di kosmopolit dan lebih sering di
temukan di daerah yang beriklim panas dari pada di daerah yang beriklim dingin.
Parasit ini juga ditemukan di Indonesia banyak terjadi di Uni Soviet, Meksiko,
Asia tenggara, dan Barat Amerika Selatan. Organisme ini tetap parasit usus yang
paling sering diidentifikasi dari 1964-1984, G. lamblia menyebabkan sedikitnya
90 wabah yang terbawa air diare, mempengaruhi lebih dari 23.000 orang.

3
Kelompok paling berisiko infeksi termasuk wisatawan, anak-anak, pria
homoseksual, dan individu dengan negara-negara defisiensi imunoglobulin
(diwariskan atau diperoleh).1

1.4 Hospes dan nama penyakit


Giardiasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa patogen
yaitu G. lamblia atau dikenal juga sebagai Giardia intestinalis atau Giardia
duodenalis atau Lamblia intestinalis. G. lamblia berasal dari famili Hexamitidae,
subfilum Mastigophora, filum Sarcomastigophora. Patogen ini hidup berkoloni di
lumen usus halus manusia dan lebih sering menyerang anak usia balita dan
sekolah dibandingkan orang dewasa. Manusia adalah hospes alamiah giardia
lamblia. Spesies giardia dengan morfologi yang sama ditemukan pada berbagai
hewan. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut giardiasis.2
Giardiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba parasit yang
disebut Giardia intestinalis. Gejala penyakit ini adalah diare, muntah, kram perut,
kembung dan kentut berbau busuk. Giardiasis biasanya tidak menimbulkan
ancaman serius bagi kesehatan dan dapat dengan mudah diobati. Penularan
giardiasis adalah jalur fekal-oral. Protozoa ini ketika di dalam usus membentuk
cangkang pelindung keras yang dikenal sebagai kista Giardia. Kista dapat keluar
dari tubuh penderita melalui feses (tinja). Setelah di luar tubuh, giardia biasanya
ditularkan melalui air minum yang telah terkontaminasi oleh tinja yang
terinfeksi.2

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Giardia lamblia


Giardia intestinalis (sinonim dengan Lamblia intestinalis dan Giardia
duodenalis) adalah protozoa parasit flagellata yang menyebabkan Giardiasis atau
Lambliasis. Parasit ini pertama kali dilihat oleh Van Leeuwenhoek pada tahun
1681. Flagelata ini pertama kali dikenal dan dibahas oleh Lambl (1859), yang
memberikan nama intestinalis. Kemudian Stiles (1915) memberikan nama baru,
G. lamblia.4
Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu:
a) Stadium trofozoit: Ukuran 12-15 mikron; berbentuk simetris bilateral seperti
buah jambu monyet yang bagian anteriornya membulat dan bagian
posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung (konveks) dan pipih di
sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung
dan menempati setengah bagian anterior badan parasit. Ia mempunyai
sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya oval dengan
kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di plasma inti. Trofozoit
ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas.
Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal, letaknya
melintang di posterior dari batil isap.4
b) Stadium kista: Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding
yang tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah
dari dinding kista. Kista yang baru terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang
mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub.4

5
Gambar 1. Trofozoit G.lamblia

Kista berukuran lebih kecil dari pada trofozoit yaitu panjang 8-18 m
dan lebar 7-10 m. Letak kariosom lebih eksentrik bila dibandingkan dengan
trofozoit. Pada kista yang telah matur terdapat 4 buah median bodies, 4 buah
nuclei, dan dapat pula ditemukan longitudinal fibers.4

Gambar 2. Kista G.lamblia

6
G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian
proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila
kista matang tertelan oleh hospes, maka akan terjadi ekskistasi di duodenum,
kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga
terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang
berada di antara villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada
pada villi, trofozoit dengan batil isap akan melekatkan diri pada epitel usus.
Trofozoit kemudian berkembangbiak dengan cara belah pasang longitudinal.
Bila jumlahnya banyak sekali maka trofozoit yang melekat pada mukosa dapat
menutupi permukaan mukosa usus halus. Trofozoit yang tidak melekat pada
mukosa usus, akan mengikuti pergerakan peristaltik menuju ke usus bagian
distal yaitu usus besar. Enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon, bila tinja
mulai menjadi padat, sehingga stadium kista dapat ditemukan dalam tinja yang
padat.4
Cara infeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak
langsung melalui air dan makanan yang terkontaminasi, atau secara langsung
melalui fecal-oral. G. lamblia mempunyai bentuk tropozoit dan kista, dan
hidup di duodenum dan di proksimal jejenum. Makan di ambil dari isi usus,
meskipun parasit ini mungkin mendapat makanan dengan mempergunakan
batil isapnya dari sel-sel epitel. Sedangkan cara berkembang biaknya dengan
cara pembelahan mitosis selama terbentuk kista.
Parasit ini mempunyai bentuk trofozoit dan bentuk kista bentuk trofozoit
ini bilateral simetris seperti buah buah jambu monyet dan bagian anteriornya
membulat dan bagian posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung
(konveks) dan pipih disebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti
cakram yang cekung menempati setengah menempati anterior badan parasit.
Ukuran parasit ini 12-15 mikron dan mempunyai sepasang inti yang letaknya
di bagian anterior,bentuknya oval dengan kromosom di tengah atau butir-butar
kromatin yang tersebar di plasma inti. Trofozoit mempunyai empat pasang

7
flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas. Sepasang flagel keluar dari 2
blefaroplas anteriol. Sepasang flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di
antara dua inti dan kedua aksonema berjalan ke anteriol. Lalu saling menyilang
di garis tengah dan garis lengkung batil isap, kemudian masing-masing keluar
dari sisi lateral kanan dan kiri. Sepasang aksonema yang agak tebal (disebut
aksostil) berasal dari 2 blefaroplas median berjalan ke posterior dan keduanya
keluar dari ujung posterior. Dari sepasang blefaroplas yang leteknya di tengah-
tengah dua batil isap, keluar sepasang aksonema pendek sebagai flagel
sentral.dua batang yang agak melengkung dianggap sebagai benda parabasal
,leteknya melintang di posterior dari batil isap. Trofozoit berukuran panjang 9-
20 m, lebar 5-15 m. Berbentuk oval hingga ada yang berbentuk buah pear
atau bentuk hati. Bentuk trofozoit spesies ini memiliki: sucking disc pada
ujung anteriornya, yaitu area konkaf yang menutupi setengah dari permukaan
ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris bilateral. Nuklei tersebut
mengandung sedikit kromatin perifer namun memiliki kariosom besar yang
berada di tengah. Sebuah axostyle, terdiri dari 2 axonema yang membagi dua
tubuhnya. Dua buah median bodies (parabasal bodies), diduga memiliki
peranan dalam proses metabolisme. Empat flagella yang terletak di lateral, 2
lateral di ventral, dan 2 terletak di kaudal.4
Kista yang bentuknya oval berukuran 8-12 mikron, mempunyi dinding
tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari
dinding kista, kista yang baru terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang
mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub. Waktu kista dibentuk, trofozoit
menarik kembali flagel-flagel kedalam aksonema, sehingga tampak sebagai 4
pasang benda sabit yaitu sisa dari flag. G. lamblia hidup di rongga usus kecil,
yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran
dan kandung empedu dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan batil isap, melekatkan diri pada
epitel usus.trofozoit berkembang biak dengan belah pasang longitudinal dalam

8
tinja cair biasanya hanya ditemukan trofozoit enkistasi terjadi dalam perjalanan
ke kolon, bila tinja mulai padat, kista matang tertelan oleh hospes maka terjadi
eksistasi di duodenum, kemudian sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh
dari aksonema sehingga terbentuklah 2 trofozoit.4

2.2 Patologi dan gejala klinis


Adanya G. lamblia pada hospes dengan batil isapnya melekat pada mukosa
duodenum dan yeyenum tidak selalu menimbulkan gejala. Bila timbul kelainan,
hanya berupa iritasi yang disebabkan oleh melekatnya parasit pada mukosa
dengan batil isapnya. Lesi berupa vilus menjadi pendek dan peradangan pada
kripta dan lamina propria, seperti terdapat pada sindroma malabsorbsi. Tidak
diketahui apakah kelainan mukosa oleh giardia disebabkan oleh faktor mekanik
dan toksik dan faktor lainya. Infeksigiardia dapat menyebabkan diare, disertai
steatore karena gangguan absorbsi karoten, folat, dan vitamin B12. Produksi
enzim mukosa juga berkurang penyerapan bilirubin oleh giardia menghambat
aktifitas lipase pangkreatik, kelainan fungsi usus kecil ini disebut sindrom
malaabsorbsi, yang menimbulkan gejala kembung, abdomen membesar dan
tegang, mual, anoreksia, feses banyak dan berbau busuk dan mungkin penurunan
berat badan.3
Setelah pengobatan kelainan usus kecil revesibel, gejala klinis yang
disebabkan oleh giardiasis sangat bervariasi dan dapat berbeda di antara
penderitanya. Hal ini tergantung berbagai faktor seperti jumlah kista yang
tertelan, lamanya infeksi, faktor hospes dan parasitnya sendiri (Faubert, 2000).
G. lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai macam
mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan melalui cara fecal-oral
maupun oral-anal. Banyak sumber air seperti danau dan sungai mengandung kista
protozoa ini sebagai akibat dari kontaminasi oleh feses manusia dan hewan.
Transmisi G. lamblia umum terjadi pada orang yang memiliki risiko tinggi seperti
anak-anak yang berada di tempat penitipan anak, wisatawan yg mengunjungi

9
beberapa area, homoseksual, dan orang yg sering berhubungan dengan hewan-
hewan tertentu. Gejala giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare
dan malabsorbsi. Diagnosis dengan ditemukannya kista dan trofozoit dalam feses.
Metode immunofluorescece dan enzyme immuoassay sudah mulai dikembangkan
untuk mendeteksi G. lamblia dalam feses. Di dalam tubuh yang sehat, biasanya
tubuh dapat membatasi infeksi secara alami. Sedangkan pada pasien yang
immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat berlangsung
lama. Orang yamg mengalami giardiasis berulang umumnya memiliki
kekurangan IgA, dan dapat berkembang menjadi penyakit kronis. Kekurangan
lactase juga dapat mengembangkan suatu infeksi giardia, namun ini biasanya
tidak berlangsung lebih dari beberapa minggu dan pemulihan penuh akan terjadi
kemudian. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Giardiasis harus
dianggap sebagai penyakit kekurangan vitamin B12, ini akibat dari masalah-
masalah yang disebabkannya di dalam sistem penyerapan usus.3
Giardiasis bisa muncul sebagai (1) infeksi asimptomatis; (2) diare akut; (3)
diare kronik. Selain diare, terdap juga simptom seperti steatore, kram perut, perut
kembung karena ada gas di dalamnya, kehilangan berat badan, dan muntah. Tinja
akan berwarna pucat, berminyak, atau berbau. Giardiasis juga menyebabkan
komplikasi yaitu, malnutrisi yang akan menyebabkan gangguan perkembangan
dan pertumbuhan pada infant dan anak usia muda. Malabsorpsi zat besi juga
terdapat pada infeksi simptomatis dan alergi. Ditemukan pada infeksi giardiasis
penyakit pankreas dan hati terjadi pada orang dewasa yang terinfeksi Giardia sp.
Walaupun sangat jarang giardiasis juga dilaporkan berhubungan dengan arthritis,
arteritis retina dan iridosiklitis. Metode diagnostik yang standar untuk Giardiasis
adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan teknik SAFC untuk mendeteksi
kista dan trofozoit. Trofozoit juga dapat dijumpai dalam cairan dari duodeno-
jejunal junction dengan endoskopi atau dengan enterotest. Deteksi antigen G.
intestinalis dalam tinja segar dengan teknik IFAT dan ELISA (Enzyme-linked

10
immunosorbent assay) mempunyai sensitivitasa dan spesifisitas yang tinggi
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik.1

2.3 Manifestasi dan gejala infeksi


Kolonisasi Giardia menyebabkan radang usus dan villous atrophia
(mengurangi kemampuan absorpsi dari usus). Gejala infeksi meliputi:
Diare,
rasa tidak nyaman pada perut,
buang gas yang berlebihan (kentut yang berbau busuk)
bersendawa dengan bau seperti belerang yang menyebabkan seseorang ingin
muak dan muntah,
steatorrhoea (feses berwarna pucat, berbau busuk, dan licin),
nyeri pada daerah epigastric (antara dada dan perut),
perut sering kembung,
mual,
kurang nafsu makan,
mungkin (tapi jarang) muntah-muntah yang banyak,
kehilangan berat badan,
Pus,
lendir dan darah yang tidak biasa di feses.
Dalam individu yang sehat, tubuh biasanya dapat membatasi infeksi.
Sedangkan pada pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan
tubuh), infeksi dapat berlangsung lama. Orang yang mengalami infeksi Giardia
berulang umumnya adalah mereka yang memiliki kekurangan IgA, dan dapat
mengembangkan penyakit kronis. Kekurangan Lactase juga dapat
mengembangkan suatu infeksi Giardia, namun ini biasanya tidak berlangsung
lebih dari beberapa minggu, dan pemulihan penuh akan terjadi kemudian.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa giardiasis harus dianggap sebagai

11
penyebab kekurangan vitamin B12, ini akibat dari masalah-masalah yang
disebabkannya di dalam sistem penyerapan usus.
Melekatnya Giardia lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu
menimbulkan gejala / asimtomatik dan sebagian besar dari mereka menjadi
pembawa (carier). Parasit Giardia lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium
usus halus hospes melalui cakram berperekat di perutnya dan berreproduksi
melalui pembelahan biner. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan /
menyerap nutrisi dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan hidup secara anaerob
(tidak memerlukan oksigen).
Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa ini, maka terjadi penghambatan
absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh hospes (villous atrophia),
sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan penderita serta
menyebabkan radang usus. Tetapi ada beberapa kasus orang yang peka terhadap
infeksi ini dimana sekresi mukosa menjadi berlebihan sehingga menyebabkan
diare, dehidrasi, sakit perut dan penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak
tetapi tidak ditemukan darah. Giardiasis biasanya tidak tersebar melalui darah
dan tidak menyebar ke bagian sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di
usus kecil. Tetapi dalam kondisi tertentu tropozoit dapat menginvasi jaringan
seperti kandung empedu dan saluran kemih. Jika empedu terserang protozoa
dapat menyebabkan jaundice (penyakit kuning/ekterus) dan sakit perut/colic.
Penyakit ini tidak berakibat fatal, tetapi sangat mengganggu.1

2.4 Epidemiologi
G. lamblia ditemukan kosmopolit; prevalensinya 2-25% atau lebih,
tergantung dari golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan. Prevalensi
yang pernah ditemukan di Jakarta adalah 4,4% prevalensi gradia lamblia di
Jakarta antara tahun 1983 dan 1990 adalah 2,9% (194 positif dari 6810 sampel
tinja yang dikirim ke bagian parasitologi FKUI dari penderita di Jakarta).
Transmisi G.lamblia terjadi dengan tertelannya kista matang. Makanan dan

12
minuman yang terkontaminasi dengan tinja, juga lalat atau dengan penjaga
makanan merupakan sumber infeksi, tetapi kadang-kadang transmisi terjadi
karna kontak langsung antara individu yang terinfeksi dengan individu yang
tidak terinfeksi seperti pada infeksi cacing kremi (hand-to-mounth). G. lamblia
lebih sering ditemukan pada anak-anak dari pada orang dewasa, terutama pada
umur 6-10 tahun dari keluarga besar, di rumah yatim piatu dan di sekolah dasar.
Tterjadinya epidemic giardiasis ini dilaporkan di tempat perawatan anak (day
care centres). Pada orang dewasa giardiasis ditemukan pada orang pada orang
yang berpergian (travelrs diarrhea), karena air minum yang terkontaminasi.
Karena infeksi G. lamblia yang dapat menginfeksi manusia G. lamblia juga
dianggap sebagai parasit yang ditularkan melalui seks pada kaum homoseksual
maupun heteroseksual yang mempraktekan seks oral-anal. Infeksi giardia juga
makin banyak ditemukan pada penderita AIDS, selain daripada menyebabkan
gangguan gastrointestinal, infeksi G.lamblia juga dihubungkan dengan sindrom
alergi seperti urtikaria kronik, arteritis retinal dan iridosiklitis pada anak-anak
dan dewasa. Pencegahan infeksi dengan parasit ini terutama dengan
memperhatikan hygiene perorangan, keluarga dan kelompok dengan menghindari
air minum yang terkontaminasi.4
Giardiasis adalah infeksi protozoa usus yang common di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 200 juta orang akan
terinfeksi setiap tahun. Infeksi Giardiasis lebih sering ditemukan di daerah
beriklim tropik dan subtropik daripada di daerah beriklim dingin. Terutama
ditemukan di Rusia, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Meksiko dan bagian
barat Amerika Selatan. Kista Giardia sp, secara umum lebih stabil dan bertahan
lebih lama dalam lingkungan pada jangka masa panjang (bulan). Kista ini lebih
sesuai bertumbuh pada kondisi dingin, lembab, dan suhu rendah. Selain itu, kista
resisten terhadap klorin, ozon, dan radiasi ultraviolet (UV). Mendidihkan kista
pada suhu 60-70% selama 10 menit akan menurunkan viabilitasnya.

13
Penyakit yang disebabkan oleh G. lamblia dinamakan giardiasis. Penyakit
ini terdapat di negara berkembang yang beriklim panas. Giardiasis lebih sering
terjadi pada anak-anak dibanding dewasa. Hampir 100% anak mengalami infeksi
giardia lamblia saat 2 tahun pertama kehidupannya. Infeksi oleh parasit ini
kemungkinan terjadi dalam interval yang sering sehingga sebagian orang melihat
G. lamblia sebagai flora normal pada individu yang tinggal di negara
berkembang.

2.5 Pengobatan
Metronidazol

Dewasa 3X250 mg 7 hr
Anak 25 mg/kg/hr 5 hr

Tinidazol
Dewasa 1,5 gr/hr SD
Anak 1-1,5 gr/hr SD

2.6 Prognosis
Prognosis giardiasis adalah baik bila pengobatannya tepat dan disertai
perbaikan lingkungan dan sanitasi.4

2.7 Pencegahan
Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan hygiene
perorangan, keluarga, dan kelompok, dengan menghindari air minum yang
terkontaminasi. Sanitasi air minum untuk mencegah terjadinya epidemi giardiasis
dilakukan dengan metode coagulation-sedimentation-filtration. Klorinasi air
minum untuk mengeliminasi kista memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi dan
kontak yang lebih lama pada biasanya. Proteksi individu dapat dilakukan dengan
merebus air sampai mendidih minimal 1 menit. Bila air tidak dapat direbus, dapat
diberikan 2-4 tetes kaporit untuk setiap liter air dan tunggu selama 60 menit

14
sebelum diminum. Bila airnya dingin dibutuhkan waktu semalam untuk
membunuh kista G. intestinalis. Memanaskan makanan atau makanan yang
matang dapat mencegah infeksi kista G. intestinalis.5
Pada daerah terbuka dimana jarang ditemukan air di permukaan tanah,
memerlukan penyaringan dengan filter yang memiliki nominal 1-pori ukuran
mikrometer. Disarankan untuk menggunakan yodium atau klorin dioksida pada air
yang akan dikonsumsi. Parameter air seperti suhu, kekeruhan, dan kepekatan juga
dapat mempengaruhi efektivitas suatu perawatan terhadap infeksi.
Penyaringan dengan filter yang memiliki nominal 1-pori ukuran mikromiter
pada air permukaan tanah yang daerah terbuka.
Menggunakan Yodium atau klorin dioksida pada air yang dikonsumsi.
Parameter air seperti suhu, kekeruhan dan kepekatan juga dapat
mempengaruhi efektifitas suatu perwatan terhadap infeksi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
G. lamblia hospes pada manusia dan tempat hidup di usus kecil terutama
kripta duodenum dan proksimal yeyunum, kandung empedu dan saluran empedu.
Nama penyakit giardiasis cara penularan melalui tertelan kista matang dari parasit
ini.
Morfologi kista berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding
yang tipis dan kuat, dan mempunyai 2-4 inti. Morfologi trofozoit ukuran 12-15
mikron berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu monyet yang bagian
anteriornya membulat dan bagian posteriornya meruncing, mempunyai batil isap,
2 inti, 4 pasang flagel, 2 aksonema, 2 benda parabasal, dan pergerakan seperti
daun jatuh.
Patologi dan Gejala klinis parasit ini dengan batil isapnya melekat pada
mukosa duodenum dan yeyunum tidak selalu menimbulkan kelainan patologis
gejala muncul oleh karena lesi rasa tidak enak di epigastrium, mual atau
meteorismus, diare disertai stetore, kolisistitis atau gejala seperti kanker usus,
sindroma malabsorbsi lainnya. Kadang-kadang kolik dan ikterik.

3.2 Saran
Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan hygiene
perorangan, keluarga, dan kelompok.
2. Mengkonsumsi air minum yang bersih yang telah menjalani pemanasan
sampai 50 sehingga dapat menginaktifkan kista.
3. Pada umumnya G. lamblia resisten terhadap klorin, sehingga penyaringan
sangat diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi oleh protozoa patogen
ini.

16
4. Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-berang dan
tikus air).
5. Memasyarakatkan kebersihan individu (cuci tangan).
6. Penyediaan makanan yang bersih dan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz, E. 2004.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

2. Soejoto dan Soebari, Parasitologi Medik Jilid 1 Protozologi dan Helmintologi,


Solo.

3. Cheng, Thomas C. 1973. General Parasitology. Florida: Academic Press, Inc.

4. Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi


dan Helmintologi. Bandung: Yrama Widya.

5. Buku ajar Parasitologi Kedokteran; ed. keempat, FKUI, Jakarta.2008

18
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Taksonomi ....................................................................................................... 2
1.3 Distribusi Geografis ........................................................................................ 2
1.4 Hospes dan nama penyakit .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Giardia lamblia ............................................................................. 4
2.2 Patologi dan gejala klinis ................................................................................ 8
2.3 Manifestasi dan gejala infeksi ......................................................................... 10
2.4 Epidemiologi ................................................................................................... 11
2.5 Pengobatan ...................................................................................................... 13
2.6 Prognosis ......................................................................................................... 13
2.7 Pencegahan ...................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai